BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Dalam hubungan keagenan terjadi pemisahan kepemilikan antara pemilik perusahaan (principal) dan pengelola perusahaan (agent). Dengan pemisahan ini, pemilik perusahaan memberikan kewenangan pada pengelola untuk mengurus jalannya perusahaan, seperti mengelola dana dan mengambil keputusan perusahaan lainnya untuk dan atas nama pemilik. Dengan kewenangan yang dimiliki ini, mungkin saja pengelola tidak bertindak yang terbaik untuk kepentingan pemilik karena adanya perbedaan kepentingan (conflict of interest) antara pemilik dan pengelola. Diasumsikan bahwa pemilik dan pengelola cenderung berusaha untuk memaksimumkan kesejahteraan masing-masing sehingga ada kemungkinan jika pengelola tidak selalu bertindak demi kepentingan terbaik dari pemilik. Pengelola cenderung bertindak untuk memaksimalkan kepentingannya sendiri dengan mengorbankan kepentingan pihak lain. Adanya pemisahan kepemilikan antara pengelola dan pemilik mengakibatkan pemilik membebankan tanggung jawab kepada pengelola untuk melaporkan kinerja perusahaan dalam bentuk laporan keuangan, dimana laporan keuangan menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya (Kerangka Dasar Penyajian dan Penyusunan Laporan Keuangan, 1994). Salah satu informasi yang terdapat dalam laporan keuangan yang dapat menyebabkan terjadinya perbedaan
Universitas Sumatera Utara
kepentingan adalah informasi mengenai laba, karena informasi mengenai laba sering digunakan sebagai dasar untuk pembuatan keputusan oleh berbagai pihak yang berkepentingan, misalnya digunakan sebagai dasar untuk memberikan bonus kepada manajer, menghitung penghasilan kena pajak dan terutama sebagai criteria penilaian kinerja manajemen perusahaan (Siti Munfiah Hidayati dan Zulaikha, 2003). Namun
demikian,
seringkali
para
pengguna
informasi
laba
yang
menggunakan laba sebagai kriteria dalam penilaian kinerja manajemen tidak mempertimbangkan prosedur yang digunakan dalam menghasilkan informasi tersebut, sehingga mendorong manajer untuk melakukan manajemen laba (Sriwedari,2009). Manajemen laba (earnings management) merupakan manipulasi terhadap laba yang dilakukan pihak manajemen untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Manipulasi dilakukan agar laba tampak sebagaimana yang diharapkan. Ada kecenderungan agent melakukan pengelolaan terhadap laba (earnings management), yaitu intervensi manajemen (agent) dalam proses penyusunan pelaporan keuangan sehingga dapat menaikkan atau menurunkan laba akuntansi sebagai usaha dari agent untuk memaksimalkan kepentingannya (Scott, 1997). Corporate governance merupakan hal yang sangat penting dalam mencapai keberhasilan kegiatan bisnis karena corporate governance merupakan sebuah sistem untuk mengontrol dan mengarahkan perusahaan (David Melvill dalam Listyorini, 2001). Menurut Sriwedari (2009), corporate governance merupakan suatu mekanisme yang digunakan oleh suplier keuangan untuk melakukan kontrol
Universitas Sumatera Utara
terhadap manajer guna memastikan bahwa supplier keuangan perusahaan memperoleh pengembalian (return) dari kegiatan yang dijalankan oleh manajer. Di Indonesia, isu corporate governance muncul setelah terjadinya krisis ekonomi tahun 1997 sebagai reaksi atas perilaku para pengelola perusahaan yang tidak memperhitungkan stakeholder-nya (Harmanto Edy Jatmiko, 2001). Krisis ekonomi memberi pelajaran berharga bahwa pembangunan yang dipacu selama ini ternyata tidak didukung dengan struktur ekonomi yang kokoh. Hampir semua pengusaha besar menjalankan roda bisnis dengan manajemen yang acak-acakan dan sarat dengan praktik korupsi, kolusi dan nepotisme. Sejak adanya gerakan reformasi tahun 1998, muncul banyak tekanan dari publik yang menghendaki agar pemerintah maupun swasta dapat menghapuskan praktek-praktek korupsi, kolusi dan nepotisme, yang secara politis lebih dikenal dengan istilah KKN, dan selanjutnya diharapkan mampu mengelola usaha secara terbuka, adil, dapat dipertanggungjawabkan dan dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab (Parwoto Wignjohartojo, 2001). Untuk mewujudkan harapan tersebut, diperlukan perubahan sikap secara bersama-sama dan berperilaku sesuai dengan harapan itu, agar dapat bangkit kembali dari kemelut krisis, siap bersaing menghadapi era globalisasi dan dapat meningkatkan kesejahteraan bersama. Dalam dunia bisnis, hal tersebut dapat direalisasikan melalui implementasi good corporate governance yang menjadi landasan pengelolaan usaha yang sehat, agar harapan para stakeholders dapat dipenuhi secara keseluruhan. Beberapa kasus yang terjadi di Indonesia seperti kasus salah saji laporan keuangan yang terjadi pada PT Kimia Farma Tbk. Pada tahun 2002 ditemukan
Universitas Sumatera Utara
penggelembungan laba bersih pada laporan keuangan PT. Kimia Farma tahun buku 2001. Hal tersebut berawal dari temuan akuntan publik Hans Tuanakotta dan Mustofa (HTM) soal ketidakwajaran dalam laporan keuangan kurun semester I tahun 2001. Mark up senilai Rp 32,7 Milyar, karena dalam laporan keuangan yang seharusnya laba Rp 99,6 Milyar ditulisnya Rp 132,3 milyar, dengan nilai penjualan bersih Rp 1,42 trilyun. Pihak Bapepam selaku pengawas pasar modal mengungkapkan tentang kasus PT. Kimia Farma dan berhasil memperoleh buktinya. Sesuai pasal 5 huruf N UU no.8 tahun 1995 tentang pasar modal maka Direksi lama PT. Kimia Farma periode 1998 – juni 2002 diwajibkan membayar denda sejumlah Rp 1 milyar untuk disetor ke kas Negara, karena melakukan kegiatan praktek penggelembungan atas laporan keuangan per-31 Desember 2001. Selain kasus itu, PT Lippo Tbk jg pernah mengalaminya. Kasus ini berawal dari detekasi adanya manipulasi dalam laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan tersebut. Akibatnya, reputasi akuntan publik jadi tercoreng di mata masyarakat, dan para investor mulai meragui informasi berupa laporan keuangan yang disajikan manajemen. Beberapa penelitian mengenai pengaruh penerapan good corporate governance terhadap manajemen laba adalah Sefiana (2007) melakukan penilitian pengaruh good corporate governance terhadap manajemen laba. Hasil penelitian membuktikan bahwa good corporate governance tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Hal ini bertentangan dengan Isnanta (2008). Dalam penelitiannya pengaruh good corporate governance terhadap manajemen laba dan kinerja keuangan. Hasil penelitian membuktikan bahwa good corporate
Universitas Sumatera Utara
governance (kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris, komite audit) mempengaruhi manajemen laba secara negatif, namun mempengaruhi kinerja keuangan secara positif. Manajemen laba juga terbukti tidak mempengaruhi kinerja keuangan. Girsang (2010) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa good corporate governance (kepemilikan institusional, proporsi dewan komisaris, dan komite audit) tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Sefiana yang berjudul “Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Perbankan di BEI”. Perbedaan penelitian ini dengan peneliti terdahulu adalah peneliti menggunakan data dari perusahaan Manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007-2009. Sedangkan peneliti terdahulu menggunakan data dari perusahaan Perbankan yang terdapat di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2005 dan 2006. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka peneliti merumuskan masalah yaitu apakah mekanisme good corporate
Universitas Sumatera Utara
governance, yang di proksikan ke dalam kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris dan komite audit berpengaruh terhadap manajemen laba?
C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk menguji apakah mekanisme good corporate governance, yang diproksikan ke dalam kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris dan komite audit berpengaruh terhadap manajemen laba baik secara parsial maupun simultan.
D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain sebagai berikut: 1. Bagi peneliti, sebagai bahan masukan untuk menambah wawasan peneliti tentang pengaruh GCG terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur. 2. Sebagai bahan masukan kepada pemakai laporan keuangan dan praktisi penyelenggara perusahaan dalam mamahami mekanisme good corporate governance serta praktik manajemen laba, sehingga dapat meningkatkan nilai dan pertumbuhan laba. 3. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai bahan referensi dalam melakukan penelitian sejenis di masa yang akan datang.
Universitas Sumatera Utara