BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Penelitian Pentingnya penerapan Good Corporate Governance di beberapa negara
sudah mulai meluas pada tahun 1980, dan di Indonesia Good Governance mulai dikenal secara lebih dalam pada tahun 1990 sebagai wacana penting yang muncul dalam berbagai pembahasan, diskusi, penelitian, dan seminar, baik di lingkungan pemerintah, dunia usaha swasta, dan masyarakat termasuk di lingkungan para akademisi. Sejak terjadinya krisis moneter dan krisis kepercayaan yang mengakibatkan perubahan dramatis pada tahun 1998, Indonesia telah memulai berbagai inisiatif yang dirancang untuk mempromosikan Good Governance, akuntabilitas dan partisipasi yang lebih luas. Perancangan ini sebagai awal yang penting dalam menyebarluaskan gagasan yang mengarah pada perbaikan governance dan demokrasi di Indonesia. Good Governance dipandang sebagai paradigma baru dan menjadi ciri yang perlu ada dalam sistem administrasi publik (Sedarmayanti, 2012). Good Corporate Governance (GCG) merupakan kata kunci yang sangat menentukan kesuksesan suatu perusahaan dalam jangka panjang, sekaligus memenangkan persaingan bisnis global terutama bagi perusahaan yang telah mampu berkembang sekaligus menjadi terbuka. GCG merupakan sistem mengenai bagaimana suatu organisasi dikelola dan dikendalikan ( Tunggal, 2008). Penerapan GCG perlu didukung oleh tiga pilar yang saling berhubungan
1
2
yaitu negara dan perangkatnya sebagai regulator, dunia usaha sebagai pelaku pasar, dan masyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha (Zarkasyi, 2008). Berdasarkan
pengamatan
Badan
Pemeriksaan
Keuangan
dan
Pembangunan (BPKP) diketahui bahwa Perusahaan Umum BULOG Divisi Regional Jawa Barat saat ini mengalami permasalahan pemeriksaan internal perusahaan dimana kasus korupsi dana operasional penyaluran beras miskin di BULOG Divisi Regional Jawa Barat pada tahun 2008-2010 dengan nilai kerugian sebesar Rp. 5 milliar (Lodaya, 2013). Menurut Kejaksaan Republik Indonesia (2011). Badan Urusan Logistik (BULOG) Divre Jawa Barat memerintahkan tim pemeriksa kerugian untuk melakukan audit/stock opname terhadap stok beras di Gudang Bulog Baru. Hasil pemeriksaan yang membandingkan antara stok menurut administrasi gudang dengan stok beras yang ada diketahui terjadi selisih kekurangan fisik beras, dimana menurut stok administrasi persediaan gudang seharusnya sebanyak 25,740 kolli dengan berat bruto 1,290,115 kg dan netto 1,287,026 kg, sedangkan fisik hasil stock opname beras yang ada hanya 11,165 kolli dengan berat bruto 559,574 kg dan netto 558,325 kg, sehingga terdapat selisih kurang sebanyak 14,575 kolli dengan berat bruto 730,541 kg dan netto 728,701 kg Sesuai dengan tuntutan nasional dan tantangan global untuk mewujudkan Good Governance diperlukan sumber daya manusia aparatur yang memiliki kompetensi jabatan dan penyelenggaraan negara dan pembangunan. Untuk menciptakan sumber daya manusia aparatur yang memiliki kompetensi diperlukan
3
peningkatan mutu professionalisme, sikap pengabdian dan kesetiaan pada perjuangan bangsa dan negara, semangat kesatuan dan persatuan, dan pengembangan wawasan pegawai negeri sipil, salah satunya melalui pendidikan dan pelatihan jabatan yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari usaha pembinaan secara menyeluruh yang mengacu pada kompetensi jabatan (Sedarmayanti, 2012). Peran auditor internal yang independen sangat penting dalam penerapan GCG di perusahaan atau organisasi. Menurut Standar Profesi Audit Internal (2004), fungsi audit internal harus menilai dan memberikan rekomendasi yang sesuai untuk meningkatkan proses governance dalam mencapai tujuan mengembangkan etika dan nilai-nilai yang memadai di dalam organisasi, memastikan pengelolaan kinerja organisasi yang efektif dan akuntabilitas, secara efektif mengkomunikasikan risiko dan pengendalian kepada unit-unit yang tepat di dalam organisasi, dan secara efektif mengkoordinasikan kegiatan dan informasi di antara pimpinan, dewan pengawas, auditor internal dan eksternal serta manajemen. Internal audit cenderung ditempatkan sebagai bagian dari operation site, karena permasalahan dianggap lebih sering dijumpai di sana ketimbang bagian lainnya (Sales Marketing, Product/ Business Development, Fund Management, dan lain- lain). Selain fungsi- fungsi non operasional dipandang lebih bersifat strategik (pasukan utama yang mewujudkan Visi, Misi, Strategi, dan Target Bisnis),
umumnya
Internal
Audit
juga
dinilai
tidak
memiliki
kompetensi/kapabilitas yang cukup untuk masuk ke dalam zona ‘berbahaya
4
tersebut’ (Kumaat, 2011). Audit Internal yang independen dapat berfungsi untuk mengawasi jalannya perusahaan dengan memastikan bahwa perusahaan tersebut telah melakukan praktik-praktik dalam penerapan prinsip-prinsip GCG di dalam perusahaan yang meliputi: akuntabilitas (accountability), pertanggungjawaban (responsibility),
keterbukaan
(transparency),
kewajaran
(fairness)
serta
kemandirian (independency) (Sutojo & Aldridge, 2008). Felisia (2010) menunjukan bahwa audit internal telah memasuki paradigma baru di mana kini auditor tidak lagi berfungsi sebagai watchdog, tetapi lebih sebagai mitra. Sejalan dengan hal itu, pendekatan audit berbasis pengendalian yang bersifat pasif dan reaktif berubah menjadi pendekatan audit berbasis risiko yang bersifat aktif dan antisipatif. Dalam audit berbasis risiko auditor harus mengevaluasi efektifitas proses, manajemen proses, pengendalian intern, dan public governance sebagai bentuk aktivitas assurance dan konsultasi untuk dapat memberikan nilai tambah dan memperbaiki kegiatan organisasi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Saptantinah (2010) menunjukan bahwa upaya mewujudkan Good Corporate Governance merupakan hal yang tidak mudah dilaksanakan, terdapat beberapa kendala dalam hal ini terutama dalam hal transparansi dan akuntabilitas yang belum sepenuhnya dipenuhi oleh beberapa perusahaan-perusahaan di indonesia. Untuk dapat mewujudkan hal ini maka perlu ada pembenahan dalam perusahaan tersebut, yaitu dengan menguatkan kontrol dalam perusahaan tersebut dengan cara menegakan Sistem
Pengendalian
Internal
dalam
perusahaan
tersebut,
sehingga
5
penyimpangan-penyimpangan dapat diminimumkan, hal ini merupakan tugas dari profesi internal auditor. Penelitian mengenai Good Corporate Governance (GCG) merupakan fenomena yang menarik ditengah perbincangan mengenai peran auditor internal. Sejauh mana auditor internal berpengaruh untuk memberikan konsultasi dan mengevaluasi untuk meningkatkan kefektifan organisasi yang baik dalam mewujudkan GCG pada perusahaan umum. Sehubungan dengan hal tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul. “ PENGARUH INDEPENDENSI DAN KOMPETENSI AUDITOR INTERNAL
TERHADAP
PENERAPAN
GOOD
CORPORATE
GOVERNANCE (Studi Kasus pada Perum BULOG Divisi Regional Jawa Barat)” 1.2
Identifikasi Masalah Berdasarkan judul daan latar belakang penelitian di atas, maka masalah
dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh independensi auditor internal pada BULOG Divisi Regional Jawa Barat? 2. Bagaiman pengaruh kompetensi auditor internal pada BULOG Divisi Regional Jawa Barat? 3. Bagaimana pengaruh independensi dan kompetensi auditor internal dalam mewujudkan pelaksanaan Good Corporate Governance di BULOG Divisi Regional Jawa Barat (BUMN)?
6
1.3
Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh
mana
pengaruh audit internal dalam mewujudkan Good Corporate Governance, serta menganalisisnya untuk diajukan sebagai referensi pihak lain yang membutuhkan. Sedangkan tujuan penelitian yang akan dilakukan penulis adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pengaruh independensi auditor internal dalam mewujudkan pelaksanaan Good Corporate Governance. 2. Untuk mengetahui pengaruh kompetensi auditor internal dalam mewujudkan pelaksanaan Good Corporate Governance. 3. Untuk mengetahui pengaruh independensi dan kompetensi auditor internal dalamm mewujudkan pelaksanaan Good Corporate Governance.
1.4
Kegunaan Penelitian Dalam penelitian ini, penulis berharap hasil penelitian yang dilakukan
dapat berguna bagi pihak-pihak sebagai berikut: 1. Penulis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan, baik secara keilmuan maupun secara bidang praktik audit internal, terutama mengenai independensi dan profesionalisme auditor internal terhadap Good Corporate Governance pada BULOG Divisi Regional Jawa Barat (BUMN).
2. Perusahaan
7
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas manajemen akan perlunya sistem Good Corporate Governance dan sebagai bahan pertimbangan, jika perlu dapat dipakai untuk mengadakan perbaikan agar dapat meningkatkan nilai perusahaan. 3. Pihak Lain Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumbangan pemikiran, pengetahuan, informasi dan referensi bagi pihak-pihak lain yang berkepentingam untuk melakukan penelitian-penelitian berikutnya. 1.5
Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada perusahaan umum Badan Urusan Logistik
(BULOG) Divisi Regional Jawa Barat Jalan Soekarno Hatta No. 711A Bandung. Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2014 sampai dengan selesai.