BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Perhitungan indeks masa tubuh (IMT) pada pasien penyakit ginjal menjadi suatu hal yang cukup penting. Nilai IMT berkorelasi dengan estimated glomerular filtration rate (eGFR) pada pada pasien penyakit ginjal meskipun dari segi mekanisme belum diketahui (Nomura, et al., 2005). Pada pasien penyakit ginjal, IMT yang tinggi berhubungan dengan resiko kematian yang lebih rendah (Navaneethan, et al., 2015). Untuk menentukan IMT, diperlukan data berat badan dan tinggi badan (Supariasa, et al., 2012). Permasalahan yang sering muncul pada pasien penyakit ginjal untuk menghitung nilai IMT adalah kesulitan dalam pengukuran tinggi badan. Di sisi lain, data tinggi badan juga diperlukan untuk melakukan pengukuran kebutuhan gizi (rumus Harris Bennedict), perhitungan berat badan ideal, pengaturan ventilator dan menghitung estimasi luas permukaan tubuh (Carpenter, et al., 2015; Bloomfield, et al., 2006). Pasien yang menjalani hemodialisis akan mengalami penurunan kemampuan fisik. Level aktivitas fisik mengalami penurunan karena kelemahan otot (Yurdalan, 2013). Pasien menjadi lebih lemah, kurang aktif dan berjalan lebih lambat (Johansen, et al., 2003). Sebagian pasien penyakit ginjal
tidak
dapat diukur tinggi badannya karena kelumpuhan akibat penyakit tulang atau karena menurunnya kesadaran akibat kondisi bed rest di ruang perawatan intensif atau intensive care unit (ICU) (Leonard, 2009; Dara, et al., 2004). Kondisi ini mengakibatkan pasien kesulitan untuk diukur tinggi badannya secara
1
langsung. Solusi yang dapat dipilih ketika tinggi badan tidak dapat diukur adalah dengan menggunakan data tinggi badan estimasi (Carpenter, et al., 2015) Terdapat banyak metode pengukuran tinggi badan estimasi, diantaranya adalah pengukuran tinggi lutut, pengukuran rentang lengan, pengukuran panjang ulna, pengukuran tinggi duduk, pengukuran arm-demispan, pengukuran panjang jari, dan lain-lain (Hall, et al., 2007). Dari beberapa metode tinggi badan estimasi yang ada, metode yang paling mudah dan sering digunakan adalah pengukuran panjang ulna dan arm-demispan. Pengukuran panjang ulna dapat dilakukan dalam posisi apapun dan kondisi apapun, bahkan pada kondisi koma. Selama ini, praktisi di Indonesia menggunakan beberapa rumus tinggi badan estimasi dari luar negeri karena rumus baku nasional tinggi badan estimasi belum ada. Rumus Chumlea tidak dapat digunakan untuk mengukur tinggi badan estimasi dari tinggi lutut pada lansia di Indonesia (Fatmah, 2006). Rumus Pureepatpong dan Ilayperuma dapat digunakan bagi dewasa muda di Semarang (Sutriani & Isnawati, 2013). Beberapa rumus tinggi badan estimasi yang sudah ada dibedakan berdasarkan usia dan jenis kelamin. Untuk perbedaan usia, kebanyakan peneliti membedakan rumus tinggi badan estimasi dari usia mulai terjadinya penurunan densitas masa tulang, yaitu rumus untuk dewasa dan rumus untuk pre-lansia atau lansia. Hal ini dikarenakan penurunan densitas masa tulang dapat mengakibatkan penurunan tinggi badan (Zerbini, et al., 2000). Normalnya penurunan densitas masa tulang mulai terjadi pada usia prelansia dan lansia (Zerbini, et al., 2000). Namun, penurunan densitas masa tulang pada pasien penyakit ginjal terjadi lebih awal. Kondisi ini disebut dengan chronic kidney disease - mineral and bone disorder (CKD-MBD). CKD-MBD mulai terjadi
2
ketika ginjal gagal dalam mempertahankan kadar kalsium dan fosfor dalam darah. Istilah khusus yang mendeskripsikan kondisi dengan gangguan tulang karena CKD-MBD adalah renal osteodystrophy (Leonard, 2009). Penurunan tinggi badan pada pasien penyakit ginjal yang menjalani hemodialisis mungkin lebih cepat dibandingkan dengan orang normal. Sehingga, perlu adanya penelitian untuk mengetahui kesesuaian rumus tinggi badan estimasi bagi pasien penyakit ginjal. Sehingga, dapat dijadikan pedoman untuk memperoleh data tinggi badan estimasi yang valid. RSUP Dr. Sardjito merupakan salah satu rumah sakit di Indonesia dengan pasien penyakit ginjal terbanyak. Namun, rumah sakit belum memiliki pedoman tinggi badan estimasi yang sesuai bagi pasien, khususnya bagi pasien penyakit ginjal kronik dengan hemodialisis. Kondisi ini mendorong peneliti untuk mengevaluasi kesesuaian beberapa rumus tinggi badan estimasi dari beberapa ras dan etnis dengan tinggi badan aktual pada pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di RSUP Dr. Sardjito.
B. Perumusan Masalah 1. Apakah
rumus
tinggi
badan
estimasi
dari
panjang
arm-demispan
menggunakan Celbis & Agritmis, rumus Illayperuma, et al., rumus Itlapuram, et al., rumus MUST, rumus Pureepatpong, et al., rumus Putri & Triyanti, rumus Sutriani & Isnawati dan rumus Thummar, et al. dapat digunakan bagi pasien penyakit ginjal dengan hemodialisis di RSUP Dr. Sardjito? 2. Apakah rumus tinggi badan estimasi dari panjang ulna menggunakan rumus Bassey, rumus Chittawatanarat, et al., rumus Gavriilidou, et al., rumus Hirani, et al., rumus MUST, rumus Ngoh, et al., rumus Nuha, rumus Shahar
3
& Pooy dapat digunakan bagi pasien penyakit ginjal dengan hemodialisis di RSUP Dr. Sardjito?
C. Tujuan Penelitian Tujuan Umum: 1. Mengetahui persamaan tinggi badan estimasi berdasarkan panjang armdemispan dan panjang ulna yang sesuai bagi pasien penyakit ginjal kronik dengan hemodialisis di RSUP Dr. Sardjito. Tujuan Khusus: 1. Mengetahui signifikansi perbedaan antara tinggi badan aktual dengan perhitungan tinggi badan estimasi dari panjang arm-demispan pada pasien penyakit ginjal kronik dengan hemodialisis di RSUP Dr. Sardjito. 2. Mengetahui signifikansi perbedaan antara tinggi badan aktual dengan perhitungan tinggi badan estimasi dari panjang ulna pada pasien penyakit ginjal kronik dengan hemodialisis di RSUP Dr. Sardjito.
D. Manfaat Penelitian Bagi ilmu pengetahuan: 1. Menambah referensi ilmu pengetahuan dalam bidang antropologi biologi. Bagi mahasiswa: 1. Menambah wawasan mengenai antropologi biologi dan antropometri dalam bidang kesehatan. 2. Menambah wawasan mengenai pengukuran tinggi badan estimasi bagi pasien penyakit ginjal dengan hemodialisis di Indonesia. 3. Menambah pengalaman dalam bidang penelitian.
4
Bagi tenaga kesehatan: 1. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan panduan bagi tenaga kesehatan untuk mengetahui pengukuran tinggi badan estimasi yang sesuai bagi pasien penyakit ginjal dengan hemodialisis di Indonesia. 2. Memberikan pedoman mengenai pengukuran tinggi badan estimasi bagi pasien penyakit ginjal dengan hemodialisis di Indonesia.
E. Keaslian Penelitian Tabel 1. Keaslian penelitian. Judul
Desain dan
Penelitian
Variabel
(1)
Tinggi Badan
Desain :
Hasil:
Etisa Adi
yang Diukur
Kuantitatif,
bermakna antara pengukuran tinggi
Murbawani,
dan
Cross
badan
Niken
Berdasarkan
sectional
degan rumus tinggi badan estimasi dari
Puruhita,
Tinggi Lutut
Yudomurti
Mengguna-
Variabel:
dapat
(2012)
kan Rumus
Tinggi Lutut,
Indonesia.
Chumlea
Tinggi Badan
Perbedaan: responden lansia sehat,
Peneliti
Hasil dan Perbedaan Penelitian Tidak
ada
perbedaan
menggunakan
yang
stadiometer
tinggi lutut Chumlea. Rumus Chumlea
pada Lansia
diterapkan
untuk
lansia
di
tinggi badan estimasi dari tinggi lutut, lokasi penelitian.
(2)
Perbedaan
Desain:
Hasil: Rumus Ilayperuma et al., dan
Sutriani,
antara Tinggi
Kuantitatif,
Pureepatpong, et al., dapat diterapkan
Kholishah
Badan
Cross
pada dewasa muda di Kota Semarang.
Thahriana;
Berdasarkan
sectional
Sementara, rumus Thummar et al, tidak
Isnawati,
Panjang Ulna
Muflihah
dengan Tinggi
Variabel:
Perbedaan: responden dewasa muda
(2013)
Badan Aktual
Panjang
sehat, rumus tinggi badan estimasi
Dewasa
Ulna,
yang digunakan, lokasi penelitian.
Muda di Kota
Tinggi Badan
dapat diterapkan.
Semarang
5
Judul
Desain
Penelitian
Penelitian
(3)
Persamaan
Desain:
Hasil: Persamaan Chumlea
Fatmah
(Equation)
Kuantitatif,
menunjukkan
(2006)
Tinggi Badan
Cross
estimate pada pria lansia dan over-
Manusia Usia
sectional
estimate pada tinggi badan wanita
Peneliti
Lanjut
Hasil dan Perbedaan Penelitian
kecenderungan
under-
lansia.
(Manula)
Variabel:
Panjang depa menggambarkan korelasi
Berdasarkan
Tinggi Lutut,
tertinggi
Usia dan
Tinggi Badan
sebenarnya pada pria lansia, dan tinggi
dengan
tinggi
badan
Etnis pada 6
lutut pada wanita lansia.
Panti Terpilih
Perbedaan: responden lansia sehat,
Di DKI
tinggi badan estimasi dari tinggi lutut,
Jakarta dan
rumus
Tangerang
penelitian.
yang
digunakan,
lokasi
Tahun 2005 (4) Angela Mary Madden, Tatiana Tsikoura, David J Stott (2011)
The estimation of body height from ulna length in healthy adults from different ethnic groups
Desain:
Hasil:
Persamaan
Kuantitatif,
digunakan
Cross
(English, Irish, Scottish), namun over
sectional
estimate untuk etnis kulit hitam (Black
untuk
MUST etnis
kulit
dapat putih
African, Black Caribbean), dan Asia Variabel:
(Bangladeshi, Indian, Pakistani).
Panjang
Perbedaan: responden dewasa sehat,
Ulna,
etnis responden.
Tinggi Badan
(Murbawani, et al., 2012) (Sutriani & Isnawati, 2013) (Fatmah, 2006) (Madden, et al., 2011)
6