BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberlangsungan hidup semua mahluk hidup didunia ini, terlebih manusia sebagai mahluk ciptaan Tuhan yang paling tinggi kodratnya, memegang peranan penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem di bumi, dimana kehendak bebas dan
kuasa
untuk mengelola bumi hanya diberikan kepada
manusia. Hidup secara berdampingan dengan semua mahluk dan ciptaan lainnya, tentu harus berjalan secara seimbang untuk terciptanya kelestarian lingkungan hidup. Namun pada kenyataannya, banyak orang yang tidak memahami hal tersebut, bahwa dalam aktivitas dan kegiatannya sehari-hari, secara sadar atau tidak sadar manusia banyak melakukan kegiatan merusak bumi, akibatnya keseimbangan ekosistem di bumi terganggu, hal ini sudah kita rasakan dalam kejadian dan bencana yang terjadi di sekitar kita, seperti banjir di musim hujan dan kering kerontang di musim kemarau. Untuk menjaga lingkungan agar tetap nyaman dan lestari maka masalah kebersihan lingkungan dan ketersedian ruang terbuka hijau
harus menjadi
perhatian semua pemangku kepentingan. Membahas kerentanan lingkungan, hal ini lebih banyak dijumpai pada situasi lingkungan perkotaan,
dimana faktor
manusia merupakan penyumbang terbesar terhadap kerusakan lingkungan, dengan jumlah penduduk perkotaan yang padat akan berdampak pada tekanan lingkungan, dimana lahan menjadi sempit dan berkurangnya ruang terbuka hijau, dan juga meningkatnya konsumsi masyarakat , yang menimbulkan masalah baru yakni, volume, jenis dan
karakteristik sampah, yang apabila tidak ditangani
1
dengan baik, akan berdampak pada masalah-masalah
lingkungan dan
kenyamanan kehidupan warga perkotaan. Terkait dengan hal tersebut, menyebabkan menurunnya kualitas dan kuantitas lingkungan hidup di perkotaan yang berdampak kepada kesehatan masyarakat operasional anggaran
serta meningkatnya biaya
untuk memulihkannya, tentunya hal ini bukan hanya
tanggungjawab pemerintah
sebagai
penjamin pelayanan, tetapi seluruh
komponen masyarakat (stakeholders) bertanggungjawab untuk terlibat dalam menjaga dan memeliharanya, demi terciptanya keberlangsungan kehidupan kota yang berkelanjutan. Untuk terciptanya pengelolaan lingkungan hidup perkotaan yang bersih, teduh dan berkelanjutan, Kementerian Negara Lingkungan Hidup melahirkan suatu program Adipura, sebagai dorongan terhadap Pemerintah Kabupaten/Kota dalam mewujudkan Tata Kelola Kepemerintahan yang baik dibidang lingkungan hidup, yang rewardnya salah satunya dalam bentuk Anugerah Adipura yang diberikan terhadap Kabupaten/Kota yang dinyatakan berhasil dalam pengelolaan lingkungan hidup perkotaan sebagai kota terbersih dan teduh. Kota Boyolali dalam hal ini sebagai salah satu peserta kategori Kota kecil, yang berhasil meraih dan mempertahankan adipura 7 (tujuh) kali secara berturut-turut sejak 20052012. Program ini merupakan pengembangan dari Program Adipura (1986-1997) yang sempat terhenti karena krisis ekonomi, karena kondisi lingkungan perkotaan yang cenderung menurun sejak dihentikannya program ini pada tahun 1997, setelah sekitar 5 (lima) tahun terhenti menunjukkan grafik penurunan tingkat kebersihan yang cukup drastis antar kota-kota pesertanya. Tidak sulit memberi contoh atas realitas lingkungan perkotaan di Indonesia
saat itu. Dari empat 2
kategori kota (metropolitan, besar, sedang, kecil) semua menunjukkan terjadinya penurunan nilai kebersihan secara drastis. Sebagai gambaran Program Adipura 1996 dan 1997, enam kota metropolitan peraih penghargaan itu rata-rata meraih nilai kebersihannya antara 75 sampai 80 lebih . namun begitu hanya dalam jangka waktu lima tahun (saat berakhirnya program adipura dan dengan dimulainya Bangun Praja perolehan nilainya
2002)
anjlok sehingga hanya berada antara nilai 65-70.
Kecenderungan yang sama juga berlaku pada 5 kota besar, 4 kota sedang dan 10 kota kecil lainnya yang juga mendapatkan penghargaan yang sama. Artinya dengan tamatnya Program Adipura kebersihan kota-kota tadi langsung terabaikan atau dengan kata lain, kota-kota yang dibanggakan karena prestasinya dalam menjaga kebersihan selama program adipura tiba-tiba menjadi salah satu kota terkotor. Sesuai dengan mandat Kementerian Negara Lingkungan Hidup dengan visi pembangunan berkelanjutan dengan rencana kerja yang diprioritaskan kepada Good Environmental Governance, dimana lingkungan yang terjaga baik diharapkan akan mendukung program Good Governance dengan melibatkan peran serta dan partisipasi aktif masyarakat dalam mewujudkan kota yang bersih dalam pengelolaan lingkungan perkotaan. Lingkungan
hidup yang baik dan sehat merupakan hak asasi setiap
warga negara indonesia sebagaimana diamanatkan dalam pasal 28 H UUD 1945, Selain itu adanya kebijakan nasional tentang kelestarian lingkungan hidup yang diatur dalam peraturan perundang-undangan seperti UU Nomor 23 tahun 1997 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang direvisi dengan 3
keluarnya UU Nomor 32 tahun 2009 serta Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah. Dalam mewujudkan cita-cita dan harapan tersebut, Masyarakat yang difasilitasi oleh pemerintah daerah, harus mampu bangkit melakukan pembenahan dan perubahan dalam aktifitas nyata, yakni dengan menghidupkan kegiatankegiatan yang merupakan ciri karakter dan budaya masyarakat dengan keterlibatan semua pihak, karena secara sub ordinat keperdulian masyarakat dan Pemerintah Daerah memiliki kepentingan yang sama dalam pengelolaan dan pelestarian lingkungan hidup, dimana kualitas lingkungan hidup yang baik, secara otomatis memberikan peluang untuk mendapatkan penghargaan dan anugerah Adipura bagi setiap daerah. Penghargaan Adipura diserahkan bertepatan dengan peringatan hari Lingkungan Hidup se-dunia yang diperingati setiap 5 Juni setiap tahunnya. Penghargaan ini diberikan, kepada kota-kota di Indonesia yang dinilai berhasil dalam menangani kebersihan dan keteduhan Kota. Adapun pengelompokan kota peserta program Adipura dibagi ke dalam 4 kategori berdasarkan jumlah penduduk, yaitu: kota metropolitan (berpenduduk lebih dari 1 juta jiwa), kota besar (500.001-1.000.000 jiwa), kota sedang (100.001-500.000 jiwa), dan kota kecil (kurang dari 100.000 jiwa atau lebih dari 20.000 jiwa) dalam hal ini Kabupaten Boyolali dengan Ibukotanya Kecamatan Boyolali, merupakan salah satu lokasi penilaian, yang masuk pada kategori Kota Kecil, dengan torehan prestasi adipura seperti pada tabel 1.1 berikut :
4
Tabel 1.1 Prestasi Adipura Kota Boyolali 2005-2012 No 1 2 3 4 5 6 7 8
Tahun 2004-2005 2005-2006 2006-2007 2007-2008 2008-2009 2009-2010 2010-2011 2011-2012
Penghargaan Piala Adipura Piala Adipura Piala Adipura Piala Adipura Piala Adipura Piala Adipura Piala Adipura
Ket. Sebutan Bangun Praja Adipura Adipura Adipura Adipura Adipura Adipura Adipura
Nilai 72,98 74,38 74,55 75,55 75,79 74,36 74,46
Sumber Data : Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Boyolali Tahun 2012 Berbagai upaya dan tindakan berbagai Kabupaten/Kota di Indonesia, dalam upaya meraih dan mempertahankan Anugerah Adipura setiap tahunnya, memerlukan strategi, maka melalui penelitian ini dan sesuai fakta keberhasilan Pemerintah Daerah Boyoli dalam program Adipura (2005-2012), untuk itu perlu diteliti seperti apa strategi dan faktor-faktor apa dibalik kesuksesan tersebut. 1.2. Rumusan Masalah Untuk terciptanya pengelolaan lingkungan hidup perkotaan yang bersih, teduh dan berkelanjutan, Kementerian Negara Lingkungan Hidup melahirkan suatu program Adipura, sebagai dorongan terhadap Pemerintah Kabupaten/Kota dalam mewujudkan Tata Kelola Kepemerintahan yang baik dibidang lingkungan hidup, yang rewardnya salah satunya dalam bentuk Anugerah Adipura yang diberikan terhadap Kabupaten/Kota yang dinyatakan berhasil dalam pengelolaan lingkungan hidup perkotaan sebagai kota terbersih dan teduh. Kota Boyolali dalam hal ini sebagai salah satu peserta kategori Kota Kecil, yang berhasil meraih dan mempertahankan adipura 7 (tujuh) kali secara berturut-turut sejak adipura 2005-2012.
5
Sebagai upaya mengungkapkan data dan fakta dibalik kesuksesan Pemerintah Daerah Boyoli (2005-2012) dalam program Adipura, maka timbul pertanyaan yang menjadi rumusan masalah sebagai berikut : 1.
Bagaimana Strategi Pemerintah Daerah Boyolali dalam pencapaian prestasi Adipura 2005-2012?
2.
Faktor-Faktor apa yang mendukung dan menghambat dalam pelaksanaan Strategi Adipura di Kota Boyolali ?
1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan permasalahan diatas, tujuan yang ingin dicapai adalah : 1.
Mendeskripsikan strategi yang digunakan oleh Pemerintah Daerah Boyolali dalam meraih dan mempertahankan prestasi Adipura (2005-2012).
2.
Mengidentifikasi faktor-faktor pendukung keberhasilan strategi dan faktor penghambatnya, sehingga perbaikan program terus-menerus (Continuous Improvement) dalam pengelolaan kebersihan dan keteduhan kota berjalan dengan baik.
1.4. Manfaat Penelitian 1.
Manfaat untuk masyarakat Terciptanya budaya sehat, lingkungan yang bersih dan nyaman dalam kehidupan masyarakat perkotaan, khususnya di Kecamatan Boyolali sebagai wilayah lokasi Pantau Penilaian Adipura.
6
2.
Manfaat untuk Pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali, bahwa Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan untuk evaluasi program Adipura pada penilaian tahun-tahun berikutnya;
3.
Manfaat untuk ilmu pengetahuan a. Bagi ilmu pengetahuan diharapkan penelitian ini dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya, serta memperkaya khasanah pengetahuan tentang Program Adipura dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Perkotaan. b. Menjadikan penelitian ini, sebagai salah satu contoh referensi studi kasus
pembelajaran bagi Kabupaten/Kota Kecil di Indonesia,
khususnya Kota yang belum berhasil meraih anugerah Adipura. 1.5. Batasan Masalah Penelitian ini tidak bermaksud menguji atau membandingkan antara Strategi yang ada dalam Dokumen Rencana Strategi (RENSTRA) organisasi Badan Lingkungan Hidup sebagai pemilik nomenklatur Program Adipura, tetapi lebih kepada
mencari fakta empiris melalui observasi penelitian tentang
strategi Pemerintah Daerah dan dukungan pihak terkait (stakeholders) dalam mensukseskan Program Adipura, dimana adanya opini yang berkembang , bahwa
lokasi Adipura hanya indah dan bersih, ketika hanya menjelang
penilaian itu saja, tanpa ada strategi yang jelas
untuk keberlangsungan
program dalam meningkatkan kualitas lingkungan dan mengubah mindset masyarakat untuk hidup sehat sesuai hakekat program adipura, dengan demikian dalam konteks penelitian ini, konsep
yang dilihat adalah konsep
strategi secara umum Pemerintah Daerah dan juga dukungan pihak swasta
7
dan masyarakat,
yang
berfungsi sebagai
background knowledge bukan
sebagai grand concept/grand theory. 1.6.
Keaslian Penelitian Penelitian ini memfokuskan pada Strategi Pemerintah Daerah Boyolali
Dalam Mensukseskan Adipura (2005-2012), sesuai konfirmasi dengan pihak pemerintah daerah dalam hal ini Instansi Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Boyolali, bahwa judul penelitian ini, belum pernah diteliti oleh peneliti sebelumya di Kota Boyolali (Lokus). Bahwa terkait program adipura, dalam penelitian Herry Frianady 2007 dengan judul “Pengelolaan Kota yang Bermasalah Studi Kasus Kota Banjarmasin”, telah melakukan penelitian pada fokus mengidentifikasi faktorfaktor yang menyebabkan Kota Banjarmasin menyandang predikat kota terkotor berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup pada tahun 2006, yang sebelumnya Kota Banjarmasin
merupakan Kota yang bersih dan pernah
mendapatkan penghargaan dari Kementerian Lingkungan Hidup. Dalam penelitian ini penulis melakukan penelitian dengan fokus Strategi Pemerintah Daerah Boyolali dalam mensukseskan Program Adipura (2005-2012) yang subjektivitas dan orisinalitasnya ini dapat dipertanggungjawabkan.
8