1 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Dalam sejarah, radio adalah perintis media penyiaran yang pada waktu itu berperan sebagai kebutuhan militer dan pemerintah merujuk pada kepentingan ideologi dan politik secara umum. Setelah berperan dalam penyelamatan seluruh penumpang kapal laut yang mengalami kecelakaan pada tahun 1909, radio telah membuktikan perannya sebagai media penyampai informasi yang cepat dan akurat sehingga semua orang mulai melirik media ini dan menjadikan radio sebagai industri media penyiaran. 1 Di Indonesia, sejak zaman penjajahan hingga sekarang, industri radio mengalami perkembangan cukup pesat. Selain Radio Republik Indonesia (RRI), ada ratusan radio siaran swasta tersebar hampir di seluruh penjuru tanah air. Radio siaran tidak hanya menyampaikan informasi-informasi menarik dan aktual tetapi juga program-program aplikatif yang variatif dan menyenangkan yang bisa dinikmati oleh masyarakat. Selain radio ada televisi dan media cetak dan berkat dukungan teknologi informasi yang akhir-akhir ini berkembang dengan cepat maka mobilitas informasi tidak mungkin dibatasi oleh ruang dan waktu. Evolusi
commit to user Morissan, Manajemen Media Penyiaran Strategi Mengelola Radio dan Televisi (Jakarta, Kencana, 2011) hlm. 2 1
2 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
media penyiaran tidak dapat ditolak lagi untuk tetap eksis yakni dalam bentuk digital. Namun,
tidak
semua
golongan
masyarakat
bisa
menikmati
perkembangan ini. Ada beberapa golongan masyarakat yang lebih membutuhkan informasi dalam bentuk “suara” diantaranya para petani, masyarakat tertentu yang berada di kawasan tertentu, dan penyandang tuna netra. Bagi mereka informasi yang terpenting adalah informasi yang bisa menjaga agar mereka bisa tetap “hidup”, tidak ada diskriminasi informasi atau ketimpangan akses. Rochmad menyatakan bahwa kalangan marjinal yang seringkali tersisihkan dalam proses sosial politik nasional merasa perlu untuk mendapatkan akses terhadap media komunikasi untuk memberdayakan diri mereka lewat pemanfaatan teknologi radio.2 Para penyandang tuna netra merupakan golongan yang paling sulit dalam mengakses informasi dan pengetahuan dibanding golongan lain, selain karena keterbatasan fisik, juga dikarenakan langkanya perangkat yang dapat menjadi media bagi mereka. Kalaupun ada, untuk memperolehnya perlu biaya yang relatif mahal seperti yang disampaikan oleh KOMPAS.com. Bagi penyandang tuna netra di Indonesia, layanan akses informasi berbantuan komputer ... memanfaatkan peranti lunak pembaca teks yang dikenalkan oleh Amerika Serikat yang disebut dengan JAWS (Job Access With Speech). Program ini memandu tuna netra secara audio ketika menggunakan papan ketik komputer.... Namun, penggunaan program berlisensi ini memberatkan yang terbatas ekonominya—harga program JAWS sampai 1200 dollar AS untuk dua unit komputer....(Ikawati, 2010) commitdalam to user Rochmad Effendy, Peran Radio Komunitas Menumbuhkembangkan Civic Community, Jurnal Komunikator, Vol. 5 No. 1 Mei (2013), hlm. 1 2
3 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Keterbatasan informasi ini merupakan bentuk diskriminasi bagi tuna netra
dalam
memenuhi
haknya
dan
menghambat
mereka
untuk
mengembangkan potensi dirinya sehingga tingkat kemandiriannya menjadi lemah. Selain itu stigma yang sudah terbentuk di masyarakat bahwa tuna netra hanya berprofesi sebagai pemijat dan peminta-minta yang semakin melemahkan status sosial tuna netra. Oleh karena itu, Basuki (41 tahun), salah satu penyandang tuna netra dari Semarang, mendirikan sebuah yayasan bernama Komunitas Sahabat Mata yang mewadahi kegiatan para penyandang tuna netra. Lembaga ini mempunyai keinginan untuk menjadi sebuah wadah yang bisa menginspirasi dan memotivasi pemanfaatan mata dengan haq, hingga mampu menjadi salah satu solusi untuk mengobati hati sebagai modal dasar membangun insan kamil. Untuk mewujudkan visi di atas, maka lembaga ini memfokuskan kegiatan pada: a.
Membangun
kepedulian
akan
mata
dan
kesehatannya,
hingga
memunculkan satu amaliyah pemanfaatan mata sesuai dengan aturan yang haq. b.
Menggalang gerakan nyata untuk mengurangi resiko kebutaan.
c.
Menyediakan alat bantu untuk aksesbilitas bagi tuna netra, hingga mereka mampu mengenali dan mengembangkan potensi dirinya guna membangun kemandirian. commit to user
4 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Diantara kegiatannya adalah mendirikan dan mengelola radio komunitas yang berasaskan Islam berdasarkan Al-Quran dan As-Sunnah bernama SAMA FM. Radio yang berada di frekuensi 107.7 MHz ini telah berdiri sejak Oktober tahun 2010 dengan alamat Jatisari Asabri Blok D6 Nomor 35 Semarang. Karena SAMA FM berada di naungan yayasan, maka sebagian besar pengelola dan penyiarnya adalah tuna netra. Terpilihnya media radio sebagai salah satu kegiatan komunitas ini adalah karena sifat radio yang audio dan fungsi radio bagi komunitas dan masyarakat di sekitarnya. Namun, dalam perjalanan hidup radio komunitas, radio komunitas seringkali menghadapi berbagai tantangan dan rintangan. Diantaranya adalah ketidakpahaman fungsi radio sebagai radio komunitas di kalangan pemerintah seperti yang terjadi pada radio Angkringan di Timbulharjo, Bantul, Yogyakarta. Radio ini mengalami pemutusan jaringan telepon selama 7 kali karena ada beberapa pejabat pemerintahan desa yang tidak menyukai pemberitaan Angkringan yang menuntut transparansi proses pembuatan sertifikat tanah yang selalu memberatkan warga. Kemudian adanya Undang-Undang Penyiaran No.32 tahun 2002 yang dikuatkan dengan Peraturan Pemerintah No.51 tahun 2005 dan Keputusan Menteri No. 17 tahun 2004 yang menyebutkan bahwa radio komunitas hanya diijinkan bertempat di frekuensi 107.7, 107.8, dan 107.9 dan radio komunitas cukup dengan daya 50 watt serta jangkauan 2,5 kilometer. commit to user
5 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Selain itu, dalam pasal 23 UU Penyiaran No.32 tahun 2002 secara eksplisit melarang penayangan iklan niaga bagi lembaga penyiaran komunitas. Seperti kita tahu, bahwa iklan adalah pemasok pendapatan utama sebuah radio. Jika dana tidak mencukupi bagaimana sebuah radio tersebut akan berjalan secara optimal mengingat biaya operasionalnya yang tidak murah. Kemudian memberikan sejumlah intensif kepada penyiarnya dan akan menjadi problematis jika tiba-tiba peralatan siaran rusak. Dengan
keterbatasan-keterbatasan
yang
ada
dan
proses
penyelenggaraan siaran radio yang panjang dan rumit, maka diperlukan manajemen yang dinamis dan luwes. Sehingga pengelola radio dituntut untuk melakukan terobosan-terobosan kreatif dalam mengelolanya agar radio tidak “tenggelam” oleh media massa besar lainnya, baik cetak, maupun elektronik. Jika dikaitkan dengan pendekatan komponen ilmu komunikasi, penelitian ini meneliti fungsi media. Artinya, fungsi yang dimainkan media dalam mengelola informasi agar sesuai dengan komunikator dan komunikan.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan hal-hal tersebut di atas peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana implementasi manajemen radio dalam mengolah pesan di radio SAMA FM.
C. Tujuan Penelitian Penelitian
ini
bertujuan untuk mendeskripsikan commit to user manajemen radio dalam mengolah pesan di SAMA FM.
implementasi
perpustakaan.uns.ac.id
6 digilib.uns.ac.id
D. Manfaat Penelitian 1.
Bagi peneliti Memberikan pengetahuan, gambaran, pengalaman mengenai manajemen radio dalam mengolah pesan di SAMA FM.
2.
Bagi radio Memberikan masukan dan evaluasi mengenai manajemen yang telah dijalankan oleh radio ini sehingga dapat dijadikan sebagai acuan untuk peningkatan kualitas penyiaran.
E. Telaah Pustaka Penelitian ini mengulas tentang bagaimana implementasi fungsi manajemen radio dalam mengolah pesan di SAMA FM. Oleh karena itu perlu diulas tentang radio siaran sebagai bagian dari komunikasi massa kemudian merujuk pada jenis radio siaran dan manajemen dalam organisasi radio siaran. 1.
Komunikasi Massa Komunikasi dapat dilakukan oleh siapapun, di manapun, dan kapanpun sesuai dengan kebutuhannya. Komunikasi dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung, menggunakan media maupun tidak. Berkomunikasi tidak hanya dilakukan oleh dua atau beberapa orang, namun komunikasi juga dilakukan dengan sekelompok orang berjumlah jauh lebih banyak. Komunikasi ini disebut juga dengan komunikasi massa, dimana pesan yang disampaikan oleh komunikator commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
7 digilib.uns.ac.id
ditujukan kepada lebih banyak komunikan yang belum tentu dikenal serta menggunakan media tertentu. Jalaluddin Rakhmat mendefinisikan komunikasi massa sebagai berikut:3 komunikasi massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media cetak atau elektronis sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat. Bila dibandingkan secara teknis sistem komunikasi massa dengan sistem komunikasi interpersonal, komunikasi massa menunjukkan empat tanda pokok seperti yang disampaikan Elizabeth-Noelle Neuman yaitu:4 (1)bersifat tidak langsung, artinya harus melalui media teknis; (2)bersifat satu arah, artinya tidak ada interaksi antara peserta-peserta komunikasi (komunikan); (3)bersifat terbuka, artinya ditujukan kepada publik yang tidak terbatas dan anonim; (4)mempunyai publik yang secara geografis tersebar. Karena perbedaan teknis tersebut, maka sistem komunikasi massa juga mempunyai karakteristik psikologis yang khas dibandingkan dengan sistem komunikasi interpersonal, yakni: pengendalian arus informasi, umpan balik, stimulasi alat indera, proporsi unsur isi dengan hubungan. 2.
Radio dan Siaran Terdapat beberapa istilah yang mendefinisikan tentang radio dan siaran. Menurut UU Penyiaran 32/2002 Bab I Pasal 1 Ayat 2, Penyiaran
3 4
commit to user Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi (Bandung, Remaja Rosdakarya, 2001) hlm. 189 Ibid.
8 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
adalah kegiatan pemancarluasan siaran melalui sarana pemancaran dan/ atau sarana transmisi di darat, di laut, atau di antariksa dengan menggunakan spektrum frekuensi radio melalui udara, kabel, dan/ atau media lainnya untuk dapat diterima secara serentak dan bersamaan oleh masyarakat dengan perangkat penerima siaran. Menurut UU Penyiaran 32/2002 Bab I Pasal 1 Ayat 3, Penyiaran Radio adalah media komunikasi massa dengar, yang menyalurkan gagasan dan informasi dalam bentuk suara secara umum dan terbuka, berupa program yang teratur dan berkesinambungan. Menurut UU Penyiaran 32/2002 Bab I Pasal 1 Ayat 9, Lembaga Penyiaran adalah penyelenggara penyiaran, baik lembaga penyiaran publik, lembaga penyiaran swasta, lembaga penyiaran komunitas, maupun lembaga penyiaran berlangganan yang dalam melaksanakan tugas, fungsi, dan tanggung jawabnya berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang berlaku. Wahyudi mendefinisikan penyiaran adalah sebagai berikut:5 Penyiaran adalah kegiatan pembuatan dan proses menyiarkan acara siaran radio dan televisi serta pengelolaan operasional perangkat lunak dan keras, yang meliputi segi idiil, kelembagaan dan sumber daya manusia, untuk memungkinkan terselenggaranya siaran radio dan televisi.
commit to user 5
JB. Wahyudi, Dasar-dasar Manajemen Penyiaran (Jakarta, Gramedia, 1994) hlm. 6
9 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kata siaran berasal dari kata siar yang berarti menyebarluaskan informasi melalui pemancar. Setelah kata siar ditambah dengan akhiran an, membentuk kata benda, yang memiliki makna apa yang disiarkan. Menurut UU Penyiaran 32/2002 Bab I Pasal 1 Ayat 1, Siaran adalah pesan atau rangkaian pesan dalam bentuk suara, gambar, atau suara dan gambar atau yang berbentuk grafis, karakter, baik yang bersifat interaktif maupun tidak, yang dapat diterima melalui perangkat penerima siaran. Dengan demikian siaran dapat berupa siaran audio (radio), dapat pula dalam bentuk siaran audio visual gerak dan sinkron, seperti pada televisi siaran. Jenis siaran dalam dunia penyiaran ada dua, yakni siaran karya artistik dan siaran karya jurnalistik.6 Siaran karya artistik adalah siaran yang diproduksi melalui pendekatan artistik, yaitu proses produksi yang mengutamakan segi keindahan. Sumber dari siaran karya artistik berasal dari
ide/gagasan/pendapat
manusia.
Siaran
ini
antara
lain:
pendidikan/agama, seni dan budaya, hiburan (musik, lawak, akrobat, sinetron, dan lain-lain), iklan/public service, penerangan umum, ilmu pengetahuan dan teknologi, dan lain-lain. Siaran karya jurnalistik adalah siaran yang diproduksi melalui pendekatan jurnalistik, yaitu proses produksi yang mengutamakan segi kecepatan, termasuk dalam penyajian kepada khalayak. Siaran ini berasal dari peristiwa-peristiwa hangat yang terjadi di masyarakat. siaran karya commit to user 6
Ibid. hlm. 17-18
10 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
jurnalistik antara lain: berita aktual, berita non-aktual, dan penjelasan masalah hangat yang berupa dialog, monolog, siaran langsung, dan laporan. 3. Program Radio Kata ‘program’ berasal dari bahasa Inggris programme yang berarti acara atau rencana. Sedangkan dalam UU Penyiaran, tidak menggunakan kata ‘program’ untuk acara tetapi menggunakan istilah ‘siaran’ yang didefinisikan sebagai pesan atau rangkaian pesan yang disajikan dalam berbagai bentuk. Program atau acara bisa dianalogikan sebagai produk atau barang atau pelayanan yang dijual kepada audien dan pemasang iklan. Dalam hal ini, terdapat rumusan dalam dunia penyiaran yakni program yang baik akan mendapat pendengar atau penonton yang lebih besar, sedangkan acara yang buruk tidak akan mendapatkan pendengar atau penonton. Dalam media penyiaran, orang yang bertanggung jawab mengelola bagian program disebut programmer. Bagian ini bertanggung jawab untuk merencanakan program atau acara apa saja yang akan disajikan kepada khalayak selama satu periode tertentu. Bagian ini bertugas merencanakan, memilih, dan menyusun acara. Program radio harus dikemas sedemikian rupa agar menarik perhatian dan diikuti sebanyak mungkin pendengar mengingat tingkat persaingan radio dewasa ini cukup tinggi. Dengan demikian pengelola commit to user
11 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
radio harus jeli dalam memenuhi kebutuhan audien yang pada akhirnya menentukan format stasiun penyiaran yang harus disiarkan. Pringle-Starr-McCavitt menjelaskan bahwa the programming of most stations is dominatef by one principal content element or sound, known as format (program sebagian besar stasiun radio di dominasi oleh satu elemen isi atau suara yang utama yang dikenal dengan format).7 Secara lebih sederhana dapat dikatakan format stasiun penyiaran atau format siaran radio dapat didefinisikan sebagai upaya pengelola stasiun radio untuk memproduksi program siaran yang dapat memenuhi kebutuhan audiennya. Tujuan penentuan format siaran adalah untuk memenuhi sasaran khalayak secara spesifik dan untuk kesiapan berkompetensi dengan media lainnya di suatu lokasi siaran.8 Format siaran ditentukan dari berbagai aspek, misalnya aspek demografis audien hingga geografis. Berdasarkan
pembagian
tersebut,
muncullah
stasiun
penyiaran
berdasarkan kebutuhan kelompok tersebut. Kemudian
Pringle-Starr-McCavitt
siaran ke dalam tiga kelompok
mengelompokkan
format
besar, yaitu:9 format musik, format
informasi, dan format khusus (specialty). Format musik adalah format yang paling umum digunakan oleh hampir seluruh stasiun radio komersil. Format informasi terbagi menjadi dominasi berita (all news) dan dominasi perbincangan (all talk atau talk news) serta kombinasinya yang 7
Morrisan. Op. Cit. hlm. 230 Ibid. hlm. 231 9 Ibid. hlm. 233-234 8
commit to user
12 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dinamakan news-talk/talk-news. Format khusus (specialty) adalah format yang dikhususkan untuk audien berdasarkan etnis dan agama dan dinamakan format etnis dan format agama. 4. Proses Produksi Siaran Produksi program siaran radio adalah proses mentransfer naskah suara menjadi suatu hasil nyata dari sebuah ide. 10 Produksi siaran radio pada dasarnya juga merupakan paduan penciptaan gambar suara dengan rangkaian kata-kata, suara, musik, dan sound efek menjadi kesatuan yang utuh yang mampu membangkitkan sugesti, emosi, maupun imajinasi pendengarnya.
Penciptaan
program
siaran
dituntut
untuk
selalu
mengindahkan kaidah-kaidah etika keradioan serta etika-etika yang ada di masyarakat. Proses produksi melalui beberapa tahap sehingga siap untuk disajikan. Sebelum melalukan produksi dibentuklah tim produksi yang terdiri dari program direktur, penyiar dan operator. Setelah dibentuk tim dan pembagian tugas, barulah dilakukan proses produksi. Tahapan produksi siaran terdiri dari pra produksi, produksi, dan pasca produksi.11 Pra produksi terdiri dari pencarian naskah dan menyusun naskah. Produksi, yakni menjalankan seluruh rangkaian dari seluruh proses yang telah disusun dalam pra produksi, antara lain record/rekaman, editing, dan penanyangan program. Pasca produksi yakni evaluasi terhadap seluruh
10
Rahayu Cahyaningsih, Laporan Kuliah Kerja Media: Proses Produksi Program Weekly Top 40 commit di 99.60 FM PTPN Radio, Fisip UNS (2011). hlm.to22user 11 Ibid.
13 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tahap produksi mulai dari awal hingga akhir agar proses produksi selanjutnya bisa lebih baik. Secara teknis, proses siaran dapat digambarkan dalam Gambar 1 berikut ini:12 Suara Penyiar
Piringan Hitam
Cassete
Bahan Rekaman Siaran
Microphone
Mixer Consul
Pengatur Suara
Amplifier
Penguat Suara
Modulator
Memodulir hasil suara yang berasal dari mixer
Audio Processor
Antena
Sumber: Cahyaningsih, Laporan Kuliah Kerja Media: Proses Produksi Program Weekly Top 40 di 99.60 FM PTPN Radio, Fisip UNS (2011). hlm. 23
Gambar 1. Proses Siaran Secara Teknis 5.
Pola Acara Pola acara adalah susunan mata acara yang akan disiarkan, baik harian, mingguan, tengah bulanan, bulanan, triwulan, tengah tahunan, dan tahunan. Khusus untuk pola acara harian disebut rundown.13 Di tiap acara tersebut harus dibuatkan: judul mata acara, kriteria/batasan mata acara, format/bentuk penyajian, durasi/lama waktu siaran. Penentuan mata acara, sebaiknya dilandasi oleh: 14 a. misi, fungsi, dan tugas stasiun penyiaran
12
Ibid. hlm. 23 JB.Wahyudi. Op. Cit. hlm. 22 14 Ibid. 13
commit to user
14 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. landasan filosofi, konstitusional, dan operasional c. hasil riset khalayak sebagai konsumen d. norma, etika, dan estetika yang berlaku e. kebijakan intern dan ekstern. 6. Karakteristik Radio Siaran Karakter yang membedakan radio dengan media massa lainnya, media cetak dan televisi, adalah sebagai berikut: 15 a. b. c. d. e. f. g.
h.
7.
Kecepatan, penyampaiannya masih jauh lebih cepat ketimbang koran, majalah, dan televisi. Imajinatif, sifat auditif yang ditampilkan radio siaran memiliki keunggulan untuk merangsang imajinasi pendengar. Murah, pendengar tidak dituntut untuk membayar iuran saat mendengarkan radio dan murah dalam biaya produksi. Altenatif beragam, pendengar memiliki peluang untuk memilih radio mana yang disukainya. Mobilitas tenaga, mendengarkan radio tidak akan mengganggu aktivitas pendengar dan dapat dilakukan di mana pun. Personal, siaran selalu dirasakan seperti kunjungan kawan yang sangat pribadi sifatnya. Selintas, karena auditif maka apa yang disampaikan lewat radio siaran bersifat selintas. Maksudnya apa yang sudah disampaikan seketika itu akan hilang di udara. Antidetail, sangat sulit untuk menyajikan segala hal yang bersifat detail dalam radio siaran.
Efektifitas Radio Siaran Radio dengan kekuatannya yang hebat dalam menyebarluaskan informasi, mendapat julukan kekuatan yang kelima (the fifth estate) setelah pers atau surat kabar yang dianggap sebagai kekuatan keempat
15
commit to user Wanda Yulia, Andai Aku Jadi Penyiar (Yogyakarta, Andi, 2010) hlm. 66-69
perpustakaan.uns.ac.id
15 digilib.uns.ac.id
(the forth estate). Ada beberapa faktor yang menyebabkan hal tersebut terjadi, antara lain:16 a.
b.
c.
8.
Daya langsung, isi program yang akan disampaikan tidaklah mengalami proses yang kompleks untuk mencapai sasaran pendengar. Daya tembus, tidak mengenal jarak dan rintangan. Selain waktu, jarak pun tidak menjadi masalah bagi radio siaran. Bagaimanapun jauhnya tempat yang dituju, tetap dapat dicapai dengan radio siaran. Daya tarik, daya tarik ini merupakan akibat dari sifat radio yang serba hidup, berkat tiga unsur yang terdapat dalam radio, yaitu musik, kata-kata, dan efek suara (sound effect).
Gaya radio siaran Radio siaran diproduksi untuk konsumsi pendengaran (audio), untuk didengar oleh indera telinga. Oleh karena itu, apa yang disajikan untuk dibaca belum tentu dapat dimengerti apabila dibandingkan melalui radio siaran. Susunan berita untuk surat kabar tidak akan mencapai tujuannya apabila dibacakan di depan mikrofon radio siaran. Susunan kata-kata pidato tidak akan sukses jika dibacakan di depan mikrofon radio siaran. Untuk radio siaran, terdapat gaya tersendiri yang disebut “gaya radio” (radio sytle). Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya radio style, antara lain:17 a.
16 17
Sifat radio siaran 1) Auditori, isi siaran radio hanya sekilas sampai di telinga pendengar. 2) Mengandung gangguan, telinga salah menangkap atau menerima pengucapan kata-kata yang terdengar asing (semantic noise factor) dan telinga salah menangkap bahkan tidak mendengar isi siaran akibat gangguan saluran siaran atau gangguan teknik (annel noise factor/mechanic noise factor).
Rusdi Sufi, Radio Rimba Raya di Acehcommit (Jakarta,to CVuser Ilham Bangun Karya, 1999) hlm. 11 Wanda Yulia. Op. Cit. hlm. 73-78
16 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b.
9.
3) Akrab, penyiar/reporter seolah-olah bercakap dengan seseorang terdekat, sehingga tercipta komunikasi yang baik dan lancar. Sifat pendengar radio 1) Heterogen, pendengar adalah massa yang tersebar diberbagai tempat, kota, desa, rumah, asrama, rumah sakit, warung, dsb. Mereka berbeda jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, pengalaman serta keinginan. 2) Pribadi, meskipun tersebar di berbagai tempat, pada umumnya pendengar berada di rumah sehingga komunikator akan berbicara akrab kepada seseorang atau secara pribadi agar pesan yang disampaikan lebih efektif. 3) Aktif, pendengar radio siaran aktif mendengarkan sesuatu yang menarik, aktif berpikir, serta aktif melakukan interpretasi. 4) Selektif, pendengar akan memilih program radio yang disukainya.
Radio Komunitas Stasiun penyiaran komunitas dalam UU No. 32/2002 Pasal 21 adalah lembaga penyiaran yang berbentuk badan hukum Indonesia, didirikan oleh komunitas tertentu, bersifat independen dan tidak komersial dengan daya pancar rendah, luas jangkauan wilayahnya terbatas, serta untuk melayani kepentingan komunitasnya. Secara luas, radio komunitas adalah dari komunitas, oleh komunitas, untuk komunitas dan tentang komunitas. Menurut Hollander, istilah komunitas berasal dari community yang berarti ”semua orang yang hidup di suatu tempat” dan ”sekelompok orang dengan kepentingan atau ketertarikan yang sama”. Berdasarkan definisi tersebut Agus Sudibyo merumuskan tiga jenis komunitas, yaitu:18 1.
Komunitas yang terbentuk berdasarkan batasan-batasan geografis commit to user
18
Agus Sudibyo, Ekonomi Politik Media Penyiaran (Yogyakarta, LkiS, 2004) hlm. 235
perpustakaan.uns.ac.id
2.
17 digilib.uns.ac.id
Komunitas yang terbentuk berdasarkan kesamaan identitas (sense of identity)
3.
Komunitas yang dibentuk berdasarkan kesamaan minat, kepedulian dan kepentingan. Berkaitan dengan media komunitas, UNESCO mendefinisikannya
sebagai berikut:19 Community radio is a type of radio service that caters to the interests of a certain area, broadcasting content that is popular to a local audience but which may often be overlooked by commercial or mass-media broadcasters (radio komunitas adalah jenis layanan radio yang melayani kepentingan daerah tertentu, konten penyiaran yang populer ke khalayak lokal tapi yang mungkin sering diabaikan oleh lembaga penyiaran komersial atau media massa).
Menurut Mac Iver & Charles H.Page seperti dikutip Atie Rahmawatie ada tiga unsur yang mampu membentuk perasaan komunitas tersebut:20 a.
b. c.
Perasaan altruisme; mengutamakan kepentingan pihak lain daripada diri sendiri; perasaan individu yang diselaraskan dengan perasaan kelompoknya sehingga mereka merasakan kelompoknya sebagai bagian dari struktur sosial. Perasaan sepenanggungan; setiap individu sadar akan peranannya dalam kelompok. Perasaan saling memerlukan; individu yang bergabung dalam masyarakat setempat merasakan dirinya bergantung kepada komunitasnya, baik kebutuhan fisik maupun psikologis. Adanya perasaan kebersamaan yang muncul pada masing-masing
anggota sehingga mereka merasa nyaman untuk hidup berdampingan 19
Arpita Sharma, “Emergence of community radio: harnessing potential role for rural commit to user development”, Journal of Development Communication (Des. 2011) hlm. 33 20 Rochmad Effendy. Op. Cit.. hlm. 4
18 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dengan warga yang lain. Hal itu karena lewat keanggotaan dalam komunitas inilah semua kebutuhannya baik fisik maupun psikis dapat terpenuhi. Ini adalah salah satu tujuan utama dibangunnya komunitas. Tujuan lainnya menurut Rubin & Rubin seperti dikutip Atie Rahmawatie adalah: 21 a. b. c. d. e.
Memperbaiki kualitas hidup anggota komunitas lewat resolusi dan berbagi masalah. Mengurangi ketidakadilan sosial seperti ras, etnik, jender, dll. Melatih dan menyebarluaskan nilai-nilai demokrasi sebagai proses menuju keberhasilan pembangunan komunitas. Memberi kesempatan kepada orang-orang untuk meningkatkan potensi mereka sebagai individu. Menciptakan kebersamaan dalam komunitas sehingga anggota merasa mantap hidup dalam komunitas tersebut. Louie Tabing memaparkan karateristik utama radio komunitas
adalah sebagai berikut: 22 1. Melayani kepentingan komunitas yang jelas identitasnya; 2. Mendorong berlangsungnya demokrasi partisipatoris; 3. Memberikan peluang kepada warga untuk berkomunikasi dan ikut serta dalam pembuatan program, manajemen dan pemilikan lembaga penyiaran; 4. Menggunakan teknologi yang murah dan sederhana yang tidak mengakibatkan ketergantungan terhadap sumber-sumber lain; 5. Didorong oleh semangat kebersamaan dan kemaslahatan komunitas, bukan oleh pertimbangan ekonomi; memperlancar terjadinya penyelesaian masalah. Dari watak utama radio komunitas ini, Louie Tabing lantas mendeskripsikan beberapa prinsip yang mesti diterapkan dalam sebuah radio komunitas. Prinsip-prinsip ini mencakup:23
21
Ibid. Ibid. hlm. 7 23 Ibid. hlm. 8 22
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
a.
b.
c.
d.
e.
19 digilib.uns.ac.id
Akses terhadap fasilitas penyiaran merupakan langkah awal menuju demokratiasi sistem komunikasi. Warga memiliki akses tidak hanya terhadap produk media tapi juga fasilitas media. Saluran umpan balik selalu terbuka dan interaksi yang intensif antara produsen dengan konsumen pesan selalu terjaga. Partisipasi dalam produksi dan manajemen lembaga penyiaran merupakan konsekwensi logis dari adanya kemudahan dalam mengakses media penyiaran. Partisipasi warga dalam radio komunitas dibuka lebar pada semuan level – mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga evaluasi program. Partisipasi warga mencakup proses pembuatan keputusan termasuk keputusan tentang isi, durasi, jadwal program acara. Warga atau perwakilan warga juga peran dalam manajemen dan keuangan programa radio. Swa-kelola/pengelolaan sendiri semua fasilitas komunikasi akibat dari adanya keterlibatan warga. Ketika warga komunitas telah mendapatkan pengalaman yang diperlukan dan memperoleh ketrampilan yang dipersyaratkan, maka tidak ada alasan untuk menghalangi mereka untuk mengelola dan memiliki radio komunitas. Mandat komunitas merupakan akibat yang tak terhindarkan dari proses demokratisasi system komunikasi. Mandat ini mencakup tidak hanya aspek manajemen tapi juga kepemilikan sekaligus. Akuntabilitas publik merupakan akibat lanjutan dari adanya peluang warga untuk mengelola, mengawasi kinerja radio komunitas. Menurut UU Penyiaran No. 32/2002, radio komunitas dibedakan
dengan radio publik atas dua karakteristik:24 1.
2.
Radio komunitas melayani kepentingan komunitas yang secara geografis terbatas, sedangkan radio publik melayani kepentingan berskala besar yang secara geografis melingkupi seluruh wilayah nasional. Radio komunitas, badan hukum yang mengandalkan kepemilikan, pendanaan dan pengelolaan dari faktor komunitas, sedangkan radio publik memperoleh dukungan dana resmi dari negara. Radio komunitas dibedakan dengan radio komersial atas dua
karakteristik:25
24
Masduki, “Perkembangan dan Problematika Radio Komunitas di Indonesia”, Jurnal Ilmu commit Komunikasi, Vol. 1, No. 1, Juni (2004) hlm. 150 to user 25 Ibid.
20 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1.
Segenap olah siar radio komunitas tidak bermaksud mencari keuntungan finansial sebagaimana radio komersial.
2.
Radio komunitas muncul atas inisiatif komunitas berdasarkan kebutuhan setempat, sedangkan radio komersial dapat didirikan oleh individu yang mampu secara finansial. Menurut Imam Prakoso, sejak Lokakarya Jaringan Radio
Komunitas Indonesia di Jakarta bulan Mei 2002, ada berbagai tipe radio komunitas di Indonesia seperti dalam Tabel 1 berikut ini. 26 Tabel 1. Tipe Radio Komunitas Indikator
Berbasis
Berbasis Isu
Komunitas Inisiator
Berbasis
Berbasis
Hobi
Kampus
Kelompok
Kelompok
Individu
Mahasiswa,
masyarakat
petani,
yang
jurusan
dalam satu
nelayan
memiliki
tertentu
satuan wilayah
ketertarikan
seperti
tertentu
dalam
jurusan Ilmu
penyiaran
Teknik Komunikasi dan Elektro
Lembaga Payung
Organisasi Kelompok
Kelompok
Tidak ada
Masyarakat,
Tani,
di kampus/
Dewan
Kelompok
jurusan/ atau
Penyiaran
Nelayan
fakultas/
Komunitas
universitas
Prinsip Penyusunan
Berdasarkan Berdasarkan
commit to user 26
Ibid. hlm. 152
mahasiswa
Berdasarkan
bimbingan
21 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Program
Berdasarkan
kebutuhan
pandangan
dosen,
Siaran
kebutuhan
kelompok
(selera)
pandangan
masyarakat
tersebut
sekelompok
sekelompok
penyiar radio
penyiar
setempat
Lingkup
Sekitar
Wilayah
Ingin
Terbatas
kampus
Terbatas pada
mencakup
pada
sampai
wilayah
wilayah di
kemampuan
dengan
komunitasnya
mana petani
jangkauan
ingin
(basis geografis
(anggotanya)
pemancar,
melayani
administratif),
bertempat
jika mungkin
seluruh
yang sering
tinggal
semakin luas
mahasiswa
digunakan
semakin
(bisa seluruh
adalah desa,
diupayakan
wilayah
kecamatan
kota)
Kualitas
Sebagai
pengelolaan
Umumnya
laboratorium
masih buruk,
Umumnya
belajar,
Umumnya
belum dapat
masih buruk,
sehingga
masih buruk,
membangun
belum dapat
semakin
belum dapat
partisipasi
membangun
lama
membangun
masyarakat
partisipasi
semakin
partisipasi
untuk
masyarakat
baik
masyarakat
keberlanjutan
untuk
untuk
keberlanjutan
keberlanjutan
(Sumber: Imam Prakoso dalam Masduki 2004)
Prakoso menambahkan tidak ada satu tipologi baku yang dijumpai di lapangan, bahkan dalam satu radio pun bisa dijumpai commit to user indikator-indikator dalam kolom yang berbeda-beda.
22 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
10. Manajemen dalam Organisasi Penyiaran Sebagaimana penyiaran/media
organisasi
penyiaran
atau
perusahaan
menggunakan
lain,
stasiun
manajemen
dalam
menjalankan kegiatannya. Definisi manajemen pada dasarnya adalah manusia mengatur manusia dengan menggunakan sumber daya yang ada. Seperti yang disampaikan oleh Wayne Mondy dan rekan: 27 The process of planning, organizing, influencing, and controlling to accomplish organizational goals through the coordinated use of human and material resources (proses perencanaan, pengorganisasian, memengaruhi dan pengawasan untuk mencapai tujuan organisasi melalui koordinasi penggunaan sumber daya manusia dan materi). J.B Wahyudi memberikan makna manajemen penyiaran adalah manajemen yang diterapkan dalam organisasi penyiaran, yaitu organisasi yang mengelola siaran. Ini berarti, manajemen penyiaran sebagai “motor penggerak” organisasi penyiaran dalam usaha pencapaian tujuan bersama melalui penyelenggaraan siaran.28 Hubungan antara manajemen dan penyiaran dalam manajemen penyiaran dapat dilihat dalam Gambar 2 berikut ini. Organisasi Penyiaran (Mengelola Stasiun Penyiaran)
Manajemen
Penyiaran
Manajemen
Penyiaran Siaran (output) 27 28
Morrisan. Op. Cit. hlm.136 Wahyudi. Op. Cit. hlm. 39
commit to user Pendengar dan Pemirsa
Tujuan (Tergantung Status Stasiun Penyiaran)
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sumber: Wahyudi, Dasar-Dasar Manajemen Penyiaran, Jakarta, 1994, hlm. 42
Gambar 2. Hubungan Antara Manajemen dan Penyiaran Mengelola suatu media penyiaran memberikan tantangan yang tidak mudah kepada organisasi penyiaran, sebagaimana ditegaskan oleh Peter Priegle:29 few management positition offers challengers equal to those of managing of commercial radio or television station (tidak banyak posisi manajemen yang memberikan tantangan yang setara dengan mengelola suatu stasiun radio dan televisi lokal). Tantangan yang harus dihadapi manajemen media penyiaran disebabkan oleh dua hal, yaitu:30 a.
b.
Sebagaimana perusahaan lainnya, media penyiaran dalam kegiatan operasionalnya harus dapat memenuhi harapan pemilik dan pemegang saham untuk menjadi perusahaan yang sehat dan mampu menghasilkan keuntungan. Media penyiaran harus mampu memenuhi kepentingan masyarakat (komunitas) di mana media bersangkutan berada, sebagai ketentuan yang harus dipenuhi ketika media penyiaran bersangkutan menerima izin siaran (lisensi) yang diberikan negara. Pada dasarnya, manajemen dibutuhkan oleh semua organisasi
karena tanpa manajemen semua usaha akan sia-sia dan pencapaian tujuan
29 30
Morrisan. Op. Cit. hlm 134 Ibid.
commit to user
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
akan menjadi lebih sulit. Ada tiga alasan utama mengapa manajemen diperlukan, yaitu:31 a. b.
c.
Untuk mencapai tujuan. Manajemen dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi. Untuk menjaga keseimbangan. Manajemen dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan antara tujuan-tujuan, sasaran-sasaran dan kegiatan-kegiatan yang saling bertentangan dari pihak-pihak yang berkepentingan dalam organisasi. Untuk mencapai efisiensi dan efektivitas. Suatu kerja organisasi dapat diukur dengan banyak cara yang berbeda; salah satu cara umum yang banyak digunakan adalah dengan menggunakan patokan efisiensi dan efektivitas.
commit to user 31
Ibid. hlm. 135
25 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
11. Teori Manajemen Klasik Henry Fayol dan Frederick W. Taylor a.
Pendekatan manajemen Frederick W. Taylor Manajemen berfokus pada peningkatan produktifitas pegawai dan menyandarkan kepada 4 prinsip dasar:32 a. b. c. d.
b.
Analisa sistematis di tiap pekerjaan untuk menemukan cara paling efektif dan efisien (cara terbaik). Menggunakan metode ilmiah untuk memilih pegawai-pegawai mana yang baik/tepat untuk melakukan pekerjaan tertentu. Menyediakan pendidikan, training, dan pengembangan bagi pegawai. Ada tanggung jawab ekual/sama dan adil antara manajer dan pekerja, dengan pengambilan keputusan dari manajer.
Pendekatan manajemen Henry Fayol Fayol memandang organisasi secara total dengan pandangan bagaimana membuatnya efektif dan efisien, dengan demikian ia mengembangkan teori manajemen dan memperlihatkannya dalam sifat yang lebih umum.33 Fayol mengemukakan 4 fungsi manajemen yang kemudian dikenal sebagai “aktifitas manajemen”, yaitu: a. b.
c.
d. e.
32 33
Planning, penetapan tujuan, penetapan aturan, penyusunan rencana ke masa depan, aksi apa yang akan dilakukan. Organizing, menyusun dan membuat struktur sumber daya manusia dan sumber-sumber material yang dibutuhkan yang berguna bagi organisasi. Commanding, menempatkan setiap unit organisasi ke dalam aktifitas sehingga memberikan konstribusi yang berarti bagi pencapaian tujuan dari perencanaan yang ditetapkan. Coordinating, menyatukan dan menyelaraskan segala aktifitas yang dijalankan organisasi agar berjalan lancar dan sukses. Controlling, pengawasan dari eksekusi perencanaan dan mengoreksi kesalahan yang dilakukan termasuk juga tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menghindari kesalahan.
to user Phahastiwi Utari. Handout Manajemencommit Media Massa smt II (2010) hlm. 2 Ibid. hlm. 3
26 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sebagai dasar pendampingan dari fungsi-fungsi tersebut, Fayol kemudian mengembangkannya menjadi 14 prinsip, yaitu:34 1. 2. 3. 4. 5. 6.
7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.
Devision of work (spesialisasi kerja) Authority and responsibility (kewenangan dan tanggung jawab) Discipline (disiplin) Unity of command (kesatuan perintah) Unity of direction (kesatuan pengarahan) Sub ordinan of individual interest to general interest (mengutamakan kepentingan organisasi di atas kepentingan pribadi) Remuneration of personnel (pemberian upah yang adil dan sebisa mungkin memuaskan kedua belah pihak) Centralization (pemusatan) Scalar Chain (jenjang karir jelas) Order (ketertiban) Equity (perilaku adil dan sebagainya dalam memperlakukan pegawai) Stability of tenure of personnel (setiap pegawai diberi kesempatan yang sama untuk mengerjakan pekerjaannya) Initiative (prakarsa) Esprit de corps (menjaga kestabilan dan keselarasan di antara karyawan)
Elemen-elemen pemikiran Taylor dan Fayol memunculkan perspektif tentang sistem organisasi yang terdiri dari manusia, modal, material, equipment, data dan sebagainya, yang kesemuanya terorganisir untuk mencapai satu tujuan tertentu. Beberapa elemen yang dapat diidentifikasi dalam setiap sistem organisasi adalah: 1.
Input
: tenaga kerja, equipment, modal, dan sebagainya
2.
Processes : usaha yang dilakukan untuk menghasilkan output
3.
Output
: barang jasa commit to user
34
Ibid.
27 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4.
Feedback : informasi tentang output atau proses dan dijadikan sebagai input untuk kembali menentukan tujuan. Peran manajemen adalah mengkoordinasikan input, processes dan
faktor-faktor output, serta menganalisa dan merespon feedback yang dapat dilihat dalam Gambar 3 berikut ini.
Transformation Process
Input
Output
External Environment Sumber: Wahyudi, Dasar-dasar Penyiaran, Gramedia, 1994, hlm. 43
Gambar 3. Model Input-Output 12. Teori Komunikasi Matematika Claude Shannon dan Warren Weaver Model yang sering disebut dengan model matematis atau model teori
informasi
menghasilkan
ini
suatu
mengasumsikan pesan
untuk
bahwa
sumber
informasi
dikomunikasikan.35
Pemancar
(transmitter) mengubah pesan menjadi suatu sinyal yang sesuai dengan saluran yang digunakan. Saluran (channel) adalah medium yang mengirimkan sinyal (tanda) dari transmitter ke penerima (receiver). adapun sasaran (destination) adalah orang yang menjadi tujuan pesan itu. Suatu konsep penting dari model ini adalah gangguan (noise), yakni setiap rangsangan tambahan dan tidak dikehendaki yang dapat mengganggu kecermatan pesan yang disampaikan. Gangguan-gangguan 35
commit to user Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Gramedia, 2004) hlm 15
28 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ini dapat menyebabkan kegagalan komunikasi. Ahli-ahli komunikasi memperluas konsep ini pada gangguan psikologis dan gangguan fisik. Shannon dan Weaver juga mengenalkan konsep redudancy dan entropy.36 Redudancy adalah pengulangan kata yang dapat menyebabkan rendahnya entropy. Mereka juga menekankan bahwa setiap informasi yang disajikan (message) merupakan proses komunikasi. Informasi yang disampaikan memiliki tujuan untuk menambah pengetahuan, mengubah sikap, dan perilaku individu serta khalayak. Menurut Shannon dan Weaver seperti yang dikutip oleh Severin dan Tankard (1992)37, informasi adalah: “what is information? Information is pattern matter energy that affects the probabilities of altervative available to an individual making decision (Artinya adalah informasi adalah energi yang terpolakan, yang memengaruhi individu dalam mengambil keputusan dari kemungkinan pilihan-pilihan yang ada). Secara sistematis model Shannon dan Weaver dapat digambarkan dalam Gambar 4 sebagai berikut:
36
Ibid. hlm 16
37
Ibid.
commit to user
29 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Information Source
Transmitter
Receiver
Signal
Message
Received Signal
Destination
Message
Noice Source
Sumber: Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, Gramedia, 2004, hlm. 16
Gambar 4. Model Shannon dan Weaver 13. Perencanaan (Planning) Perencanaan
adalah
pemilihan
sekumpulan
kegiatan
dan
memutuskan apa yang harus dilakukan, kapan, bagaimana, dan oleh siapa.38 Perencanaan yang baik dapat dicapai dengan mempertimbangkan kondisi di waktu yang akan datang dan pada saat rencana dibuat. Sebelum menetapkan tujuan, terlebih dahulu harus menetapkan visi atau misi atau maksud organisasi. 39 Visi adalah cita-cita atau harapan untuk mewujudkan suatu keadaan atau situasi yang ideal di masa depan. Sedangkan misi adalah maksud atau tujuan yang ingin dicapai melalui serangkaian tindakan atau pekerjaan yang harus dilakukan. Terdapat dua tipe rencana, yaitu rencana strategis dan operasional. Perencanaan strategis stasiun penyiaran meliputi:40 1) Membuat keputusan mengenai sasaran dan tujuan program penyiaran; 2) Melakukan identifikasi dan sasaran (target) audien; 3) Menetapkan kebijakan atau aturan untuk menentukan strategi yang akan dipilih; dan 4) Memutuskan strategi yang akan digunakan. 38
Morrisan. Op. Cit. hlm. 138 Ibid. hlm. 139 40 Ibid. hlm. 143 39
commit to user
30 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Menurut Trochim, banyak organisasi non profit yang membuat rencana strategis di saat mereka berada dalam kondisi darurat.41 Oleh karena itu rencana strategis memiliki peranan yang sangat penting dalam organisasi ini. Rencana
operasional
merupakan
penguraian
lebih
rinci
bagaimana rencana strategis akan dicapai yang terdiri dari rencana sekali pakai (single use plans) dan rencana tetap (standing plans). 42 Rencana sekali pakai dikembangkan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu dan tidak digunakan kembali bila tujuan telah tercapai. Rencana tetap merupakan pendekatan-pendekatan standar untuk penanganan situasisituasi yang dapat diperkirakan dan terjadi berulang-ulang. Proses perencanaan dan penetapan program penyiaran mencakup langkah-langkah sebagai berikut:43 a. b.
c. d. e.
f. g.
41
Menetapkan peran dan misi, yaitu menentukan sifat dan ruang lingkup tugas yang hendak dilaksanakan. Menentukan wilayah sasaran, yaitu menentukan di mana pengelola media penyiaran harus mencurahkan waktu, tenaga dan keahlian yang dimiliki. Mengidentifikasi dan menentukan indikator efektivitas dari setiap pekerjaan yang dilakukan. Memilih dan menentukan sasaran atau hasil yang ingin dicapai. Mempersiapkan rencana tindakan yang terdiri dari: urutan tindakan yang akan dilakukan, penjadwalan, anggaran, pertanggungjawaban, dan menguji serta merevisi rencana sementara. Membangun pengawasan untuk memastikan tujuan akan terpenuhi. Komunikasi untuk mencapai pemahaman serta komitmen pada enam langkah sebelumnya.
Joe Wilensky, “Organizational success through planning: for most organizations--not-for-profit groups, public agencies, all trying to work collaboratively--everyday management tasks can be difficult. William Trochim, professor of policy analysis and management, helps organizations deal effectively with these challenges”. Human Ecology 31.1 (2003) hlm. 19 42 commit to user Morrisan. Op. Cit. hlm. 146 43 Ibid. hlm. 145-146
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
h.
Pelaksanaan.
14. Pengorganisasian (Organizing) Pengorganisasian
merupakan
proses
penyusunan
struktur
organisasi yang sesuai dengan tujuan organisasi, sumber daya yang dimiliki dan lingkungan yang melingkupinya. Dua aspek utama penyusunan struktur organisasi adalah departementalisasi dan pembagian kerja.44 Departemenlisasi adalah pengelompokkan kegiatan-kegiatan kerja suatu organisasi agar kegiatan-kegiatan yang sejenis dan saling berhubungan dapat dikerjakan bersama. Pembagian kerja adalah pemerincian tugas pekerjaan agar setiap individu dalam organisasi bertanggung jawab untuk melaksanakan sekumpulan kegiatan yang terbatas.45 Menurut
Peter
Pringle
dan
rekan
(1991),
kegiatan
pengorganisasian (organizing)46 adalah proses pengaturan sumber daya manusia dan materi dalam suatu struktur formal di mana tanggung jawab diberikan kepada berbagai unit, posisi, personel tertentu. Proses ini memungkinkan konsentrasi dan koordinasi kegiatan dan pengawasan terhadap upaya-upaya untuk mencapai tujuan media penyiaran. Struktur organisasi penyiaran pada umumnya tidak memiliki standar yang baku. Hal ini disebabkan oleh perbedaan skala usaha atau
44
Ibid. hlm. 150 Ibid. 46 Ibid. hlm. 159-160 45
commit to user
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
besar kecilnya stasiun penyiaran. Organisasi stasiun penyiaran biasanya terdiri atas beberapa bagian atau departemen. Pada stasiun kecil atau menengah, mungkin ada beberapa jabatan atau fungsi menajerial yang dirangkap oleh satu orang. Sementara untuk stasiun besar biasanya ada posisi manajer senior untuk setiap departemen. Namun demikian, menurut Willis dan Aldridge (1991), stasiun penyiaran pada umumnya memiliki empat fungsi dasar (areas of operations) dalam struktur organisasinya, yaitu:47 1)
Teknik
2)
Program
3)
Pemasaran
4)
Administrasi Fungsi pertama hingga ketiga tersebut di atas menjadi pilar utama
stasiun penyiaran. Sedangkan fungsi keempat adalah pendukung untuk memperlancar tugas ketiga fungsi sebelumnya. Dengan demikian, struktur organisasi setiap stasiun penyiaran baik komersial maupun non komersial biasanya terdiri dari empat bagian ini sesuai dengan fungsinya masing-masing.48 Empat bagian tersebut dapat dilihat dalam Gambar 5 dan 6 berikut ini.
47 48
Ibid. hlm. 155 Ibid. hlm. 156
commit to user
33 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Manajer Umum
Teknik
Program
Administrasi
Pemasaran
Pemberitaan
Produksi Sumber: Morissan, Manajemen Media Penyiaran, Strategi Mengelola Radio & Televisi, 2011, hlm.156.
Gambar 5. Organisasi Penyiaran Kecil Manajer Umum
Teknik
Staff Teknik
Program
Pemberitaan
Produksi
Pemasaran
Reporter
Sutradara
Staff Pemasaran
Editor
Produser
Pemeliha raan
Administrasi
Promosi
Writer
Staf Produksi
Sumber: Morissan, Manajemen Media Penyiaran, Strategi Mengelola Radio & Televisi, 2011, hlm.156.
Gambar 6. Organisasi Penyiaran Besar Bagian teknik bertanggung jawab untuk menjaga kelancaran siaran, mengusulkan penggantian peralatan, mengusulkan pembelian peralatan, melaksanakan instalasi (pemasangan alat) dan melakukan perawatan atas alat tersebut.49 Stasiun penyiaran harus menyediakan anggaran khusus untuk menjaga seluruh peralatannya dalam kondisi prima.
commit to user 49
Ibid. hlm. 157
34 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Bagian program memiliki tugas utama menyediakan berbagai acara yang akan disuguhkan kepada audien.50 Acara itu dapat diproduksi sendiri, diproduksi pihak lain atau membeli program yang ditawarkan pihak lain. Pada stasiun radio, bagian program bertugas memilih lagulagu atau musik yang akan disiarkan. Bagian pemasaran bertugas untuk menjual program kepada pemasang iklan.51 Bagian administrasi bertugas menyediakan berbagai kebutuhan yang terkait dengan fungsi administrasi sebagaimana organisasi lain pada umumnya.52 Tanggung jawabnya antara lain mengelola sumber daya manusia, pembukuan, pembayaran gaji dan pengelolaan anggaran. Fungsi lain adalah menjalankan administrasi atau perizinan dan menjalin kerja sama dengan pihak-pihak luar. Keberhasilan seorang manajer umum sebagai pimpinan tertinggi pada suatu media penyiaran sangat bergantung pada kemampuannya memilih personel untuk mengisi berbagai posisi yang ada pada stasiun penyiaran bersangkutan.53 Manajer umum juga harus memastikan bahwa struktur organisasi media penyiaran yang disusunnya memungkinkan media penyiaran bersangkutan mencapai tujuannya, dan masalah yang muncul
kemudian
karena,
misalnya:
tumpang-tindih
pekerjaan
(overlapping) atau ketiadaan tanggung jawab suatu pekerjaan akan dapat dilakukan koreksi dalam waktu singkat.
50
Ibid. Ibid. hlm. 159 52 Ibid. 53 Ibid. hlm. 162 51
commit to user
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
15. Pengarahan dan Memberikan Pengaruh (Directing/Influencing) Fungsi
mengarahkan
dan
memberikan
pengaruh
atau
memengaruhi tertuju pada upaya untuk merangsang antusiasme karyawan untuk melaksanakan tanggung jawab mereka secara efektif. Peter Pringle (1991) mengemukakan: the influencing or directing functions centers on the simulation of employees to carry out their responsibilities with enthusiasm and effectivenes54 (fungsi memengaruhi atau mengarahkan terpusat pada stimulasi karyawan untuk melaksanakan tanggung jawab mereka dengan antusias dan efektif). Kegiatan ini mencakup empat kegiatan penting, yaitu pemberian motivasi, komunikasi, kepemimpinan, dan pelatihan:55 d.
e.
f.
g.
54 55
Motivasi, keberhasilan stasiun penyiaran dalam mencapai tujuannya terkait sangat erat dengan tingkatan atau derajat kepuasan karyawan dalam memenuhi kebutuhannya. Semakin tinggi tingkat kepuasan karyawan, maka kemungkinan semakin besar karyawan memberikan kontribusi terbaiknya untuk mencapai tujuan stasiun bersangkutan. Komunikasi, komunikasi adalah faktor yang sangat penting untuk dapat melaksanakan fungsi manajemen secara efektif. Komunikasi yang digunakan pimpinan agar karyawan mengetahui tujuan dan rencana stasiun penyiaran sehingga mereka dapat berperan secara penuh dan efektif untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kepemimpinan, menurut Stoner (1981), kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai suatu proses pengarahan dan pemberian pengaruh kepada kegiatan-kegiatan dari sekelompok anggota yang saling berhubungan tugasnya. Pemberian pengaruh maksudnya adalah pemimpin dapat memengaruhi bagaimana bawahan melaksanakan perintahnya. Pelatihan, manajemen mendorong karyawan untuk menambah pengetahuan, wawasan, keahlian mereka dengan mengikuti kegiatan seperti seminar, workshop, kursus, dan sebagainya dan juga mengikuti pertemuan yang diadakan asosiasi stasiun penyiaran.
Ibid. Ibid. hlm. 162-166
commit to user
36 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
16. Pengawasan (Controlling) Pengawasan manajemen menurut Robert J. Mockler (1972) adalah:56 Suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan-tujuan perencanaan, merancang sistem infomasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan digunakan dengan cara paling efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan-tujuan perusahaan. Proses pengawasan dan evaluasi menentukan seberapa jauh suatu rencana dan tujuan sudah dapat dicapai oleh stasiun penyiaran. Kegiatan evaluasi secara periodik memungkinkan manajer umum membandingkan kinerja sebenarnya dengan kinerja yang direncanakan. Jika kedua kinerja tersebut tidak sama, maka diperlukan langkah-langkah perbaikan.57 Peranan pengawasan dan pengendalian dalam organisasi dan manajemen
adalah
upaya
pencegahan
dan
penanggulangan
penyimpangan dalam proses perencanaan serta kegiatan yang dilakukan terus-menerus, yang pada akhirnya membentuk siklus pengawasan terhadap pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen.58 Proses pengawasan ada tiga tahap, yaitu:59 a. Menyusun standar kerja (SOP dan juklak). b. Ukuran pelaksanaan atas standar yang ada.
56
Ibid. hlm. 167 Ibid. 58 Wahyudi. Op. Cit. hlm 92 59 Ibid. hlm. 93-94 57
commit to user
37 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Melakukan koreksi pada standar dan perencanaan. Pengawasan penyiaran lebih ditujukan kepada pengawasan terhadap
penggunaan
perangkat
keras
dan
perangkat
lunak.60
Pengawasan pada penggunaan perangkat keras, misalnya melalui sistem SOP, pencatatan penggunaan, dan pemeliharaan dengan tujuan untuk menjaga peralatan dan apabila mengalami kerusakan dapat diketahui secara dini dan memperpanjang usia pakai. Sedangkan pengawasan terhadap perangkat lunak lebih kompleks karena proses administrasi, perencanaan, produksi dan siaran dilakukan. Kesalahan yang terletak pada perencanaan, produksi/pengadaan materi siaran, serta materi siarannya sendiri akan berpengaruh luas pada masyarakat.
F. Implementasi Konsep 1.
Radio Komunitas SAMA FM Adalah sebuah media komunikasi massa dengar yang dikelola oleh tuna netra dengan tujuan untuk memberikan inspirasi dan motivasi bagi mereka yang tidak hanya khusus untuk tuna netra tetapi juga masyarakat umum lainnya, berupa program yang islami, disiarkan secara teratur dan berkesinambungan.
2.
Manajemen Radio Komunitas SAMA FM Sistem manajemen yang diterapkan di SAMA FM yang merupakan proses perencanaan, pengorganisasian, memengaruhi, dan pengawasan commit to user
60
Ibid. hlm. 95
38 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
untuk mencapai tujuan radio melalui koordinasi sumber daya manusia dan materi.
G. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran dalam penelitian ini menjelaskan tentang manajemen radio siaran SAMA FM yang meliputi manajemen program siaran on air dan off air, manajemen sumber daya manusia, manajemen keuangan (financial), dan manajemen sarana dan prasana. Setelah masingmasing dilihat bagaimana manajemennya kemudian dilihat/dievaluasi kembali secara keseluruhan apakah sudah sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai oleh radio SAMA FM. Kerangka pemikiran ini dapat dilihat dalam Gambar 7 berikut ini: Manajemen Radio Siaran SAMA FM
Manajemen Program Siaran
On air
Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM)
Manajemen Keuangan (Financial)
Off air
Gambar 7. Kerangka Pemikiran
commit to user
Manajemen Sarana dan Prasarana
perpustakaan.uns.ac.id
39 digilib.uns.ac.id
H. Penelitian Terdahulu Dalam menyusun penelitian ini, penulis menggunakan beberapa penelitian sebagai acuan, antara lain: 1.
Penelitian dalam Jurnal Komunikator oleh Rochmad Effendy (2013), berjudul “Peran Radio Komunitas dalam Menumbuhkembangkan Civic Community”. Dalam penelitian ini, radio komunitas (rakom) yang pada dasarnya media komunikasi yang unik dilihat dari bagaimana awal berdirinya, manajemen operasional serta pemrograman, di mana sematamata dilakukan oleh dan untuk kemajuan anggota masyarakat dilingkungan radio tersebut. Walapun
rakom, namun manajemen
operasional tetap mengikuti dasar peraturan dan prinsip-prinsip ideal sebagai syarat pendiriannya. Dalam penelitian ini, ditemukan bahwa manajemen rakom Mustika FM lebih menyerupai prinsip-prinsip penyiaran harian mirip dengan radio swasta. Hal ini terjadi pertama, karena direduksinya Mustika FM menjadi sekedar perangkat meraup keuntungan ekonomi manajemen ketimbang sarana mencerdaskan dan memberdayakan warga masyarakat. Kedua, rakom yang seharusnya media yang dikelola oleh, dari dan untuk warga komunitas beralih menjadi media yang dikelola oleh, dari dan untuk kepentingan manajemen. Ketiga, kehidupan kewargaan (civic community) yang mendorong warga untuk terlibat aktif dalam urusan bersama, persamaan politik, solidaritas, dan asosiasi tidak dapat berkembang dengan maksimal dan substansial. commit to user
40 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2.
Penelitian yang dilakukan oleh Jemal Mohammed (2013) dalam Journal of Communication and Media Technologies yang berjudul “Challenges and Opportunities in the Use of Radio Broadcast for Development in Ethiopia: Secondary Data Analysis”. Penelitian ini membahas tentang tantangan dan peluang dalam penggunaan radio komunitas untuk pembangunan
di
Ethiopia.
Dari
analisis
dan
interpretasi
data
menunjukkan bahwa terdapat kelangkaan penerima radio, kurangnya pengetahuan di bidang jurnalistik, dan rata-rata cakupan penerima radio lebih dari 94 Km di negara ini. Hal-hal tersebut dapat menghambat siaran radio sebagai sarana efektif untuk mendukung pembangunan di negara ini. Walaupun begitu, perluasan radio komunitas di Ethiopia sangat menggembirakan. 3.
Penelitian yang dilakukan oleh K.C. Siva Balan and Selvin Jebaraj Norman (2013) dalam International Research Journal of Social Sciences yang berjudul “Community Radio (CR) – Participatory Communication Tool for Rural Women Development - A Study”. Penelitian ini membahas tentang mayoritas perempuan di India yang buta aksara, miskin, tertindas, dan tak berdaya. Untuk itu perempuan harus didorong untuk membawa visi dan kepemimpinan, pengetahuan dan keterampilan, pandangan dan aspirasi ke dalam agenda pembangunan. Media radio memiliki sejumlah atribut yang membuatnya menjadi alat yang efektif dalam mempromosikan partisipasi perempuan dalam proses pengambilan keputusan dan struktur pemerintahan commit to user
41 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4.
Penelitian yang dilakukan oleh Arpita Sharma (2011) dalam Journal of Development Communication yang berjudul “Emergence of community radio: harnessing potential role for rural development”. Penelitian ini mengemukakan bahwa karakteristik dasar radio komunitas adalah bahwa radio dimiliki oleh masyarakat untuk melayani kebutuhan masyarakat, terutama adalah partisipatif. Masyarakat secara aktif mengambil bagian dalam merumuskan kebijakan stasiun, strategi dan isi program. Di antara berbagai tantangan yang dihadapi oleh radio komunitas, partisipasi dari masyarakat adalah yang utama dan tidak ada radio komunitas dapat bertahan hidup tanpa partisipasi masyarakat karena menuntut partisipasi 70 persen masyarakat. Diskusi kelompok (focus group discussion) dengan berbagai sektor di masyarakat seperti petani, nelayan, pemilik toko, guru, seniman, perempuan dan pemuda dapat dilakukan untuk mengetahui tentang situasi yang sedang terjadi dan pendapat mereka mengenai hal tersebut. Poin-poin yang harus menjadi perhatian adalah untuk mengetahui kebutuhan pendengar, preferensi pendengar dan kebiasaan mereka mendengarkan. Radio juga harus menyediakan staf dengan dukungan teknis dan fasilitas untuk memproduksi program. Dengan program-program hiburan dan budaya lokal, mereka juga harus menyediakan platform untuk membahas isu-isu yang relevan dengan para pemimpin lokal untuk merespon. Ketika program dievaluasi, pendapat komunitas mengenai kesukaan dan ketidaksukaan tentang program dan saran
mereka
mengenai program commit to user
yang
dilaksanakan
harus
perpustakaan.uns.ac.id
42 digilib.uns.ac.id
dipertimbangkan dan dilaksanakan. Radio komunitas telah digunakan di berbagai bidang pembangunan di banyak negara di dunia seperti kesehatan, gizi, sanitasi, pemberdayaan perempuan dan juga pertanian. Meskipun ada beberapa kasus menggunakan radio komunitas untuk penyuluh pertanian, tetapi dengan melihat pengalaman radio komunitas di berbagai bidang untuk pengembangan dan belajar dari tantangan yang dihadapi oleh mereka dapat diterapkan dalam penyuluh pertanian dan membantu dalam perbaikan pertanian dan masyarakat pedesaan. Perbedaan penelitian ini dengan keempat penelitian tersebut di atas adalah penelitian ini menjelaskan tentang sistem manajemen sebuah radio komunitas di Mijen, Semarang, bernama radio SAMA FM 107.7 MHz yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, memengaruhi, dan pengawasan di aspek pemrograman on air dan off air, sumber daya manusia, keuangan (financial), dan sarana dan prasana.
I.
Metodologi Penelitian 1.
Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang didukung dengan data kualitatif. Metode deskriptif melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu secara faktual dan cermat.61
commit to user Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial (Yogyakarta, Gadjah Mada University Press, 1995) hlm. 63 61
perpustakaan.uns.ac.id
43 digilib.uns.ac.id
Sebagai penelitian deskriptif, penelitian ini memaparkan suatu permasalahan/keadaan/peristiwa sebagaimana adanya sehingga bersifat sekedar mengungkapkan fakta (fact finding). Hasil penelitian ditekankan untuk memberikan gambaran secara objektif tentang keadaan sebenarnya dari objek yang diteliti.62 2.
Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai dengan menggunakan prosedur statistik atau dengan cara lain dari kuantifikasi (pengukuran).63 Dalam penelitian data kualitatif semua teknik pengumpulan data kualitas pelaksanaannya tergantung penelitinya sebagai alat pengumpulan data utamanya (peneliti sebagai instrumen utama). Oleh karena itu sikap kritis dan terbuka sangat penting, dan teknik pengumpulan data yang digunakan bersifat terbuka dan lentur (menyesuaikan diri dengan kondisi baru yang mungkin berubah).
3.
Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di Radio SAMA FM 107.7 MHz Jatisari Asabri D6/35 Semarang, Telp. 024-7092010. Alasan penulis memilih radio ini karena radio SAMA FM sebagian besar dikelola oleh tuna netra. Sebagai radio komunitas, dimana dana operasionalnya terbatas, radio ini telah berdiri sejak tahun 2010.
62
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung, Remaja Rosdakarya, 2000) hlm. 3 commit to user Sebelas Maret University Press, 2002) HB. Sutopo, Metode Penelitian Kualitatif (Surakarta, hlm. 36 63
44 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4.
Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data di dalam penelitian ini menggunakan teknik-teknik sebagai berikut: a.
Observasi Observasi bisa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sitematik terhadap gejala yang tampak pada obyek penelitian. Fungsi dari pengamatan ini adalah untuk merinci peristiwa yang terjadi.64 Penelitian ini dilakukan dengan mengadakan pengamatan secara langsung di radio SAMA FM pada bulan april sampai dengan Mei 2013 dengan mengikuti kegiatan yang diadakan di radio dan kembali lagi pada bulan Juli 2013 karena masih ada data yang harus dilengkapi.
b.
Wawancara Wawancara dalam penelitian kualitatif dilakukan untuk menyajikan konstruksi dalam suatu konteks mengenai data pribadi, peristiwa, aktivitas, organisasi, perasaan, motivasi, tanggapan atau persepsi, tingkat dan bentuk keterlibatan, dan lain sebagainya.65 Dalam penelitian ini penulis melakukan wawancara dengan pimpinan dan karyawan radio, serta warga sekitar radio. Untuk mempermudah perolehan informasi dalam proses wawancara, maka penulis membuat panduan wawancara berisi pertanyaan-pertanyaan yang tersusun dalam bentuk interview guide.
64 65
Hadari Nawawi. Op. Cit. hlm. 100 HB. Sutopo. Op. Cit. hlm. 58
commit to user
45 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c.
Studi Pustaka Pengumpulan data dengan menggunakan berbagai data penunjang atau catatan yang mencatat keadaan konsep penelitian di dalam unit analisa yang dijadikan obyek penelitian. Sumber data berupa buku, arsip, literatur, artikel internet, dan sumber-sumber lain yang mendukung.
5.
Teknik Pengambilan Sampel Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling, dimana peneliti cenderung memilih informan yang dianggap mengetahui informasi dan masalahnya secara mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap.66 Selanjutnya apabila dalam proses pengumpulan data tidak lagi ditemukan variasi informasi atau data sudah menjadi jenuh maka peneliti tidak perlu mencari informan baru dan proses pengumpulan data dianggap selesai.67 Narasumber yang digunakan dalam penelitian ini adalah para key informant, sehingga mampu memberikan data yang valid dan obyektif, yang meliputi pihak pengelola radio dan khalayak.
6.
Validitas Data Penilaian dalam riset kualitatif (kontruktivis) terdapat dua jenis yakni kompetensi subjek riset dan trustworthiness.68 Trustworthiness yaitu menguji kebenaran dan kejujuran subyek dalam mengungkap realitas menurut apa yang dialami, dirasakan atau dibayangkan.
66
Ibid. hlm. 56 commit(Bandung, to user Remaja Rosdakarya, 2006) hlm. 182 Mulyana, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar 68 Rachmat Kriyantono, Teknis Praktis Riset Komunikasi (Jakarta, Kencana, 2008) hlm.70 67
46 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Trustworthiness ini mencangkup dua hal authenticity dan analisis triangulasi. Penelitian ini menggunakan authenticity yaitu memperluas kontruksi personal yang dia ungkapkan. Peneliti memberi kesempatan dan memfasilitasi pengungkapan kontruksi personal yang lebih detail, sehingga memengaruhi mudahnya pemahaman yang lebih mendalam. Dalam hal ini peneliti memberi peluang subjek untuk bercerita panjang lebar tentang apa yang dialaminya dalam konteks wawancara yang informal dan santai. 7.
Teknik Analisa Data Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan model interaktif.69 Dengan teknik ini, setelah data terkumpul akan dilakukan analisa melalui tiga komponen yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Masing-masing komponen dapat melihat kembali komponen yang lain sehingga data yang terkumpul akan benarbenar mewakili sesuai dengan permasalahan yang diteliti. Menurut Miles dan Huberman, model analisa interaktif dapat digambarkan dalam Gambar 8 berikut ini.
commit to user 69
HB. Sutopo. Op. Cit. hlm. 95-96
47 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pengumpulan Data Reduksi
Penyajian
Data
Data Penarikan Kesimpulan
Sumber: HB. Sutopo, Metode Penelitian Kualitatif, Surakarta, 2002,
Gambar 8. Model Analisa Interaktif Ketiga komponen di atas, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan sebagai sesuatu yang jalin-menjalin pada saat sebelum, selama, dan sesudah data dalam bentuk yang sejajar, untuk membangun wawasan umum yang disebut analisis. Masing-masing tahap dapat dijabarkan sebagai berikut: 1.
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data yang kasar yang muncul dari catatan tertulis di lapangan. Dalam reduksi data, peneliti diharuskan memeriksa semuadata yang sudah diperoleh, apakah sudah lengkap atau masih diperlukan informasi tambahan sebagai pelengkap dalam penyusunan nantinya. Setelah semua data atau informasi terkumpul lengkap, penulis melakukan proses pemilihan, pemusatan perhatian pada suatu fokus, membuang hal-hal yang tidak diperlukan untuk mengatur data yang sedemikian rupa sehingga kesimpulan penelitian dapat dilakukan. commit to user
48 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2.
Penyajian data, yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Informasi disini termasuk di dalamnya adalah matriks, skema, tabel, dan jaringan kerja yang terkait dengan kegiatan penelitian. Dengan penyajian data, peneliti akan mengerti apa yang terjadi dan dapat mengerjakan sesuatu pada analisa data ataupun langkah-langkah lain berdasarkan pengertian tersebut.
3.
Penarikan kesimpulan adalah kegiatan terakhir dari penelitian ini. Penarikan
kesimpulan
hanyalah
merupakan
sebagian
dari
konfigurasi yang utuh. Pada bagian ini, peneliti berusaha memberikan makna penuh dari dari data-data yang telah terkumpul dan telah diolah, sehingga membentuk satu sinopsis utuh yang menjelaskan pokok permasalahan dari awal hingga akhir dari seluruh rangkaian perjalanan panjang penelitian ini.
commit to user