1
2
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Penelitian Perusahaan sebagai suatu unit yang saling terintegrasi, yang bertujuan
untuk menghasilkan laba senantiasa dituntut untuk dapat bersaing dalam lingkungan bisnis. Oleh sebab itu dalam pengelolaan perusahaan, manajemen menetapkan tujuan (goals) dan sasaran (objectives) dan kemudian membuat rencana kegiatan untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut. Pencapaian tujuan suatu perusahaan dapat dipandang sebagai alat untuk menyatukan semua unsur yang ada di dalam perusahaan. Untuk mencapai tujuan perusahaan dengan baik diperlukan suatu recana kerja yang baik, terarah dan komprehensif, sehingga mempermudah
bagi
manajemen
untuk
mengendalikan
kegiatan-kegiatan
operasional perusahaan. Rencana kerja tersebut disusun berdasarkan target yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan perusahaan, baik periode yang kurang dari satu tahun atau lebih yang disusun dengan format tertentu yang disebut anggaran. Menurut Darsono Prawironegoro dan Ari Purwanti : Anggaran ialah suatu perencanaan laba strategis jangka panjang, suatu perencanaan taktis laba jangka pendek; suatu sistem akuntansi berdasarkan tanggung jawab; suatu penggunaan
3
prinsip pengecualian yang berkesiambungan, sebagai alat untuk mencapai tujuan dan sasaran organisasi. Anggaran merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting bagi setiap perusahaan, baik perusahaan yang bertujuan untuk memperoleh laba maupun yang tidak bertujuan memperoleh laba. Anggaran dapat dijadikan alat perencanaan dan pengendalian yang sangat penting dalam perusahaan, karena anggaran akan memberikan kerangka bagi perusahaan, sehingga cara kerja perusahaan lebih terstruktur, dan segala tindakan yang akan diambil selalu mempertimbangkan batasan-batasan yang ada. Sehingga proses penyusunan anggaran merupakan aspek penting dalam pencapaian keberhasilan suatu organisasi. Anggaran tidak saja sebagai alat perencanaan keuangan dan pengendalian, tetapi juga sebagai alat koordinasi, komunikasi, evaluasi kinerja dan motivasi. Anggaran merupakan salah satu jenis perencanaan yang dipakai oleh perusahaan dan sebagai alat pengendali manajemen. Anggaran merupakan bentuk rencana kegiatan dari para manajer pada suatu periode yang telah ditetapkan, serta merupakan alat pengendali terhadap kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh para manajer. Anggaran juga merupakan rencana kegiatan yang terdiri dari sejumlah target yang akan dicapai oleh manajer dalam melaksanakan kegiatan di masa akan datang. Oleh karena itu, anggaran yang disusun harus dapat mengakomodir
kepentingan
setiap
departemen
yang
terkait
dalam
pelaksanaannya. Untuk itu diperlukan partisipasi dalam penyusunan anggaran yang melibatkan berbagai pihak baik manajer tingkat atas (top level management) maupun manajer tingkat bawah (low level management). Partisipasi dalam
4
penyusunan anggaran merupakan tingkat seberapa besar keterlibatan dan pengaruh manajer pusat pertanggungjawaban dalam proses penyusunan anggaran suatu departemen atau bagiannya dalam suatu periode tertentu. Hal yang sangat penting hubungannya dengan uraian di atas adalah bagaimana pemahaman manajemen puncak berkenaan dengan situasi yang dihadapi yaitu kemampuan untuk menganalisis dan menentukan secara cermat tentang ketepatan anggaran yang telah disampaikan oleh semua manajer dari semua level dalam perusahaan, sebab apabila rencana dan target kerja tersebut terlalu tinggi maka akan menimbulkan tekanan mental bagi para manajer dan seluruh karyawan yang berada di bawahnya untuk mencapai anggaran yang dimaksud. Sudah tentu hal tersebut akan berakibat buruk pada hasil kinerja manajer tersebut beserta seluruh bawahannya. Juga, jika anggaran yang telah dibuat atau disampaikan oleh manajer terlalu rendah, maka keadaan ini tidak efektif bagi kemajuan perusahaan, sebab anggaran tersebut tidak menantang dan terlalu mudah untuk dicapai. Keadaan seperti ini dapat memperlambat pertumbuhan dan perkembangan perusahaan dalam mencapai tujuannya karena masih bayak sumber daya perusahaan yang belum diberdayakan secara optimal. Agar hal tersebut tidak terjadi manajemen puncak seharusnya memiliki kemampuan analisis yang memadai dalam mengevaluasi dan menetapkan anggaran kerja para manajer agar sesuai dengan sumber daya dan kemampuan yang dimiliki oleh manajer tersebut, serta diselaraskan dengan kebutuhan perusahaan dan dinamisasi perkembangan dunia usaha.
5
Selain hal yang positif yang diuraikan tersebut, perlu juga dipahami secara seksama bahwa penggunaan anggaran partisipatif tersebut tidak begitu efektif diterapkan dalam suatu perusahaan apabila manajer serta karyawan tidak memperoleh informasi kegiatan yang relevan dengan apa yang di anggarkan atau tidak adanya komunikasi yang baik antar atasan dan pelaksana anggaran yang secara otomatis akan mengurangi komitmen karyawan dalam melaksanakan kegiatan yang dilaksanakan, dan hal ini akan berakibat rendahnya kinerja para manajer. Pengaruh partisipasi anggaran pada kinerja manajerial merupakan topik yang sangat menarik dalam penelitian akuntansi manajemen, dimana berbagai penelitian yang menguji hubungan antara partisipasi anggaran dengan kinerja manajerial hasilnya sering bertentangan. Hasil Penelitian yang telah dilakukan Bass dan leavit (1963); Schuler dan Kim (1976); Brownell dan Mclnnes (1986), Brownell (1982); Indriantoro (1993); Sinambela (2003) dan Praseytiningthias (2006) menemukan bahwa ada hubungan positif dan signifikan antara partisipasi penyusunan anggaran dengan kinerja manajerial. Hasil penelitian yang berbeda dihasilkan oleh Milani (1975) dan Riyanto (1996). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang tidak signifikan diantara keduanya, bahkan penelitian lain seperti Bryan dan Locke (1967) dan Chenhal dan Brownell (1988) melaporkan bahwa hubungan kedua variabel tersebut bertolak belakang atau negatif. Berdasarkan hasil penelitian yang bertentangan tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul: ANALISIS PENGARUH
6
PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL PADA PT. DUTA BINTANG BARAT MEDAN. 1.2
Perumusan Masalah Pada umumnya, dalam suatu perusahaan masalah terjadi dikarenakan
adanya ketidaksesuaian antara apa yang di anggarkan dengan apa yang dicapai. Moh. Nazir mengemukakan: Masalah timbul karena adanya tantangan, adanya kesaingan ataupun kebingungan kita terhadap suatu hal atau fenomena, adanya kemenduaan arti (ambiguity), adanya halangan dan rintangan, adanya celah (gap), baik antar kegiatan atau antar fenomena, baik yang telah ada ataupun yang akan ada. Sumadi Suryabrata mengemukakan: Masalah atau permasalahan ada kalau ada kesenjangan (gap) antara das sollen dan das sein; ada perbedaan antara apa yang seharusnya dan apa yang dalam kenyataan, antara apa yang diperlukan dan apa yang tersedia, antara harapan dan kenyataan, dan yang sejenis dengan itu. Sedangkan menurut Mudrajad Kucoro : Perumusan masalah adalah konteks dari penelitian, alasan mengapa penelitian diperlukan, dan petunjuk yang mengarahkan tujuan penelitian. Berdasarkan latar belakang yang diuraikan tersebut, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh terhadap kinerja manajerial pada PT. Duta Bintang Barat Medan?
1.3
Tujuan Penelitian
7
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan apakah ada pengaruh partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial pada PT. Duta Bintang Barat Medan.. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi
penulis,
untuk
menambah
dan
mengembangkan
wawasan
pengetahuan khususnya mengenai partisipasi dalam penyusunan anggaran dan pengaruhnya terhadap kinerja manajerial. 2. Bagi peneliti yang lain, diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya yang sejenis.
8
BAB II TELAAH PUSTAKA
2.1
Landasan Teoritis
2.1.1 Pengertian Anggaran Dalam pengelolaan perusahaan, terlebih dahulu manajemen menetapkan tujuan dan sasaran dan kemudian membuat rencana kegiatan untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut. Dampak keuangan yang diperkirakan akan terjadi sebagai akibat dari rencana kerja tersebut, kemudian disusun dan dievaluasi melalui proses penyusunan anggaran. Menurut Darsono Prawironegoro dan Ari Purwanti (2010) Anggaran ialah rencana tentang kegiatan perusahaan yang mencakup berbagai kegiatan operasional yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu sama lain sebagai pedoman untuk mencapai tujuan dan sasaran suatu organisasi, pada umumnya disusun secara tertulis. Sedangkan menurut Hansen dan Mowen (2009) Anggaran adalah rencana keuangan untuk masa depan, rencana tersebut mengidentifikasi tujuan dan tindakan yang diperlukan untuk mencapainya. Dari beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa anggaran merupakan rencana kerja kuntitatif dalam bentuk moneter dan non moneter yang dipakai oleh manajemen sebagai alat komunikasi, perencanaan dan pengendalian
9
laba, serta penilaian kinerja manajemen dalam upaya mencapai tujuan organisasi yang dinyatakan dalam satu periode tertentu.
2.1.2. Fungsi Anggaran Perusahaan tidak akan mencapai tingkat kesuksesan maksimal jika tidak menggunakan sistem penganggaran terkoordinasi. Menurut M. Nafarin (2004) Anggaran memiliki fungsi yang sama dengan manajemen yang meliputi fungsi perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan. Hal ini disebabkan anggaran mempunyai fungsi sebagai alat manajemen dalam melaksanakan fungsinya. Sebagai fungsi perencanaan anggaran merupakan alat perencanaan tertulis yang menuntut pemikiran yang teliti, karena anggaran memberikan gambaran yang lebih nyata/jelas dalam unit dan uang. Sebagai fungsi pelaksanaan anggaran merupakan pedoman dalam pelaksanaan pekerjaan, sehingga pekerjaan dapat dilaksanakan secara selaras dalam mencapai tujuan (laba). Sebagai fungsi pengawasan anggaran merupakan alat pengendalian/pegawasan (controlling). Pengawasan berarti melakukan evaluasi (menilai) atas pelaksanaan pekerjaan, dengan cara : membandingkan realisasi dengan rencana (anggaran) dan melakukan tindakan perbaikan apabila dipandang perlu (jika ada penyimpangan yang merugikan). Sedangkan menurut Darsono dan Ari Purwanti (2010) menyatakan
bahwa:
kegunaan
anggaran
ialah
untuk
perencanaan
dan
pengendalian, evaluasi kinerja dan untuk mengarahkan perilaku manajer dan karyawan.
10
Selain sebagai fungsi dan kegunaan seperti yang sudah dijelaskan diatas penyusunan anggaran juga memiliki kelebihan atau keunggulan. Menurut Hansen dan Mowen (2004): Sebuah sistem penganggaran memberikan beberapa kelebihan untuk suatu organisasi. 1. Memaksa para manajer melakukan perencanaan. 2. Menyediakan informasi yang dapat digunakan untuk memperbaiki pengambilan keputusan 3. Menyediakan standar evaluasi kinerja 4. Memperbaiki komunikasi dan koordinasi.
Sedangkan menurut Darsono dan Ari Purwanti (2010): Anggaran memiliki keunggulan, yaitu : 1. Hasil analisis lingkungan internal perusahaan yaitu analisis data historis perusahaan yang menjelaskan kekuatan dan kelemahannya kemudian dijadikan bahan baku untuk membuat program kerja dimasa mendatang. 2. Hasil analisis lingkungan eksternal yang menjelaskan peluang bisnis dan kendala yang dihadapinya, kemudian dijadikan bahan baku untuk membuat program kerja di masa mendatang.
11
3. Sebagai alat pedoman kerja dan pengendalian kegiatan operasional dan keuangan. 4. Sebagai sarana koordinasi antar seksi, bagian, divisi dalam suatu perusahaan. 5. Sebagai sumber rasa tanggung jawab dan partisipasi aktif semua kepala seksi, bagian, divisi dalam suatu perusahaan. 6. Sebagai dasar untuk mengetahui wewenang dan tanggung jawab semua level manajer.
Dalam hal ini untuk mencapai manfaat dari suatu anggaran maka penyusunan anggaran mengharuskan kerjasama antara berbagai area dan aktivitas dalam organisasi sehingga koordinasi sangat dianjurkan agar anggaran sesuai dengan tujuan organisasi. Menurut M. Nafarin (2004) Anggaran selain mempunyai banyak manfaat, juga memiliki kelemahan antara lain : 1. Anggaran
dibuat
berdasarkan
taksiran
dan
asumsi,
sehingga
mengandung unsur ketidakpastian. 2. Menyusun anggaran yang cermat memerlukan waktu, uang, dan tenaga yang tidak sedikit, sehingga tidak semua perusahaan mampu menyusun anggaran secara lengkap (komprehensif) dan akurat. 3. Pihak yang merasa dipaksa untuk melaksanakan anggaran dapat menggerutu dan menentang, sehingga pelaksanaan anggaran dapat menjadi kurang efektif.
12
Menurut Darsono dan Ari Purwanti, Kelemahan anggaran antara lain : 1. Prediksi kegiatan bisnis dimasa mendatang belum tentu tepat atau belum tentu mendekati kenyataan. 2. Perubahan kondisi politik, sosial, ekonomi, bisnis dimasa mendatang sulit diprediksi sehingga sering tidak terjangkau dalam pemikiran pembuat anggaran. 3. Sering terjadi konflik kepentingan dalam penyusunan anggaran maupun dalam pelaksanaannya. 4. Pembuat anggaran (kepala seksi, bagian, divisi) sering berpikir subyektif mementingkan seksinya, bagiannya, atau divisinya saja. 5. Anggaran pada umumnya sangat idelistik sehingga sulit dicapai dan dapat mengakibatkan para pelaksana frustasi.
2.1.3 Penyusunan Anggaran 2.1.3.1. Pendekatan Dalam Penyusunan Anggaran Dalam suatu perusahan, penyusunan anggaran memerlukan waktu yang cukup banyak, karena dalam penyusunan anggaran akan banyak masukanmasukan yang perlu dikoreksi, oleh karena itu penyusunan jadwal yang jelas akan membantu penyelesaian suatu anggaran. Menurut Anthony dan Govindarajan (2003) menyatakan bahwa: Terdapat dua pendekatan utama dalam penyusunan anggaran, yaitu pedekatan dari atas ke bawah (top down approach) dan pendekatan dari bawah ke atas (bottom up approach). Pendekatan lain merupakan gabungan dari kedua pendekatan terseut, yaitu pendekatan partisipasi.
13
Dalam pendekatan dari atas ke bawah, penyusunan anggaran ditetapkan oleh manajemen puncak yang akan dilaksanakan oleh manajer pusat pertanggung jawaban. Keuntungan dari pendekatan ini yakni proses penyusunan anggaran membutuhkan waktu yang tidak terlalu lama, sedangkan kelemahannya adalah kurangnya komitmen dari para pelaksana anggaran. Dalam pendekatan dari bawah ke atas, para manajer pusat pertanggung jawaban mengajukan usul kepada manajemen puncak untuk dinegosiasikan yang akan dijadikan sebagai pertimbangan dalam penyusunan anggaran. Pendekatan dari bawah ke atas dapat menciptakan komitmen untuk mencapai tujuan anggaran, tetapi apabila tidak dikendalikan dengan hati-hati dapat menghasilkan jumlah yang sangat mudah atau yang tidak sesuai dengan tujuan keseluruhan perusahaan. Pendekatan partisipasi merupakan gabungan dari kedua pendekatan diatas, dimana pendekatan ini biasanya dianggap sebagai metode yang paling efektif, karena anggaran disusun berdasarkan hasil kerjasama antara manajer puncak dengan manajer pusat pertanggungjawaban. Dengan demikian anggaran yang dihasilkan benar-benar mendapat dukungan dari kedua belah pihak dan diharapkan akan ada komitmen yang kuat untuk melaksanakannya.
2.1.3.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyusunan Anggaran Untuk bisa melakukan penaksiran penyusunan anggaran secara lebih akurat, diperlukan berbagai data, informasi dan pengalaman yang merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi penyusunan anggaran.
14
Menurut M. Munandar (2001) faktor-faktor yang mempengaruhi penyusunan anggaran yaitu :
1. Faktor – faktor internal Merupakan data, informasi, dan pengalaman yang terdapat
didalam
perusahaan sendiri. Faktor – tersebut antara lain: a. Penjualan tahun-tahun yang lalu. b. Kebijaksanaan perusahaan yang berhubungan dengan masalah harga jual, syarat pembayaran barang yang dijual, pemilihan saluran distribusi dan lainnya. c. Kapasitas produksi yang dimiliki. d. Tenaga
kerja
yang
dimiliki
perusahaan,
baik
jumlahya
(kuantitatif) maupun keterampilan dan keahliannya (kualitatif).
2. Faktor – faktor eksternal Merupakan data, informasi dan pengalaman yang terdapat diluar perusahaan, tetapi mempunyai pengaruh terhadap perusahaan. Faktorfaktor tersebut antara lain: a. Keadaan persaingan. b. Tingkat pertumbuhan penduduk c. Tingkat penghasilan masyarakat
15
d. Berbagai kebijakan pemerintah baik dibidang politik, ekonomi, sosial, budaya maupun keamanan. e. Keadaan perekonomian nasional maupun internasional, kemajuan teknologi dan sebagainya.
2.1.4 Partisipasi Penyusunan Anggaran 2.1.4.1 Pengertian Partisipasi Keberhasilan program anggaran terutama akan ditentukan oleh bagaimana cara penyusunan anggaran itu sendiri. Dalam hal ini peran aktif manajer dalam berpartisipasi penyusunan anggaran akan berdampak positif bagi perusahaan. Partisipasi juga
memberi
dampak
positif
terhadap
perilaku karyawan,
meningkatkan kualitas dan kuantitas serta meningkatkan kerjasama diantara para karyawan. Dalam hal ini, besarnya partisipasi atau keterlibatan bawahan dalam pengambilan keputusan tergantung kepada keputusan manajemen perusahaan. Menurut Keith Davis (1985) dalam buku Anwar Prabu Mangkunegara menyatakan: Partisipasi adalah keterlibatan emosi dan mental pegawai dalam situasi kelompok yang menggiatkan mereka untuk menyumbang pada tujuan kelompok serta bertanggung jawab terhadap hal tersebut. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa partisipasi anggaran merupakan kerjasama dari seluruh tingkatan organisasi untuk menyusun anggaran. Pada dasarnya manajer puncak biasanya kurang mengetahui kegiatan sehari-hari, sehingga diperlukan informasi atau anggaran yang lebih rinci dari bawahannya,
16
disisi lain manajer puncak mempunyai pandangan yang lebih luas atas perusahaan secara keseluruhan yang sangat vital dalam pembuatan kebijakan secara umum. Menurut Robert N. Anthony dan Vijay Govindarajan (2003) Partisipasi pembuatan anggaran sangat menguntungkan untuk pemusatan tanggung jawab dalam pelaksanaan secara dinamis dan dalam lingkungan yang tidak pasti karena manajer yang bertugas pada pemusatan tanggung jawab memungkinkan untuk mempunyai informasi terbaik tentang variabel yang dapat mempengaruhi pemasukkan dan pengeluaran mereka. Partisipasi memberikan manfaat yang sangat besar dalam penyusunan anggaran, dimana dengan diterapkannya anggaran partisipatif manajer tingkat bawah merasa lebih bertanggungjawab atas sasaran dan strategi yang dihasilkan dalam anggaran serta akan menghasilkan kreativitas. Untuk itu diharapkan Setiap tingkatan tanggungjawab dalam suatu organisasi harus memberikan masukan terbaik sesuai bidangnya dalam suatu sistem kerjasama penyusunan dokumen anggaran yang terintegrasi.
2.1.4.2. Keunggulan Partisipasi Penyusunan Anggaran Keberhasilan suatu program anggaran ditentukan dari cara pembuatan anggaran itu sendiri. Dimana program yang paling berhasil ialah harus melibatkan manajer dalam tanggungjawab pengendalian biaya untuk membuat estimasi anggaran tersebut. Partipasi penyusunan anggaran dapat menghasilkan informasi yang lebih baik, karena memberi kesempatan atasan untuk mendapatkan akses informasi sebenarnya pada bawahan.
17
Menurut Siegel & Marconi (1989), Penerapan partsipasi dalam penyusunan anggaran memberikan banyak manfaat, antara lain : 1. Partisipan (orang yang terlibat dalam proses penyusunan anggaran) menjadi ego-involved tidak hanya task-involved dalam kerja mereka. 2. Partisipasi akan menaikkan rasa kebersamaan dalam kelompok, yang akibatnya akan menaikkan kerja sama anggota kelompok didalam penetapan sasaran. 3. Partisipasi dapat mengurangi rasa tertekan akibat adanya anggaran. 4. Partisipasi dapat mengurangi rasa ketidaksamaan di dalam alokasi sumber daya di antara bagian-bagian organisasi.
Sedangkan menurut Ray H. Garrison, Eric W. Noreen dan Peter C. Brewer (2009) Sejumlah keunggulan yang biasanya diungkapkan dalam anggaran partisipasif, adalah : 1. Setiap orang pada semua tingkatan organisasi diakui sebagai anggota tim yang pandangan dan penilaiannya dihargai oleh manajemen puncak. 2. Estimasi anggaran yang dibuat oleh manajer lini depan sering kali lebih akurat dan andal dibandingkan dengan estimasi yang dibuat oleh manajer puncak yang kurang memiliki pengetahuan mendalam mengenai pasar dan operasi harian. 3. Timbul motivasi yang lebih tinggi bila individu berpartisipasi dalam menentukan tujuan mereka sediri, dibandingkan bila tujuan tersebut
18
ditetapkan dari atas. Anggaran yang ditetapkan sendiri menciptakan adanya komitmen. 4. Seorang manajer yang tidak dapat memenuhi anggaran yang ditetapkan dari atas selalu dapat berkata bahwa anggaran tersebut tidak realistis dan tidak mungkin dicapai. Dengan anggaran yang ditetapkan sendiri, alasan semacam ini tidak akan timbul. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa keberhasilan dari penyusunan anggaran partisipatif terlaksana apabila seluruh manajer yang terlibat didalamnya harus betul-betul memahami dan menyetujui strategi organisasi.
2.1.4.3 Kelemahan Partisipasi Penyusunan Anggaran Menurut Hansen dan Mowen (2004) anggaran partisipatif memiliki tiga potensi masalah yaitu: 1. Menetapkan standar yang terlalu tinggi atau terlalu rendah. 2. Membuat kelonggaran dalam anggaran (sering disebut sebagai menutupi anggaran). 3. Partisipasi semu. Penetapan standar yang terlalu tinggi ataupun yang terlalu rendah dapat menimbulkan masalah, karena apabila tujuan ditetapkan terlalu rendah/terlalu mudah dicapai, maka seorang manajer bisa kehilangan minat dan kinerjanya akan sangat menurun. Sebaliknya apabila penetapan standar anggaran terlalu tinggi maka manajer akan kesulitan untuk mencapainya sehingga akan mengakibatkan manajer frustasi yang diikuti pula dengan kinerja yang semakin menurun.
19
Solusinya adalah dalam anggaran partisipatif menetapkan tujuan yang tinggi tetapi dapat dicapai. Kelonggaran anggaran muncul ketika seorang manajer memperkirakan pendapatan rendah atau meninggikan biaya dengan sengaja.Pendekatan manapun akan meningkatkan kemungkinan manajer untuk mencapai anggaran dan tentunya akan menurunkan resiko yang dihadapi manajer. Solusinya untuk menghindari hal tersebut, manajemen puncak harus berhati-hati dalam meninjau anggaran yang diajukan para manajer tingkat bawah dan menyediakan input jika dibutuhkan untuk menurunkan kemungkinan kelonggaran dalam anggaran. Dalam hal ini, manajemen puncak menerapkan pengendalian jumlah atas proses penganggaran sehingga hanya mencari partisipasi palsu dari para manajer tingkat bawah, dimana manajemen puncak hanya mendapatkan persetujuan formal anggaran dari para manajer tingkat bawah. Akibatnya tidak satupun manfaat keperilakuan dari partisipasi yang akan didapat. Sedangkan menurut Dunk (1993) dan Yuwono (1999), menyatakan bahwa: Penganggaran partisipasi dapat menyebabkan kesenjangan anggaran, yaitu perbedaan antara jumlah sumber daya yang sebenarnya diperlukan untuk menyelesaikan tugas secara efisien dengan jumlah yang diajukan oleh manajer yang bersangkutan utuk mengerjakan tugas yang sama.
2.1.5 Kinerja Manajerial 2.1.5.2 Pengertian Kinerja
20
Menurut Anwar Mangkunegara (2005) Pengertian kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Kinerja merupakan evaluasi terhadap pekerjaan yang dilakukan lewat atasan langsung, teman, dirinya sendiri dan bawahan. Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah suatu hasil dalam melaksanakan tugas, dimana sasaran dan tujuan yang diinginkan dapat tercapai sesuai dengan kemampuan yang dimiliki individu dalam suatu perusahaan.
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Manajerial Dalam mencapai sasaran atas peningkatan kinerja diperlukan suatu pertimbangan atas faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja manajerial. Menurut Anwar Prabu Mangkunegara: Faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja adalah kemampuan atau ability dan faktor motivasi atau motivation. Menurut
Hennry
Simamora
(1995)
dalam
buku
Mangkunegara (2005), kinerja dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu: 1. Faktor individual yang terdiri dari: a. Kemampuan dan keahlian b. Latar belakang c. Demografi
Anwar
Prabu
21
2. Faktor psikologis yang terdiri dari: a. Persepsi b. Attitude c. Personality d. Pembelajaran e. motivasi 3. Faktor organisasi yang terdiri dari: a. Sumber daya b. Kepemimpinan c. Penghargaan d. Struktur e. Job design. Menurut A. Dale Timple (1992) dalam buku Anwar Prabu Mangkunegara (2005) menyatakan: Faktor-faktor kinerja terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal. Dimana faktor internal merupakan faktor yang dihubungkan dengan sifat-sifat seseorang. Misalnya, kinerja seseorang baik disebabkan karena memiliki kemampuan tinggi dan mempunyai kemauan tinggi atau pekerja keras, dan sebaliknya seseorang yang memiliki kemampuan yang rendah, pemalas mempunyai kinerja yang rendah atau jelek. Sedangkan faktor eksternal yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang yang berasal dari lingkungan. Seperti perilaku, sikap, fasilitas kerja, serta iklim organisasi.
2.2
Penelitian Terdahulu
22
Penelitian partisipasi penyusunan anggaran dan kinerja manajerial telah banyak diteliti, baik pada perusahaan manufaktur maupun perusahaan jasa, dan juga pemerintahan dengan berbagai tambahan modifikasi variabel. Penelitian yang dilakukan oleh (Yogi Adrianto, tahun 2008) dengan judul analisis
Pengaruh partisipasi Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial Dengan
Kepuasan Kerja, Job Relevant Informatian dan Kepuasan Kerja Sebagai Variabel Moderating pada Rumah Sakit Di Wilayah Kota Semarang. Hasil penelitian menunjukkan bukti bahwa: partisipasi penyusunan anggaran dengan kinerja manajerial mempunyai hubungan positif dan signifikan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: interaksi antara partisipasi penyusunan anggaran dan variabel moderating kepuasan kerja berpengaruh pada kinerja manajerial. Kemudian interaksi antara partisipasi penyusunan anggaran dan variabel moderating job relevan information berpengaruh pada kinerja manajerial. Begitu juga hasil penelitian mengenai interaksi antara partisipasi penyusunan anggaran dan variabel moderating motivasi kerja berpengaruh pada kinerja manajerial. Penelitian yang dilakukan oleh Yunita (2008) mengenai pengaruh partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja manjerial dengan komitmen organisasi dan kecukupan anggaran sebagai variabel kontijen pada Universitas Dian Nuswantoro Semarang. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa: partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh positif signifikan terhadap komitmen organisasi, dan komitmen organisasi berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja manajerial. Selanjutnya diperoleh hasil yang yang menunjukkan bahwa pengaruh partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial melalui
23
komitmen organisasi sebagai variabel intervening mempunyai nilai yang lebih kecil dibandingkan pengaruh langsung partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja manjerial. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Arisha Hayu Pramesthiningtyas (2009) mengenai pengaruh partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial, melalui komitmen organisasi dan motivasi sebagai variabel intervening studi kasus pada lima belas perusahaan di kota semarang, menunjukan bahwa tidak terdapat pengaruh langsung antara partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial. Partisipasi anggaran berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap komitmen organisasi dan motivasi. Partisipasi anggaran juga berpengaruh tidak langsung terhadap kinerja manajerial melalui variabel intervening komitmen organisasi, namun partisipasi anggaran tidak berpengaruh langsung terhadap kinerja manajerial melalui motivasi sebagai variabel intervening.
2.3
Kerangka Konseptual Proses penyusunan anggaran merupakan hal yang sangat penting bagi
perusahaan dan melibatkan berbagai pihak. Secara garis besar penyusunan anggaran dibagi atas tiga jenis yaitu penyusunan anggaran dari atas ke bawah, dari bawah ke atas, dan kombinasi dari antara kedua tersebut atau sering juga disebut anggaran partisipatif. Dari ketiga jenis tersebut yanga paling efektif adalah anggaran partisipatif.
24
Anggaran partisipatif memungkinkan para manajer tingkat bawah untuk turut serta dalam proses penyusunan anggaran. Anggaran partisipatif akan mendorong serta dapat meningkatkan kinerja para manajer tingkat bawah untuk mencapai target yang telah dibuat dalam anggaran, dikarenakan manajer tingkat bawah yang membuat anggaran, sehinggga manajer merasa bertanggungjawab atas apa yang telah disusun dalam anggaran tersebut. Dalam hal ini peningkatan kinerja dapat diukur dengan membandingkan antara standar yang telah ditetapkan dengan kinerja yang sebenarnya. Proses penyusunan anggaran merupakan kegiatan yang penting dan melibatkan berbagai pihak, agar pelaksanaannya berjalan efektif, para pelaksana hendaknya berpartisipasi untuk merencanakan anggaran dan mengusahakan agar anggaran dapat tercapai. Tetapi yang lebih penting adalah sejauh mana tingkat partisipasi atau peran serta dalam penyiapan anggaran, karena sebenarnya anggaran yang disetujui pada dasarnya selalu menggambarkan suatu kesepakatan bersama dari banyak orang di dalam suatu organisasi atau perusahaan. Menurut Indriantoro dan Supomo (1988) menyatakan: Kinerja dinyatakan efektif apabila tujuan anggaran tercapai dan bawahan mendapat kesempatan terlibat atau berpartisipasi dalam proses penyusunan anggaran serta memotivasi bawahan, mengidentifikasi dan melakukan negosiasi dengan atasa mengenai target anggaran, menerima kesepakatan anggaran dan melaksanakannya sehingga dapat menghindarkan dampak negatif anggaran yaitu faktor kriteria kerja, sistem penghargaan (reward) dan konflik.
25
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dibuat kerangka konseptual seperti gambar 2.1.
Kinerja Manajerial
Partisipasi Penyusunan Anggaran (X)
(Y)
Gambar 2.1. Kerangka Konseptual
Keterangan: X= Partisipasi penyusunan anggaran sebagai variabel independen (bebas). Y= Kinerja manajerial sebagai variabel dependen (terikat).
2.4
Hipotesis penelitian Menurut Sugiyono (2007) Hipotesis merupakan jawaban sementara
terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan.
26
Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi, hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik. Dalam penelitian ini, dirumuskan hipotesis bahwa: “Partisipasi dalam penyusunan anggaran berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial”
27
BAB III METODE PENELITIAN
3.1
Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah Penelitian
Asosiatif. Menurut Sugiyono : Penelitian Asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih.
Pada
penelitian ini minimal terdapat dua variabel yang dihubungkan. Bentuk hubungan antar variabel dalam penelitian ini adalah Hubungan Kausal. Menurut Sugiyono : Hubungan Kausal adalah hubungan yang bersifat sebab akibat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh antara partisipasi dalam penyusunan anggaran sebagai variabel independen (bebas) terhadap kinerja manajerial sebagai variabel dependen (terikat). Dimensi waktu penelitian ini adalah Cross- sectional. Menurut Ronny Kountor: cross - sectionalsurvey adalah metode pengumpulana data, dimana informasi yang dikumpulkan hanya pada suatu saat tertentu. Yang dimaksud pengumpulan data pada satu saat bukan hanya pada suatu hari saja, namun bisa dilakukan dalam beberapa hari atau bahkan beberapa minggu oleh karena situasi.
3.2.
Populasi Dan Sampel Penelitian
3.2.1. Populasi
28
Menurut Sugiyono (2007) Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan menurut Ronny Kountur (2005) Populasi adalah suatu kumpulan menyeluruh dari suatu objek yang merupakan perhatian peneliti. Dari pendapat tersebut dapat diketahui pengertian populasi, yaitu objek/ subjek yang diteliti. Sesuai dengan pendapat tersebut, maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh manajer beserta karyawan yang ikut berpartisipasi dalam penyusunan anggaran di PT. Duta Bintang Barat Medan yang berjumlah 30 orang.
3.2.2 Sampel Menurut Sugiyono (2007) Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sedangkan menurut Ronny Kountur: Sampel adalah bagian dari populasi. Maka yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi yaitu para manajer dan karyawan yang turut serta dalam penyusunan anggaran yang berjumlah tiga puluh orang, untuk itu penelitian ini bersifat survey.
3.3.
Defenisi Operasional Dan Pengukuran Variabel Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel yang diteliti adalah sebagai
berikut :
29
1.
Sebagai variabel bebas (X) yaitu: Partisipasi Anggaran Partisipasi dalam penelitian ini berkaitan dengan seberapa jauh
keterlibatan manajer dalam menentukan atau menyusun anggaran yang ada dalam setiap departemen dalam perusahaan. Partisipasi dalam penyusunan anggaran lebih memungkinkan bagi para manajer (sebagai bawahan) dan karyawan untuk melakukan negosiasi dengan atasan mereka mengenai kemungkinan target anggaran yang dapat dicapai. Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan dalam mengukur variabel ini diadopsi dari Milani (1975) yang meliputi: a. Keikutsertaan dalam penyusunan anggaran b. Seringnya atasan meminta pendapat atau usulan saat anggaran sedang disusun. c. Kepuasan dalam penyusunan anggaran d. Kebutuhan memberikan pendapat e. Kerelaan dalam memberikan pendapat f.
2.
Besarnya pengaruh terhadap penetapan anggaran akhir.
Sebagai variabel terikat (Y) yaitu: Kinerja Manajerial Kinerja merupakan faktor penting yang digunakan untuk mengukur
efektifitas dan efisiensi operasional suatu perusahaan dengan standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan dalam mengukur variabel ini diadopsi dari Milani (1975) yang meliputi:
30
1. Perencanaan 2. Investigasi 3. Koordinasi 4. Evaluasi 5. Pengawasan 6. Perwakilan.
3.4.
Jenis dan Teknik Pengumpulan Data
3.4.1. Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data kualitatif yang terdiri dari data primer dan data sekunder. 1. Data Primer Data Primer merupakan sumber data yang diperoleh secara langsung dari sumber asli (tidak melalui perantara). Data primer secara khusus dikumpulkan oleh peneliti untuk menjawab pertanyaan peneliti. Data primer dalam penelitian ini, berasal dari hasil kuesioner yang telah diisi oleh responden.
2. Data Sekunder Data Sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh melalui media perantara (diperoleh dan dicatat pihak lain)”. Data sekunder dalam penelitian ini adalah data olahan yang diperoleh penulis dari pihak internal perusahaan antara lain: a. Sejarah singkat dan aktivitas perusahaan
31
b. Struktur organisasi
3.4.2. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data primer yang digunakan adalah teknik kuesioner. Menurut Sugiyono (2007) Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam pengambilan data primer atau pengiriman kuesioner sebagai berikut : a. Kuesioner dikirim kepada semua anggota populasi b. Setelah satu minggu, peneliti mengumpulkan kuesioner yang telah diisi oleh responden c. Jika ada responden yang belum mengembalikan daftar pertanyaan tersebut, maka kepada mereka diberi waktu satu minggu d. Setelah batas waktu yang telah ditentukan dan kuesioner telah dikembalikan seluruhnya maka peneliti akan mengolah data tersebut. Skala penelitian yang digunakan untuk setiap responden adalah skala ordinal. Menurut Ronny Kountur : Skala Ordinal juga membedakan antara satu kategori dengan kategori lainnya, namun tidak hanya itu, dia juga membedakan urutan kategorinya. Skala ordinal dapat merupakan operasi logika (logic) yaitu > (lebih besar), = (sama dengan), atau < (lebih kecil) namun kita tidak dapat menentukan tingkat perbedaannya.
32
3.5
Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
regresi linear sederhana, karena menyangkut sebuah variabel independen dan sebuah variabel dependen. Disamping itu, metode analisis ini digunakan untuk melihat hubungan antara kedua variabel yang diteliti. Adapun model persamaan regresi untuk menguji hipotesis, dengan formulasi sebagai berikut: Y= a + bX + e Keterangan: Y = Kinerja Manajerial a = Konstanta b = Koefisien Regresi X = Partisipasi Penyusunan Anggaran e = Tingkat Kesalahan Pengganggu
3.5.1 Pengujian Kualitas Data 1. Uji Validitas Menurut Ronny Kountur (2005) dikatakan Valid apabila instrumen tersebut dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Sedangkan menurut Sugiyono: “bila koefisien korelasi sama dengan 0,3 atau lebih (paling kecil 0,3). Maka butir instrumen dikatakan valid”.
33
2.
Uji Reliabilitas Reliabilitas berhubungan dengan konsistensi. Konsistensi menunjukkan
seberapa baik item-item pertanyaan yang digunakan untuk mengukur variabel. Ukuran reliabilitas pada umumnya dapat dilihat berdasarkan Alfa Cronbach. Semakin dekat Alfa Cronbach dengan 1, semakin tinggi reliabilitasnya. Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS 18 (Statistic Package for Sosial Science).
3.5.2 Pengujian Asumsi Klasik Penggunaan analisis regresi dalam statistik harus bebas dari asumsi-asumsi klasik seperti normalitas data, autokorelasi, heterokedastisitas dan asumsi-asumsi klasik lainnya. Untuk menguji hal tersebut peneliti juga menggunakan uji SPSS. Berdasarkan hasil output tersebut barulah dilakukan analisis terhadap asumsiasumsi klasik tersebut.
1. Uji Normalitas Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah distribusi data penelitian dalam masing-masing variabel telah menyebar secara normal atau mendekati data normal. Uji normalitas perlu dilakukan untuk menentukan alat statistik yang dilakukan.
34
Apabila data yang diperoleh itu terdistribusi normal dan variansnya sama, maka pengujian hipotesis dilakukan dengan alat statistik parametrik. Jika data yang diperoleh itu tidak terdistribusi dan variansnya tidak sama, maka pengujian hipotesis dilakukan dengan alat statistik nonparametrik. Pengujian normalitas data dilakukan dengan melihat grafik penyebaran data dan terdistribusi normal.Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal.Cara yang digunakan untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak adalah dengan analisis grafik.
2. Uji Heterokedastisitas Tujuan dari pengujian ini adalah untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual, dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan lainnya tetap, maka disebut Homokedastisitas.Jika varians berbeda maka disebut heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heterokedastisitas. Pengujian ini dilakukan dengan penggunaan Scatter – Plot menggunakan SPSS 18.0. Uji asumsi klasik yang digunakan hanya terbatas pada kedua uji di atas, sedangkan uji autokorelasi dan uji multikolinearilitas tidak digunakan. Karena uji autokorelasi ini digunakan untuk data penelitian yang berdimensi time-Series, sedangkan uji multikolinearilitas digunakan untuk penelitian yang menggunakan lebih dari satu variabel bebas.
35
3.5.3 Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis bertujuan menguji ada tidaknya pengaruh dari variabel independen yaitu partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial sebagai variabel dependen. Hipotesis penelitian diuji dengan menggunakan analisa regresi linear (sederhana).
1. Uji Signifikan Parsial ( Uji – T) Uji statistik t disebut juga sebagai uji signifikan individual.Uji ini bertujuan untuk menunjukan seberapa jauh pengaruh variabel independen secara signifikan terhadap variabel dependen. Dengan kriteria penilaian: Ho : b1 = 0 artinya suatu variabel independen X (Partisipasi penyusunan anggaran) secara signifikan tidak berpengaruh terhadap variabel dependen Y (kinerja manajerial). Ho : b1 ≠ 0 artinya variabel independen X (Partisipasi penyusunan anggaran) secara signifikan berpengaruh terhadap variabel dependen Y (kinerja manajerial). kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut: Jika Significant Value< 0,05 maka ho ditolak (Ha diterima).
36
2. Koefisien Determinan R2 Pengujian koefisien determinan (R2) digunakan untuk mengukur proposi atau persentase sumbangan variabel independen yang diteliti terhadap variasi naik turunnya variabel dependen. Koefisien determinan berkisar antara nol sampai dengan satu (0 ≤ R2 ≤ 1). Hal ini berarti R2 = 0 menunjukan tidak adanya pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen, bila R semakin besar mendekati satu, menunjukkan semakin kuatnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dan bila R semakin kecil mendekati nol maka dapat dikatakan semakin kecilnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.
37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1.
Hasil Penelitian
4.1.1. Gambaran Umum PT. Duta Bintang Barat Medan A. Sejarah Singkat Perusahaan PT. Duta Bintang Barat merupakan salah satu bentuk perusahaan yang bergerak dalam bidang distribusi produk-produk minuman, yang pada saat ini melakukan kegiatannya sebagai penjual, distributor serta supplier minuman seperti: Bir Bintang, Heineken, Green Sand, Bintang Zero dan Badak. PT. Duta Bintang Barat berdiri pada tanggal 1 Januari 1981, dan terletak di Jalan Sisingamangaraja KM. 7,5 Medan.
B. Struktur Organisasi Struktur organisasi merupakan suatu bagan yang menggambarkan pola hubungan kerja dalam suatu hirarki dan pertanggungjawaban untuk mencapai tujuan perusahaan. Dalam struktur organisasi akan tergambar arus wewenang serta tanggung jawab sesuai fungsi tiap-tiap jabatan dalam organisasi tersebut. 1. Komisaris Utama
38
Komisaris utama dalam hal ini bertugas dan bertanggungjawab penuh atas kegiatan perusahaan sebagai kekuasaan tertinggi dalam pelaksanaan tugas operasional, berhak dan berkuasa penuh dalam mewakili perusahaan dimanapun juga baik di dalam perusahaan maupun di luar perusahaan. Selain sebagai pimpinan tertinggi juga merupakan pemilik perusahaan. Tugas, wewenang dan tanggung jawabnya yaitu: -
Memimpin dan mengendalikan perusahaan.
-
Mengawasi setiap kegiatan dalam perusahaan dan mengawasi setiap bagian yang ada pada perusahaan.
-
Mencari sub distributor yang menguntungkan untuk menambah jalur distribusi.
-
Memberikan pengarahan dan bimbingan terhadap para karyawan dan memberikan persetujuan atau kebijaksanaan yang dianggap perlu dalam menunjang lancarnya kegiatan usaha perusahaan.
-
Sebagai wakil perusahaan dalam melakukan hubungan dengan pihak luar.
-
Mengangkat dan memberhentikan karyawan serta menentukan besarnya gaji.
-
Memeriksa status customer dan memberikan penilaian atas kelayakan persetujuan kredit pada customer tersebut.
2. Direktur Utama Tugas, wewenang dan tanggung jawab direktur utama secara garis besar yaitu sebagai berikut: -
Membantu tugas komisaris utama.
39
-
Dapat juga mewakili perusahaan dalam melakukan hubungan dengan pihak luar.
-
Menjalankan kerjasama yang baik dengan pihak intern, yang dapat menguntungkan bagi perusahaan.
-
Menjalankan kebijaksanaan yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
-
Membuat laporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas secara periodik.
-
Mempelajari dan menguasai situasi pasar yang menjadi tanggungjawabnya.
3. Bagian Keuangan dan ADM Bagian keuangan bertugas mengurus keuangan perusahaan yang terdiri dari direktur keuangan dan kepala finance, ADM dan accounting. Tugas dan wewenangnya sebagai berikut:
a. Direktur Keuangan: -
Mempertanggungjawabkan tugas kepada direktur.
-
Mengawasi kegiatan yang dilakukan oleh kepala bagian finance, ADM dan accounting.
-
Melakukan pembelian atas alat-alat kantor.
-
Merekap laporan penjualan yang telah dilaporkan oleh kepala bagian finance, ADM dan accounting.
-
Menyetorkan uang ke bank.
b. Kepala Finance, ADM dan Accounting: -
Mengerjakan administrasi piutang berdasarkan prosedur.
40
-
Melakukan penagihan kepada relasi berdasarkan faktur asli penjualan.
-
Mengeluarkan uang untuk kebutuhan operasional perusahaan.
-
Melakukan pencatatan atas penjualan dan pembelian.
-
Melakukan pencatatan atas penerimaan dan pengeluaran kas.
4. Bagian Sales Bagian sales yang terdiri atas beberapa sub bagian yang mempunyai tugas, wewenang dan tanggung jawab sebagai berikut: a. Direktur Sales: -
Membantu tugas direktur utama dalam hal penjualan jasa dan penyaluran barang.
-
Mengkoordinir sales supervisor dan salesman dalam melaksanakan tugasnya.
-
Bertanggungjawab langsung kepada direktur.
b. Sales Supervisor: -
Mengkoordinir salesman dalam pelaksanaan tugas penjualan jasa.
-
Menanggapi dan mempelajari masalah yang dihadapi oleh bawahan.
-
Menjalin hubungan yang baik dengan relasi.
-
Membuat laporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas kepada direktur sales.
c. Sales/Salesman: -
Memasarkan produk customer yang akan dipasarkan.
41
-
Memperluas daerah pemasaran dan mencari relasi baru.
-
Mengikuti perkembangan dan mengantisipasi situasi pasar.
-
Menjalin hubungan baik dengan relasi dan menjalankan kebijaksanaan perusahaan dalam penjualan jasa sebagai distributor.
-
Membuat laporan harian penjulan dan mengisi kartu penjualan per relasi ke sales supervisor.
5.
Bagian Logistik Terdiri atas direktur logistik dan kepala gudang yang mempunyai beberapa
sub bagian. Tugas, wewenang dan tanggungjawabnya sebagai berikut:
a. Direktur Logistik: Fungsi utama direktur logistik adalah melaksanakan tugas yang berhubungan dengan penjualan jasa yang ditawarkan, memastikan arus keluar dan masuk barang customer sesuai dengan ketentuan dan prosedur yang telah ditetapkan perusahaan. Tugasnya sebagai berikut: -
Melaksanakan tata administrasi penerimaan dan pengeluaran barang dari dan ke gudang sesuai dengan ketentuan dan prosedur yang ditetapkan.
-
Memberikan
pengarahan
kepada
kepala
bagian
gudang,
seperti
melaksanakan tata penyimpanan barang di gudang, menjaga keamanan, kebersihan dan ketertiban gudang serta melakukan stock opname secara berkala sesuai yang telah ditetapkan.
42
-
Memeriksa dan memonitor terus menerus hasil pelaksanaan tugas bawahannya dan memberikan pengarahan kepada bawahannya.
-
Mencocokkan tingkat stock yng tertera dalam kartu meja dengan yang ada pada kartu gudang.
-
Mengajukan permintaan penambahan stock kepada direktur utama.
-
Menjamin kerjasama yang konstruktif dengan bawahan, atasan, rekan kerja dan pihak luar yang relevan.
b. Kepala Gudang: -
Melakukan penerimaan barang dan meneliti apakah barang yang sesuai dengan faktur pembelian dan surat pesanan.
-
Mengecek kesesuaian antara surat pesanan (SP) pembelian dengan fakturnya.
-
Membuat Bukti Barang Masuk (BBM).
-
Membuat laporan bulanan stock barang kepada direktur logistik.
-
Menyiapkan barang sesuai dengan surat pesanan (SP) dari relasi untuk dikirim.
-
Mengkoordinir bagian stock keeper dan helper.
-
Membuat surat permintaaan barang yang ditujukan kepada direktur logistik.
c. Stock Keeper:
43
-
Menjaga keamanan harta perusahaan dan dokumen penting yang berada dalam pengelolaannya.
-
Melakukan pengiriman barang ke relasi sesuai dengan faktur penjualan tepat waktu.
-
Menerima barang retur penjualan dan expired date dari relasi untuk diserahkan ke kepala gudang.
-
Mempertanggungjawabkan pelaksanaan kerja kepada kepala gudang.
-
Menjaga keamanan barang sampai tujuan.
d. Helper: -
Membantu stock keeper dan kepala gudang dalam memasarkan produk yang ditawarkan.
-
Membantu secara langsung dalam pengiriman barang ke relasi.
-
Menerima barang yang diserahkan oleh bagian stock keeper untuk dipasarkan.
-
Mempertanggungjawabkan pelaksanaan kerja kepada kepala gudang.
-
Melaporkan jika barang tersebut telah dikirim.
44
Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT. Duta Bintang barat
Komisaris Utama
Direktur Utama
Direktur Keuangan
Manajer/Kepala
Direktur Sales
Direktur Logistik
Sales Supervisor
Kepala Gudang : - Stock Keeper - Helper
(Finance, ADM dan Accounting)
Salesman
Sumber : PT. Duta Bintang Barat
45
4.2. Pembahasan 4.2.1. Statistik Deskriptif Tabel 4.1. Hasil Statistik Deskriptif Descriptive Statistics
Partisipasi Penyusunan Anggaran Kinerja Manajerial
N Minimum Maximum 30 16 30
30
15
30
Std. Sum Mean Deviation 644 21.47 3.848
645
21.50
3.928
Valid N (listwise) 30 Sumber: Hasil Olah Data SPSS 18 Untuk memberikan gambaran mengenai variabel-variabel penelitian (partisipasi anggaran dan kinerja manajerial), peneliti menggunakan tabel deskriptif yang tersaji pada Tabel 4.1. Berdasarkan tabel tersebut, hasil pengukuran variabel partisipasi anggaran dari tiga puluh responden diperoleh total skor jawaban seluruhnya berjumlah 664 dengan jawaban terendah 16 dan
46
jawaban tertinggi 30, sehingga diperoleh skor jawaban rata-rata (mean) 21,47 dengan standar deviasi 3,848. Hasil tersebut menunjukkan bahwa tidak ada manajer dan karyawan dalam penelitian ini mempunyai partisipasi pada tingkat ekstrim (terlalu rendah atau terlalu tinggi). Hasil pengukuran variabel kinerja manajerial pada Tabel 4.1, dari 30 responden diperoleh total skor jawaban seluruhnya berjumlah 645 dengan jawaban terendah 15 dan jawaban tertinggi 30, sehingga diperoleh skor rata-rata 22,50 dengan standar deviasi 3,92. Hal ini berarti tidak ada manajer dan karyawan yang menjadi responden yang mempunyai kinerja pada tingkat ekstrim (sangat rendah atau sangat tinggi).
4.2.2 Hasil Uji Kualitas Data 1. Hasil Uji Validitas Variabel Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukuran yang digunakan dapat mengukur apa yang ingin diukur. Uji validitas dilakukan dengan melihat koefisien korelasi dari setiap pertanyaan. Menurut Azwar, (dalam buku Duwi Priyatno) : Semua item yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,3 daya pembedanya dianggap memuaskan. Jadi item yang memiliki nilai korelasi di bawah 0,3 dianggap tidak valid. Hasil pengujian validitas terhadap masing-masing variabel penelitian dijelaskan sebagai berikut. a. Variabel partisipasi Penyusunan Anggaran (X) Tabel 4.2. Validitas Instrumen Item Pertanyaan ( Variabel X)
47
Corrected
Item
Item-Total Correlation
Keterangan
Partisipasi 1
0,666
Valid
Partisipasi 2
0,594
Valid
Partisipasi 3
0,748
Valid
Partisipasi 4
0,513
Valid
Partisipasi 5
0,496
Valid
Partisipasi 6
0,761
Valid
Sumber: Hasil Olah Data SPSS 18 Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 2.1, dimana keenam item pertanyaan tersebut menghasilkan koefisien korelasi > 0,3 maka dapat disimpulkan bahwa keenam pertanyaan mampu mengukur pengaruh partisipasi dalam penyusunan anggaran dan keenam pertanyaan tersebut dikatakan valid.
b. Variabel Kinerja Manajerial (Y) Variabel kinerja manajerial pada penelitian ini dilihat dari kinerja keuangan. Hasil uji validitas terhadap data dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut ini. Tabel 4.3. Validitas Instrumen Item Pertanyaan ( Variabel Y) Corrected Keterangan
Item Item-Total Correlation Kinerja 1
0,731
Valid
Kinerja 2
0,729
Valid
Kinerja 3
0,484
Valid
Kinerja 4
0,754
Valid
48
Kinerja 5
0,699
Valid
Kinerja 6
0,732
Valid
Sumber: Hasil Olah Data SPSS 18 Berdasarkan hasil olah data pada Tabel 4.3, bahwa keenam item pertanyaan tersebut menghasilkan koefisien korelasi > 0,3. Hal ini berarti bahwa pertanyaan tersebut mampu mengukur kinerja responden. Berdasarkan hasil pengujian tersebut maka item pertanyaan variabel kinerja manajerial lolos uji validitas. 2. Uji Reliabilitas Variabel Uji reliabilitas merupakan alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel. Suatu kuesioner dikatakan handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Menurut Sekaran, 1992 (dalam buku Duwi Priyatno) : Reliabilitas kurang dari 0,6 adalah kurang baik, sedangkan 0,7 dapat diterima dan diatas 0,8 adalah baik. Jadi dapat disimpulkan bahwa suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,60. Hasil pengujian reliabilitas terhadap masing-masing variabel penelitian dijelaskan sebagai berikut. a. Variabel Partisipasi Penyusunan Anggaran (X) Tabel 4.4. Reliabilitas Instrumen Item Pertanyaan ( Variabel X) Keterangan
Partisipasi_1
Cronbach's Alpha if Item Deleted 0,806
Partisipasi_2
0,820
Reliabel
Reliabel
49
Partisipasi_3
0,788
Reliabel
Partisipasi_4
0,844
Reliabel
Partisipasi_5
0,837
Reliabel
Partisipasi_6
0,793
Reliabel
Sumber: Hasil Olah Data SPSS 18 Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 4.4, dimana masing-masing pertanyaan menghasilkan nilai cronbach alpha lebih besar dari 0,60. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pertanyaan kuesioner tersebut memiliki reliabilitas yang tinggi. b. Variabel Kinerja Manajerial (Y) Tabel 4.5. Reliabilitas Instrumen Item Pertanyaan ( Variabel Y) Keterangan
Kinerja_1
Cronbach's Alpha if Item Deleted 0,850
Kinerja_2
0,850
Reliabel
Kinerja_3
0,887
Reliabel
Kinerja_4
0,846
Reliabel
Kinerja_5
0,856
Reliabel
Kinerja_6
0,852
Reliabel
Reliabel
Sumber: Hasil Olah Data SPSS 18 Berdasarkan hasil analisis uji reliabilitas pada Tabel 4.5 yang terdiri dari enam item pertanyaan menghasilkan nilai cronbach alpha lebih besar dari 0.60.
50
Artinya item pertanyaan kuesioner memiliki reliabilitas yang tinggi. Dari hasil tersebut dapat dijelaskan bahwa responden memiliki jawaban yang konsisten atau stabil dari waktu ke waktu sehingga kuesioner tersebut memiliki isi yang tidak akan berubah apabila digunakan kembali untuk waktu yang akan datang dan untuk menjelaskan item yang sama.
4.2.3 Hasil Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas Uji normalitas dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dapat juga dengan melihat histogram dari residualnya. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Hasil pengujian normalitas data pada penelitian ditunjukkan dalam histogram dan grafik berikut:
51
Gambar 4.2. Sumber : Hasil Olah Data SPSS 18
Gambar 4.3
52
Sumber: Hasil Olah Data SPSS 18
Dengan mengevaluasi hasil tampilan grafik histogram dan grafik normal flot, maka dapat disimpulkan bahwa grafik histogram memiliki pola distribusi yang tidak melenceng ke kiri maupun ke kanan menunjukkan bahwa data telah terdistribusi secara normal. Pada grafik normal plot terlihat titik menyebar di setiap garis dan penyebarannya tidak jauh dari garis diagonal. Kedua grafik tersebut menunjukkan, model regresi tidak menyalahi asumsi normalitas.
2. Uji heterokedastisitas Model regresi yang baik adalah homokedastisitas, artinya variance residual suatu pengamatan kepengamatan lain tetap. Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variabel dari residual satu pengamatan kepengamatan lain. Dalam hal ini peneliti menggunakan alat analisis grafik scaterplot. Dasar pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut: a. Jika ada pola tertentu seperti titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur
(bergelombang,
melebar
kemudian
menyempit),
maka
mengidentifiksikan telah terjadi heterokedastisitas, b. Jika tidak ada pola yang jelas, seperti titik – titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokesdastisitas atau terjadi homokedastisitas.
53
Gambar 4.4. Sumber: Hasil Olahan Data SPSS 18 Berdasarkan gambar tersebut, dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar secara acak dan tidak terbentuk satu pola tertentu baik di atas maupun di bawah nol pada sumbu Y, hal ini menunjukkan tidak terjadi heterokedastisitas pada model regresi. Berarti model regresi layak dipakai untuk memprediksi kinerja manajerial berdasarkan masukan variabel independennya (Partisipasi anggaran).
4.2.4 Hasil Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis dilakukan dengan tujuan untuk menguji ada tidaknya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Pengujian dengan regresi ditunjukkan dalam Tabel 4.6 dan 4.7 dimana metode yang digunakan adalah metode enter. Tabel 4.6. a
Coefficients
54
Model
Standardized Unstandardized Coefficients B
1
(Constant) PA
Std. Error 1.056
1.514
.952
.069
Coefficients t
Beta
.933
Sig. .698
.491
13.714
.000
a. Dependent Variable: Kinerja Manajerial
Sumber: Hasil Olah SPSS 18 Berdasarkan hasil pengolaan data pada Tabel 4.6, diperoleh model persamaan regresi sebagai berikut. Y = 1,056 + 0,952X + e
1. Hasil Uji Signifikan (Uji -T) Berdasarkan uji-t pada Tabel 4.6, diperoleh bahwa significant value sebesar 0,000. Dari hasil uji hipotesis tersebut, diperoleh bahwa significant Value (0,000) lebih kecil dari nilai alpha (0,05) maka Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh signifikan dan bersifat positif terhadap kinerja manajerial pada PT. Duta Bintang Barat Medan. Artinya semakin tinggi partisipasi penyusunan anggaran maka semakin tinggi kinerja manajerialnya. Kemudian untuk mengevaluasi hubungan antara partisipasi penyusunan anggaran dengan kinerja manajerial digunakan metode summary, selain itu juga dapat diketahui berapa persen pengaruh partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial seperti pada Tabel 4.7
55
Tabel 4.7. Model Summaryb Adjusted R Std. Error of Model R R Square Square the Estimate 1 .933a .870 .866 1.439 a. Predictors : (Constant), Partisipasi Penyusunan Anggaran. b. Dependent Variable : Kinerja Manajerial.
Durbin-Watson 1.835
Sumber Hasil Olah SPSS 18
Berdasarkan model summaryb pada Tabel 4.7, dapat dievaluasi bahwa hasil analisa regresi secara keseluruhan menunjukkan nilai R sebesar 0,933 artinya partisipasi penyusunan anggaran memiliki hubungan yang kuat dan positif dengan kinerja manajerial yaitu sebesar 93,3%. Dikatakan kuat karena angka tersebut diatas 0,5 atau 50%. Sedangkan nilai R Square atau nilai koefisien determinasi sebesar 0,870 artinya bahwa variabel dependen (kinerja manajerial) mampu dijelaskan oleh variabel independen (partisipasi penyusunan anggaran) sebesar 87% dan selebihnya dapat dijelaskan oleh faktor lain yang tidak diikutsertakan dalam penelitian ini. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa partisipasi penyusunan anggaran akan menentukan keberhasilan kinerja manajerial pada PT. Duta Bintang Barat Medan sebesar 87%. Tabel 4.8 b
ANOVA Model 1
Sum of Squares Regression Residual Total
a. Predictors: (Constant), PA b. Dependent Variable: KM
Df
Mean Square
389.509
1
389.509
57.991
28
2.071
447.500
29
F 188.067
Sig. a
.000
56
Sumber Hasil Olah SPSS 18 Dari hasil uji ANOVAb atau F test, didapat F hitung adalah 188,067 dengan tingkat signifikan 0,000. Karena profitabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05, maka model regresi bias dipakai untuk memprediksi kinerja manajerial, atau bias
dikatakanbahwa
partisipasi anggaran
berpengaruh terhadap
kinerja
manajerial.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pengolaan data, maka dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut: 1.
Berdasarkan persamaan regresi yang diperoleh dari hasil penelitian ini yaitu: Y =
1,056 + 0,952X + e, dimana : a. Konstanta sebesar 1,056 menyatakan bahwa jika tidak ada partisipasi penyusunan anggaran, maka kinerja manajerial pada PT. Duta Bintang Barat Medan akan sebesar 1,056.
57
b. Setiap terjadi peningkatan variabel bebas (Partisipasi Penyusunan anggaran) akan meningkatkan kinerja manajerial PT. Duta Bintang Barat Medan sebesar 0,953.
2.
Hasil pengujian hipotesis yang dilakukan dengan menggunakan uji-T, diperoleh significant value (0,000) lebih kecil dari nilai alpha (0,05), maka Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan nilai koefisien korelasi (R) = 0,933 dan nilai koefisien determinasi (R2) = 87%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan antara partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial pada PT. Duta Bintang Barat Medan.
5.2 Saran Berdasarkan kesimpulan yang dibuat, dapat dikemukakan saran sebagai berikut: 1. Demi kemajuan perusahaan diharapkan tetap melibatkan para manajerial dan karyawan dalam penyusunan anggaran. 2. Selain partisipasi penyusunan anggaran, ada beberapa faktor lain yang perlu dipertimbangkan untuk meningkatkan kinerja manajerial.