BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Bagaimanakah konsumen memilih diantara sekian banyak produk yang ada di pasar yang dapat memenuhi kebutuhannya? Pertanyaan tersebut mungkin muncul dalam industri mobil akhir-akhir ini. Perkembangan industri mobil tidak dapat dipisahkan dari perkembangan pemikiran masyarakat yang modern dan ekonomi yang meluas sehingga industri otomotif, khususnya mobil sebagai salah satu alat transportasi menjadi suatu bidang yang sangat diperlukan sebagai sarana untuk menunjang mobilitas manusia (untuk pindah dari satu tempat ke tempat lain dalam melakukan segala aktivitasnya). Industri mobil saat ini semakin berkembang yang ditandai dengan munculnya berbagai model mobil baru dari pabrikan-pabrikan yang sudah terkenal di industri otomotif seperti Honda, Suzuki, Toyota, Daihatsu, Isuzu; pabrikan yang sudah lama bergerak di industri mobil dan ikut mulai menggeliat kembali seperti Chevrolet; sampai kepada pabrikan yang benar-benar baru mulai ikut berperang di industri mobil seperti KIA dan Hyundai. Pabrikan-pabrikan tersebut rata-rata mulai membidik untuk pasar mobil tingkat menengah. Industri mobil di Indonesia mengalami booming dimulai pada tahun 2000. Sepanjang tahun 2000 penjualan mobil melonjak sampai tiga kali lebih besar, dari
1
93.483 unit pada tahun 1999 menjadi sekitar 300.000 unit. Bahkan para pelaku bisnis mobilpun pada saat itu tidak percaya, karena mereka menargetkan penjualan hanya mencapai 240.000 unit. Sedangkan pada tahun 2003, angka penjualan mobil di Indonesia mencapai 354.331 unit atau naik 11,5% dari tahun 2002. Dan untuk semester pertama tahun 2004 ini saja, telah terjual sebanyak 226.143 unit mobil dan diperkirakan angka penjualan untuk tahun 2004 ini mencapai lebih dari 400.000 unit (www.republika.co.id, 12 Agustus 2004). Bergairahnya pasar mobil ini, dimarakkan oleh hadirnya varian terbaru dari mobil-mobil sedan yang sudah ada tetapi varian-varian baru tersebut oleh pabrikan telah disesuaikan dengan pertimbangan-pertimbangan masyarakat mengenai harga, sehingga muncul sedan-sedan baru di kelas menengah yaitu dengan harga yang berkisar antara Rp 130 juta sampai Rp 200 juta. Dua pabrikan yang mengawali persaingan ketat untuk memperebutkan pasar di industri mobil adalah Honda dengan sedan New City dan Suzuki dengan sedan Baleno Next-G, disusul kemudian diluncurkannya Toyota Vios (Yang disebut-sebut sebagai pengganti Toyota Soluna). New City sebenarnya telah dilepas sejak April 1996 di Timur Tengah, Afrika dan Asia. Total produksi New City yang dipasarkan ke 20 negara mencapai 200.000 unit (Satoshi Toshida, Managing Director Honda Motor Co, Ltd). Akan tetapi di Indonesia, New City diluncurkan oleh PT Honda Prospect Motor pada tanggal 22 April 2003, satu bulan dibelakang kompetitornya yaitu PT Indomobil Niaga Internasional yang meluncurkan Baleno Next-G(eneration) yang di Eropa dikenal dengan nama Liana (Life In A New Age) dengan mencuri start pada 28 Maret 2003.
2
Sedangkan Toyota mulai memasarkan Vios (Berasal dari bahasa Latin yang berarti “maju ke depan”) pada tanggal 8 Mei 2003. Dengan demikian pasar memiliki pilihan kendaraan kategori sedan subkompak yaitu Honda New City, Suzuki Baleno Next-G dan Toyota Vios. Mesin New City berkapasitas 1497 cc memiliki kompresi 10,5:1 dengan torsi maksimum 13,1 kgm/2700 rpm dan daya maksimum 87 PS pada 5700 rpm. Perbandingan kompresi mesin Baleno Next-G yang berkapasitas 1490 cc adalah 9,5:1 dengan torsi maksimum 14,6 kgm/4000rpm dan daya maksimal 110 PS pada 6000 rpm. Sedangkan kapasitas mesin Toyota Vios 1496 cc dengan torsi maksimum 14,5 kgm/4200rpm dan daya maksimum 109 PS pada 6000 rpm. New City menggunakan mesin seri I yang disebut i-DSI (intelligent Dual & Sequential Ignition) berkapasitas 1,5 liter, menggunakan dua busi pada tiap silinder dengan tujuan meningkatkan efisiensi pembakaran di ruang silinder. Sebagai konsekuensinya, tidak dapat diterapkan teknologi poros kem ganda (DOHC) yang menjadi kelaziman kendaraan produksi teranyar sehingga New City menggunakan poros kem tunggal (SOHC) alias hanya memiliki delapan katup. Baleno Next-G dan Toyota Vios menawarkan mesin 4 silinder, DOHC (Double Over Head Camshaft), yang dilengkapi dengan VVT (Variable Valve Timing), mesin tersebut dklaim hemat bahan bakar, bertenaga besar dan ramah lingkungan. Kadar gas sisa pembakaran (emisi)-nya memenuhi standar yang dianggap aman. Khusus untuk varian dengan persneling otomatik, New City menawarkan CVT (Continuously Variable Transmission) yang dilengkapi steermatic, sejenis tiptronic yang dioperasikan dari palang lingkar setir (kemudi). Teknologi ini
3
biasanya hanya ditawarkan pada mobil-mobil papan tengah dan atas. Sedangkan keistimewaan Baleno Next-G adalah pada bantalan mesin (engine mount) dan tidak menggunakan rubber timing belt, tapi menggunakan metal timing chain yang memiliki kemampuan self lubricating dan self adjusting sehingga tidak memerlukan perawatan. Mesin yang dipergunakan Vios adalah tipe 1NZ-FE yang mewakili mesin Toyota generasi terbaru dengan performa tinggi. Kapasitasnya kecil, dilengkapi teknologi modern untuk mendongkrak mesin agar unjuk kerjanya optimal. Selain VVT-i (Variable Valve Timing-intelligent), ada juga reverse induction system serupa mesin 1ZZ-FE yang dipakai Corolla Altis. Kombinasi ini menghasilkan fleksibilitas tinggi dan kelancaran aliran output mesin pada berbagai kondisi pengendaraan. Tidak pernah terasa gejala kosong tenaga dan torsi pada rentang putaran mesin yang lebar. Dari segi harga, setiap merek memiliki berbagai macam tipe. Tetapi dapat dilihat dari tipe dengan harga termurah, Honda New City dijual on the road di Jogjakarta dengan harga Rp 161,5 juta untuk yang menggunakan persneling manual (Bermesin i-DSI). Suzuki Baleno Next-G dijual dengan harga Rp155,5 juta untuk yang menggunakan persneling manual. Sedangkan Toyota Vios (Tipe E) yang menggunakan persneling manual dijual dengan harga Rp 154 juta. Bicara mengenai desain bodi adalah bicara selera individu. Penampilan New City tampak menyerupai mobil-mobil jenis mini MPV. Sementara yang ditampilkan Baleno Next-G terlihat lebih sporty. Keduanya menyodorkan kelapangan ruang dalamnya. Baleno Next-G menyempurnakan dengan tempat duduk yang ergonomis dalam balutan bahan berkelas, dashboard dengan lay out menarik dan futuristic.
4
Sedangkan New City menyajikan tata ruang dalam baru dengan tempat duduk model ultra seat, yaitu tempat duduk yang dapat diatur dalam beberapa formasi dan memberikan ruang dalam lebih lega dan serba guna. Unsur keamanan Baleno Next-G dan Toyota Vios diramu dari sistem rem model ABS (Antilock Brake System) dengan EBD (Electronic Brake pressure/force Distribution), seat belt untuk penumpang depan dan belakang. Sedangkan New City hanya mengandalkan rem standar yaitu tromol pada roda depan dan cakram berventilasi di roda belakang, tetapi New City menyodorkan keamanan kan Honda GCON, yaitu sebuah teknologi yang memperkuat rangka body. New City juga memberikan keamanan di bagian sandaran kepala. Ketiga pabrikan tersebut berusaha bersaing untuk menarik konsumen dengan cara mengutamakan kualitas dan menghasilkan kepuasan konsumen. Kepuasan konsumen adalah segalanya dan mutlak harus selalu ditingkatkan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menciptakan inovasi-inovasi terbaik secara terus-menerus. Hasil dari setiap produk suatu perusahaan sangat diperhatikan oleh konsumen, karena konsumen yang puas bukan hanya akan kembali dan membeli produk
perusahaan,
melainkan
juga
menjadi
dasar
dan
dorongan
untuk
merekomendasikan produk perusahaan tersebut kepada orang lain yang merupakan salah satu sarana periklanan secara tidak langsung yang sangat menguntungkan bagi perusahaan. Upaya untuk meningkatkan kepuasan konsumen industri mobil ini diterapkan sejak masih di pabrik, yaitu melalui berbagai tes dalam control kualitas, engine test, driving test, lamp test hingga wheel alignment.
5
Untuk mempertahankan posisi dan mencegah turunnya angka penjualan menyebabkan Honda New City, Suzuki Baleno Next-G dan Toyota Vios harus saling bersaing. Untuk dapat menerapkan strategi pemasaran yang tepat, selain memahami pelanggan tetapi juga harus mengutamakan kualitas. Dalam hal ini diperlukan suatu konsep berwawasan produk yang berpendapat bahwa konsumen akan memilih produk yang menawarkan mutu, kinerja terbaik atau hal-hal inovatif lainnya (Phillip Kotler,2000), sehingga dapat diketahui faktor-faktor yang seringkali menjadi pertimbangan konsumen dalam memilih produk, dalam hal ini mobil. Konsumen cenderung melihat dari segi performance (kestabilan, keiritan bahan bakar, akselerasi), harga (harga beli terjangkau atau tidak, biaya perawatan dan servis, harga jual kembali), eksterior, interior, layanan servis resmi, safety (keamanan), dan prestige (gengsi) dimana faktor-faktor tersebut menjadi faktor-faktor yang mendukung terciptanya suatu kepuasan konsumen mobil. Selain beberapa hal diatas, yang harus diperhatikan juga adalah perilaku konsumen. Adapun definisi dari perilaku konsumen adalah sebagai berikut: “Perilaku konsumen adalah kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan atau mempergunakan barang-barang dan jasa-jasa termasuk didalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatan-kegiatan tersebut” (Swastha & Handoko, 1982:9). Perilaku konsumen dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu faktor pribadi yang mencakup usia, pekerjaan atau jabatan, kondisi perekonomian, gaya hidup dan kepribadian, faktor cultural, faktor sosial dan faktor psikologis yaitu motivasi, persepsi, belajar, kepercayaan dan sikap. Selain pemahaman tentang perilaku
6
konsumen, pemasar juga perlu untuk mengetahui pemahaman tentang sikap karena sikap sangat mempengaruhi konsumen dalam berperilaku membeli. Dengan menyadari hal tersebut maka mendorong pada produsen untuk memproduksi produk atau barang tersebut. Untuk mengetahui sejauh mana tanggapan konsumen terhadap suatu produk maka perusahaan harus memahami bagaimana perilaku konsumen. Berbagai macam kebutuhan harus sebisa mungkin diberikan oleh perusahaan kepada konsumen, sehingga kebutuhan dan keinginan konsumen yang tercermin dalam perilaku konsumen untuk melakukan pembelian saat ini ditambah dengan pesaingpesaing yang ada harus menjadi suatu dorongan bagi Honda New City, Suzuki Baleno Next-G dan Toyota Vios untuk berusaha menjalankan perusahaan masingmasing dengan berhasil yaitu melalui pelaksanaan fungsi-fungsi pemasaran yang baik dan benar. Dari beberapa hal yang telah diuraikan diatas, penulis ingin mengetahui faktor-faktor apa yang menjadi pertimbangan konsumen dalam memilih Honda New City, Suzuki Baleno Next-G dan Toyota Vios saat hendak melakukan pembelian mobil khususnya model sedan kelas menengah tersebut. Oleh karena itu penulis ingin melakukan
penelitian
dengan
mengambil
judul
“Faktor-Faktor
Yang
Mempengaruhi Konsumen Dalam Pembelian Honda New City, Suzuki Baleno Next-G dan Toyota Vios”.
7
1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah : “Faktor apa yang paling penting dan menjadi pertimbangan konsumen dalam pemilihan pembelian Honda New City, Suzuki Baleno Next-G dan Toyota Vios”.
1.3. Batasan Masalah Agar masalah yang diteliti tidak terlampau luas, maka penulis melakukan batasan-batasan penelitian sebagai berikut: 1.3.1. Profil responden yang diteliti, meliputi : usia, pekerjaan, penghasilan per bulan. 1.3.2. Produk yang diteliti adalah mobil merk Honda New City, Suzuki Baleno Next-G dan Toyota Vios. 1.3.3. Daerah penelitian terbatas di wilayah kota Jogjakarta. 1.3.4. Adapun faktor-faktor yang diteliti adalah: 1.3.4.1. Performance (Keawetan dan daya tahan mesin) - Kestabilan, salah satu syarat terwujudnya kenyamanan dan keamanan dalam mengemudi, - Keiritan Bahan Bakar, - Akselerasi. 1.3.4.2. Safety (Keamanan)
8
-
Lampu multireflektor, membuat daya pancar lebih terang, jauh dan
merata memberikan rasa aman pada saat
berkendara di malam hari, - Lampu kabut, membantu penglihatan malam hari terutama saat cuaca buruk, -
Rem depan dan belakang yang telah diperlengkapi untuk mendukung keamanan dalam berkendara,
-
Seatbelt,
untuk membantu melindungi pengendara pada
waktu kecelakaan sehingga pengendara tidak terlontar dan menabrak kaca depan. Akhir-akhir ini juga sedang dihimbau penggunaannya oleh pihak kepolisian, - SRS Airbag, untuk memberikan perlindungan tambahan pada waktu kecelakaan sehingga pengendara tidak terbentur kaca depan kendaraan, -
Kaca belakang yang lebih lebar, membuat sudut pandang pengemudi lebih leluasa serta menambah rasa aman dalam berkendaraan,
1.3.4.3. Eksterior - Bumper, - Penahan Lumpur, - Spion luar, menggunakan pengatur elektrik, - Desain bodi.
9
1.3.4.4. Interior - Dashboard, - Keluasan ruang, - Desain tempat duduk, - Pola dan bahan tempat duduk, - Desain tachometer, - Cup holder. 1.3.4.5. Harga - Harga terjangkau, - Biaya perawatan dan servis, - Harga jual kembali. 1.3.4.6. Kelengkapan - Power Steering, memberikan kenyamanan saat menyetir terutama saat kendaraan membelok, -
Power window, memberikan kemudahan dan kenyamanan sehingga pengemudi tidak perlu memutar/mengengkol untuk membuka dan menutup jendela mobil,
-
Power door lock, memudahkan pengemudi untuk mengunci pintu dan memungkinkan pengemudi untuk mengunci seluruh pintu dari tombol di pintunya (Central door lock),
- AC, - Tape/CD.
10
1.3.4.7. Servis Resmi yang Luas 1.3.4.8. Prestige (gengsi) (Dapat dilihat pada gambar 1.1)
11
1.4. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah untuk mengetahui faktor apa yang paling penting yang menjadi pertimbangan konsumen dalam pembelian mobil pada umumnya dan pemilihan pembelian antara Honda New City, Suzuki Baleno Next-G dan Toyota Vios.
1.5. Manfaat Penelitian 1.5.1. Bagi perusahaan, agar perusahaan dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
konsumen
dalam pembelian mobil sedan kelas
menengah, sehingga dapat membantu perusahaan dalam meningkatkan kualitas dari produk-produk yang ditawarkan kepada konsumen dan membantu perusahaan dalam menetapkan kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan kegiatan pemasaran produk agar dapat bertahan dalam persaingan dan profesional dalam mengelola perusahaan dan dapat dipergunakan untuk mengembangkan strategi pemasaran, terutama untuk menghadapi para pesaing sejenis dan mencapai tujuan perusahaan. 1.5.2. Bagi penulis, penelitian ini dilakukan sebagai aplikasi dari ilmu-ilmu yang sudah diperoleh di bangku perkuliahan dan untuk memenuhi syarat sebagai mahasiswa fakultas ekonomi jurusan manajemen Universitas Kristen Duta Wacana guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi.
13
1.5.3. Bagi pembaca, sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam melakukan
penelitian
sejenis
serta
untuk
memperluas
dan
memperlengkapi pengetahuan yang sudah ada.
1.6. Hipotesis Penelitian Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan dimana hipotesis yang diajukan harus diuji kebenarannya lewat pengumpulan dan penganalisaan data. Beberapa orang mengatakan bahwa Honda New City mempunyai desain yang baru dan memiliki konsep desain yang baru dibanding sedan-sedan yang sudah ada seperti desain kap mesin (hidung) yang pendek dan garis desain yang tegas. Selain itu jarang Honda mengeluarkan produknya dengan harga yang relatif tidak terlalu tinggi seperti New City ini. Sedangkan persepsi yang timbul dalam masyarakat mengenai mobil merk Suzuki adalah ketangguhan mesin yang dapat diandalkan. Dengan harga yang tidak terpaut jauh, tetapi dengan memberikan ketangguhan mesin yang dapat diandalkan merupakan keunggulan tersendiri yang dimiliki Suzuki Baleno Next-G. Dari beberapa hal diatas, maka penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut : 1.6.1. Faktor paling penting yang menjadi pertimbangan konsumen dalam membeli sebuah mobil adalah prestige. 1.6.2. Alternatif pertama yang menjadi pilihan konsumen adalah Honda New City.
14
1.7 Metodologi Penelitian 1.7.1. Metode Pengambilan Sample Metode pengambilan sample yang digunakan
dalam
penelitian
ini adalah secara purposive random sampling, dimana pengambilan sample dalam pertimbangan dapat berupa pertimbangan tertentu, pertimbangan dapat berupa ciri-ciri tertentu dari populasi dengan catatan bahwa sample tersebut representative atau mewakili populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen yang memiliki mobil merek Honda All-New City atau Suzuki Baleno Next-G atau Toyota Vios. Untuk itu penulis mengambil responden sejumlah 40 orang yang berdomisili di kota Jogjakarta, melalui showroom mobil yang menjual mobil-mobil tersebut maupun tempat servis atau pencucian mobil. 1.7.2. Jenis data Dalam upaya memperoleh data yang dapat dipercaya kebenarannya, tepat pada waktunya dan memberikan gambaran permasalahan secara keseluruhan, maka jenis data yang dikumpulkan adalah: 1.7.2.1. Data Primer, diperoleh dari riset lapangan yaitu
dilakukan
dengan cara menggunakan daftar pertanyaan atau kuesioner (metode pengumpulan data pertanyaan kepada konsumen).
15
dengan
cara
mengajukan
Sample yang menjadi populasi penelitian ini yaitu konsumen Honda New City, Suzuki Baleno Next-G dan Toyota Vios, maupun para penggemar otomotif yang mengetahui spesifikasi ketiga jenis mobil tersebut. 1.7.2.2. Data Sekunder, yaitu data yang sudah ada dan diperoleh dari perusahaan atau lembaga lain yaitu berupa: -
Gambaran umum produk yang diteliti
-
Majalah-majalah, situs-situs internet dan jurnal
. 1.8. Teknik Analisis Data Teknik analisis yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah AHP (Analytical Hierarchy Process). AHP adalah metode pengambilan keputusan, yang peralatan utamanya adalah sebuah hirarki. Dengan hirarki, suatu masalah yang kompleks dan tidak terstruktur dipecah kedalam kelompok-kelompok dan kemudian diatur menjadi suatu hirarki. Data utama AHP adalah persepsi manusia yang dianggap ahli. Kriteria ahli bukan berarti jenius, pintar, bergelar dan sebagainya tetapi lebih mengacu pada orang yang mengerti benar permasalahan. Untuk dapat menggunakan dan memahami proses bekerjanya metode AHP, maka harus memperhatikan adanya aksioma-aksioma dasar. Terdapat empat aksioma dasar dalam meode AHP (Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, hal 20-33,1991):
16
1. Reciprocal comparison, artinya pengambil keputusan harus mampu membuat perbandingan dan menyatakan preferansinya. Preferensi tersebut harus memenuhi syarat resiprokal yaitu bila A lebih disukai dari B dengan skala X, maka B lebih disukai dari A dengan skala 1/X. 2. Homogenity, artinya preferensi seseorang harus dapat dinyatakan dalam skala yang terbatas atau dengan kata lain elemen-elemennya dapat dibandingkan satu sama lain. Kalau aksioma ini tidak terpenuhi maka elemen-elemen yang dibandingkan tidak homogen dan harus dibentuk suatu kelompok elemen yang baru. 3. Independence, artinya preferensi dinyatakan dengan asumsi bahwa kriteria tidak dipengaruhi alternatif kriteria yang lain, melinkan oleh tujuan keseluruhan. Ini menunjukkan pola ketergantungan dalam AHP adalah selaras keatas, artinya perbandingan dalam elemen-elemen suatu level dipengaruhi atau tergantung kepada elemen-elemen dalam level diatasnya. 4. Expectation, artinya untuk tujuan pengambilan keputusan yang struktur hirarki diasumsikan tepat. Apabila asumsi ini tidak dipenuhi maka pengambil keputusan tidak memakai seluruh kriteria atau tujuan yang tersedia. Sehingga keputusan yang diambil dianggap tidak lengkap. Sedangkan beberapa prinsip dari AHP adalah sebagai berikut: 1. Decomposition, adalah proses penguraian permasalahan atau variabel menjadi beberapa elemen sampai tidak dapat diuraikan lagi. Dari proses ini akan diperoleh satu atau beberapa tingkatan dalam hirarki.
17
2. Comparative judgement, adalah proses penilaian kepentingan relatif atau perbandingan antara dua elemen (pairwise comparison) dalam suatu level sehubungan dengan level diatasnya. Ini adalah inti dari AHP, sehingga diperoleh prioritas elemen dalm suatu level. Supaya jelas perhatikan matriks berikut ini: a11 a12 a13... a1n a21 a22 a23... a2n a31 a32 a33... a3n : : : : am1 am2 am3.. . amn Matriks diatas adalah matriks perbandingan antara dua elemen dan bersifat resprokal selama aji = 1/aji dimana i dan j berturut-turut merujuk pada baris dan kolom matriks. Misalnya A1,A2,...,An adalah kumpulan elemen sebanyak n dan w1,w2,...,wn adalah nilai atau intensitas masing-masing elemen. Perbandingan antara dua elemen ditunjukkan pada matriks sebagai berikut: A1
A2
...
An
A1
w1/w1
w1/w2
...
w1/wn
A2
w2/w1
w2/w2
...
w2/wn
...
...
...
...
...
Am
wm/w1
wm/w2
...
wm/wn
Matriks diatas mencerminkan tingkat kepentingan relatif antara dua elemen, yang diukur dengan skala. Pengguna AHP diminta menggunakan skala terbatas dari skala 1 (sama pentingnya atau indiferen) hingga skala 9 (mutlak
18
pentingnya). Pemilihan skala 1 sampai 9 didasarkan pada penelitian psikologi, pendapat pemakai AHP, perbandingan skala lain dan kemempuan otak manusia dalam menyuarakan urutan preferansinya. AHP menyusun skala seperti tercantum sebagai berikut:
Tabel 1.1 Skala preferensi AHP Nilai
Keterangan
1
Sama penting
3
Agak sedikit penting
5
Lebih penting
7
Sangat lebih penting
9
Mutlak lebih penting
2,4,6,8
Ragu-ragu antara dua nilai yang berdekatan
19
3. Synthesis of priority, adalah proses penentuan prioritas elemen-elemen dalam suatu level. Ada beberapa cara untuk memperoleh vektor prioritas. Cara yang paling baik dari segi keakuratan adalah (misalkan n=4): 4
w1 w1 w1 w1 = a x x x w1 w2 w3 w4
4
w2 w2 w2 w2 = b x x x w1 w2 w3 w4
4
w3 w3 w3 w3 = c x x x w1 w2 w3 w4
4
w4 w4 w4 w4 = d x x x w1 w2 w3 w4 a+b+c+d
4. Logical consistency, adalah prinsip rasionalitas AHP. Ada tiga makna dalam konsep konsistensi ini yaitu: a.
Obyek-obyek yang serupa atau sejenis dikelompokkan sesuai dengan relevansinya.
b.
Matriks perbandingan bersifat resiprokal, artinya jika A1 adalah dua kali lebih penting dari A2, maka A2 adalah setengah lebih penting dari A1.
c.
Hubungan antar elemen diupayakan bersifat transitif, yakni bila misalnya A dinilai dua lebih penting dibanding B, B tiga kali lebih penting dibandingkan C, maka seharusnya A dinilai enam kali lebih penting dibandingkan C.
20
Berdasarkan tiga makna tersebut, maka konsistensi yang dimaksud dalam AHP bukanlah sekedar transitivity. AHP tidak menuntut konsistensi sempurna tetapi justru memaklumi inkonsistensi manusia sebagai gejala natural. 5. Prioritas, eigenvector dan kosistensi. Setiap matriks pairwise comparison akan menghasilkan eigenvector yang menunjukkan tingkat prioritas dari elemen atau variabel yang dibandingkan dalam matriks tersebut. Pencarian matriks prioritas dilakukan dengan perhitungan eigenvalue. Proses penentuan eigenvector dan eigenvalue dari suatu matriks mensyaratkan suatu matriks yang reducable dan non negatif. Perhitungan consitensy ratio dilakukan dengan mengalihkan matriks pairwise comparison dan nilai faktor (nilai eigen)nya, sehingga didapatkan weighted sum vector. Kemudian dilakukan perhitungan consistency vector dengan jalan menentukan nilai rata-rata dari weighted sum vector, sehingga rata-rata dari consitency vector (λ) diketahui. Nilai consistency index (CI) dapat dihitung dengan rumus: CI = ( λ - n ) ( n – 1 )
,dimana n adalah banyaknya alternatif
Untuk menghitung consistency ratio (CR), dibutuhkan nilai RI, yaitu index random yang didapatkan dari tabel berikut: Tabel 1.2 Tabel Index Random Orde matriks
RI
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
0.00
0.00
0.58
0.90
1.12
1.24
1.32
1.41
1.45
1.49
1.51
Rumus untuk menghitung CR adalah CR = CI/RI
21
1.9. Sistematika Penulisan BAB I
: PENDAHULUAN Berisi latar belakang, batasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis, alat analisis dan sistematika penulisan.
BAB II
: LANDASAN TEORI Bab ini memuat tentang uraian yang terdiri dari pengertian pemasaran, konsep pemasaran, pengertian perilaku, faktorfaktor yang mempengaruhi perilaku konsumen.
BAB III
: GAMBARAN UMUM PRODUK Memberikan gambaran umum produk yang diteliti beserta dengan hal-hal yang terkait dengan produk tersebut.
BAB IV
: ANALISIS DATA Menguraikan tentang pengolahan dan analisis data serta penafsiran hasil data dengan menggunakan teknik analisis data Analytic Hierarchy Process (AHP).
BAB V
: KESIMPULAN DAN SARAN Merupakan Bab yang berisi tentang kesimpulan dari pembahasan dan saran-saran untuk perusahaan.
22