BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan manusia, dengan pendidikan maka akan terjadi peningkatan dalam berbagai hal baik itu peningkatan intelektual maupun peningkatan budi pekerti. Pendidikan terbukti dapat
memberikan
keuntungan
bagi
masyarakat
karena
pendidikan
dapat
meningkatkan harkat dan martabat manusia. Pendidikan merupakan salah satu aset masa depan karena lewat pendidikan seseorang dapat berkembang dari keadaan yang kurang baik menjadi keadaan yang lebih baik lagi, dengan demikian maka pendidikan menjadi salah satu faktor yang penting dalam kehidupan manusia. Kewajiban pemerintah lah sebagai pihak yang memiliki kebijakan untuk mengatur sektor ini. Pendidikan juga memiliki manfaat yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Pendidikan akan melahirkan lapisan masyarakat terdidik itu menjadi kekuatan perekat yang menautkan unit-unit sosial di dalam masyarakat1. Fungsi pendidikan yang sangat vital tersebut menyebabkan kewajiban bagi setiap warga negara untuk menempuh pendidikan dasar sembilan tahun sesuai dengan yang apa yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia dan pelaksanaanya pada 1
Irianto, Yoyon Bahtiar. 2012. Kebijakan Pembaruan Pendidikan: Konsep, Teori, dan Model. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. Hal. 4.
1
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional menjelaskan bahwa “Pemerintah dan Pemerintah Daerah menjamin terselenggaranya Wajib Belajar minimal pada jenjang pendidikan dasar tanpa memungut biaya”. Hal ini menandakan bahwa pemerintah wajib untuk menyediakan akses bagi semua warga negara untuk menempuh pendidikan dasar. Fungsi pendidikan, sebagaimana yang tertuang dalam Pasal 1 UndangUndang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, kemudian dikembangkan ke dalam tujuan pendidikan2. Tujuan pendidikan nasional adalah berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Berdasarkan tujuan nasional pendidikan tersebut, pada dasarnya goals akhir dari proses pendidikan nasional adalah berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Hal ini menunjukkan bahwa arah pendidikan nasional benarbenar diarahkan menuju pendidikan yang berkualitas (bermutu). Tujuan Pendidikan Nasional tersebut merupakan rumusan dari amanat dalam Pembukaan UUD 1945, bahwa negara berkewajiban ”Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh 2
Mulyasana, Dedy. 2011. Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. hal. 6.
2
tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia”. Dalam amanat Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara RI 1945 tersebut, terlihat jelas bahwa negara mempunyai kewajiban untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Negara wajib menyelenggarakan pendidikan bagi warga negaranya sebagaimana yang tertuang dalam Pasal 31 ayat 3 Undang-Undang Dasar Negara RI 1945 yang menyatakan ”Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang”. Untuk mewujudkan amanat yang ada dalam Undang-Undang Dasar Negara RI 1945, mewujudkan pendidikan yang berkualitas (bermutu) adalah peran yang harus diambil pemerintah menuju tercapainya tujuan pendidikan nasional.
Pendidikan yang berkualitas adalah faktor yang menentukan output sumber
daya manusia sebuah negara. Pendidikan yang berkualitas merupakan aspek yang sangat penting dalam sebuah pendidikan. Kualitas sangat menentukan output dari pendidikan itu dihasilkan. Sebuah pendidikan dikatakan berkualitas jika berhasil menghasilkan sumber daya manusia yang unggul. Sebaliknya, kualitas pendidikan yang rendah adalah pendidikan yang belum menghasilkan output sesuai dengan apa yang ditargetkan. Pendidikan yang berkualitas sangat erat kaitannya dengan pembangunan pendidikan. Pembangunan pendidikan yang baik dan tepat sasaran akan menghasilkan kualitas pendidikan yang unggul. Untuk menuju kualitas 3
pendidikan yang unggul ada empat indikator yang harus dicapai3. Pertama adalah sarana dan prasarana pendidikan yang meliputi pembangunan ruang belajar, renovasi dan rehabilitasi ruang belajar beserta perangkat pendukungnya, ruang laboratorium, perpustakaan, komputer, WC guru dan murid. Pembangunan sarana fisik sekolah ini sangat penting karena infrastruktur sekolah merupakan sarana yang penting bagi keberlanjutan proses pembelajaran. Dengan kondisi fisik sekolah yang layak dan memadai maka proses belajar mengajar akan berjalan dengan lancar. Tanpa didukung oleh sarana dan prasarana pendidikan yang baik, mustahil pendidikan yang berkualitas akan dapat dengan mudah diwujudkan. Kedua adalah sarana dan prasarana pembelajaran yang berkaitan dengan pengadaan alat dan media pembelajaran untuk bidang IPA, IPS, Bahasa dan bidang lainnya. Pengadaan alat dan media pembelajaran merupakan hal yang penting karena keduanya berfungsi sebagai instrumen pembelajaran guru kepada peserta didik. Instrumen pembelajaran yang baik akan menghasilkan teknik mengajar yang baik pula sehingga proses pembelajaran berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan. Hal ini menunjukkan sarana dan prasarana pembelajaran sangat berhubungan dengan kualitas pendidikan karena keberadaan sarana dan prasarana pembelajaran yang baik sangat menentukan kualitas pendidikan. Ketiga adalah pembangunan sumber daya manusia. Sumber daya manusia dalam pendidikan yang utama adalah guru. Peningkatan kualitas guru adalah salah satu indikator dari kualitas pendidikan yang 3
Isjoni. 2006. Pendidikan Sebagai Investasi Masa Depan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. hal. 23.
4
berhasil. Guru sebagai fasilitator dari peserta didik dapat ditingkatkan kualitasnya dengan mengikuti training (pelatihan) guru, seminar-seminar, lokakarya, simposium dan sebagainya. Keempat adalah pembangunan life skill yang bertujuan untuk modal awal bagi mereka untuk membuka usaha sendiri. Life skill dapat diwujudkan di sekolah melalui kegiatan ekstrakurikuler yang dapat melatih peserta didik untuk memiliki sikap kemandirian dan jiwa enterpreneurship (kewirausahaan). Sebagai contohnya adalah kegiatan ekstrakurikuler menjahit dapat melatih peserta didik untuk memiliki keterampilan dalam menjahit. Apabila kemampuan ini terus diasah maka kompetensi dari peserta didik untuk menjahit semakin tinggi dan terampil. Menurut Mulyasana (2011:120) pendidikan bermutu adalah pendidikan yang mampu melakukan proses pematangan kualitas peserta didik yang dikembangkan dengan cara membebaskan peserta didik dari ketidaktahuan, ketidakmampuan, ketidakberdayaan, ketidakbenaran, ketidakjujuran, dan dari buruknya akhlak dan keimanan. Pendidikan bermutu lahir dari sistem perencanaan yang baik (good planning system), sistem tata kelola yang baik (good governance system), dan disampaikan oleh guru yang baik (good teachers). Ketiga faktor tersebut adalah faktor yang sangat menentukan terwujudnya pendidikan yang berkualitas (bermutu). Berdasarkan ketujuh aspek di atas, peneliti dapat menyederhanakannya menjadi empat aspek yaitu sarana dan prasarana, sumber daya manusia, tata kelola pendidikan, dan kurikulum yang berkaitan dengan pembangunan life skill.
5
Permasalahan yang sering terjadi di lapangan adalah proses pembelajaran yang hanya menekankan pada hafalan dan latihan soal-soal ujian. Jika dicermati, kebanyakan proses pembelajaran di sekolah-sekolah saat ini masih berorientasi untuk ”mengajar” dari pada ”mendidik”. Akibatnya guru hanya menjalankan perannya hanya sebatas memberikan teori (transfer teori) kepada peserta didik dan kurang memberikan arahan (mendidik) peserta didik agar menjadi insan yang berakhlak mulia. Cara pandang seperti ini adalah cara pandang yang salah dan sudah lama berlangsung dalam kegiatan pendidikan di sekolah. Dampaknya adalah para lulusan hanya membawa selembar ijazah yang tertera nilai-nilai ujian. Ijazah tersebut juga tidak mencerminkan adanya efek pada perubahan watak atau kepribadian, pemikiran, dan perilaku para lulusan. Hal ini menandakan bahwa proses pembelajaran masih menitikberatkan pada kuantitas hasil dibandingkan dengan kualitas proses. Permasalahan serupa juga terjadi di salah satu sekolah di kabupaten Sukoharjo yakni di SMP Negeri 1 Bulu Sukoharjo. SMP Negeri 1 Bulu Sukoharjo adalah sekolah yang terletak di Kecamatan Bulu. Wilayah kecamatan Bulu terletak di sebelah timur kota Sukoharjo yakni sekitar 17 km dari pusat kota dan berbatasan langsung dengan Kabupaten Wonogiri. Jika dilihat dari letak geografisnya, SMP Negeri 1 Bulu terletak di ujung timur dan tergolong sekolah pinggiran. Penelitian ini merupakan penelitian yang penting karena menghasilkan sebuah rekomendasi mengenai terwujudnya pendidikan yang berkualitas di SMP Negeri 1 Bulu Sukoharjo. Hal tersebut jelas berguna dan sangat bermanfaat bagi sekolah mengenai 6
perwujudan pendidikan berkualitas. Peneliti memilih lokus penelitian di sekolah ini karena memang sekolah ini butuh pemecahan masalah atau rekomendasi terkait dengan kualitas pendidikan. Dengan dilakukannya penelitian ini maka diperoleh rekomendasi yang akan berguna bagi SMP Negeri 1 Bulu Sukoharjo guna mewujudkan pendidikan yang berkualitas. Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti beberapa bulan yang lalu, terlihat jelas bahwa proses pembelajaran di sekolah ini masih berorientasi pada kuantitas hasil. Setiap menjelang ujian nasional, peserta didik selalu dilatih untuk menjawab soal-soal ujian nasional dengan tujuan untuk mendongkrak nilai ujian nasional sehingga bisa meningkatkan peringkat sekolah. Persiapan menuju ujian nasional terkesan dipersiapkan secara mendadak, bukan sejak dari dini yakni sejak dari kelas VII. Selain itu, proporsi antara mengajar dan mendidik tidak seimbang dalam proses pembelajaran. Pada saat kegiatan pembelajaran, guru lebih banyak untuk memberikan ilmu pengetahuan atau mentransfer teori jika dibandingkan dengan kegiatan mendidik peserta didik menjadi insan yang berakhlak mulia. Hal ini menunjukkan belum tercapainya pendidikan yang berkualitas di sekolah tersebut. Berdasarkan permasalahan tersebut, dirasa tertarik untuk diteliti secara lebih mendalam tentang kualitas pendidikan di SMP Negeri 1 Bulu Sukoharjo. Apakah selama ini proses pendidikan yang dilaksanakan sudah sesuai dengan esensi pendidikan yang sesungguhnya yakni pendidikan yang berkualitas atau malah proses pendidikan yang berjalan belum sesuai dengan esensi pendidikan yang berkualitas. 7
Rentang waktu yang ingin diteliti adalah selama tahun pelajaran 2012/2013 sehingga jika proses pendidikan belum sesuai dengan esensi pendidikan yang berkualitas, maka akan diberikan rekomendasi guna memperbaiki kualitas pendidikan di SMP Negeri 1 Bulu Sukoharjo ke depannya. Oleh karena itu penelitian ini peneliti beri judul ”Mewujudkan Pendidikan Berkualitas di SMP Negeri 1 Bulu Sukoharjo”.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:: “Bagaimana kualitas pendidikan di SMP Negeri 1 Bulu Sukoharjo Tahun pelajaran 2012/2013?“
1.3 Tujuan Penelitian Dalam melakukan penelitian ini tentunya mempunyai beberapa tujuan. Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui kualitas pendidikan di SMP Negeri 1 Bulu Sukoharjo Tahun Pelajaran 2012/2013 2. Untuk memberikan feedback terhadap kualitas pendidikan di SMP Negeri 1 Bulu Sukoharjo Tahun Pelajaran 2012/2013
8
1.4 Manfaat Penelitian Dalam melakukan penelitian ini, diharapkan akan diperoleh manfaat yang berguna bagi berbagai pihak. Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain sebagai berikut: 1. Bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan kajian ilmu pengetahuan terutama kajian tentang kualitas pendidikan. Kualitas pendidikan sangat penting untuk dikaji dan diteliti karena kualitas pendidikan berkaitan dengan mutu pendidikan yang dihasilkan oleh sebuah daerah. Kualitas pendidikan sangat menentukan berkembang atau tidaknya sebuah daerah. Jika kualitas pendidikan sebuah daerah maju, maka output yang dihasilkan adalah output sumber daya manusia yang unggul. Sebaliknya jika kualitas pendidikan sebuah daerah tidak berkembang, maka harapan untuk memperoleh SDM yang berkualitas sangat kecil. Oleh karena itu, penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat yang besar bagi kajian tentang kualitas pendidikan, khususnya kualitas pendidikan di SMP Negeri 1 Bulu Sukoharjo. 2. Bagi Referensi Penelitian yang Akan Datang Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi penelitian di masa yang akan datang. Perkembangan ilmu sosial yang dinamis membuat penelitianpenelitian baru dapat bermunculan sehingga akan menambah referensi penelitian di masa yang akan datang. Referensi yang bertambah akan 9
menambah khazanah pengetahuan yang lebih luas lagi, terutama mengenai kualitas pendidikan di kabupaten Sukoharjo khususnya di SMP Negeri 1 Bulu Sukoharjo.
10