BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Masalah Sejalan dengan perubahan dan perkembangan zaman yang bergerak semakin cepat, masyarakat membutuhkan informasi secara cepat akurat tentang perkembangan terakhir situasi segala aspek kehidupan. Salah satu media yang cukup efektif dalam rangka penyebaran informasi yang dapat menyentuh segenap lapisan masyarakat adalah radio. Banyak stasiun radio yang mengudara, mereka muncul dengan segmentasi khusus di bidang tertentu. Ada yang membidik pendengar dari sisi usia, jenis kelamin, jenis musik, dan ragam acara. Dari semua acara yang di hadirkan, lagu menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan. Radio merupakan salah satu media komunikasi massa. Semua media massa mempunyai fungsi yang sama sebagai alat untuk memberi informasi. Yang artinya, melalui isinya orang dapat mengetahui dan memahami sesuatu. Sebagai alat yang mendidik artinya melalui isinya dapat meningkatkan pengetahuan dan moral seseorang. Sebagai alat penghibur artinya melalui isinya seseorang dapat terhibur, menyenangkan hati, memenuhi hobbi, dan mengisi waktu luang (Munthe, 1996: 11). Radio menjadi media yang abadi. Kehadirannya menjadi pionir alat komunikasi masyarakat. Sempat diragukan dengan kehadiran televisi dan internet, radio justru tidak terusik. Fleksibilitas yang dimilikinya menjadi kunci dan tidak bisa disaingi oleh media dalam bentuk yang berbeda. Televisi harus ditonton dalam suasana tertentu karena ada gambar yang disajikan. Koran hanya bisa dinikmati dengan duduk diam. Internet lebih lagi, butuh konsentrasi yang lebih
Universitas Sumatera Utara
banyak lagi dari menonton televisi. Radio memiliki kelebihan yang tidak mungkin disaingi. Bisa dinikmati sambil tiduran, menyetir mobil, dan bahkan sambil berlalu. Itu mungkin yang menjadi resep radio dapat bertahan di semua zaman. Radio menjadi sangat fleksibel bagi penikmatnya. Karena itulah media ini menjadi pilihan utama dalam berbagai kesempatan. Sebagai sarana hiburan, lantunan suara penyiar dan kombinasi lagu pilihan adalah pengisi waktu yang tepat. Jika membutuhkan berita, radio berita juga memiliki kecepatan berita yang tidak bisa ditandingi. Radio dapat menyiarkan peristiwa bersamaan dengan kejadiannya, karena mereka hanya memerlukan line telepon. Bandingkan dengan televisi yang membutuhkan peralatan yang lebih banyak termasuk satelit untuk melakukan siaran langsung. Maka dengan berbagai keunggulan itu pula yang menjadikan radio sebagai pilihan utama masyarakat. Seiring dengan itu bisnis radio pun menggeliat, terutama setelah kran frekuensi terbuka lebar. Segmentasi pun kemudian di patok dengan ketat. Kita bisa memilih radio menurut usia, mulai dari radio anak-anak, radio anak SMP, radio anak SMA, radio mahasiswa, radio pekerja muda atau eksekutif muda (walaupun para pengangguran juga termasuk di dalam kelompok usia ini), radio dewasa, dan radio paruh baya. Segmentasi itu masih dipilih lagi dengan spesifikasi seperti anak muda yang suka hura-hura, dan anak muda yang lebih senang diskusi, atau radio perempuan paruh baya yang aktif dan enerjik seperti karyawan kantor, pengusaha perempuan atau aktivis, atau radio paruh baya yang kalem seperti para ibu rumah tangga. Yang dimaksud dengan istilah radio adalah keseluruhan sistem gelombang suara yang dipancarkan dari sebuah stasiun dan kemudian diterima
Universitas Sumatera Utara
oleh berbagai pesawat penerima (Sunarjo, 1995: 277). Dengan demikian yang dimaksud dengan istilah radio bukan hanya bentuk fisiknya saja, tetapi antara bentuk fisik dengan kegiatan radio adalah saling berhubungan dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Karena itu apabila pengertian radio tersebut dipisahkan satu persatu ataupun diperinci secara fisik, maka yang dimaksud dengan radio adalah keseluruhan daripada pemancar, studio, dan pesawat penerima sekaligus. Penyampaian pesan melalui radio siaran dilakukan dengan menggunakan bahasa lisan; kalaupun ada lambang-lambang non verbal, yang dipergunakan jumlahnya sangat minim, umpamanya tanda pada saat akan memulai acara warta berita dalam bentuk bunyi telegrafi atau bunyi salah satu alat musik. Keuntungan radio siaran bagi komunikan ialah sifatnya yang santai dan flexibel (Sendjaja, 1993: 18). Dengan demikian karena sifatnya yang auditif ini mendorong masyarakat lebih menyukainya sebagai salah satu media massa yang cepat digemari dengan kemudahan penerimaan tanpa memerlukan keahlian khusus. Radio sebagai salah satu penyebar informasi merupakan industri yang selalu berkembang, yang mampu menciptakan lapangan serta kesempatan kerja lain, serta menghidupkan industri lain yang terkait. Radio juga merupakan industri tersendiri yang memiliki peraturan dan norma-norma yang menghubungkan institusi tersebut dengan masyarakat dan institusi sosial lainnya. Radio USUKOM 107,7 FM adalah radio komunitas kampus yang sudah on air sejak tanggal 25 Agustus 2007. Di usianya yang masih tergolong muda, Radio USUKOM 107,7 FM telah memberikan sumbangsihnya di dalam penyebaran informasi serta menjadi media hiburan bagi masyarakat kampus yang
Universitas Sumatera Utara
tinggal di sekitar kampus USU Medan. Dengan beragam program acara menarik yang di tawarkan, Radio USUKOM 107,7 FM mulai menjadi sebuah stasiun radio yang diperhitungkan dan di gemari oleh komunitas mahasiswa. Radio USUKOM 107,7 FM sebagai radio komunitas memiliki perbedaan dengan radio swasta, yaitu tata cara pengelolaan dan tujuan pendiriannya. Pengelolaan radio komunitas memperhatikan aspek keterlibatan masyarakat kampus atau komunitas. Tujuan kegiatan penyiaran di radio komunitas melayani kebutuhan informasi masyarakatnya sehingga keterlibatan mereka dalam merumuskan program sangat penting. Radio swasta berdiri untuk meraih pendengar sebanyak-banyaknya sehingga aspek rating sangat diperhitungkan sebagai ukuran gengsi radio. Hidup dan matinya radio swasta terletak pada pemasukan iklan sehingga seluruh kreativitas diukur dari segmen pasar yang disasar. Secara garis besar radio komunitas mengutamakan kepentingan dan kebutuhan masyarakat di wilayah tempat radio tersebut, sementara radio swasta diarahkan kepada segmen pasar. Radio USUKOM 107,7 FM menyajikan tema-tema yang dibutuhkan oleh komunitasnya, tidak jarang bahasa yang digunakan oleh penyiar mengikuti dialek lokal dan kebiasaan berbicara daerah setempat. Hal berbeda yang banyak dijumpai di radio swasta cenderung mengikuti gaya bicara orang kota (Jakarta) supaya terlihat modern dan gaul (http://id.wikipedia.org/wiki/Radio). Radio sebagai salah satu media massa tetap berkembang dan tidak ditinggalkan oleh peminatnya walaupun sekarang sudah banyak alternatif media lain. Jika dibandingkan dengan media cetak terbitan mahasiswa (pers mahasiswa), eksistensi radio kampus dirasakan kurang maksimal dan jarang dibahas. Bahkan
Universitas Sumatera Utara
kurang mendapat perhatian baik dari birokrat kampus maupun mahasiswanya sendiri. Meski demikian para pegiat radio kampus tetap berusaha menjalankan kegiatan mereka meski dengan dana, alat dan waktu yang terbatas. Bahkan banyak di antara radio-radio kampus di Indonesia yang telah lama vakum namun ada yang masih tetap bertahan meski banyak mengalami kendala. Dalam melihat permintaan pasar, radio mahasiswa akan mementingkan keberadaan dirinya di antara media radio lainnya disamping media cetak dan televisi, seperti halnya Radio USUKOM 107,7 FM yang beralamat di Jln. Dr. Sofyan, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara (FISIP USU. Dengan dilatarbelakangi oleh beragam uraian di atas, peneliti tertarik untuk meneliti Radio USUKOM 107,7 FM sebagai stasiun radio berbasis kampus dengan meneliti opini para peserta Audisi Penyiar Radio USUKOM 107,7 FM yang merupakan mahasiswa Universitas Sumatera Utara.
I.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka dapat dikemukakan perumusan masalah dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut: "Bagaimanakah Opini Peserta Audisi Penyiar Tentang Radio USUKOM 107,7 FM Sebagai Radio Berbasis Kampus?”
I.3 Pembatasan Masalah Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas sehingga dapat mengaburkan penelitian, maka peneliti melakukan pembatasan masalah. Adapun pembatasan masalah yang diteliti adalah:
Universitas Sumatera Utara
1. Penelitian ini bersifat kualitatif, yang hanya memaparkan suatu situasi atau peristiwa secara sistematis, tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi. 2. Penelitian ini dilakukan terbatas pada opini Peserta Audisi Penyiar terhadap Radio USUKOM 107,7 FM sebagai radio kampus. 3. Objek penelitian ini adalah Peserta Audisi Penyiar Radio USUKOM FM yang merupakan Mahasiswa Universitas Sumatera Utara. 4. Penelitian mulai dilakukan pada bulan Maret sampai selesai.
I.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian Setiap penelitian yang dilakukan terhadap suatu masalah sudah pasti mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Dengan adanya tujuan akan mendorong seseorang untuk melakukan usaha sedapat mungkin agar tujuan tersebut dapat dicapai.
I.4.1 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui opini Peserta Audisi Penyiar Radio tentang siaran Radio USUKOM 107,7 FM sebagai stasiun radio berbasis kampus. 2. Untuk mengetahui alasan Peserta Audisi Penyiar Radio dalam mendengar siaran-siaran Radio USUKOM 107,7 FM. 3. Untuk mengetahui hal-hal apa saja yang diterima oleh Peserta Audisi Penyiar Radio setelah mendengar siaran-siaran Radio USUKOM 107,7 FM.
Universitas Sumatera Utara
I.4.2 Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian adalah sebagai berikut: 1. Secara teoritis, untuk menerapkan ilmu yang diterima peneliti selama menjadi mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU, serta menambah cakrawala pengetahuan dan wawasan peneliti terhadap dunia penyiaran radio. 2. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah penelitian di bidang Ilmu Komunikasi, khususnya Komunikasi Massa. 3. Secara praktis, data yang diperoleh dari penelitian ini dapat menjadi masukan bagi manajemen Radio USUKOM 107,7 FM dan perangkatnya yang berkompeten dalam merumuskan kebijaksanaan siarannya.
I.5 Kerangka Teori Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berpikir dalam memecahkan atau menyoroti permasalahannya. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana akan disoroti (Nawawi, 1995: 39-40). Kerlinger menyebutkan teori merupakan himpunan konstruk (konsep), definisi, dan preposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejalagejala dengan menjabarkan relasi di antara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut (Rakhmat, 2004: 6). Dalam penelitian ini, teori yang dianggap relevan adalah Teori Komunikasi, Teori Komunikasi Massa, Pola Penyiaran Radio, Opini Publik, dan Teori Uses and Gratifications.
Universitas Sumatera Utara
I.5.1 Komunikasi Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris Communication berasal dari kata latin Communicatio, dan bersumber dari kata Communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna. Akan tetapi, pengertian komunikasi yang dipaparkan diatas sifatnya dasariah, dalam arti kata bahwa komunikasi itu minimal harus mengandung kesamaan makna antara dua pihak yang terlibat. Untuk memahami pengertian komunikasi sehingga dapat dilangsungkan secara efektif, para peminat komunikasi sering kali mengutip paradigma yang dikemukakan oleh Harold Lasswell dalam karyanya, The structure And Function Of Communication In Society. Lasswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi adalah menjawab pertanyaan sebagai berikut: “Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect “. Paradigma Lasswell diatas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi 5 unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu, yakni (Effendi, 2004: 10): a. Komunikator (Communicator, Source, Sender). b. Pesan (Message) c. Media (Channel) d. Komunikan (Communicant, Communicate) e. Efek (Impact, Influence) Wibur
Schramm,
seorang
ahli
komunikasi,
dalam
karyanya,
“Communication Research in the United States”, menyatakn bahwa komunikasi akan berhasil apabila pesan yang disampaikan oleh komunikator cocok dengan kerangka acuan (frame of reference), yakni paduan pengalaman dan pengertian
Universitas Sumatera Utara
(collection of experiences and meanings) yang pernah diperoleh komunikan (Effendy, 2000: 13). Proses komunikasi pada hakekatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran bisa berupa gagasan, informasi, atau opini yang muncul dari benaknya. Perasaan bisa merupakan keyakinan, kepastian, keragu-raguan, kekhawatiran, kemarahan, kegairahan dan sebagainnya yang timbul dari lubuk hati. Jadi komunikasi akan berhasil apabila pesan yang disampaikan oleh komunikator menimbulkan dampak atau efek tertentu pada komunikan dengan tujuan unuk memberitahu atau mengubah sikap atau pendapat dari si komunikan.
I.5.2 Komunikasi Massa Komunikasi Massa sebagai bagian dari komunikasi memiliki definisi sederhana yang dikemukakan oleh Brittner, yakni; komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang (Ardianto, 2004: 3). Definisi komunikasi massa yang lebih rinci dikemukakan oleh Gerbner. Komunikasi massa adalah
produksi dan distribusi yang
berdasarkan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri (Dalam Ardianto, 2004: 4). Joseph A. Devito dalam bukunya, Communicology: An Introduction To The Study Of Communication, menampilkan definisinya mengenai komunikasi massa dengan lebih tegas, yakni sebagai berikut (Dalam Ardianto, 2004: 3): Pertama, komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Ini tidak berarti bahwa
Universitas Sumatera Utara
khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang mebaca atau semua orang yang menonton TV, agaknya ini berarti bahwa khalayak itu besar dan pada umumnya agak sukar untuk didefinisikan. Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar yang audio atau visual. Komunikasi massa barangkali akan lebih mudah dan lebih logis bila didefinisikan menurut bentuknya: TV, radio, surat kabar, majalah, film, buku, dan pita. Seperti yang dikatakan oleh Severin dan Tankard, komunikasi massa adalah keterampilan, seni, dan ilmu, dikaitkan dengan pendapat Devito bahwa komunikasi massa itu ditujukan kepada massa dengan melalui media massa dibandingkan dengan jenis komunikasi lainnya, maka komunikasi massa mempunyai ciri-ciri khusus yang disebabkan oleh sifat-sifat komponennya. Ciricirinya adalah sebagai berikut (Dalam Effendi, 2004: 22-25): - Komunikasi Massa Berlangsung Satu Arah - Komunikator Melembaga - Pesan Yang Bersifat Umum - Media Komunikasi Massa Menimbulkan Keserempakan. - Komunikan Komunikasi Massa Bersifat Heterogen Media massa atau pers adalah suatu istilah yang mulai dipergunakan pada tahun 1920-an untuk mengistilahkan jenis media massa yang secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat yang sangat luas.dalam pembicaraan seharihari istilah ini sering disingkat menjadi media. Masyarakat dengan tingkat ekonomi rendah memiliki ketergantungan dan kebutuhan terhadap media massa yang lebih tinggi daripada masyarakat dengan
Universitas Sumatera Utara
tingkat ekonomi tinggi karena pilihan mereka yang terbatas. Masyarakat dengan tingkat ekonomi lebih tinggi memiliki lebih banyak pilihan dan akses banyak media massa, termasuk bertanya langsung pada sumber/ahli dibandingkan mengandalkan informasi yang mereka dapat dari media massa tertentu (www.wikipedia.com/wiki/media_massa) Media massa terdiri dari media massa cetak, elektronik, dan media online seperti dibawah ini (Ardianto, 2004: 104-144): a.
Surat Kabar
b.
Majalah
c.
Radio siaran
d.
Televisi
e.
Film
f.
Komputer dan Internet Selain memiliki ciri-ciri, komunikasi massa juga memiliki fungsi. Fungsi
komunikasi massa bagi masyarakat terdiri dari surveillance (pengawasan), interpretation (penafsiran), linkage (ketertarikan), transmission of values (penyebaran nilai), dan entertainment (hiburan) (Ardianto, 2004: 16 – 20). Gejala umum yang dapat dilihat dari suatu proses adalah bahwa proses merupakan suatu peristiwa yang berlangsung secara kontinyu, tidak diketahui kapan mulainya dan kapan akan berakhirnya. Dalam operasionalnya, proses memerlukan berbagai komponen (elemen) penunjang. Demikian pula dengan komunikasi yang pada hakikatnya merupakan suatu proses, berlangsungnya komunikasi sudah pasti memerlukan berbagai komponen (elemen). Pengertian
Universitas Sumatera Utara
komponen di sini adalah bagian-bagian yang terpenting dan mutlak harus ada pada suatu keseluruhan atau kesatuan (Ardianto, 2004: 32). Willbur Schramm mengatakan bahwa untuk berlangsungnya suatu kegiatan komunikasi, minimal diperlukan tiga komponen yaitu source, message, destination atau komunikator, pesan, komunikan. Apabila salah satu dari ketiga komponen tersebut tidak ada, maka komunikasi tidak dapat berlangsung. Namun demikian, selain ketiga komponen tersebut masih terdapat komponen lainnya yang berfungsi sebagai pelengkap. Artinya, jika komponen tersebut tidak ada, maka tidak berpengaruh terhadap komponen lainnya. Oleh karena itu, komponenkomponen utama (komunikator – pesan – komunikan) mutlak harus ada pada proses komunikasi. Pengertian proses komunikasi massa pada hakikatnya merupakan proses pengoperan lambang-lambang yang berarti, yang dilakukan melalui saluran (channel), biasanya dikenal dengan media printed (press), media auditif (radio), media visual (gambar, lukisan) atau media audio visual (televisi dan film). Yang dimaksud dengan media di sini adalah alat yang digunakan untuk mencapai massa (sejumlah orang yang tidak terbatas). Dari uraian tersebut dapat dijelaskan bahwa komunikasi massa merupakan suatu proses yang melukiskan bagaimana komunikator menggunakan teknologi media massa secara proporsional guna menyebarluaskan pesannya melampaui jarak untuk mempengaruhi khalayak dalam jumlah yang banyak. Harold D.
Lasswell seorang ahli politik
di Amerika Serikat
mengemukakan suatu ungkapan yang sangat terkenal dalam teori dan penelitian komunikasi massa. Ungkapan tersebut merupakan suatu formula dalam
Universitas Sumatera Utara
menentukan scientific study dari suatu proses komunikasi massa dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: who (siapa), says what (berkata apa), in which channel (melalui saluran apa), to whom (kepada siapa), with what effect (dengan efek apa)?
I.5.3 Radio Radio merupakan media komunikasi massa periodik yang memiliki kemampuan menjangkau khalayak yang luas dalam waktu bersamaan. Disamping itu, harga pesawatnya yang relatif murah sehingga khalayak banyak yang memilikinya. Berdasarkan data pemilikan radio, selama dua dasawarsa terakhir ini terus berkembang. Dengan jumlah yang cukup besar itu radio akan memiliki potensi yang besar dalam menyebarluaskan informasi. Persoalannya adalah bagaimana memanfaatkan semaksimal mungkin kemampuan yang dimiliki radio, agar setiap program yang disajikan memberikan manfaat. Salah satu aspek yang dapat menentukan keberhasilan radio adalah berkaitan dengan program-program acara yang disiarkan. Rangkaian acara yang menarik diformulasikan kedalam program yang meliputi waktu pagi, siang dan malam. Program tersebut merupakan suatu rangkaian yang dikemas dalam satu format. Setiap stasiun pada pada dasarnya harus mempunyai format yang jelas. Format setiap stasiun dapat menjadi ciri khas dari stasiun yang bersangkutan. Dengan demikian format menjadi penting bagi suatu stasiun pemancar radio, karena akan berkaitan juga dengan segmentasi khalayak. Dalam hal ini radio
Universitas Sumatera Utara
Bahana Kusuma mengkhususkan target pendengarnya pada anak muda, namun pada prakteknya radio ini juga dikonsumsi oleh khalayak yang heterogen, yaitu: a. Kalangan dunia usaha b. Ibu rumah tangga c. Mahasiswa/Pelajar d. Petani/Buruh
I.5.4 Opini Publik Opini adalah suatu ekspresi tentang sikap mengenai suatu masalah yang bersifat kontroversial. Opini tersebut timbul sebagai hasil pembicaraan tentang masalah
yang
kontroversial
yang
menimbulkan
pendapat
berbeda-beda
(Sastropoetro, 1990: 41). Opini timbul sebagai suatu jawaban terbuka terhadap suatu persoalan atau isu. Subyek dari suatu opini biasanya adalah masalah baru. Opini berupa reaksi pertama dimana orang mempunyai perasaan ragu-ragu dengan sesuatu yang lain dari kebiasaan, ketidakcocokan dan adanya perubahan penilaian. Unsur-unsur ini mendorong orang untuk saling mempertahankannya (Djoenarsih, 1984: 31). Sedangkan perkataan publik melukiskan sekelompok manusia yang berkumpul secara spontan yang memiliki syarat-syarat: a.
Dihadapi oleh suatu persoalan (issue)
b. Berbeda pendapatnya
mengenai persoalan ini dan berusaha untuk
menanggulangi persoalannya. c.
Sebagai akibat keinginan mengadakan diskusi dengan mencari jalan keluar (Susanto, 1985: 47).
Universitas Sumatera Utara
Disini publik masih merupakan bentuk spontan yang tidak berbentuk, yang tidak diorganisasikan. Pokok persoalan dari pembentukan publik demikian ini adalah bahwa mereka menghadapi persoalan, diikat (sementara) oleh persoalan yang minta pemecahan (Susanto, 1985: 48). Maka dapat disimpulkan bahwa opini publik atau dikenal dengan pendapat umum adalah kesatuan pendapat yang muncul dari sekelompok orang yang berkumpul secara spontan, membicarakan issue yang kontroversial, mendiskusikannya dan berusaha untuk mengatasinya. Ketika isu atau opini itu keluar maka jelas sekali bahwa komunikasi yang dilakukan oleh komunikator melalui media menghasilkan efek dan efek komunikasi massa inilah yang dikenal dengan sebutan opini publik. Dan proses munculnya opini ini harus melalui beberapa tahap, yaitu; efek kognitif, efek afektif, dan efek konatif. Efek kognitf berhubungan dengan pikiran atau penalaran, sehingga khalayak yang semula tidak tahu, yang tadinya tidak mengerti menjadi mengerti, yang tadinya bingung menjadi merasa jelas. Contoh pesan komunikasi melalui media massa yang menimbulkan efek kognitif antara lain berita, tajuk rencana, artikel dan sebagainya. Efek afektif berkaitan dengan perasaan. Akibat dari pemberitaan di media itu yang akhirnya menimbulkan perasaan tertentu pada khalayak, dan perasaan ini hanya bergejolak didalam hati saja. Dan yang terakhir adalah efek konatif, dimana efek ini berkaitan dengan niat, tekad, upaya, usaha yang memiliki kecenderungan memunculkan sebuah tindakan atau kegiatan. Efek konatif tidak langsung muncul sebagai akibat terpaan media massa, melainkan harus melalui efek kognitf dan efek afektif terlebih dulu. Dan opini publik
Universitas Sumatera Utara
merupakan hasil akhir dari proses tersebut dan masuk pada efek konatif (Effendy, 2003: 318-319). Jika kita lihat lebih dalam lagi yang namanya opini publik itu sangat berkaitan erat dengan sikap dari individu, baik secara pribadi maupun kelompok. Dan pada dasarnya yang membentuk opini publik itu adalah sikap pribadi seseorang maupun sikap kelompoknya, karena itu sikap akan ditentukan oleh pengalaman individu dan kelompoknya. Leonard W. Doob merumuskan opini publik yang kompeten atau memenuhi syarat adalah: 1.
Fakta yang dipakai sebagai titik tolak dari perumusan opini publik, diberi nilai baik oleh masyarakat luas.
2.
Dalam penggunaan fakta (atau keadaan dimana suatu sikap justru diambil karena tidak adanya fakta), orang sampai pada kesimpulan dan kesepakatan akan tindakan yang harus diambil untuk memecahkan masalah (Susanto, 1985: 101). Doob menyebut pendapat harus dinyatakan sebagai actual publik
opinion. Pendapat harus dinyatakan sebelum dinilai karena segala sesuatu yang belum melalui proses komunikasi masih merupakan proses yang ada pada diri seseorang. Dalam hubungannya dengan hal ini perlu diperhatikan pendapat Irish dan Protho mengenai pendapat yaitu, bahwa pernyataan yang telah mengalami proses komunikasi disebut opinion sedangkan bila perasaan tadi belum dinyatakan, maka ia masih merupakan attitude (sikap). Selanjutnya sebagai unsur ketiga disebutkan bahwa diperluksn adanya issue atau masalah agar sesuatu dapat
Universitas Sumatera Utara
dinilai sebagai pendapat umum. Issue bahkan harus merupakan issue sosial (Susanto, 1985). Suatu pendapat akan menjadi issue apabila ia mengandung unsur memungkinkan pro dan kontra suatu pendapat tentang suatu kejadian yang telah dinyatakan. Dengan sendirinya, pendapat memiliki obyek dan tujuan tertentu dan karena menggandung unsur pro dan kontra maka dengan demikian ia akan menimbulkan adanya pendapat baru yang menyenangkan atau tidak baginya (Susanto, 1985).
I.5.5 Teori Uses And Gratification Herbert Blumer dan Elihu Katz adalah orang pertama yang mengenalkan teori ini. Teori kegunaan dan kepuasan ini dikenal pada tahun 1974 dalam bukunya The Uses of Mass Comunications: Current Perspectives on Gratification Research. Teori uses and gratifications milik Blumer dan katz ini mengatakan bahwa pengguna media memainkan peran aktif untuk memilih dan menggunakan media tersebut. Dengan kata lain, pengguna media adalah pihak yang aktif dalam proses komunikasi. Pengguna media berusaha untuk mencari sumber media yang paling baik dalam usaha memenuhi kebutuhannya, artinya teori uses and gratifications mengasumsikan bahwa pengguna mempunyai pilihan alternatif untuk memuaskan kebutuhannya (Nurudin, 2003: 181). Pada awal kemunculan media massa, khalayak dianggap sebagai korban dari kekuatan media. Dengan kata lain, khalayak akan menerima setiap informasi yang disajikan oleh media massa, tanpa ada selektivitas. Teori ini dikenal dengan Teori Magic Bullet. Pandangan ini kemudian digantikan oleh Teori Limited
Universitas Sumatera Utara
Effect, yang menyebutkan efek perorangan anggota individu berbeda dan kehidupan sosial meminimalkan efek media. Di dalam pandangan individu yang berbeda, kekuatan media dibentuk oleh faktor perorangan seperti tingkat inteligensia dan penghargaan diri, dimana kekuatan media dibatasi oleh organisasi khalayak dan keanggotaan dalam kelompok. Namun demikian, teori ini tetap memandang bahwa khalayak bersifat pasif. (http://www.mhhe.com/mayfiledpub.westturner/instructor). Di tahun 1942, teori ini dikritik oleh Herta Herzoa dan Paul Lazasfield. Ketika itu mereka mempelajari bahwa pendengar radio memiliki kebutuhan yang berbeda dan mempunyai selektivitas dalam penggunaan radio. Penilitian inilah merupakan reaksi terhadap Teori Magic Bullet, yang kemudian digunakan sebagai dasar Teori Uses and Gratification. Penelitian ini menegaskan khalayak media aktif, meghancurkan ketentuan paradigma efek media yang dominant pada tahun 1950-an. Tidak ada lagi yang berkata “apa yang dilakukan media kepada khalayak (what media do it the people)”, tertapi “apa yang dilakukan khalayak kepada media (what people do to the media)”. Teori ini sendiri diperkenalkan oleh Ellihu Katz akhir tahun 1950. (http://www.ascusc.org/jcmc/vo16/issue1/eberseld/html). Uses and Gratifications Model merupakan pengembangan dari jarum hipodermik. Model ini tidak tertarik pada apa yang dilakukan media pada diri seseorang, tetapi ia tertarik pada apa yang dilakukan orang terhadap media. khalayak dianggap aktif menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya. Studi ini memusatkan perhatian pada penggunaan (uses) media untuk mendapatka kepuasaan (gratifications) atas kebutuhan seseorang. Sebagian besar
Universitas Sumatera Utara
perilaku khalayak akan dijelaskan melalui berbagai kebutuhan dan kepentingan individu. Model ini meneliti asal mula kebutuhan manusia secara psikologis dan sosial, yang menimbulkan harapan tertentu dari media massa atau sumber-sumber lain dan menimbulkan pemenuhan kebutuhan. Penelitian yang menggunakan uses dan gratification memusatkan pehatian pada kegunaan isi media untuk memperoleh gratifikasi atau pemenuhan kebutuhan (Ardianto dkk, 2004: 70). Model Uses and Gratifications membahas juga motif-motif dan alternatif fungsional untuk memenuhi kebutuhan. Sebagaian besar individu mempunyai kebutuhan dasar untuk mengadakan interaksi sosial, yang kemudian berharap bahwa konsumsi dan penggunaan media massa tertentu akan memenuhi sebagian kebutuhannya. Hal ini menuntun pada kegiatan menonton program televisi, membaca majalah atau surat kabar dan juga mendengarkan radio. Kegiatan ini menghasilkan
gratifikasi
kebutuhan,
tetapi
dapat
pula
menimbulkan
ketergantungan dan perubahan kebiasaan pada individu. Dalam hal ini penggunaan media dapat dikatakan merupakan alternative fungsional bagi interaksi yang sesungguhnya. Teori uses dan Gratifications lebih menekankan pada pendekatan manusiawi di dalam melihat media. Artinya manusia mempunyai otonomi, wewenang untuk memperlakukan media. Teori ini mempertimbangkan apa yang dilakukan orang pada media, yaitu menggunakan media untuk pemuas kebutuhannya. Penganut teori ini meyakini bahwa individu sebagai mahluk suprarasional dan sangat selektif. Menurut para pendirinya, Elihu Katz; Jay G. Blumler; dan Michael Gurevitch (dalam Jalaluddin Rakhmat, 1984), uses and gratifications meneliti asal mula kebutuhan secara psikologis dan sosial, yang menimbulkan
Universitas Sumatera Utara
harapan tertentu dari media massa atau sumber-sumber lain, yang membawa pada pola terpaan media yang berlainan (atau keterlibatan pada kegiatan lain), dan menimbulkan pemenuhan kebutuhan. Katz, Blumer dan Gurevitch (dalam Ardianto, 2004: 71) menjelaskan mengenai asumsi dasar dari pendekatan Uses and Gratifications: 1. Khalayak dianggap aktif, artinya sebahagian penting dari penggunaan media massa diasumsikan mempunyai tujuan. 2. Dalam proses komunikasi massa, inisiatif untuk mengaitkan pemuasan kebutuhan dengan pemilihan media terletak pada khalayak. 3. Media massa harus saling bersaing dengan sumber-sumber lain untuk memuaskan kebutuhannya. Kebutuhannya yang dipenuhi media lebih luas. Bagaimana kebutuhan ini terpenuhi melalui konsumsi media amat bergantung kepada perilaku khalayak yang bersangkutan. 4. Tujuan pemilih media massa disimpulkan dari data yang diberikan anggota khalayak artinya, orang dianggap cukup mengerti untuk melaporkan kepentingan dan motif pada situasi-situasi tertentu. 5. Penilaian tentang arti kultural dari media massa harus ditangguhkan sebelum diteliti lebih dahulu orientasi khalayak. Sementara Schramm dan Porter dalam bukunya Men, Women, Message and Media (1982) pernah memberikan formula untuk menjelaskan bekerjanya teori uses and gratifications.
Janji Imbalan ------------------------------------ = Probabilitas Seleksi Upaya yang Diperlukan
Universitas Sumatera Utara
Imbalan disini bisa berarti imbalan yang saat itu juga diterima (segera) atau imbalan yang tertunda. Imbalan itu memenuhi kebutuhan khayalak. Upaya yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut sangat bergantung pada tersedia tidaknya media dan kemudahan memanfaatkannya. Bila membagi janji imbalan dengan upaya yang diperlukan, maka akan memperoleh probabilitas seleksi dari media massa tertentu (Nurudin, 2003: 182).
I.6 Kerangka Konsep Kerangka sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai. Untuk itu kerangka konsep dapat berupa teori-teori baru yang akan diuji atau pengembangan teori-teori yang sudah ada dan bahkan berupa kemungkinankemungkinan implementasi hasil penelitian bagi kehidupan nyata. Perumusan kerangka konsep itu merupakan bahan yang akan menuntun dalam merumuskan hipotesis penelitian (Nawawi, 2001: 40). Kerangka konsep disusun sebagai perkiraan teoritis dan hasil yang akan dicapai, secara dianalisa secara kritis berdasarkan bahan persepsi (pengamatan) yang dimiliki dan kerangka konsep disusun sebagai perkiraan teoritis dan hasil yang dicapai. Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel, yaitu opini Peserta Audisi Penyiar Radio terhadap siaran Radio USUKOM 107,7 FM sebagai radio berbasis kampus. Berdasarkan kerangka teori yang telah dipaparkan sebelumnya maka ada beberapa konsep yang harus dioperasionalisasikan:
Universitas Sumatera Utara
1.
Siaran Radio USUKOM 107,7 FM sebagai radio berbasis kampus
2.
Opini Peserta Audisi Penyiar Radio.
I.7 Model Teoritis
Siaran Radio USUKOM 107,7 FM
Opini Peserta Audisi Penyiar
sebagai radio Berbasis Kampus
Radio
I.8 Konsep Operasional Konsep Operasional berfungsi untuk memudahkan kerangka konsep dalam penelitian. Maka berdasarkan kerangka konsep, dibuatlah operasionalisasi variabel-variabel untuk membentuk kesamaan dan kesesuaian dalam penelitian. Variabel Teoritis
Variabel Operasional a.
Program Siaran
b. Jadwal Acara Siaran Radio USUKOM 107,7 FM c.
Strategi Siaran
Sebagai Radio Berbasis Kampus d. Kekuatan Siaran e.
Kelemahan Siaran
a.
Manfaat Bagi Pendengar
b. Kepuasan yang Diperoleh c.
Frekwensi Mendengarkan Radio
Opini Peserta Audisi Penyiar Radio d. Waktu Mendengarkan e.
Durasi/Hari
f.
Program yang Didengarkan
Universitas Sumatera Utara
g. Acara Favorit h. Penyiar Favorit i.
Materi yang Disukai
I.9 Definisi Konsep Operasional Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep di atas maka dibuat operasional variabel yang berfungsi untuk kesamaan dan kesesuaian dalam penelitian, yaitu sebagai berikut: 1.
Variabel Siaran Radio USUKOM 107,7 FM Sebagai Radio Berbasis Kampus a. Program Siaran
: Acara yang disiarkan radio, meliputi musik, berita, atau informasi.
b. Jadwal Siaran
: Waktu siaran suatu acara.
c. Strategi Siaran
: Pemilihan acara, jadwal acara, dan penyiarnya.
2.
d. Kekuatan Siaran
: Nilai lebih atau keistimewaan radio.
e. Kelemahan Siaran
: Kekurangan dari radio.
Variabel Opini Mahasiswa a. Manfaat Bagi Pendengar
: Manfaat yang diperoleh responden dari mendengarkan siaran radio.
b. Kepuasan yang Diperoleh
: Kepuasan yang diperoleh responden setelah mendengarkan radio.
Universitas Sumatera Utara
c. Frekuensi Mendengarkan Radio : Berapa sering mendengarkan radio dalam sehari. d. Waktu Mendengarkan
: Waktu mendengarkan radio, apakah pagi, siang atau sore.
e. Durasi/Hari
: Lamanya mendengarkan siaran radio dalam sehari.
f. Program yang Didengarkan
: Acara yang biasanya didengarkan oleh responden.
g. Acara Favorit
: Acara yang paling disukai responden.
h. Penyiar Favorit
: Penyiar
yang
paling
disukai
banyak
diminati
responden. i. Materi yang Disukai
: Materi
yang
responden.
Universitas Sumatera Utara