1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah moral merupakan hal yang biasa kita hadapi dalam kehidupan sehari-hari. Dapat dilihat dari berbagai masalah moral yang disuguhkan oleh media masa setiap harinya. Kenyataan yang ada di depan mata membuat kita tahu bahwa masalah tersebut ada pada setiap tempat dan situasi, seperti di kantor, sekolah, pasar, jalan raya, maupun di berbagai tempat lainnya yang menyajikan persoalan serupa. Dalam kenyataan yang demikian, tentu banyak pertanyaan yang muncul tentang keadilan, kejujuran, hak dan kewajiban, aturan- aturan serta pertanyaan lainnya yang mengiringi masalah tersebut. Masalah moral dan etika juga terdapat dalam dunia bisnis. Perhatian pada isu-isu etika dalam dunia bisnis dan profesi secara dramatis telah meningkat belakangan ini, terlebih setelah kasus skandal-skandal global seperti kasus A Hold di Belanda, dan Xerox di Amerika Serikat, yang menarik perhatian begitu banyak pihak. Khusus untuk Amerika Serikat, sebuah negara yang terkenal sangat transparan, ketat dalam penegakan hukum, patuh menjalankan good corporate governance, dan Disclosure and Financial Accounting-nya merupakan yang terbaik saat ini, telah dinodai oleh skandal akuntansi terbesar sepanjang sejarah yang dilakukan Enron Corp. (2001) sekitar lima tahum silam (Majalah Auditor, 2008, hal. 8-9).
1
2
Begitu pula di Indonesia, isu-isu etika dalam dunia bisnis banyak menarik perhatian masyarakat. Contoh di dalam negeri adalah kasus rekayasa laporan keuangan oleh akuntan intern yang banyak dilakukan sejumlah perusahaan go public. Menurut catatan Biro Riset Info-Bank (BIRI), pada tahun 2002, ada 12 perusahaan go public tertangkap basah melakukan praktek rekayasa laporan keuangan. Seperti kasus pada PT TELKOM dimana laporan keuangan PT TELKOM yang diaudit oleh KAP Eddy Pianto ditolak oleh US SEC (United States Securities and Exchange Comission) untuk kinerja 2002. Contoh lainnya adalah kasus Skandal Manipulasi Laporan Keuangan PT. Kimia Farma Tbk. Manajemen Kimia Farma melaporkan adanya laba bersih sebesar Rp 132 milyar. Laporan tersebut di audit oleh Hans Tuanakotta & Mustofa (HTM). Kementerian BUMN dan Bapepam menilai bahwa laba bersih tersebut terlalu besar dan mengandung unsur rekayasa. Setelah dilakukan audit ulang, pada laporan keuangan yang baru, keuntungan yang disajikan hanya sebesar Rp 99,56 miliar, atau lebih rendah sebesar Rp 32,6 milyar, atau 24,7% dari laba awal yang dilaporkan. Penggelembungan sebesar Rp 32,7 miliar tersebut berasal dari: 1. Overstated atas penjualan pada Unit Industri Bahan Baku sebesar Rp 2,7 miliar, 2. Overstated atas persediaan barang pada Unit Logistik Sentral sebesar Rp 23,9 miliar, dan
3
3. Overstated pada persediaan barang sebesar Rp 8,1 miliar dan overstated atas penjualan sebesar Rp 10,7 miliar pada unit Pedagang Besar Farmasi (PBF). Menurut Arifin (2005), para akuntan adalah salah satu profesi yang terlibat
secara
langsung
dalam
pengelolaan
perusahaan
(corporate
governance). Dalam kaitannya dengan prinsip good corporate governance (GCG), secara signifikan akuntan berperan dalam berbagai aktivitas yang menerapkan prinsip-prinsip GCG. Terbongkarnya kasus–kasus mengenai praktik manajemen laba memberikan kesadaran tentang pentingnya peran dunia pendidikan dalam menciptakan sumber daya manusia yang cerdas dan bermoral. Prinsip-prinsip good corporate governance menyatakan bahwa setiap pengelola organisasi, baik pihak swasta maupun pemerintah harus memiliki sikap independen, transparan, adil dan akuntabel. Perilaku moral para akuntan profesional penting untuk status dan kredibilitasnya terhadap etika profesi akuntansi. Dunia pendidikan ternyata memiliki pengaruh yang besar terhadap perilaku etika auditor. Pendidikan yang diperoleh di perguruan tinggi akan mempengaruhi perilaku seorang auditor. Oleh karena itu, sengatlah penting bagi calon auditor yang saat ini masih duduk di bangku kuliah untuk menyerap dengan baik prinsip-prinsi moral dan etika, tertama etika yang berkaitan dengan profesi akuntan. Dalam praktik profesinya, para akuntan profesional harus berinteraksi dengan aturan-aturan etika profesi dan bisnis dengan para stakeholder, yaitu terhadap individu-individu, perusahaan dan organisasi. Beberapa interaksi
4
dalam banyak kasus dapat berpotensi munculnya konflik kepentingan. Konflik kepentingan ini dapat memicu berbagai masalah yang lebih besar. Pada umumnya, para akuntan profesional cenderung mengabaikan persoalan
moral
ketika
menemukan
masalah
yang
bersifat
teknis
(Volker,1984; Bebeau, dkk. 1985, dalam Marwanto, 2007), dapat diartikan bahwa para akuntan profesional cenderung berperilaku tidak bermoral apabila dihadapkan dengan suatu persoalan akuntansi. Hal inilah yang memicu pangambilan keputusan yang tidak etis. Penelitian atas persoalan moral dalam akuntansi berfokus pada tiga kelompok utama, yaitu : 1. Pengembangan moral (ethical development), 2. Pertimbangan moral (ethical judgement), 3. Pendidikan etika (ethics education). Jones (1991) telah mengembangkan suatu model isu-kontinjen untuk menguji pengaruh persepsi intensitas moral dan menghubungkannya dengan model empat komponen Rest. Rest (1986) membangun model empat komponen mengenai pengambilan keputusan untuk menguji perkembangan proses pemikiran moral dan perilaku individu (Chan dan Leung, 2006). Rest memposisikan bahwa untuk bertindak secara moral, seorang individu melakukan empat dasar proses psikologi, yaitu: 1. Sensitivitas Moral (Moral Sensitivity), 2. Pertimbangan Moral (Moral Judgment), 3. Motivasi Moral (Moral Intentions), dan 4. Perilaku Moral (Moral Bahavior).
5
Dalam
perkembangannya,
moral
seseorang
dipengaruhi
oleh
pertambahan usia, gender, lingkungan, serta latar belakang pendidikan. Penulis tertarik untuk mengkaji asperk-aspek moralitas pada mahasiswa akuntansi, karena penelitian pengembangan etika akuntan profesional yang memang seharusnya dimulai dengan penelitian terhadap mahasiswa akuntansi di bangku kuliah, dimana mereka ditanamkan perilaku moral dan nilai-nilai etika profesional akuntan (Jeffrey, 1993). Bercermin dari maraknya penyimpangan yang terjadi belakangan ini terhadap etika dalam dunia bisnis, seharusnya menjadi pemicu berbagai penelitian mengenai pembuatan keputusan etis. Seperti yang kita ketahui, profesi akuntan saat ini kurang dipercayai oleh masyarakat. Untuk mengatasi krisis kepercayaan dan memulihka nama baik akuntan, diperlukan pembuktian bahwa akuntan memiliki moral dan etika yang baik terutama dalam hal proses pembuatan keputusan. Berdasarkan permasalahan tersebut maka menjadi latar belakang untuk menyusun skripsi ini dengan judul “ANALISIS KOMPARATIF PERSEPSI MAHASISWA S1 DAN S2 AKUNTANSI DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN MORAL”.
B. Rumusan Masalah Sesuai dengan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah :
6
1. Apakah terdapat perbedaan persepsi sensitivitas moral antara mahasiswa S1 dan S2? 2. Apakah terdapat perbedaan persepsi Pertimbangan Moral antara mahasiswa S1 dan S2? 3. Apakah terdapat perbedaan persepsi Motivasi Moral antara mahasiswa S1 dan S2?
C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris mengenai: 1. Perbedaan sensitivitas moral antara mahasiswa S1 dan mahasiswa S2. 2. Perbedaan Pertimbangan Moral antara mahasiswa S1 dan mahasiswa S2. 3. Perbedaan Motivasi Moral antara mahasiswa S1 dan mahasiswa S2.
D. Manfaat Penelitian 1. Memberikan kontribusi bagi pengembangan teori, terutama dalam bidang akuntansi perilaku dan etika mengenai variable-variabel yang signifikan dalam menjelaskan persepsi mahasiswa akuntansi S1 dan S2 mengenai Sensitivitas Moral, Pertimbangan Moral, dan Motivasi Moral serta diharapkan dapat dipakai sebagai acuan untuk riset-riset mendatang. 2. Memberikan kontribusi praktis bagi Universitas Mercu Buana dan Fakultas Ekonomi
pada khususnya dalam
mendorong Sensitivitas
Moral,
Pertimbangan Moral, dan Motivasi Moral bagi mahasiswa akuntansi agar dapat memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai pengaruh proses
7
pembuatan keputusan moral dalam bidang akuntansi, sehingga mereka dapat mengembangkan perilaku etisnya dalam rangka memelihara integritas pribadi dan profesinya. 3. Bagi penulis sebagai salah satu persyratan untuk meperoleh gelar S1 program studi akuntansi.