BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Peran industri-industri yang beroperasi di Indonesia memberikan dampak yang baik bagi kemajuan perekonomian di Indonesia. Salah satunya adalah industri otomotif dan komponennya yang berkembang pesat di Indonesia. Penjualan mobil di Indonesia meningkat sebesar 17% meskipun tengah terjadi kesulitan ekonomi global pada tahun 2010 hingga 2011, hampir 900.000 kendaraan baru, dan pada awal tahun 2011 terdapat tujuh perusahaan yang telah mengumumkan investasi di Indonesia senilai 2,2 miliar USD. Hal ini menunjukkan bahwa industri otomotif dan komponennya merupakan industri yang mempunyai peluang yang baik, sehingga para investor lebih tertarik untuk berinvestasi ke perusahaan otomotif dan komponennya. Persaingan bisnis yang kompleks membuat perusahaan berusaha memberikan citra positif melalui peningkatan kinerja perusahaan. Salah satu usaha yang dilakukan para manajer untuk menilai kinerja perusahaan adalah dengan melihat struktur modal perusahaan. Seorang manajer harus mampu mengambil keputusan pendanaan yang dapat meminimalkan biaya modal yang harus ditanggung oleh perusahaan, sebab biaya modal yang timbul dari keputusan pendanaan tersebut adalah konsekuensi langsung dari keputusan yang diambil oleh manajer. Penggunaan hutang perusahaan menimbulkan biaya modal sebesar biaya bunga yang dibebankan oleh pihak kreditur. Sedangkan, penggunaan dana
internal dapat menimbulkan opportunity cost. Keputusan pendanaan yang tidak tepat, dapat menimbulkan tingginya biaya modal dan mengakibatkan rendahnya profitabilitas perusahaan. Struktur modal perusahaan yang optimal merupakan struktur modal yang mengoptimalkan keseimbangan antara resiko dan pengembalian sehingga dapat memaksimalkan harga saham (Weston dan Brigham, 1994:150). Dalam menjalankan aktivitas bisnis, kebutuhan akan modal yang memadai dinilai sangat penting bagi perusahaan. Modal yang besar membuat perusahaan dapat bertahan dalam menghadapi setiap permasalahan yang ada, termasuk jika perusahaan hendak melakukan ekspansi. Kebutuhan akan modal dapat diperoleh dari berbagai sumber dan memiliki jenis yang berbeda. Menurut Riyanto (1997:209) sumber dana dibedakan menjadi sumber dana internal maupun sumber dana eksternal perusahaan. Dana internal perusahaan, yaitu dana yang dibentuk atau dihasilkan sendiri dalam perusahaan, seperti : laba ditahan dan akumulasi depresiasi. Dana eksternal perusahaan, yaitu dana yang berasal dari para kreditur dan pemilik, peserta atau pengambil bagian dalam perusahaan. Metode pemenuhan kebutuhan dana dengan cara ini disebut metode pembelanjaan dengan hutang (debt financing). Sedangkan, dana dari pemilik, peserta pengambil bagian dalam perusahaan akan menjadi modal perusahaan tersebut. Metode pemenuhan dana dengan cara ini disebut metode pembelanjaan modal sendiri (equity financing). Struktur modal adalah bauran (proporsi) pendanaan permanen jangka panjang perusahaan yang diwakili oleh utang, saham preferen, dan ekuitas saham
biasa (Van Horne dan Wachowicz, 2007:232). Struktur modal menunjukkan perimbangan jumlah utang jangka pendek yang bersifat tetap, utang jangka panjang, saham preferen, dan saham biasa. Menurut Halim (2007:85) struktur keuangan menunjukkan cara bagaimana perusahaan membiayai asetnya dan dapat dilihat pada seluruh sisi kanan (pasiva) di neraca, meliputi : hutang jangka pendek, hutang jangka panjang, dan saham modal pemegang saham. Oleh karena itu, struktur modal perusahaan hanyalah sebagian dari struktur keuangannya. Menurut Sudana (2011) struktur modal adalah perimbangan atau perbandingan antara jumlah hutang jangka panjang dengan modal sendiri. Struktur modal di-proxy dengan Debt to Equity Ratio (DER) yang merupakan perbandingan antara total hutang terhadap modal sendiri. Data mengenai DER perusahaan-perusahaan otomotif dan komponennya yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2013 adalah sebagai berikut : Tabel 1.1 Debt to Equity Ratio (DER) Perusahaan Otomotif dan Komponennya yang terdaftar di Bursa Efek IndonesiaTahun 2010-2013 DER No.
Nama Perusahaan
Kode 2010
2011
2012
2013
1
Astra International Tbk
ASII
1,10
1,02
1,03
1,02
2
Astra Otoparts Tbk
AOP
0,38
0,47
0,62
0,32
3
Gajah Tunggal Tbk
GJTL
1,94
1,61
1,35
1,68
4
Goodyear Indonesia Tbk
GDYR
1,76
1,77
1,35
0,98
5
Indo Kordsa Tbk
BRAM
0,26
0,38
0,36
0,47
6
Indomobil Sukses Internasional Tbk
IMAS
4,99
1,54
2,08
2,35
7
Indospring Tbk
INDS
2,39
0,80
0,46
0,25
8
Multi Prima Sejahtera Tbk
LPIN
0,41
0,33
0,27
0,37
9
Multistrada Arah Sarana Tbk
MASA
0,86
1,68
0,68
0,68
10
Nipress Tbk
NIPS
1,28
1,69
1,45
2,38
11
Prima Alloy Steel Tbk
PRAS
2,41
2,44
1,06
0,96
Bersambung pada halaman berikutnya.
DER No 12
Nama Perusahaan Selamat Sempurna Tbk Rata-Rata
Kode SMSM
2010
2011
2012
2013
0,96
0,69
0,76
0,69
1,56
1,20
0,96
1,01
Sumber : www.idx.co.id Tabel 1.1 di atas menunjukkan nilai rata-rata DER dari tahun 2010-2013 pada perusahaan otomotif dan komponennya yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Rata-rata DER tahun 2010 adalah 1,56. Selanjutnya, rata-rata DER tahun 2011 adalah 1,20. DER di tahun 2010 dan 2011 menunjukkan bahwa DER di atas 1, yang berarti perusahaan lebih banyak menggunakan dana dari hutang untuk aktivitas investasinya daripada modal sendiri. Rata-Rata DER tahun 2012 adalah 0,96 yang menunjukkan bahwa DER tahun 2012 di bawah 1, berarti perusahaan lebih banyak menggunakan modal sendiri untuk aktivitas investasinya. Sedangkan, rata-rata DER tahun 2013 adalah 1,01 yang menunjukkan bahwa DER di atas 1, berarti proporsi hutang lebih besar daripada modal sendiri. Perusahaan yang memiliki DER lebih dari 1 akan memiliki resiko bisnis yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki DER kurang dari 1.
Dengan nilai DER yang berada di atas 1 berarti perusahaan memiliki jumlah hutang yang lebih besar daripada jumlah modal sendiri dan hal ini tidak tidak sesuai dengan teori struktur modal yang optimal, yang seharusnya jumlah hutang perusahaan tidak boleh lebih besar dari modal sendiri. Sementara itu, kebanyakan investor lebih tertarik menanamkan modalnya dalam bentuk investasi pada perusahaan yang mempunyai DER tertentu yang besarnya kurang dari 1. Jika DER lebih dari 1 berarti resiko yang ditanggung investor menjadi meningkat. Menurut Weston dan Brigham (1994:174) ada beberapa faktor yang mempengaruhi struktur modal perusahaan, antara lain : stabilitas penjualan, struktur aktiva, leverage operasi, tingkat pertumbuhan, profitabilitas, pajak, pengendalian, sifat manajemen, sikap kreditur dan konsultan, kondisi pasar, kondisi internal perusahaan dan fleksibilitas keuangan. Dalam penelitian ini tidak akan dibahas semua faktor yang mempengaruhi keputusan struktur modal perusahaan, hanya beberapa faktor yang akan dibahas dalam penelitian ini, antara lain : pertumbuhan penjualan, likuiditas, profitabilitas, dan working capital. Perkembangan data penelitian tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 1.2 Rata-rata DER, pertumbuhan penjualan, likuiditas,profitabilitas, danworking capital padaperusahaan otomotif dan komponennya yang tedaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2013 Rata-Rata Variabel 2010 2011 2012 2013 Pertumbuhan Penjualan (X1) 0,33 0,22 0,10 0.16 Likuiditas (X2) 1,65 1,68 1,61 1,76 Profitabilitas(X3) 0,09 0,08 0,09 0,06 Working Capital (X4) 1.136,75 1.880,08 2.331,83 2.245,92 Debt to Equity Ratio (Y) 1,56 1,20 0,96 1,01 Sumber : Data diolah Penulis, 2015
Berdasarkan Tabel 1.2 dapat diketahui bahwa rata-rata faktor yang mempengaruhi struktur modal menunjukkan hasil yang fluktuatif, hal ini kemudian menjadi gap. Fenomena empiris dalam penelitian ini didasarkan pada inkonsistensi data, yang berdasarkan tabel 1.2 menunjukkan bahwa pertumbuhan penjualan, likuiditas, profitabilitas, dan working capital pada tahun 2010-2013 menunjukkan fenomena yang searah dengan DER. Untuk meningkatkan nilai perusahaan, disamping membuat kebijakan deviden, perusahaan juga dituntut untuk tumbuh. Pertumbuhan dapat diwujudkan dengan menggunakan kesempatan investasi yang baik. Pertumbuhan penjualan merupakan salah satu tolak ukur keberhasilan suatu perusahaan. Tingkat pertumbuhan suatu perusahaan dapat dilihat dari pertambahan volume dan peningkatan harga, khususnya dalam hal penjualan karena penjualan merupakan suatu aktivitas yang umumnya dilakukan oleh perusahaan untuk mencapai tujuan yang diinginkan, yaitu tingkat laba yang diharapkan. Cara menghitung tingkat pertumbuhan penjualan adalah dengan menghitung tingkat penjualan pada akhir periode dengan penjualan yang dijadikan periode dasar. Apabila nilai perbandingannya semakin besar, maka dapat dikatakan bahwa tingkat pertumbuhan penjualan semakin baik. Dengan kata lain, perusahaan yang memiliki pertumbuhan penjualan yang tinggi akan mampu memenuhi kewajiban finansialnya seandainya perusahaan tersebut membelanjai asetnya dengan hutang. Penelitian terdahulu mengenai struktur modal telah dilakukan oleh Siswantoro (2011) dan Ticoalu (2013) yang menunjukkan bahwa pertumbuhan penjualan berpengaruh signifikan positif terhadap struktur modal. Tetapi
penelitian ini bertentangan dengan penelitaian Purba (2014) yang menunjukkan bahwa pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. Likuiditas yang di-proxy dengan menggunakan rasio lancar sangat berpengaruh terhadap kepercayaan pada kreditur. Kreditur akan mendapat suatu jaminan pengembalian atas pinjaman yang ditanamkan dalam perusahaan. Perusahaan yang memiliki nilai likuiditas yang tinggi akan semakin mudah untuk mendapatkan sumber pinjaman sebagai bagian aktivitas pendanaanya, sehingga dapat mempengaruhi struktur modal. Penggunaan hutang yang besar berdampak pada pengembalian hutang terhadap kreditur. Penelitian sebelumnya mengenai struktur modal telah dilakukan oleh Geoffrey (2014), Masnoon (2014), Naibaho (2013), Purba (2014), dan Siswantoro (2011) yang menunjukkan bahwa likuiditas mempunyai pengaruh signifikan negatif terhadap struktur modal. Tetapi penelitian ini bertentangan dengan penelitian Seftianne dan Ratih Handayani (2011) yang menunjukkan bahwa likuiditas tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. Tingkat profitabilitas suatu perusahaan menjadi salah satu faktor yang dipertimbangkan dalam kebijakan struktur modal. Perusahaan dengan tingkat pengembalian yang rendah cenderung menggunakan hutang yang besar untuk membiayai aktivitas perusahaan. Penelitian terdahulu mengenai struktur modal telah dilakukan oleh Geoffrey (2014), Masnoon (2014), Siswantoro (2011), dan Ticoalu (2013) yang menunjukkan bahwa profitabilitas mempunyai pengaruh signifikan negatif terhadap struktur modal. Tetapi hasil ini bertentangan dengan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Purba (2014) dan Seftianne dan Ratih Handayani (2011) yang menunjukkan bahwa profitabilitas tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap struktur modal. Modal kerja memungkinkan perusahaan untuk melunasi semua kewajibankewajiban tepat pada waktunya. Modal kerja juga berpengaruh terhadap struktur modal dalam hal melunasi segala kewajiban perusahaan. Berdasarkan manajemen modal kerja, para investor dapat menilai kinerja suatu perusahaan efektif atau efisien dalam melakukan aktivitas operasionalnya. Penelitian Naibaho (2013) menunjukkan bahwa working capital tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap struktur modal. Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu yang menguji faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal, penelitian ini merupakan replikasi dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Siswantoro (2011). Adapun perbedaan penelitian sekarang dengan penelitian sebelumnya adalah sebagai berikut : 1. Objek penelitian yang digunakan adalah perusahaan otomotif dan komponennya yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, sedangkan penelitian sebelumnya adalah perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 2. Adapun perbedaan dalam variabel yang digunakan pada penelitian sekarang dan penelitian sebelumnya, antara lain : penelitian sekarang menggunakan variabel independen pertumbuhan penjualan, likuiditas, profitabilitas, dan working capital, sedangkan penelitian sebelumnya
menggunakan
variabel
independen
resiko
bisnis,
profitabilitas,
pertumbuhan aktiva, likuiditas, dan pertumbuhan penjualan. 3. Penelitian sekarang menggunakan periode data dari tahun 2010-2013, sedangkan penelitian sebelumnya menggunakan periode data dari tahun 2006-2009. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Pertumbuhan Penjualan, Likuiditas, Profitabilitas, Dan Working Capital Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan Otomotif Dan Komponennya yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 20102013”.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang penelitian, maka diperoleh perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Apakah pertumbuhan penjualan, likuiditas, profitabilitas, dan working capital secara parsial berpengaruh terhadap struktur modal pada perusahaan otomotif dan komponennya yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2013?. 2. Apakah pertumbuhan penjualan, likuiditas, profitabilitas, dan working capital secara simultan berpengaruh terhadap struktur modal pada perusahaan otomotif dan komponennya yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010-2013?.
1.3 Tujuan Penelitian Sesuai dengan perumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini, maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh antara pertumbuhan penjualan, likuiditas, profitabilitas, dan working capital secara parsial terhadap struktur modal pada perusahaan otomotif dan komponennya yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2013. 2. Untuk mengetahui pengaruh antara pertumbuhan penjualan, likuiditas, profitabilitas, dan working capital secara simultan terhadap struktur modalpada perusahaan otomotif dan komponennya yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2013.
1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat, antara lain : 1. Bagi peneliti, untuk menambah wawasan mengenai rasio-rasio keuangan terutama mengenai struktur modal perusahaan otomotif dan komponennya yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). 2. Bagi investor, untuk menilai kinerja perusahaan yang tercermin dalam struktur modal yang di-proxy dengan debt to equity ratio, sehingga dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan investasi. 3. Bagi pihak manajemen perusahaan,dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan besarnya sumber dana yang diperlukan
(baik pinjaman ataupun ekuitas) dalam membiayai aktivitas operasional perusahaan. 4. Bagi peneliti selanjutnya, dapat menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya untuk menyempurnakan penelitian yang sama.