BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi media massa berjalan dengan pesat saat ini. Dalam masyarakat moderen, media massa mempunyai peran yang signifikan sebagai bagian dari kehidupan manusia sehari-hari. Selain itu, animo individu atau masyarakat yang tinggi terhadap program komunikasi melalui media massaseperti surat kabar, majalah, radio, televisi, film dan internet menjadikan setiap saat individu atau masyarakat tidak dapat dilepaskan dari hadirnya media massa. Sehingga media massa sudah menjadi sajian atau santapan masyarakat sebagai acuan sumber berita dan informasi yang sedang berkembang di sekitarnya. Salah satu media massa yang dianggap populer di kalangan masyarakat saat ini, yaitu media massa cetak, di antaranya yaitu, surat kabar, majalah, buku teks, newsletter, buletin, dan tabloid. Para pemilik perusahaan media massa bersaing untuk menarik para pembaca sebanyak-banyaknya agar memperoleh pelanggan di pasaran sehingga laku dan dapat diterima di masyarakat. Ketika media cetak telah laris di pasaran dan dapat diterima oleh masyarakat dapat dikatakan pula bahwa media tersebut sukses dari segi finansial sehingga mendapatkan banyak keuntungan. Hal ini juga berarti bahwa media cetak itu dapat semakin berpengaruh, karena semakin banyak yang membacanya.
1
2
Maka dari itu media cetak semakin mampu membentuk opini publik, dan inilah merupakan salah satu tujuan pokok dari keberadaan media cetak tersebut. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi media cetak untuk dapat laris di pasaran dan diterima oleh masyarakat.Salah satunya adalah struktur bahasa suatu media cetak yang dapat dilihat dari redaksi media cetak tersebut. Redaksi adalah cara dan gaya menyusun dalam kalimat (KBBI, 2003:938). Kridalaksana (2008:208) menyebutkan redaksi adalah cara mengungkapkan sesuatu dengan kata, frase, kalimat sehingga membentuk wacana. Sehingga dalam penyusunan media cetak, redaksi merupakan bagian terpenting yang harus diperhatikan. Judul merupakan bagian dari peyusunan redaksi. Permasalahan judul tentang media cetak menarik untuk dikupas lebih dalam. Oleh sebab itu, penulis tertarik untuk meneliti judul artikel media cetak yang terdapat dalam majalah. Judul yang dimaksud dalam penelitian ini adalah yang sering kita sebut headline bukan judul dari sampul majalah. Judul diambil dari majalah Panjebar Semangat (PS) tahun 2010. Majalah PS adalah majalah mingguan berbahasa Jawa yang terbit di Surabaya. Majalah ini pertama kali terbit pada 2 September 1993.Panjebar Semangat didirikan oleh Dr. Soetomo, tokoh pendiri Budi Utomo, sebagai salah satu media yang digunakan untuk perjuangan kemerdekaan Indonesia2. Majalah tersebut masih populer di
2 http://id. Wikipedia.org/wiki/Panjebar_Semangat diakses tanggal 29 April 2013
3
kalangan masyarakat terutama di pulau Jawa yang sebagian penduduknya masih menggunakan bahasa Jawa sebagai alat komunikasi dan juga menjadi bahasa ibu. Bahasa Jawa sebagai media komunikasi dapat berbentuk kalimat, klausa, atau frase. Sosok kalimat tampak dalam dua wujud, yaitu lisan dan tulisan. Wujud lisan kalimat diiringi oleh alunan titinada, diwarnai oleh kekeras-lembutan tekanan, disela oleh jeda diakhiri oleh intonasi selesai, dan diikuti oleh kesenyapan yang memustahilkan adanya perpaduan atau asimilasi bunyi. Wujud tulisan, khususnya yang berhuruf Latin, kalimat dimulai dengan huruh kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda tanya, atau tanda seru (Sudaryanto, 1992:56). Kalimat secara gramatikal dapat dipaparkan berdasarkan kategori sintaksis, fungsi sintaksis, dan peran sintaksis atau peran semantis (Wedhawati dkk,.2001:20). Wujud klausa atau frase bahasa Jawa dapat direalisasikan dalam judul majalah PS. Kajian terhadap judul di dalam majalah PS akan dianalisis dari aspek sintaksis khususnya satuan kebahasaan yang berupa frase dan klausa. Beberapa judul dalam majalah PS mempunyai satuan sintaksis yang berupa frase dan klausa, seperti contoh di bawah ini: (1) Siap Wafat (PS, 9-1-10: 37) ‘Siap mati’ (2) Bupati Madiun ‘Bupati Madiun S
Disuduk ditusuk P
Obeng (PS, 9-1-10: 13) obeng’ PEL
Contoh (1) merupakan satuan kebahasaan berupa frase. Frase tersebut termasuk jenis frase endosentrik yang atributif karena unsur-unsur pembentuk yang tidak setara. Kata Wafat merupakan unsur pusat (UP) dan kata Siap
4
merupakan unsur atribut (Atr).Secara kategorial frase tersebut termasuk frase verbal karena kata Siap termasuk golongan kata tambah (T), dan kata Wafat termasuk golongan verbal (V). Contoh (2) merupakan satuan kebahasaan berupa klausa. Berdasarkan fungsinya Bupati Madiun berfungsi sebagai subjek (S), Disuduk berfungsi sebagai predikat (P), Obeng berfungsi sebagai pelengkap (PEL). Klausa tersebut termasuk dalam kategori klausa verbal karena berisi predikat golongan (V), yaitu kata Disuduk.
1.2 Rumusan Masalah Atas dasar penjelasan latar belakang di atas, penulis akan membahas tentang sintaksis dalam judul majalah PS tahun 2010. Oleh karena itu, ada beberapa rumusan masalah yang muncul, di antaranya yaitu: 1. Apa sajakah jenis dan kategori pembentuk frase judul artikel dalam majalah Panjebar Semangat tahun 2010? 2. Bagaimanakah struktur klausa judul artikel dalam majalah Panjebar Semangat tahun 2010?
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini yang membahas judul dalam majalah PS dari segi sintaksis, di antaranya sebagai berikut : 1. Memaparkan jenis dan kategori pembentuk frase judul artikel dalam majalah PS tahun 2010.
5
2. Memaparkan penggolongan klausa berdasarkan unsur internnya, adatidaknya kata negatif yang secara gramatik menegatifkan P, dan kategori kata atau frase yang menduduki fungsi P judul artikel dalam majalah PS tahun 2010. Penelitian ini juga memberikan manfaat praktis, yaitu tentang penulisan judul artikel dalam majalah Panjebar Semangat sesuai struktur bahasa Jawa.
1.4 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian dibedakan menjadi dua, yaitu ruang lingkup data dan ruang lingkup analisis data. 1.4.1 Ruang Lingkup Data Penelitian ini menggunakan data yang diperoleh dari majalah PS selama tahun 2010 edisi bulan Januari sampai dengan Desember. Sumber data tersebut diambil dari majalah PS edisi 9 Januari 2010 sejumlah tujuh judul artikel, edisi 27 Februari 2010 sejumlah empat judul artikel, edisi 13 Maret 2010 sejumlah delapan judul artikel, edisi 10 April 2010 sejumlah empat judul artikel, edisi 8 Mei 2010 sejumlah empat judul artikel, edisi 12 Juni 2010 sejumlah empat judul artikel, edisi 17 Juli 2010 sejumlah enam judul artikel, edisi 14 Agustus 2010 sejumlah empat judul artikel, edisi 11 September 2010 sejumlah tujuh judul artikel, edisi 16 Oktober 2010 sejumlah enam judul artikel, edisi 13 November 2010 sejumlah lima judul artikel, dan edisi 18 Desember 2010 sejumlah empat judul artikel. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa terdapat berbagai macam bentuk struktur sintaksis judul artikel dalam majalah PS, yaitu, frase dan
6
klausa. Data diambil secara acak dari majalah PS, hanya sebatas judul artikel yang berbentuk frase dan klausa pada majalah tersebut. 1.4.2 Ruang Lingkup Analisis Data Ruang lingkup pada penelitian ini hanya sebatas pada pembahasan mengenai struktur sintaksis dan bentuk satuan sintaksis dalam judul majalah PS. Struktur sintaksis dalam judul majalah PS meliputi kategori, fungsi, dan peran sintaksis. Struktur sintaksis yang dibahas dalam penelitian ini menganalisis tentang judul artikel pada majalah PS dianalisis frase dan klausa. Judul artikel berbentuk frase pada majalah PS dianalisis berdasarkan jenis dan kategori frase. Judul artikel berbentuk klausa pada majalah PS dianalisis struktur klausa berdasarkan fungsi unsur internya, klusa berdasarkan ada atau tidaknya kata negatif yang secara gramatik menegatifkan predikat, dan klausa berdasarkan kategori kata atau frase yang menduduki fungsi predikat.
1.5 Tinjauan Pustaka Beberapa penelitian tentang judul yang dianalisis dari aspek sintaksis telah banyak dilakukan.Pertama, penelitian Faeruzzabadi (2002) berbentuk skripsi yang berjudul, “Elipsis Konjungsi Dan Fungsi Sintaksis Dalam Judul Berita Surat Kabar Berbahasa Indonesia”. Skripsi ini bertujuan untuk mendeskripsikan elipsis fungsi sintaksis dalam judul berita surat kabar berbahasa Indonesia. Sumber data yang diambil dari skripsi ini berasal dari Jawa Pos, Koran Tempo, Kompas, Republika, Kedaulatan Rakyat, dan Bernas edisi awal, pertengahan, dan akhir Januari 2002.
7
Skripsi Faeruzzabadi membahas tentang unsur elipsis dalam judul berita surat kabar berbahasa Indonesia yang hanya ditemukan 2 unsur fungsi sintaksis yang dilesapkan di dalam judul berita surat kabar berbahasa Indonesia yaitu unsur subjek dan predikat. Unsur lain seperti objek dan pelengkap tidak ditemukan dilesapkan dari judul berita kabar berbahasa Indonesia. Tesis Sumarno yang berjudul, ‘Judul Kajian Surat Kabar Sebuah Kajian Sintaksis” secara khusus berisi tentang berbagai analisis yang mendeskripsikan secara detail judul surat kabar Kompas dan Jawa Pos yang dijadikan bahan dan sumber data. Tesis tersebut menjelaskan atau memaparkan secara detail hal-hal seperti pola unsur fungsional judul berita, maksud penggunakan instrumenintrumen sintaksis dalam judul berita, pemadatan strukur sintaksis judul berita, dan preferensi penulisan judul berita, antara bentuk kalimat dan bentuk frase. Penelitian tesis tersebut mempunyai tujuan agar dapat memberikan pemahaman yang mendalam khususnya tentang teori sintaksis dalam kaitannya dengan analisis pola komponen judul berita, antara bentuk kalimat dan frase sehingga dapat dijadikan sebagai acuan penulis untuk penelitian ini. Penelitian di atas semuanya menggunakan bahan berasal dari surat kabar berbahasa Indonesia sedangkan yang akan ditulis dalam penelitian ini bahan bersumber dari majalah berbahasa Jawa yang masih jarang diteliti oleh para peneliti.
1.6 Landasan Teori Sintaksis berasal dari bahasa Yunani sun ‘dengan’ dan tattein ‘menempatkan’. Secara etimologis istilah tersebut berarti menempatkan bersama-
8
sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat dan kelompok-kelompok kata menjadi kalimat (Verhaar, 1988:70). Sintaksis adalah salah satu cabang ilmu linguistik.Istilah sintaksis secara langsung diambil dari bahasa Belanda syntaxis, dalam bahasa Inggris digunakan juga istilah syntax. Sintaksis ialah bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa, dan frase (Ramlan, 2005:18) sedangkan Kridalaksana (2008:223) mengatakan bahwa sintaksis adalah pengaturan dan hubungan antara kata dengan kata, atau dengan satuan-satuan yang lebih besar, atau antara satuan-satuan yang lebih besar dalam bahasa. Penelitian ini menggunakan teori sintaksis yang ditulis oleh Ramlan dan Sudaryanto. Ramlan (2005:18) menyebutkan bahwa sintaksis adalah ilmu bahasa yang menbicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa, dan frase. 1.6.1 Frase Menurut Ramlan (2005:138) frase adalah satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang hanya menempati satu fungsi atau jabatan, baik dalam subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap (PEL) maupun keterangan (KET). Kesimpulannya adalah frase merupakan satuan linguistik yang lebih besar dari kata dan lebih kecil dari klausa dan kalimat karena hanya menduduki satu fungsi. Kumpulan kata yang ada pada frase merupakan kumpulan kata yang bersifat nonpredikatif, artinya hubungan antara kedua unsur yang membentuk frase tidak berstruktur subjek-predikat atau predikat–objek. Kata-kata tersebut merupakan gabungan kata yang bersifat nonpredikatif dan hanya menduduki satu fungsi atau jabatan.
9
1.6.1.1 Frase
Berdasarkan
Persamaan
Distribusi
dengan
Unsurnya
(Pemadunya) Frase berdasarkan persamaan distribusi dengan unsurnya dibagi menjadi dua jenis, yaitu frase endosentrik dan frase eksosentrik. a.
Frase Endosentrik Frase Endosentrik dibagi menjadi tiga, yaitu frase endosentrik koordinatif,
frase endosentrik atributif, dan frase endosentrik apositif. a.1 Frase Endosentrik Koordinatif Frase ini terdiri dari usur-unsur yang mempunyai kedudukan setara atau sama kuat (semuanya merupakan unsur pusat (UP) ). Kesamaan kedudukan tersebut dapat dibuktikan oleh kata penghubung lan ‘dan’ atau karo ‘dengan’. a.2 Frase Endosentrik Atributif Frase ini terdiri dari unsur – unsur yang tidak setara atau sama kuat (terdiri dari unsur pusat (UP) dan atributif (Atr.)). Oleh karena itu, unsur-unsurnya tidak bisa dihubungkan dengan kata penghubung lan ‘dan’ atau karo’dengan’. a.3 Frase Endosentrik Apositif Frase ini adalah frase yang terdiri dari unsur pusat dan atribut, namun atributnya berupa aposisi/ keterangan tambahan. b. Frase Eksosentrik Frase Eksosentrik yaitu frase yang tidak mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya, baik semua unsurnya maupun salah satu dari unsurnya. Frase tersebut tidak mempunyai distribusi yang sama dengan semua unsurnya. Contoh frase yang eksosentrik ialah frase neng omah ‘di rumah’, sing ijo ‘yang hijau’.
10
1.6.1.2 Frase Berdasarkan Kategori yang Menjadi Unsur Pusatnya Berdasarkan kategori yang menjadi unsur pusatnya, frase dibagi menjadi lima jenis, yaitu frase nominal, frase verbal, frase bilangan, frase keterangan, dan frase depan. a. Frase Nominal Frase nominal yaitu frase yang memiliki distribusi yang sama dengan kata nominal. Secara kategorial, frase nominal mungkin bisa terdiri dari frase nominal diikuti nominal, nominal diikuti verbal, nominal diikuti bilangan, nominal diikuti keterangan, nominal diikut frase depan, nominal didahului bilangan, nominal didahului kata sandang, kata sing ‘yang’ diikuti nominal, kata sing diikuti verbal, kata sing ‘yang’ diikuti bilangan, kata sing ‘yang’ diikuti keterangan, dan kata sing ‘yang’ diikuti frase depan. Menurut Sudaryanto (1992:85) memaparkan bahwa terdapat ciri-ciri kata yang bisa dimasukkan dalam kategori nominal, antara lain adalah bilamana ada kata polimorfemis dalam bahasa Jawa berunsurkan afiks (paN-, pa-, pi-, pra, paN-/-an, pa-/-an, dan pra-/-an), kemudian (konfiks ka-/-an, sufiks –an, dan sufiks –e) memberi ciri kenominaan. Di samping dapat diketahui lewat bentuk morfologis dan perangai sintaksisnya, nomina dapat diketahui juga lewat perangai sintaksisnya, yaitu sebagai pengacu terhadap unsur kenyataan yang berupa manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, benda, gagasan, pengertian, dan yang lain sejenisnya beserta dengan segala dimensi yang dimiliki dan dapat disebut dengan kata.
11
b. Frase Verbal Frase verbal yaitu frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata verbal. Seperti contoh frase lagi maca, kata lagi mempunyai distribusi yang sama dengan kata maca ‘membaca’. Kata maca termasuk golongan verbal, maka lagi maca juga termasuk golongan verbal. Hubungan makna antar unsur-unsurnya terdiri dari penjumlahan, pemilihan, ragam, negatif, aspek, dan tingkat. Sudaryanto (1992:77) menguraikan ciri-ciri kata yang termasuk dalam kategori verbal, di antaranya yaitu, sebagai P verbal diikuti atau diatributi oleh kata lagi dalam arti ‘sedang’ (bukan ‘baru’) yang letak kiri, verbal dapat menjawab pertanyaan Ngapa? atau Lagi apa?, verbal dapat diikuti keterangan yang menyatakan cara melakukan tindakan yang dapat ditandai dengan kata karo ‘dengan’ atau kanthi ‘hingga’, verbal memungkinkan munculnya konstituen lain yang sederajat dengan S atau P itu sendiri secara sintaksis seperti kata wedi ‘takut’ dan wani ‘berani’ dengan kata jirih ‘takut’ dan kendel ‘berani’. Sebagai verbal, wedi dan wani disebut verbal keadaan, sedangkan jirih dan kendel yang bukan verbal itu termasuk kategori adjektiva. c. Frase Bilangan Frase bilangan yaitu frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata bilangan. Seperti contoh frase minyak goreng telung liter ‘tiga liter minyak goreng’. Kata telu termasuk golongan kata bilangan, sedangkan kata liter termasuk kata penyukat. Jadi frase bilangan tersebut terdiri dari unsur kata bilangan diikuti kata penyukat. Selain itu, terdapat juga frase bilangan yang terdiri dari kata bilangan disertai kata tambah. Misalnya seperti seperti frase
12
papat wae ‘empat saja’. Kata papat termasuk dalam kata bilangan, sedangkan kata wae termasuk dalam kata tambah. d. Frase Keterangan Frase keterangan yaitu frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata keterangan. Misalnya frase wingi sore ‘kemarin sore’. Kata wingi mempunyai distribusi yang sama dengan kata keterangan. e. Frase Depan Frase depan yaitu frase yang terdiri dari kata depan sebagai penanda, diikuti oleh kata atau frase sebagai aksisnya. Misalnya frase saka omah. Frase saka omah terdiri dari kata depan saka sebagai penanda, diikuti omah sebagai aksisnya. 1.6.2 Klausa Klausa adalah satuan gramatik yang terdiri dari S P baik disertai O, PEL., dan KET. ataupun tidak. Unsur inti klausa adalah S dan P, namun demikian S sering dihilangkan dan jelas bahwa unsur yang cenderung selalu ada dalam klausa ialah P (Ramlan, 2005:79). Unsur-unsur lainnya mungkin ada, mungkin juga tidak ada. Sudaryanto (1992:62) menyebutkan bahwa kalimat tunggal yang menjadi unsur pembentuk kalimat majemuk maka disebut klausa. Klausa terdiri dari unsur-unsur fungsional yang disebut S, P, O, PEL, dan KET. Kelima unsur itu tidak selalu bersama-sama dalam satu klausa, terkadang satu klausa hanya terdiri dari S dan P; S, P, dan O; S, P, dan PEL; S, P, dan KET; S, P, PEL, dan KET, atau P saja. Unsur fungsional yang cenderung selalu ada dalam klausa adalah P (Ramlan, 2005:80). Sudaryanto (1992:126) memaparkan
13
bahwa dalam bahasa Jawa dapat dijumpai setidak-tidaknya adanya lima jenis fungsi sintaksis yaitu, predikat (P), subjek (S), objek (O), pelengkap (PEL), keterangan (KET). a. Fungsi Predikat dan Subjek Berdasarkan strukturnya, S dan P dapat dipertukarkan tempatnya. Kalimat tunggal yang terdiri atas dua konstituen, jika dilihat dari aspek fungsi sintaksisnya, selalu berupa P dan S; dan dalam penyusunan kalimat tunggal bahasa Jawa yang biasa, S itu berada di depan P, jadi, S letak kiri terhadap pusatnya. b. Fungsi Objek Fungsi O dapat dikenali kejatiannya lewat dua cara, yaitu cara pertama dengan melihat jenis P-nya dan cara kedua dengan memperhatikan cirri khas O itu sendiri. Jenis P yang memunculkan fungsi O adalah P yang berwatak aktif transitif. Fungsi P yang berwatak demikian itu memiliki imbangan bentuk pasif didan dapat dijadikan bentuk imperatif.Secara kategorial, P yang berwatak aktif transistif dapat didisi oleh verba dasar tertentu dan verba berimbuhan N-, N-/-I, N/-ake. Dalam pada itu, cirri khas O adalah pengisinya yang berupa peran tertentu dapat mengisi fungsi S dalam kalimat pasif. c. Fungsi Pelengkap Di samping O, fungsi letak kanan P ada juga yang disebut fungsi pelengkap (Pel). Tetapi, fungsi itu tidak memiliki watak khas O. pengisinya tidak dapat mengisi fungsi S karena imbangan pasifnya memang tidak mungkin; atau
14
tidak akan menjadi S dalam kalimat pasif karena P-nya justru sudah pasif dan Snya pun sudah ada. d. Fungsi Keterangan Fungsi S, P, O, dan PEL adalah empat fungsi sintaksis bahasa Jawa yang adanya di dalam kalimat bersifat wajib dan hadir bergantung pada watak pengiring P-nya. Di samping fungsi yang bersifat wajib, ada pula fungsi P. Fungsi sintaksis jenis terakhir itu disebut keterangan. Pada umumnya yang menjadi ciri menonjol fungsi KET dalam hal perilaku strukturalnya adalah kebebasan letaknya. Fungsi KET memiliki letak yang cenderung lebih bebas daripada PEL, terlebih-lebih bila hadir secara ganda. Hal itu bergantung pada pengisinya. Fungsi KET dapat terletak di depan SP, dapat terletak di antara S dan P, dan dapat juga terletak di belakang sekali. Hanya sudah tentu tidak mungkin terletak di antar P dan O dan di antara P dan PEL karena O dan PEL boleh dikatakan selalu menduduki tempat langsung di belakang P, setidak-tidaknya mempunyai kecenderungan demikian. Penggolongan klausa dapat digolongkan berdasarkan tiga dasar, yaitu berdasarkan unsur internnya, ada atau tidaknya kata negatif yang secara gramatik menegatifkan P, dan berdasarkan kategori kata atau frase yang menduduki fungsi P. 1.6.2.1 Klausa Berdasarkan Fungsi Unsur Internnya Klausa berdasarkan fungsi unsur internya dibagi menjadi dua macam, yaitu klausa lengkap dan klausa tidak lengkap. Klausa yang terdiri dari S dan P
15
disebut klausa lengkap, sedangkan klausa yang tidak ber-S disebut klausa tidak lengkap. a. Klausa Lengkap Klausa lengkap dapat dibedakan menjadi dua golongan berdasarkan unsur internnya, yaitu klausa lengkap yang S-nya terletak di depan P dan klausa lengkap yang S-nya terletak di belakang P. b. Klausa Tidak lengkap Klausa yang tidak lengkap adalah klausa yang tidak memiliki unsur S, hanya terdiri dari unsur P, disertai O, PEL, KET, atau tidak. 1.6.2.2 Klausa Berdasarkan Ada atau Tidaknya Kata Negatif yang Secara Gramatik Menegatifkan P Berdasarkan ada atau tidaknya kata negatif yang secara gramatik menegatifkan atau mengingkarkan P, klausa dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu klausa positif dan klausa negatif. a. Klausa Positif Klausa positif ialah klausa yang tidak memiliki kata negatif ora ’tidak’, dudu ‘bukan’, durung ‘belum’, aja ‘jangan’ yang secara gramatik menegatifkan P. b. Klausa Negatif Klausa negatif ialah klausa yang memiliki kata-kata negatif ora ’tidak’, dudu ‘bukan’, durung ‘belum’, aja ‘jangan’ yang secara gramatik menegatifkan P.
16
1.6.2.3 Klausa Berdasarkan Kategori Kata atau Frase yang Menduduki Fungsi P Ramlan (2005:129) mengemukakan bahwa berdasarkan golongan atau kategori kata atau frase yang menduduki fungsi P, klausa dapat digolongkan menjadi empat golongan, yaitu, klausa nominal, klausa verbal, klausa bilangan, klausa depan. a. Klausa Nominal Klausa nominal adalah klausa yang P-nya terdiri dari kata atau frase golongan N. Kata golongan N ialah kata-kata yang secara gramatik mempunyai perilaku pada tataran klausa dapat menduduki fungsi S, P, O. Sedangkan, pada tataran frase tidak dapat dinegatifkan dengan kata ora ‘tidak’, melainkan dengan kata dudu ‘bukan’, dapat diikuti kata kuwi ‘itu’ sebagai atributnya, dan mengikuti kata depan neng ‘di’ atau nang ‘di’ sebagai aksisnya. b. Klausa Verbal Klausa verbal ialah klausa yang P-nya terdiri kata atau frase golongan V. kata golongan V adalah kata yang pada tataran klausa cenderung menduduki fungsi P dan pada tataran frase dapat dinegatifkan dengan kata ora ‘tidak’. c. Klausa Bilangan Klausa bilangan atau klausa numerial ialah klausa yang P-nya terdiri dari kata atau frase golongan bilangan. Kata bilangan ialah kata-kata yang dapat diikuti oleh kata penyukat, sedangkan frase bilangan ialah frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata bilangan.
17
d. Klausa Depan Klausa depan atau klausa pereposisional ialah klausa yang P-nya terdiri dari frase depan, yaitu frase yang diawali oleh kata depan sebagai penanda.
1.7 Metode Penelitian Metode yang dilakukan dalam penelitian ini melalui tiga tahapan, yaitu penyediaan data, analisis data, dan pemaparan hasil analisis data (Sudaryanto, 1993:5). Berikut penjelasan metode yang digunakan dalam dalam penelitian ini. 1.7.1 Metode Penyediaan Data Metode awal yang dilakukan yaitu dengan menentukan objek yang akan diteliti dan melakukan pengumpulan data. Data yang menjadi objek dari penelitian ini, yaitu majalah PS selama tahun 2010 edisi bulan Januari sampai dengan Desember. Setelah objek data ditentukan, dilakukan langkah berikutnya yaitu dengan melakukan studi pustaka dan mengumpulkan judul dari artikel yang terdapat dalam majalah tersebut. 1.7.2 Metode Analisis Data Metode analisis data dilakukan setelah objek penelitian ditentukan. Objek data yang berupa judul artikel dalam majalah PS kemudian diteliti secara sintaksis. Analisis sintaksis dilakukan dengan cara mengelompokkan satuan sintaksis yang berupa frase dan klausa, kemudian ditentukan jenis dan kategori yang berupa frase serta fungsi dan kategori yang berupa klausa.
18
1.7.3 Metode Pemaparan Hasil Analisi Data Langkah terakhir dari penelitian ini adalah menulis analisis/hasil penelitian dalam bentuk laporan. Uraian dari semua bentuk laporan akan dijelaskan dalam sistematika penyajian.
1.8 Sistematika Penyajian Penelitian ini disusun dalam empat bab, yaitu : Bab I berisi pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, ruang lingkup penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori,
metode penelitian dan
sistematika penyajian. BAB II menjelaskan tentang jenis dan kategori pembentuk frasejudul artikel dalaml majalah PS tahun 2010. BAB III menjelaskan kategori dan fungsi sintaksis pembentuk klausa judul artikel dalaml majalah PS tahun 2010. BAB IV merupakan kesimpulan dan saran.