BAB I PENDAHULUAN
I.1.
Latar Belakang Konsep nilai pemegang saham (shareholder value) menjadi aspek yang
penting untuk diaplikasikan dalam dunia bisnis. Hal tersebut sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Brigham & Ehrhardt (2005) bahwa tujuan utama sebuah perusahaan adalah maksimalisasi nilai (value maximization) bagi para pemegang saham (shareholder). Sebagai pemilik modal, shareholders menginginkan adanya pengembalian (return) dari modal yang telah diinvestasikan. Sebagai agen dari pemegang saham, seorang manajer (eksekutif) dituntut untuk bekerja secara efektif dan efisien sehingga mampu memberikan nilai yang maksimal bagi para pemegang saham sebagai pemilik modal. Maksimalisasi nilai merupakan
tugas
utama
manajemen
sebuah
perusahaan. Brigham & Ehrhardt (2005) mengungkapkan ada tiga alasan mengapa konsep value maximization sangat penting untuk diaplikasikan oleh setiap perusahaan. Pertama, maksimalisasi nilai memberikan keuntungan (benefit) bagi lingkungan sosial. Sekitar 70 tahun yang lalu pemikiran ini tidak dibenarkan karena pada prinsipnya perusahaan hanya bekerja untuk kepentingan para pemegang saham semata. Hal ini disebabkan kepemilikan saham hanya dimiliki oleh sebagian kecil kelompok masyarakat dengan kekuatan modal yang sangat besar ataupun kelompok orang-orang dengan akses tertentu ke pasar modal. Saat ini sebagian besar investor di pasar modal tidak hanya dikuasai oleh orang-orang
1
dengan modal yang besar namun banyak orang-orang dengan strata ekonomi menengah pun mampu menjadi pemegang saham di berbagai perusahaan. Dengan demikian konsep value maximization yang diterapkan saat ini akan mampu meningkatkan kualitas hidup sebagian besar masyarakat di dunia. Kedua, konsep value maximization juga bertujuan untuk memberikan keuntungan bagi konsumen. Dalam upayanya meningkatkan nilai perusahaan, manajemen dapat melakukannya dengan berbagai cara salah satunya dengan meningkatkan profit bagi pemegang saham. Salah satu cara perusahaan untuk meningkatkan profit adalah dengan meningkatkan harga jual produk atau jasa, namun hal tersebut seringkali dipandang sebagai strategi yang justru merugikan konsumen. Dalam pandangan strategic management, persaingan dalam pasar sangat erat kaitannya dengan persaingan harga jual di antara competitor, dalam pasar persaingan sempurna peningkatan harga menjadi sangat sensitif bagi konsumen, oleh karenanya perusahaan akan selalu berusaha untuk melakukan inovasi dalam produknya guna memberikan value terbaik bagi konsumen. Ketiga, konsep value maximization memberikan keuntungan bagi karyawan perusahaan. Dalam beberapa fenomena yang ada ketika sebuah perusahaan mengumumkan rencana pengurangan karyawan, hal ini justru berdampak positif terhadap harga saham perusahaan. Namun faktanya, hal tersebut tidak terjadi pada semua perusahaan yang berencana melakukan pengurangan karyawan, ketika perusahaan berada dalam kondisi yang baik. Sebagian perusahaan justru melakukan pengurangan karyawan sebagai kebijakan untuk mengurangi biaya produksi yang semakin membengkak.
2
Fenomena secara umum yang terjadi pada banyak perusahaan yang berhasil meningkatkan kinerja harga sahamnya akan cenderung untuk menambah jumlah karyawannya seiring dengan pertumbuhan perusahaan yang semakin besar. Tidak dapat disangkal bahwa keberhasilan sebuah perusahaan sangat dipengaruhi oleh kualitas sumber daya manusia yang dimiliki, dalam hal ini perusahaan menikmati keuntungan dengan keberadaan karyawannya. Sedangkan di lain sisi perusahaan yang mampu menciptakan nilai yang tinggi akan mampu memberikan banyak reward dan benefit bagi para karyawan. Nilai pemegang saham sangat ditentukan oleh kinerja perusahaan sedangkan kinerja perusahaan dapat tercermin melalui kinerja harga sahamnya. Dengan demikian kinerja harga saham yang baik akan semakin meningkatkan nilai pemegang saham. Oleh karena itu sangat penting bagi manajemen perusahaan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi shareholder value. Dari sudut pandang strategic management, pertumbuhan (growth) adalah strategi yang populer dan sangat disenangi di kalangan para manajer (Pandey, 2005), hal tersebut tidak terlepas dari banyaknya opini bahwa tingkat pertumbuhan yang tinggi mencerminkan kinerja yang baik dari sebuah perusahaan. Sedangkan dalam financial management fokus lebih ditekankan kepada profitabilitas (profitability). Beberapa strategi untuk menciptakan pertumbuhan masih menjadi pertanyaan: “Apakah pertumbuhan dan profitabilitas senantiasa memberikan nilai yang positif bagi para pemegang saham?”
3
Beberapa pandangan masih melihat hal tersebut sebagai potensi yang dapat menimbulkan masalah keagenan (agency cost). Apabila seorang manajer hanya berpedoman kepada penilaian kinerja pribadi melalui tingkat pertumbuhan yang tinggi dikhawatirkan akan melupakan tambahan nilai (value) yang dapat diberikan kepada pemegang saham. Lazonik & O’Sullivan (2000) mengemukakan bahwa Isu mengenai shareholder value semakin berkembang di Amerika Serikat sejak akhir abad 20. Terjadinya stock market boom telah mendorong konsep shareholder value masuk ke dalam sistem corporate governance perusahaan-perusahaan di Amerika Serikat. Stock market boom telah menyebabkan terjadinya peningkatan konsumsi secara besar-besaran, sedangkan banyak perusahaan yang tidak memiliki cukup modal (capital) untuk melakukan investasi di masa yang datang sehingga kurang tersedianya capital bagi industri. Pertama kalinya dalam sejarah perekonomian AS keuntungan dari savings yang diperoleh masyarakat sangat bergantung pada kestabilan tingkat keuntungan saham perusahaan. Kekhawatiran timbul bilamana pasar modal AS memburuk, diperkirakan terjadi anjlokan dalam perekonomian akibat rendahnya tingkat konsumsi. Banyak pihak yang mendesak dilakukannya perubahan untuk mencegah terjadinya kemerosotan pada pasar modal dengan cara menerapkan prinsip shareholder value pada perusahaan-perusahaan di Amerika Serikat. IBM menjadi salah satu perusahaan di Amerika Serikat yang berhasil menerapkan prinsip ‘retain and reinvest’ yang merupakan bagian dari penerapan penciptaan nilai (value creation)
4
bagi pemegang saham, dan masih terus dijalankan oleh banyak perusahaan hingga saat ini. Kesuksesan di Amerika Serikat telah membuktikan bahwa penerapan prinsip shareholder value merupakan strategi yang tepat dalam mengembangkan sebuah bisnis serta mampu mendorong perekonomian nasional. Melihat dari fenomena tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan pengkajian mengenai faktorfaktor yang mempengaruhi terciptanya shareholder value pada perusahaanperusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Penelitian dilakukan dengan menggunakan variabel-variabel: pertumbuhan (growth), profitabilitas (profitability), ukuran perusahaan (firm size), dan tingkat hutang (leverage) yang diperkirakan memiliki pengaruh terhadap shareholder value.
I.2.
Rumusan Masalah Masalah yang dapat diidentifikasi dalam penelitian ini adalah faktor-
faktor yang mempengaruhi shareholder value dalam perusahaan non keuangan yang tercatat di BEI. Masalah tersebut penting untuk dipelajari untuk menjadi panduan jajaran manajemen dalam menentukan strategi yang tepat untuk meningkatkan nilai bagi para pemegang saham pada perusahaan non keuangan di Indonesia.
5
I.3.
Pertanyaan Penelitian Pandey (2005) menggunakan beberapa variabel seperti growth dan
profitability, serta beberapa variabel kontrol lainnya yang diperkirakan dapat mempengaruhi
shareholder
value.
Dalam
penelitian
kali
ini,
peneliti
menggunakan variabel rasio market to book value (M/B) untuk mengukur shareholder value. Seperti dalam penelitian-penelitian sebelumnya mengenai kinerja dan nilai perusahaan (organisasi) terdapat beberapa variabel lain yang digunakan dan berpengaruh secara signifikan terhadap M/B perusahaan, seperti firm size dan leverage (Pandey, 2005; Ramezani, Soenen & Jung, 2002; PerezQuiros & Timmerman, 2000; Campbell & Schiller, 1998; Woo, 1984). Maka dari itu pertanyaan penelitian dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah profitability memiliki pengaruh terhadap market to book value ? 2. Apakah growth memiliki pengaruh terhadap market to book value ? 3. Apakah firm size memiliki pengaruh terhadap market to mook value ? 4. Apakah leverage memiliki pengaruh terhadap market to book value ?
I.4.
Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan, penelitian yang akan
dilakukan ini memiliki beberapa tujuan, yaitu: 1. Mengetahui pengaruh profitability terhadap market to book value ? 2. Mengetahui pengaruh growth terhadap market to book value ? 3. Mengetahui pengaruh firm size terhadap market to mook value ? 4. Mengetahui pengaruh leverage terhadap market to book value ?
6
I.5.
Manfaat Penelitian 1. Bagi akademisi a. Penelitian ini bermanfaat untuk pengembangan teori-teori keuangan yang digunakan dalam menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi shareholder value pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. b. Penelitian ini bermanfaat dalam menguji model penelitian yang sebelumnya digunakan di negara yang berbeda. 2. Bagi perusahaan Penelitian ini bermanfaat dalam menentukan strategi yang tepat untuk meningkatkan nilai bagi para pemegang saham. 3. Bagi investor Penelitian ini bermanfaat dalam memberikan pertimbangan bagi investor untuk menentukan keputusan investasi yang menguntungkan.
I.6.
Batasan Penelitian Objek dari penelitian ini adalah seluruh perusahaan non keuangan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2013, sedangkan data yang digunakan adalah data laporan keuangan perusahaan periode Januari 2009 – Desember 2011. Variabel-variabel yang akan digunakan adalah rasio keuangan seperti market to book value (M/B), return on equity (ROE), growth, firm size, dan leverage.
7