1
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Bahasa
merupakan
produk
budaya
yang
selalu
dinamis
dalam
perkembangannya. Perkembangan tersebut dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal, seperti adanya interaksi pengguna bahasa tertentu dengan masyarakat pengguna bahasa yang lain. Kontak bahasa yang terjadi antara satu bangsa dan bangsa lain akan berpengaruh pada bahasa yang bersangkutan. Kontak bahasa itu tidak dapat dipisahkan dengan kontak budaya yang terjadi. Intensitas interaksi tersebut menimbulkan saling menyerap dalam penggunaan bahasa sehingga terjadilah serapan bahasa. Sebelum Al-Qur’an diturunkan, bahasa Arab telah dipengaruhi oleh bahasa lainnya, seperti kata khaimah berasal dari bahasa Habsyah, kata fundūq berasal dari bahasa Yunani, kata ṣirāṭ dan dīnār berasal dari bahasa Latin, kata khinzīr dan hānūt berasal dari bahasa Suryani, kata syāi dan zanjabīl berasal dari bahasa India, kata tubbān dan ka’s berasal dari bahasa Persia, kata ablah berasal dari bahasa Turki (At-Tunjī, 2005: 90). Pada masa kekhalifahan Umayyah, ‘Abasiyyah dan Turki ‘Uṡmani, bahasa Arab menjadi bahasa negara dan bahasa ilmu pengetahuan. Pada kurun waktu tersebut bahasa Arab diperkaya dengan kata-kata dari berbagai bahasa, misalnya bahasa Rusia, bahasa Latin, bahasa Itali, bahasa Spanyol, bahasa Yunani, bahasa Turki, bahasa Melayu, bahasa Sanskerta, dan bahasa Perancis.
2
Jadi pada abad ke-9 hingga 13 Masehi, penyerapan istilah asing ini mencerminkan kontak kultural bangsa Arab dengan bangsa lain. Sebagaimana juga tampak pada karya-karya filosofi Yunani diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Beberapa istilah serapan dari bahasa ini antara lain: failasūf berasal dari kata philosophos, nāmūs (nomos), qāmus (okenos), ’iqlīm (klima), qānūn (kanon), biṭāqah (pittakion). Selain itu banyak juga penyerapan istilah berkaitan dengan sastra dan budaya material, antara lain sirwāl, jawhar, ustādaż, sijjīl (Holes, 2004:306). Pada masa modern kontak antara Barat dan Timur berawal dari Libanon yang mengadakan hubungan dengan dunia Barat sejak awal abad ketujuh belas dan peristiwa penting dalam sejarah Timur Tengah modern adalah ekspedisi Napoleon ke Mesir pada tahun 1798. Ekspedisi ini mendorong timbulnya Egyptology
yang
menyebabkan
berkembangnya
kontak-kontak
yang
berkelanjutan antara Mesir dan Dunia Arab sejak awal abad kesembilan belas (Chejne, 1996: 104). Pengaruh bahasa-bahasa Eropa menjadi semakin kuat, terutama berbentuk kata serapan (loanwords). Para ahli berupaya untuk menerjemahkan
istilah
teknis
yang
berasal
dari
bahasa-bahasa
Eropa.
Penerjemahan ini diawali oleh Rifā‘ah Rāfi‘ Aṭ-Tahṭāwī yang menerjemahkan kata ‘listrik’ dengan kahrubā-’i (Holes, 2004:308). Penyerapan bahasa Inggris menempati urutan terbanyak dibandingkan dengan beberapa bahasa lainnya. Pengaruh dari bahasa Inggris ini banyak terserap di pesisir Teluk Arab dan diperkirakan mencapai jumlah lebih dari 3.000 kata (Hadi, 2005: 2). Memasuki akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, banyak istilah politik, ekonomi, dan sains yang diserap ke dalam bahasa Arab dengan cara transliterasi
3
dan kata serapan. Penggunaan istilah-istilah asing ini banyak ditemukan di dalam kamus dan surat kabar Arab. Contohnya pada surat kabar al-Ahrām dan alJazeera, yaitu istilah ‘ اﻟﻜﺮﺑﻮﻫﻴﺪراتcarbohydrates’ terdapat dalam kalimat berikut ini: ( ﻛﻤﺎ اﻧﻪ ﻳﺴﺎﻋﺪ ﻋﻠﻰ ارﲣﺎء اﻟﻌﻀﻼت وﻫﻮ ﻏﲎ أﻳﻀﺎ ﻟﻜﺮﺑﻮﻫﻴﺪراتAl-Ahram, diakses 12 Juli 2011). Selain istilah politik, ekonomi dan sains, penyerapan kata-kata dari bahasa asing ini banyak terdapat pada yang hal-hal yang berkaitan dengan penemuanpenemuan baru dan teknologi (Dāwūd, 2006: 20). Hal ini disebabkan istilah yang digunakan dalam bidang tersebut bersifat universal dan biasanya diambil dari bahasa Latin atau bahasa Yunani Kuno. Cara itu ditempuh demi kepraktisan komunikasi antara ahli di satu negara dengan negara lainnya. Bahasa ilmu universal ini tentu tidak akan mati, karena dipakai terus oleh siapa saja di dunia. Di dalam teknologi ada kecenderungan untuk memakai ilmu universal itu, sedangkan di dalam bidang ilmu pengetahuan sosial kecenderungan itu berkurang, dan kondisi ini semakin berkurang dalam bidang ilmu pengetahuan budaya (Samsuri, 1994 : 34). Di lain sisi, sebuah istilah yang digunakan oleh suatu bangsa dalam bidang tertentu tanpa harus meminjam atau menyerap dari bahasa lainnya, merupakan indikasi bahwa bangsa tersebut telah atau pernah menguasai suatu bidang keilmuan tertentu. Sebagai contoh dalam istilah di bidang kedokteran, bahasa Arab cenderung untuk memiliki istilah atau konsep makna sehingga tidak banyak menyerap istilah dari bahasa lainnya, contoh istilah abortus (bahasa Inggris) ‘aborsi’ padanannya dalam bahasa Arab yaitu ﺟ ِﻬﻴﺾ َ ، اﳉﻨﲔ اﳌﻠﻔﻮظ ﻣﻦ ﻗﺒﻞ رﺣﻢ اﻷم,
4
anemia : ﻓﻘﺮ اﻟﺪم, xerophthalmia: ﺟﻔﺎف اﻟﻌﲔ. Hal ini dikarenakan bangsa Arab memiliki seorang ahli atau tokoh yang handal dalam bidang tersebut, antara lain: Abū Bakr Muhammad ibn Zakariyyā ar-Rāzī, yang biasa disebut ar-Rāzī. Ia adalah dokter muslim yang paling produktif, penemu prinsip seton dalam operasi. Salah satu karya utamanya yang paling terkenal adalah risalah tentang bisul dan cacar air (al-Judari wal-Haṣbah), dan menjadi karya pertama dalam bidang tersebut, serta dipandang sebagai mahkota dalam literatur kedokteran Arab. Nama paling terkenal dalam catatan kedokteran Arab selain ar-Rāzī adalah Ibnu Sina atau dikenal dengan Avicenna (980- 1037). Di antara karya ilmiahnya adalah Kitāb asy-Syifā (buku tentang penyembuhan) serta al-Qānūn fīṭ - ṭibb, yang merupakan kodifikasi pemikiran kedokteran Yunani-Arab. Buku ini membedakan antara mediastinum dan pleurisy (pembengkakan pada paru-paru) dan mengenali potensi penularan wabah phthisis (penyakit saluran pernafasan, terutama asma dan TBC) melalui pernafasan dan penyebaran berbagai penyakit melalui air dan debu. Buku itu memberikan diagnosis ilmiah tentang penyakit anakylostomiasis, dan menyebutkan cacing pita sebagai penyebabnya (Hitti, 2002 :459-461). Kondisi tersebut di atas menunjukkan bahwa bangsa Arab pernah menguasai ilmu pengetahuan di bidang kedokteran sebagaimana yang tampak dalam istilah bidang kedokteran yang mereka miliki, yang mana istilah tersebut adalah bagian dari fenomena perkembangan bahasa dan identitas bangsa tersebut. Dengan demikian, hal ini sejalan dengan Nababan (1984:38) yang menggolongkan fungsi bahasa menjadi empat macam, yaitu: fungsi kebudayaan,
5
kemasyarakatan, perorangan dan pendidikan. Selanjutnya, fungsi kebudayaan ini dirinci lagi menjadi tiga macam, yaitu sebagai sarana pengembangan, jalur penerus dan inventarisasi ciri-ciri kebudayaan. 1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka masalah penelitian dalam
tulisan ini adalah sebagai berikut: 1) Bagaimanakah perubahan bunyi istilah serapan dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Arab? 2) Bagaimanakah perubahan bentuk istilah serapan dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Arab? 3) Bagaimanakah pengaruh budaya Arab terhadap keberadaan istilah sains dan teknologi baik asli maupun serapan? 4) Apa bidang istilah sains dan teknologi bahasa Inggris yang paling banyak diserap dan dimiliki dalam bahasa Arab? 1.3
Tujuan Penelitian Penelitian terhadap istilah serapan dari bahasa Inggris dalam bahasa Arab
ini bertujuan untuk: 1) Mendeskripsikan perubahan bunyi istilah serapan dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Arab. 2) Mendeskripsikan perubahan bentuk istilah serapan dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Arab.
6
3) Memaparkan pengaruh budaya Arab terhadap keberadaan istilah sains dan teknologi dalam bahasa tersebut, baik istilah yang asli maupun serapan dari bahasa Inggris. 4) Menjelaskan istilah bahasa Inggris yang paling banyak diserap di dalam bahasa Arab dalam ranah sains dan teknologi. 1.4
Manfaat Penelitian Penelitian ini dimaksudkan untuk dapat memberikan manfaat teoritis,
yaitu memperkaya teori tentang prinsip-prinsip yang menjelaskan kecenderungan terhadap perubahan bunyi istilah serapan dari bahasa Inggris dalam bahasa Arab, bentuk nomina dan verba serapan, pola-pola perubahan-perubahan bentuk serta hal-hal yang mendasari perubahan bentuk tersebut. Selain itu, dapat juga diketahui pengaruh budaya terhadap istilah bahasa Arab pada ranah sains dan teknologi. Adapun manfaat praktis penelitian ini yaitu tersedianya rincian lambang bunyi dari istilah serapan, perubahan bunyi vokal dan konsonan dari bahasa Inggris dalam bahasa Arab, bentuk nomina dan verba serapan, pola-pola perubahan-perubahan bentuk serta hal-hal yang mendasari perubahan bentuk tersebut. Selain itu, rincian penjelasan tentang pengaruh budaya terhadap istilah bahasa Arab pada ranah sains dan teknologi dimaksudkan untuk menakar banyaknya istilah yang dimiliki dan diserap oleh bahasa Arab pada ranah tersebut serta pengaruh budaya Arab yang melingkupinya. Rincian ini dapat digunakan sebagai pedoman untuk pengembangan dan pemeliharaan sistem bahasa Arab yang memenuhi standar kaidah bahasa Arab.
7
1.5
Kajian Pustaka Penelitian terhadap pengaruh bahasa Inggris dalam bahasa Arab pernah
dilakukan oleh para ahli dan peneliti-peneliti sebelumnya. Hasil penelitian tersebut berupa laporan penelitian, tesis, artikel, makalah dan buku, antara lain: Drolet (t.t) dari Cornell University dalam International Journal of Middle East Studies, dengan judul Akkadian Loans in Arabic? The Linguistic and Historical Evidence. Penelitian ini membahas tentang pengaruh bahasa Akkadia terhadap bahasa Arab. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada beberapa item leksikal bahasa Arab berasal dari bahasa Akkadia. Lathamdari (1968) meneliti tentang kata serapan dari bahasa Persia ke dalam bahasa Arab pada Journal of the Royal Asiatic Society (New Series) dengan judul Keshtebān: A Persian Loan-Word in Arabic. Artikel pendek ini membahas bagaimana cara kata ‘keshtebān’ masuk ke bahasa Arab, khususnya dalam dialek. Literatur yang ditemukan berasal dari dinasti Ayyubid dan Mamluk. Namun, Latham berpendapat kata ini telah dipungut pada masa Abbasiyah sejak perpindahan ibukota ke Baghdad pada abad ke-8. Sekalipun tidak dapat dipastikan kapan kata tersebut memasuki Suriah (Syam) dan Mesir, namun kata ini merupakan salah satu warisan Abbasiyah. Kata ‘keshtebān’ digunakan di Suriah dan Mesir sejak berdiri Daulah Abasiyah dan perpindahan ibukota dari Damaskus ke Baghdad setelah pertengahan abad ke-8. Saat itu kekhalifahan mendapat pengaruh baru dari lingkaran kultural orang Iran. Dari sisi militer, kelas kesatria Arab kehilangan pengaruh dari orang-orang Khurasan yang membentuk tentara. Akhir abad ke 12, Saladin menyatukan Mesir dan Suriah menjadi negara kuat
8
berbasis kekuatan militer Kurdo-Turki. Ketika warisan Abbasiyah jatuh ke tangan Mamluk, keterampilan panah dan pemanah dari provinsi Suriah tampaknya mengalahkan mereka yang ada di Mesir. Dalam lingkup pemanahan, akar pengaruh bangsa Iran begitu mendalam. Rujukan hanya ditemukan pada literatur teknis milik Ayyubid dan Mamluk untuk memahami bagaimana istilah semacam keshtebān bisa masuk ke dalam dialek Arab Timur. Disebabkan pemanah membutuhkan panah, dan panah membutuhkan perlengkapan tambahan, tidak mungkin randaj memasuki Syiria dengan cara yang sama dengan keshtebān. Holes (2004) mengkaji tentang kata serapan Inggris ke dalam bahasa Arab dalam bukunya Modern Arabic: Structures, Functions, and Varieties. Kajian ini memperlihatkan spektrum kepatuhan penutur bahasa Arab dalam arabisasi istilah asing berdasarkan sistem akar dan pola kata. Dimana penutur bahasa Arab terdiri dari tiga kelompok, antara lain: kelompok pertama, disebut oleh Holes sebagai the purist atau pemurni. Mereka adalah akademisi lembaga bahasa. Mereka secara ketat mencari kosakata baru melalui pola derivasional yang berpegang pada sistem ‘pola-akar kata’; kelompok kedua adalah kelompok yang lebih moderat, memperhatikan kaidah tata bahasa namun mempertimbangkan kebutuhan. Mereka adalah sainstis (khususnya sains terapan). Prinsip-prinsip yang diajukan oleh lembaga bahasa sulit diterapkan sepenuhnya, sebab sistem akar-pola kata memiliki keterbatasan, sehingga sulit menemukan padanan kata yang konsisten, jelas, dan ringkas; kelompok ketiga adalah kelompok yang fleksibel. Mereka adalah kelompok jurnalis. Arus berita yang cepat menjadi faktor fleksibilitas ini. Holes menegaskan bahwa penerimaan atau penolakan istilah baru
9
sangat bergantung pada tingkat familiaritas dan kejelasan makna istilah. Disimpulkan dalam kajian ini bahwa penggunaan pola derivasional berdasarkan sistem pola-akar kata terbukti sulit untuk memenuhi tuntutan sains modern, konsistensi, kejelasan, dan keringkasan, maka neologisme dapat dijadikan solusi untuk mengatasi hal ini. Neologisme ini tetap berlandaskan pada tiga kriteria: 1) tetap menjaga kemurnian bahasa Arab; 2) berada pada kesisteman linguistik Arab; 3) keterpaksaan memungut bahasa Asing akibat adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Qinai (2000) dalam jurnal Studies in the Linguistic Sciences dengan judul “Morphophonemics of Loanwords in Arabic” mengkaji perubahan fonologis dan morfologis kata serapan dari bahasa asing ke dalam bahasa Arab. Disimpulkan dalam penelitiannya bahwa penyesuaian kata serapan dari bahasa asing mengikuti paradigma fonotaktik dan morfologi bahasa Arab. Penyesuaian morfofonemik terbilang konsisten, sekalipun terdapat beberapa ketidakteraturan. Perubahan kata serapan terjadi karena: 1) kesalahan pengucapan (mispronouncation) dalam ketiadaan diakritik atau kesalahan penerjemah dalam melakukan transliterasi. Contohnya, etiquette (Perancis) – إﺗﻴﻜﻴﺖ/Ɂɪtikɜ:t/ sedangkan berdasarkan pengucapan dalam bahasa Perancis /etikɛt/, sehingga seharusnya إﺗﻴﻜﺖ/Ɂtikɛt/; 2) pengaruh pola tekanan (stressing) karena bahasa Arab cenderung meletakkan tekanan utama sebelum silabel terakhir (next to the last syllable), sehingga sering mengaksentuasi atau memperpanjang bunyi yang ditekan; mengubah vokal pendek menjadi panjang, contoh: nickel (Inggris) – ﻧِْﻴ َﻜﻞ, candela (Yunani) – ;ﻗَـْﻨ ِﺪﻳْﻞ
10
penggandaan silabel sebelum silabel akhir, contoh: ( ُد َﻛﺎنPersia) - ; ُد ﱠﻛﺎن penghilangan segmental medial atau asimilasi, contoh: keramis (Yunani) – ﻗﺮﻣﻴﺪ /qᴧrmid/, vokal ‘a’ medial dihilangkan sehingga tekanan bergeser ke /ɪ/, contoh:
روﺳﺘﺎ/rusta/ (Persia) – رﺳﺘﺎقatau رﺳﺪاق, vokal وdiperpendek sebagai hasil pergeseran tekanan; pada kasus lain, terjadi penggandaan sekaligus asimilasi, contoh: ( ﻛِ ِﺮﻳْـﺒَﺎنPersia) – ِﺟ ِّﺮ ن, bunyi بdigandakan dan ﻳ ـ ـ ـdiperpendek. Mustafawi (2002) menulis sebuah artikel dalam Actes de l’ACL 2002/ 2002 CLA Proceedings dengan judul Lone English-Origin Nouns in Arabic: Codeswitching or Borrowing? Kajiannya berupaya mengklasifikasikan, apakah nomina bahasa Inggris yang digunakan dalam percakapan antar penutur bilingual Arab atau Inggris termasuk pemungutan atau perpindahan kode. Ia mengadopsi pandangan ‘nonce borrowing hypothesis’ (hipotesis pemungutan sementara) dalam kajiannya. Hipotesis ini berpandangan bahwa kata tunggal dalam percakapan tidak harus melewati proses difusi maupun rekurensi. Sebuah kata sudah cukup dikatakan melewati proses pemungutan jika kata tersebut diperlakukan sama dalam tata bahasa, seperti kata asli atau kata serapan yang telah digunakan secara luas oleh penutur peminjam. Jadi, dasar metodologisnya adalah keanggotaan gramatikal, bukan etimologis. Mustafawi membagi kata tunggal bahasa Inggris ke dalam lima kategori yang semuanya dikaji dari tiga aspek: determinasi, penugasan gender, dan susunan kata. Hasil penelitiannya memperlihatkan kesesuaian dengan ‘nonce borrowing hypothesis’. Berdasarkan
11
ketiga aspek yang ia kaji, penggunaan kata tunggal bahasa Inggris dalam wacana bilingual Arab atau Inggris dikategorikan ke dalam pemungutan. Hadi (2003) meneliti semua kata serapan dari bahasa Arab yang ada dalam KBBI Edisi II tahun 1991. Hasil penelitiannya menunjukkan adanya perubahan fonologis kata-kata serapan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia yang berupa: perubahan vokal, seperti lenisi, reduksi konsonan rangkap, aferesis, apokope, sinkope, kompresi, penguatan fonem, pengenduran fonem, penambahan fonem-epentesis dan paragog, metatesis, monoftongisasi, asimilasi, pemecahan vokal, dan penyingkatan dan perubahan konsonan kata-kata serapan dari bahasa Arab. Penelitian ini juga menemukan adanya perubahan morfologis kata-kata serapan dari bahasa Arab ke bahasa Indonesia. Kata serapan dari bahasa Arab berbentuk simpleks, kompleks, kompleks karena proses penurunan dalam bahasa Indonesia, majemuk dari bahasa Arab, berbentuk frase dan kalimat. Perubahan makna meliputi perubahan: jenis kata benda menjadi kerja, aktif menjadi pasif, makna menyempit, meluas, dan makna jamak menjadi tunggal. Perubahan makna meliputi perubahan: jenis kata benda menjadi kerja, aktif menjadi pasif, makna menyempit, meluas, dan makna jamak menjadi tunggal. Perubahan makna terjadi karena berbagai faktor, seperti kesejarahan, perubahan lingkungan, kebahasaan, pertukaran tanggapan indera, dan tanggapan pemakai bahasa. Khalid (2003) menulis tentang Neologisme Bahasa Arab melalui Isytiqāq dan Pengembangan Semantik. Disimpulkan bahwa neologisme dalam bahasa Arab adalah sebuah fenomena yang tidak boleh harus dijalani bahasa Arab agar dapat bertahan dan mengikuti perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan dan
12
teknologi serta peradaban umat manusia. Neologisme dalam bahasa Arab memiliki kekhasan tersendiri karena sedapat mungkin tetap mengacu pada polapola kebahasan klasik yang sudah ada dalam kaidah tata bahasa Arab klasik (fusḥah), yakni tetap mengacu pada pola-pola kebahasaan (qawalib lugawiyah), linguistic modals dengan mengikuti metode kias (analogi) dalam derivasi (isytiqāq ) dan pengembangan semantik (al-wad’u bil majāz). Hadi (2005) menulis buku yang berjudul ”Glosarium Kata dan Istilah Asing dalam Bahasa Arab”. Tulisan tersebut memuat berbagai kata dan istilah bahasa-bahasa asing seperti: bahasa Perancis, Italia, Latin, Rusia, Sansekerta, Jepang, Jerman, Spanyol, terutama bahasa Inggris. Al Jarf (2008) dari King Saud University menulis sebuah artikel dalam Asian EFL Journal dengan judul The Impact of English as an International Language (EIL) upon Arabic in Saudi Arabia. Studi ini meneliti pandangan dan sikap mahasiswa terhadap bahasa Inggris dan bahasa Arab sebagai bahasa pengantar di Universitas pada abad ke-21. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa 96% responden menganggap bahasa Inggris lebih unggul sebagai bahasa internasional, ilmu pengetahuan dan teknologi. Di antara alasannya adalah bahasa Arab tidak memiliki referensi termasuk kosa kata dan istilah yang memadai ketika berbicara masalah ilmu pengetahuan dan teknologi. Misalnya, buku pelajaran matematika dan artikel penelitian tidak tersedia dalam bahasa Arab, begitu juga buku-buku tentang autisme. Di sisi lain, banyak hasil penelitian pertama kali muncul dalam bahasa Inggris. Hal ini memudahkan mereka untuk mendapatkan informasi terbaru dan berkomunikasi dengan seluruh dunia. Faktor lain yang
13
menjadikan bahasa Inggris lebih unggul dibandingkan bahasa Arab yaitu, alasan status sosial, kesempatan kerja. Ada 82 % percaya bahwa bahasa Arab lebih tepat untuk mengajar jurusan agama, sejarah, sastra Arab dan pendidikan. Lebih jauh disimpulkan bahwa bahasa Arab sedang menghadapi ancaman serius dari dominasi bahasa Inggris di pendidikan tinggi, karena kurangnya perencanaan bahasa, kebijakan yang melindungi, mengembangkan dan mempromosikan bahasa Arab, proses arabisasi yang lambat dan ketidakcukupan materi terjemah dalam bahasa Arab. Hafez (1996) meneliti tentang integrasi fonologi dan morfologi kata serapan ke dalam bahasa Arab Mesir. Secara fonologi dicontohkan perpindahan ucapan terhadap kata “protein” menjadi /borotīn/, “police” menjadi /bolīs/ dan “diplôme” menjadi /debloom/, /dabloom/, /dabloon/. Hal tersebut menunjukkan adanya penggunaan kata serapan yang terintegrasi dalam berbagai dialek Arab. Lebih jauh penulis menyarankan kepada media dan akademi bahasa untuk meminimalisir penyerapan kosakata asing dengan cara mencari padanan kosakata bahasa Arab sebelum kosakata asing tersebut dipinjam dan terintegrasi dalam bahasa Arab. Penelitian ini merekomendasikan agar penelitian selanjutnya dapat menyelidiki faktor penyebab penggunaan kosakata serapan yang terintegrasi ke dalam berbagai dialek Arab. Stuart Campbell (t.t) dari Western Sydney University meneliti tentang pengaruh bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa Melayu, dengan judul The Influence of Arabic on Indonesian and Malay – Linguistics, Historiography,
and
a Scholarly Journey
dalam
Versteegh,
K. (ed.)
14
Encyclopaedia of Arabic Language and Linguistics, Brill, Leiden, 340-345. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bahasa Indonesia dan Melayu banyak dipengaruhi oleh bahasa Arab. Adapun tesis yang membahasa tentang kata serapan bahasa Inggris dalam bahasa Arab, yakni Mustafa (2008) dengan judul “Neologi dalam Bahasa Arab (Kajian Morfologis Sintaksis dan Semantik terhadap Istilah Komputer dan Internet dalam Bahasa Arab Modern)”. Dalam tulisan tesebut, penulis menunjukkan tumbuh kembang bahasa Arab dalam merespon perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terlihat pada pembentukan kosa kata atau istilah baru (neologi), khususnya pada ranah istilah komputer dan internet. Seperti istilah “ اﳊﺎﺳﻮبal- ḥāsūb” atau “ اﳊﺎﺳﺐal- ḥāsib” atau “ اﻟﻜﻤﺒﻴﻮﺗﺮal-kambiyūtar”, sebagai hasil arabisasi atau terjemahan dari istilah bahasa Inggris ” computer”. Begitu juga dengan istilah “windows” dalam bahasa Inggris diterjemahkan menjadi “ اﻟﻨﺎﻓﺬةan-nāfiżah” atau “ وﻳﻨﺪوزwaindūz”. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa pembentukan istilah atau kosakata baru bahasa Arab dalam bidang komputer dan internet mengikuti kaidah neologi morfologis, neologi semantis dan neologi penyerapan. Andriani (2010) menulis tesis yang berjudul “Arabisasi Kosa Kata Asing (Analisis Fonologi dan Morfologi pada Kosakata Serapan dari Bahasa Inggris dalam Kamus al-Mawrid: Qāmūs ‘Arabiy Inkilīziy:”. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa kontak antara bahasa Inggris dan bahasa Arab pada dasarnya merupakan salah satu wujud interaksi budaya sebagai akibat proses modernisasi.
15
Interaksi ini selanjutnya berimplikasi pada penyerapan kosa kata dari bahasa Inggris yang memiliki sistem linguistik sangat berbeda dari bahasa Arab, sehingga memerlukan penyesuaian atau adaptasi antara lain: adaptasi fonologis dan adaptasi morfologis. Ari Nurweni (2013) meneliti bentuk dan fungsi satuan-satuan serapan dari bahasa Inggris pada teks berbahasa Indonesia dalam ranah olahraga. Hasil studinya menunjukkan bahwa satuan-satuan serapan dari bahasa Inggris yang ditemukan dalam teks tulis berbahasa Indonesia dalam ranah olahraga meliputi kata, frasa, dan klausa. Kata dan frasa serapan merupakan bentuk-bentuk satuan lingual serapan dari bahasa Inggris yang banyak ditemukan dalam teks berbahasa Indonesia tesebut. Sedangkan, klausa merupakan satuan lingual serapan dari bahasa Inggris yang paling sedikit ditemukan. Kata serapan dari bahasa Inggris yang paling banyak ditemukan adalah yang berkategori nomina, dan sisanya merupakan kata serapan dari bahasa Inggris dengan kategori ajektiva, verba, dan satu kata predistribusi. Bentuk ortogafis sebagian kata serapan bahasa Inggris tersebut tidak mengalami perubahan, tetap seperti bentuk dalam bahasa Inggris dan sebagian lagi mengalami perubahan. Berdasarkan kategori sudah masuk atau belum di entri KBBI 2008, kata serapan yang ditemukan dalam penelitian ini dapat dikategorikan menjadi dua yaitu yang sudah berintegrasi ke dalam bahasa Indonesia, yang berarti
sudah masuk dalam entri KBBI 2008. Tidak semua
makna kata atau pun frasa dari bahasa Inggris mengalami perubahan makna. Sebagian kata-kata dari bahasa Inggris unsur-unsur makna tetap ketika digunakan dalam teks berbahasa Indonesia, baik dalam satu bundel maknanya maupun dalam
16
bundel makna lainnya. Jenis-jenis perubahan makna yang ditemukan dalam penelitian ini menegaskan penemuan Marcellino (1990) bahwa beberapa kata serapan berubah maknanya, hasil penelitian Hadi (2003), yang menemukan perubahan makna di antaranya yaitu jenis kata benda berubah menjadi kata kerja, makna menyempit dan makna meluas, dan hasil penelitian Supriyadi (2011) bahwa makna kata
serapan tetap, meluas, menyempit atau berganti ketika
dipinjam. Dengan demikian, berdasarkan pemaparan tinjauan pustaka di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa penelitian ini baru dan secara akademis layak untuk dilakukan. Penelitian ini mengkaji perubahan bunyi dari istilah sainstek bahasa Inggris ke dalam bahasa Arab, yang jika digeneralisasi dapat dijadikan kaidah perubahan bunyi, kaidah pembentukan verba dari istilah bahasa Inggris. Di samping itu juga memaparkan pengaruh budaya yang melatari keberadaan istilahistilah tersebut. 1.6 1.6.1
Landasan Teori Teori Sosiolinguistik Sosiolinguistik adalah cabang ilmu linguistik bersifat interdisipliner
dengan ilmu sosiologi, dengan objek penelitian hubungan antara bahasa dengan faktor-faktor sosial di dalam suatu masyarakat tutur (Chaer dan Leonie Agustina, 1995: 5). Kemudian Kridalaksana (2008: 225) memahami sosiolinguistik sebagai sebuah kajian yang membahas hubungan dan saling pengaruh antara perilaku bahasa dan perilaku sosial. Fishman (1972) dalam Chaer dan Agustina (2004:3) mengemukakan bahwa sosiolinguistik adalah kajian tentang ciri khas variasi
17
bahasa, fungsi variasi bahasa dan penggunaan bahasa. Di mana ketiga unsur ini akan saling berinteraksi mempengaruhi satu sama lain dalam satu masyarakat bahasa, identitas sosial dari masyarakat tersebut, lingkungan sosial tempat peristiwa serta tingkatan dan variasi ragam linguistik. Salah satu faktor terjadinya variasi bahasa adalah kontak sosial atau jaringan sosial. Kontak sosial ini dapat melalui media cetak, seperti surat kabar, majalah, maupun melalui elektronik, seperti, televisi, internet, sehingga seseorang dapat menggunakan bahasa yang sama atau berbeda dengan bahasa yang digunakan oleh mitra kontaknya. Setelah kontak sosial ini maka terjadi pula kontak bahasa dikarenakan penggunaan dua bahasa yang berbeda, pengaruh dari media tersebut. Holmes (2000:376-381) mendefinisikan sosiolinguistik dengan hubungan antara bahasa dan konteks sosialnya yang terdiri dari empat dimensi, antara lain: 1) jarak sosial atau solidaritas (sosial distance/solidarity), yaitu penggunaan bahasa dipengaruhi oleh kedekatan hubungan atau persamaan sikap dan nilai yang dimiliki oleh pembicara dan mitra bicaranya; 2) status atau kewenangan (status/power yang berarti penggunaan bahasa yang dipengaruhi oleh status sosial atau kekuasaan); 3) tingkat keformalan (formality), yaitu ragam bahasa yang digunakan berdasarkan konteks situasi seperti situasi formal atau nonformal; 4.) fungsi (afektif dan referensial), yaitu jenis pesan yang disampaikan, yaitu apakah berupa pesan sosial atau afektif atau informatif atau referensial. 1.6.2
Teori Kontak Bahasa Kontak bahasa merupakan peristiwa pemakaian dua bahasa oleh penutur
yang sama secara bergantian. Dari kontak bahasa itu terjadi transfer atau
18
pemindahan unsur suatu bahasa ke dalam bahasa lainnya yang mencakup semua tataran, termasuk terjadinya penyerapan kata (word borrowing) dari satu bahasa ke dalam bahasa lainnya (Hockett, 1958: 402-406). Proses pinjam meminjam dan saling mempengaruhi terhadap unsur bahasa yang lain tidak dapat dihindari. Pengaruh suatu bahasa ke dalam bahasa lainnya merupakan difusi dan akulturasi budaya (Weinreich, 1953:5). Jika ditinjau dari gejala akulturasi maka unsur-unsur dari suatu bahasa asing tadi lambat laun diakomodasikan dan diintegrasikan ke dalam bahasa itu sendiri tanpa kehilangan kepribadian dari bahasa asing tersebut. Hal inilah yang menyebabkan perubahan ke dalam kosakata bahasa penerima. Crowley (1987: 191-200) berpendapat, faktor penyebab terjadinya perubahan suatu bahasa yaitu: 1) anatomi dan karakter suku (anatomy and etnic character); 2) iklim dan geografi (climate and geography); 3) substratum; 4) identitas/ciri daerah setempat (local identification); 5) kebutuhan fungsional (fungtional need); 6) penyederhanaan (simplification); dan 7) tekanan struktur suatu kata (structural pressure). Jika ditinjau dari perkembangan kata serapan bahasa penerima, kontak bahasa memiliki sifat sebagai berikut: 1) sifat ekspansif: ekspansi dari bahasa (budaya) pemberi ke dalam bahasa penerima, 2) sifat aditif: kata serapan akan hidup berdampingan dengan bahasa penerima. Keduanya digunakan secara bersamaan berdasarkan pilihan masyarakat penerima tetapi terkadang memiliki perbedaan makna, 3) sifat replansif: bentuk dan kosakata serapan menggantikan distribusi kosakata lama, 4) penciptaan baru atau neologisme: pembentukan kosakata baru berdasarkan contoh dan model yang sudah ada, hal ini dikarenakan
19
terjemahan, terjemah serapan, reproduksi penafsiran dan reproduksi hilaridis (Parera, 1987: 155). Berkenaan dengan kata serapan (borrowing) Haugen (1950:286) mendefinisikan dengan: “attempted reproduction in one language of patterns previously found in another” (upaya reproduksi suatu pola bahasa yang sebelumnya ditemukan di dalam bahasa lain). Kemudian ia mengklasifikasikan hasil penyerapan menjadi loanwords (kata serapan), loanblends (campuran serapan) atau hybrids (hibrida), dan loanshifts (geseran serapan). Loanshifts meliputi loan translations dan semantic borrowings. Loanwords (kata serapan), yaitu hasil importansi morfemis tanpa substitusi morfemis tetapi dengan atau fonemis. Loanblends (campuran serapan) yaitu gabungan hasil substitusi dan importansi morfemis, namun strukturnya sesuai dengan bentuk kata asing yang diserap. Loanblends ini disebut juga sebagai hybrids (hibrida), yaitu campuran serapan yang strukturnya tidak sesuai dengan bentuk kata asalnya. Loanblends dapat dibagi menjadi tiga: 1) blended stem/stema tercampur; 2) blended derivative/ derivatif tercampur (akhiran bahasa asli menggantikan bahasa asing); dan 3) blended compound/gabungan bercampur (Haugen, 1950: 219). Loanshifts (geseran serapan), yaitu hasil substitusi morfemis tanpa importasi atau pergeseran (shift) yang tidak hanya terbatas pada perubahan fonologis dan gramatikal disebut juga sebagai (a) loan translation (terjemahan serapan) (b) sebagai semantic loans dan semantic borrowings (serapan semantik). Serapan terjemahan adalah penerjemahan langsung unsur suatu kata menjadi kata dalam bahasa yang dipinjam tanpa mengubah makna. Kridalaksana (2008:195)
20
menyatakan sebagai ‘pinjam terjemah’ (loan translation) yakni penyerapan atau penyerapan frasa dengan mempertahankan makna leksikal dan atau makna gramatikal aslinya, tetapi dengan mengganti morfem dan fonem-fonemnya. Loanshift dibagi menjadi dua: 1) loan homonym. Makna baru tidak memiliki kesamaan dengan makna lama, sehingga sebuah kata memiliki dua makna yang bersifat homonimi; 2) loan synonym. Makna baru tumpang tindih dengan makna lama. Kategori ini masih dapat dibagi lagi. Jika istilah serapan yang diterapkan pada fenomena kultural baru kira-kira memiliki kesamaan dengan budaya lama, maka proses tersebut disebut pergantian semantik (semantic displacement). Jika perbedaan bahasa asli dihilangkan melalui pengaruh sinonimi antar bahasa yang bersifat parsial, maka ia disebut kebingungan semantik (semantic confusions), (Haugen, 1950: 219). 1.6.3
Kaidah Pembentukan Istilah Lembaga Bahasa Arab (Majma‘ alLugah) Negara-negara Arab memiliki Majma‘ al-Lugah yang secara umum
bertujuan untuk menjaga pertumbuhan dan perkembangan bahasa Arab sebagai bahasa ilmu dan kajian ilmiah. Sementara itu Majma‘ al-Lugah al-‘Arabiyyah di Kairo, menetapkan peranannya (Qanibiy, 2000: 102-103) sebagai berikut: 1) menjaga kemurnian bahasa dan membuatnya sesuai kebutuhan dan tuntutan ilmu pengetahuan di masa yang akan datang. Contohnya yaitu mengadakan pembaharuan terhadap kamus-kamus, dari segi metode penyusunan, lafal dan strukturnya; 2) menyusun dan membuat kamus sejarah bahasa Arab; 3) meregulasi studi dialek bahasa Arab di Mesir dan negara Arab lainnya; 4)
21
melaksanakan kajian dan upaya penjagaan terhadap perkembangan bahasa sesuai dengan ketetapan Menteri Ilmu Pengetahuan. Lembaga Bahasa Arab Damaskus menetapkan tujuannya yaitu: 1) the protection of the Arabic language against dialectical influence (including the proposal to romanize), which was part of the agenda of some of those who wished to see one or other of dialects adopted as national language (melindungi bahasa Arab dari pengaruh dialek yang diusulkan oleh beberapa pihak yang menginginkan bahasa Arab dialek menjadi bahasa nasional); 2) the maintenance of linguistic purity by ridding the language of intrusive foreign lexical elements brought via the press and the radio, and some writers (memelihara kemurnian linguistik dengan memurnikan bahasa dari unsur-unsur leksikal asing yang dibawa oleh media, radio, dan beberapa penulis); 3) the adaptation of the language to modern needs, particularly in the area of science and technology (penyesuaian bahasa untuk kebutuhan modern, khususnya di bidang sains dan teknologi) (Holes, 2004: 309). Berdasarkan keputusan lembaga ini yang dituangkan dalam Majmū‘ah Qarārāt al-‘Ilmiyyah (Amīn,1984:175-186), metode terjemah untuk pembentukan istilah baru dalam bahasa Arab sebagai berikut: 1) sufiks ‘logy’ yang mengacu pada ilmu diterjemahkan dengan marbūṭah pada akhir kata, seperti pada istilah jiyūlūjiyyah ( )ﺟﻴﻮﻟﻮﺟﻴﺔdan istilah sūsiyūlūjiyyah ()ﺳﻮﺳﻴﻮﻟﻮﺟﻴﺔ.
22
2) huruf ‘p’ diucapkan dengan ب. 3) lebih mengutamakan susunan satu kata daripada dua kata untuk membentuk suatu istilah baru, jika tidak memungkinkan, maka langkah yang diambil adalah menggunakan terjemah langsung (harfiah). 4) terjemahan
bentuk-bentuk
penemuan,
pengukuran
dan
ilustrasi
/penggambaran. Seperti jenis penemuan, maka digunakan pola mif‘āl () ِﻣ ْﻔﻌﺎل ‘scope’, untuk pengukuran digunakan pola mif‘āl ‘ ِﻣ ْﻔﻌﻞmeter’ dan penggambaran dengan pola mif‘alah ‘ ِﻣ ْﻔ َﻌﻠَﺔgraph’. 5) terjemahan prefiks an-, a- dengan ;ﻻprefiks ‘an atau a’ yang mengacu pada makna negatif (peniadaan) diterjemahkan dengan ﻻnafiyyah murakkabah (tersusun) bersama kata yang dimaksud. Seperti istilah ‘ اﻟﻼﺟﻔﻦablepharia’ dan
‘ اﻟﻼﻣﻘﻠﺔanophthalmus’. 6) penerjemahan
prefix
‘hyper’
dengan
ﻓﺮط
contoh:
اﳊﺎﺳﻴﺔ
ﻓﺮط
‘hypersensitiveness’; sedangkan penerjemahan prefix ‘hypo’ dengan ﻫﺒﻂ contoh: ‘ َﻫْﺒﻂ اﻟﻀﻐﻂhypotension’. 7) terjemahan kata yang berakhiran ‘scope’; penerjemahan kata-kata asing yang berakhiran ‘scope’ dilihat dari maknanya. Jika memungkinkan diderivasi
23
ِ maka ditambahkan ‘ya’. Jika tidak dengan ism al-‘ālah yang berpola ﻣ ْﻔﻌﺎل, memungkinkan derivasi dengan ism al- ‘ālah dari segi makna, maka pembentukan istilah dengan ism al-‘ālah yang disifati pekerjaan dari alat tersebut. Contohnya, telescope: ﻣﻜﺸﺎف. 8) kata-kata asing yang berakhiran ‘able’ diterjemahkan dengan menggunakan bentuk fi‘l muḍāri‘ mabni lil majhūl (kata kerja pasif), dan kata benda dengan bentuk nomina deverba ṣinā‘iy. Contohnya, eatable:ﻳﺆﻛﻞ, eatability: ﻣﺄﻛﻮﻟﻴﺔ. 9) terjemahan kata berakhiran‘gen’ dengan kata ‘ ُﻣ َﻮﻟﺪةmuwallidah’, contoh: antigen:ﻣﻮﻟﺪة اﳌﻀﺎض, precipitinogen: ﻣﻮﻟﺪة اﳌﺮﺳﺐ. 10) terjemahan sufiks ‘oid’ dengan kata ﺷﺒﻪcontoh: colloid :ﺷﺒﻪ ﻏﺮاﺋﻰ, mucoid: ﺷﺒﻪ
ﳐﺎﻃﻰ, epithelioid: ﺷﺒﻪ ﻇﻬﺎرى. 11) terjemahan kata yang berakhiran ‘oid’ dihubungkan dengan alif dan nun. Kata-kata asing yang berakhiran ‘oid’ yang mengacu pada penyerupaan dan teori
yang
diterjemahkan
ke
istilah-istilah
ilmiah
dengan
cara
menguhubungkan kata-kata tersebut dengan alif dan nun. Seperti: ﻏﺮواﱏ ‘colloid’ dan ﲰﺴﻤﺎﱏ, yakni menyerupai lem dan racun. 12) terjemahan kata yang berakhiran ‘oid’, ‘form’ dan ‘like’ dihubungkan dengan alif dan nun. Menggunakan bentuk kata yang dihubungkan dengan alif dan nun untuk istilah-istilah kedokteran (Eropa), seperti ‘oid’, ‘form’ dan ‘like’.
24
13) pola kata untuk unsur-unsur kimia diterjemahkan dengan mengambil hurufhuruf Arab yang pokok (dasar), dengan tidak meninggalkan pendapat pakar yang ahli di bidang tersebut. Adapun metode ta‘rīb menurut lembaga ini (Amīn,1984: 189-195) antara lain: 1) cara pengucapan/artikulasi kosakata mu’arrab seperti yang diucapkan orang Arab; 2) jika terjadi perbedaan pendapat dalam pembentukan istilah mu‘arrab, maka diambil kata yang paling mudah pengucapannya; 3) kata-kata asing yang berakhiran ‘a’ atau ‘gie’ yang mengacu pada makna ilmu di-ta‘rib-kan dengan huruf ta di akhir kata; 4) pola untuk harakat asing pada awal nama dengan hamzah yang diberi tanda baca sesuai dengan pengucapannya, misalnya آدﻣﺰ: Adams; 5) harakat ‘a’ pada akhir nama dipadankan dengan ةatau alif mad. Seperti kata ‘America’ أﻣﺮﻳﻜﺔatau أﻣﺮﻳﻜﺎ, dan harakat ‘e’ dipadankan dengan ( هha marbuthah), seperti ﻧﻴﺘﺸﻪ:Neitzsche; 6) untuk nama-nama geografis tidak diperkenankan menggunakan ādah at- ta‘rīf (kata sandang). Seperti ﻧﻴﺠﲑbukan
اﻟﻨﻴﺠﲑ. Selain kaidah dari Majmū‘ah Qarārāt al-‘Ilmiyyah, at-Tunjī (2005: 136) menambahkan, kaidah penyerapan istilah asing ( Eropa) dalam bahasa Arab sebagai berikut: 1) jika istilah asing yang diserap dan diawali dengan huruf konsonan maka dalam bahasa Arab ditambahkan hamzah waṣl, seperti studio:
;اﺳﺘﻮدﻳﻮ2) jika istilah ilmiah maka sebagian besar diserap secara keseluruhan,
25
contoh: رادﻳﻮ،أﲤﻮﺳﻔﲑ، ;اﺗﻴﻤﻮﻟﻮﺟﻲ3) akan diganti harakah kata asing yang panjang atau sulit diucapkan seperti kata philosophy :ﻓﻠﺴﻔﺔ, arthritis: اﻟﺮﺛﻴﺔ, oxidation : ;اﻷﻛﺴﺪة4) akan dilakukan arabisasi kata asing yang aslinya dari bahasa lainnya misalnya scambiare (bahasa Italia): ;اﺳﻜﻤﺒﻴﻞ5) kata-kata asing tersebut diderivasi menjadi fi‘l atau verba seperti: ﺑﻨﺪ، ﻓﻨﺶ،ﺳﻮﻛﺮ، ;ﺗﻠﻔﻦ6) dikurangi satu huruf bahkan lebih seperti, dysentery (Inggris): ;وﻧﻄﺎرﻳﺔ7) dirubah dua kata yang tersusun menjadi satu seperti kata tramway: ;ﺗﺮام8) ditambahkan turunan dari bahasa Arab seperti ،أﻛﺎدﳝﻴﺔ
دﺑﻠﻮﻣﺎﺳﻴﺔ، ;إﻣﱪ ﻟﻴﺔ9) dirubah sedikit maknanya seperti: ﺳﻜﺮﺑﻴﻨﻴﺔyang bermakna sepatu (Italia) kemudian maknanya dirubah menjadi sepatu wanita; 10) kata-kata asing yang aslinya memiliki multi makna diarabisasi hanya memiliki satu makna seperti kata إﻛﺴﱰاdalam bahasa Arab maknanya hanya اﻟﻔﺎﺧﺮsedangkan pada bahasa sumber bermakna ﻓﺎﺋﺾ، ;إﺿﺎﰱ11) dirubah beberapa harakah seperti appartement:
;أ رﲤﺎن12) dirubah اﻟﺒﺎءmenjadi ءseperti kata pipe; 13) huruf v diucapkan ء seperti kata أﻗﻮﻛﺎﺗﻮmenjadi kata أﺑﻮﻛﺎت، ;أﺑﻮﻛﺎﺗﻮ14) huruf اﻟﺘﺎءdiucapkan dengan ط seperti kata aesthetica menjadi kata ;اﺳﻄﺎﻃﻴﻘﺎ15) huruf اﻟﺜﺎءdiucapkan dengan ء seperti kata thermometer menjadi kata ﺗﺮﻣﻮﻣﱰdan huruf اﻟﺘﺎءmenjadi ءseperti kata
26
tilos: ;ﺛﺆﻟﻮن16) huruf اﻟﺪالdiucapkan dengan ﺿﺎداseperti kata moda (Italia) menjadi
;ﻣﻮﺿﺔ17) huruf اﻟﺴﲔdiucapkan dengan ﺻﺎداseperti kata stamba (Italia) menjadi ﻣﺒﺔ ;اﺻﻄﺎ18) huruf اﻟﻜﺎفseperti kata frank menjadi ;ﻓﺮﳒﺔ19) arabisasi nama-nama unsur kimia yang berakhiran ‘ium’ dengan ;ﻳﻮمseperti: ﺑﻮ ﺳﻴﻮم، ;ﻛﺎﻟﺴﻴﻮم20) diperbolehkan derivasi kata-kata ilmiah yang baku, seperti ﻣﻜﺮ ﺑﻦ، ﻣﻬﺪرجdari kata
ﻛﺮﺑﻮن، ;ﻫﻴﺪروﺟﲔ21) kata-kata mu‘arrabah tetap seperti apa adanya, jika dijamakkan menjadi jam‘u mu’annaṡ as-sālim. Seperti: ﻛﻴﻠﻮﻣﱰات-(ﻛﻴﻠﻮﻣﱰQanibiy, 2000: 121-1). Majma‘ Kairo dalam kongresnya yang ke-26 pada tahun 1959 membuat 23 kaidah untuk memindahkan huruf dan bunyi dari bahasa Yunani dan Latin ke dalam bahasa Arab dan pada Kongres ke-30 tahun 1963 dibuat kaidah pergantian huruf konsonan. Adapun pergantian huruf-huruf konsonan dan vokalnya yaitu: Tabel 1.
Daftar Pergantian Huruf-huruf Konsonan
اﻟﻨﻄﻖ اﻟﻌﺮﰊ اﳌﻮاﻓﻖ
اﳊﺮف اﻟﻼﺗﻴﲎ اواﻹﻏﺮﻳﻘﻰ
اﻟﻨﻤﺮة
arcadia: أرﻗﺎد: ﻧﻘﻞ )ق( ﰱ اﻟﺘﺠﺮﺑﺔ اﻟﺴﺎﺑﻘﺔ ﻓﻘﺎﻟﻮا، ك،س
c
1.
ذ،د
d
2.
ف
f
3.
ج،غ
g
4.
)وﻧﻘﻞ )أ( اﻳﻀﺎﰱ اﻟﺘﺠﺮﺑﺔ اﻟﺴﺎﺑﻘﺔ،ه
h
5.
( خ ) ﻟﻴﻮ ﻧﻴﺔ، ك، ﺷﺒﺎﻷﳌﺎﻧﻴﺔ،(ﺗﺶ ) ﻹﻧﻜﻠﻴﺰﻳﺔ
ch
6.
( خ ) ﻹﺳﺒﺎﻧﻴﺔ،( ج ) ﻟﻔﺮﻧﺴﻴﺔ،(ي ) ﻷﳌﺎﻧﻴﺔ
j
7.
ﭖ
p
8.
ف
ph-ϕ
9.
27
ك
k
10.
qwintus : ﻗﻮﻧﻄﻮﺳﻔﻰ: ﻧﻘﻞ )ق( ﰱ اﻟﺘﺠﺮﺑﺔ اﻟﺴﺎﺑﻘﺔ ﻓﻘﺎﻟﻮا،ك
q
11.
titus : ﻃﻴﻄﻮﺳﻔﻰ: ﻓﻘﺎﻟﻮا، ﻧﻘﻞ )ط( ﰱ اﻟﺘﺠﺮﺑﺔ اﻟﺴﺎﺑﻘﺔ،ت
t
12.
ذ،ث
th-θ
13.
ص، ش،س
s
14.
ﭫ
v
15.
ﭫ،و
w
16.
خ، ﻛﺰ، س، ك،ﻛﺲ
x
17.
ﺗﺰ-ز
z
18.
ﯧس
ψ
19.
Tabel 2.
Daftar Pergantian Huruf-huruf Vokal
أﻣﺜﻠﺔ
اﻷﺻﻮات اﻟﻌﺮﺑﻴﺔ اﳌﻮاﻓﻘﺔ
ﻣﺴﻴﻨﻴﻮن
اﻟﻔﺘﺤﺔ
a
1.
hugo
ﻫﻮﺟﻮ،ﻫﻴﺠﻮ
و،ي
u
2.
hugo
ﺟﺐ
ﻛﺴﺮة
i
3.
laland
ﻻﻻﻧﺪ
ا
Ả
4.
louvois
ﻟﻮﻗﻮا
و
ū
5.
ascoli
أﺳﻜﻮﱃ
ي
i
6.
oxford
أﻛﺴﻔﻮرد
(و )ﺿﻤﺔ ﻣﻔﺨﻤﺔ
o
7.
voltaire
ﻓﻮﻟﺘﲑ
(ي ) ﳑﺎﻟﺔ
ei, ai
8.
nitzshe
ﻧﻴﺘﺜﺔ
(ة )ﰱ ﺎﻳﺔ اﻟﻜﻠﻤﺔ
e
9.
ﻟﻮ:
و
y
10.
اﻟﻜﻠﻤﺔ massignon
lybia
اﻷﺻﻮات اﻟﻼﺗﻴﻨﻴﺔ
Pada praktiknya, upaya untuk merealisasikan program dari lembagalembaga bahasa Arab ini sulit untuk dicanangkan, hal ini dikarenakan: 1) bahasa Arab tidak pernah benar-benar murni atau homogen. Kata asing yang berupa
28
serapan langsung selalu masuk ke dalam bahasa Arab, khususnya ketika masa ‘Abbasiyyah; 2) ketidakmampuan sistem akar kata dan pola dalam penyesuaian istilah sains modern. Kebijakan lembaga bahasa hanya berpedoman pada ulama nahwu abad pertengahan. Dengan demikian kata baru diturunkan berdasarkan prinsip derivasi analogis melalui sistem akar dan pola kata atau perluasan lingkup semantik; 3) hasil dari pembentukan kata yang baru jika tidak secara aktif digunakan dan bermakna asing maka akan sulit diterima oleh penutur bahasa Arab. Kasus ini misalnya terjadi ketika lembaga bahasa Kairo mengusulkan penggantian kata tilifūn menjadi ‘irzīz’ (suara hujan), trām ‘tram’ dengan jammāz ‘swift-footed camel’. Sebaliknya, kata-kata baru lebih mudah diterima jika diturunkan dari pola siap jadi untuk penerapan secara luas dan sistematik, baik dalam dunia sains maupun penggunaan sehari-hari, seperti kata instrumen dengan pola miCCaC, miCCaCa, dan miCCaC ‘miṣ‘ād’ elevator (berasal dari kata ṣa‘ada /ﺻﻌﺪ: memanjat), mijhār ‘mikroskop’ (berasal dari kata jahara/ ﺟﻬﺮ: ‘menjadi terlihat). Dalam kasus ini, makna baru baru lebih mudah diterima jika perluasan semantik dinilai lebih jelas bagi pengguna bahasa; 4) kurangnya penyesuaian untuk imbuhan guna menghasilkan perbendaharaan kata yang terstandar dan koheren. Imbuhan Greko-Latin seperti un-, in-, ultra-, infra-, sub-, proto-, para-, hypo-, itis-, -pathy, -graph, -scope, -ide, -ite, dan sebagainya tidak memiliki keserupaan morfologis dengan bahasa Arab. Upaya yang dilakukan adalah dengan naht, dengan menggabungkan preposisi yang berdiri bebas, yang memiliki makna serupa seperti under diserap menjadi taḥta/ ﲢﺖ,
‘infra-: fauqa/ ; ﻓﻮق5)
29
penyesuaian komponen morfem asing ke bahasa Arab bisa menjadi frase nomina yang panjang, seperti indivisibility menjadi ‘adam al-qabiliyah li at-tajzi‘ah; 6) adanya kesulitan memadankan kata ajektif relasional istilah asing ke bahasa Arab, sehingga ajektif relasional akar katanya memiliki makna berbeda, seperti psychological. Penerjemahan kata psychology dilakukan dengan memadankan kata psycho dengan nafs, dan logy dengan ‘ilm, sehingga menjadi ilmun-nafs. Sementara telah disepakati bahwa kata adjektif relasional diterjemahkan ke akhiran –( ﺋﻰiyy), seperti kanīsah ‘gereja’ menjadi kanasiy ‘gerejawi’. Adapun penerjemahan kata psychological, adjektif relasional yang berhubungan dengan akar katanya telah memiliki makna yang berbeda. Kata nafsiy, bermakna ‘spiritual, kerohanian’, sehingga pemadanan kata psychological menimbulkan ambiguitas. Ini membuat beberapa ahli sains cenderung tetap menggunakan kata serapan (Holes, 2004: 311-313). Media penyerapan istilah asing dengan menggunakan pola derivasional berdasarkan sistem pola akar kata terkendala dengan persoalan: konsistensi, kejelasan, dan keringkasan sehingga sulit untuk menyesuaikan dengan istilah sains, maka para sainstis cenderung untuk lebih pragmatis, yaitu menggunakan beragam cara naht untuk mengkonstruksi padanan dari Latin ke dalam bahasa Arab. Cara paling mudah adalah dengan penggabungan tanpa ada penyingkatan. Misalnya, barr (‘ ) ّﺑﺮdaratan’ + ‘mā’(‘) ﻣﺎءair’+akhiran relasional -iiy ( )ﺋﻰsehingga menjadi barmā’iyy (‘ )ﺑﺮﻣﺎﺋﻰamphibious’. Namun penggabungan dari asal kata yang sulit dikenali masih kurang diminati, seperti nazwarah (‘ )ﻧﺰورةdefoliation’
30
yang berasal dari penggabungan naz’ (‘ )ﻧﺰremoval’ + waraqah’ ( ‘ )ورﻗﺔdaun’, atau lebih ekstrem zahraja (‘ )زﻫﺮجdehydrogenate’ azāla (‘ )أزالremove’ + hīdrūjīn (‘ )ﻫﻴﺪروﺟﲔhydrogen’. Dalam kasus ini, baik ahli bahasa maupun ilmuwan terapan cenderung menerapkan translasi serapan menjadi frase multikata (Holes, 2004: 313-314). Ide neologisme sebagaimana yang dipaparkan oleh Holes ini senada dengan pemaparan Khalid (2003:13) bahwasanya pembentukan neologisme merupakan upaya untuk menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa yang hidup untuk mengungkapkan ide-ide dan konsep-konsep baru dengan berpegang pada qawālib lugawiyyah (linguistic molds) dan prinsip qiyās (analogi). Kekhasan neologisme bahasa Arab yaitu mengacu pada pola-pola kebahasaan yang sudah ada dalam kaidah tata bahasa Arab fusḥaḥ, yakni pola-pola isytiqāq (derivasi) dan pengembangan semantik. Khalid mencontohkan dari pengembangan semantik ini yaitu, pada kata ṭayara ( )ﻃﲑyang pada mulanya menunjuk pada ‘sesuatu yang ringan di udara, terbang dan sesuatu yang bergerak cepat’, maka dari kata ini diderivasi menjadi verba taṭāyara (‘ )ﺗﻄﺎﻳﺮterpisah-pisah, beterbangan’; verba istaṭāra ()اﺳﺘﻄﺎر, ‘terpencar’; dan taṭīr (‘ )ﺗﻄﲑmerasa pesimis, menganggap bernasib sial, mendapat naas, celaka dikarenakan sesuatu atau seseorang. Jika dikaitkan dengan kata ṭayr ‘burung’, maka ada keterkaitan dengan budaya Arab di
31
masa lampau yang selalu mengaitkan kesialan, naas dengan suara burung seperti gagak dan sejenisnya. 1.6.4
Taulīd atau Neologisme Secara bahasa taulīd berarti ‘ ﲢﺼﻴﻞ ﺷﺊ ﻣﻦ ﺷﺊmenghasilkan sesuatu dari
sesuatu’. Dalam ilmu bahasa berarti: ""ﲢﺼﻴﻞ ﻛﻠﻤﺔ ﻣﻦ ﻛﻠﻤﺔ أﺧﺮى أﺳﺒﻖ ﻣﻨﻬﺎ وﺿﻌﺎatau menghasilkan sebuah kata dari kata lain yang terlebih dahulu terbentuk (Khasārah, 2008: 97). Neologi terdiri dari 5 macam dan 15 kaidah, yaitu: 1) neologi fonetis (mencakup neologi penggantian fonem, neologi pertukaran distribusi fonem, neologi kemiripan fonem, neologi tabayun, neologi instrusi; 2) neologi morfologis (mencakup neologi derivatif, neologi coinase, neologi distribusi dan neologi leksikalisasi; 3) neologi semantis (mencakup neologi metaforis (majāz), dan neologi translasi (tarjamah); 4) neologi spontanitas mencakup neologi spontanitas hakiki dan neologi imitasi, 5) neologi penyerapan (at-taulīd bil-iqtirāḍ) yang mencakup neologi loan (ad-dakhīl) dan neologi arabisasi (at-ta‘rīb) (Murad, 1997: 163). Neologi penyerapan (at-taulīd bil-iqtirāḍ) adalah pembentukan kata baru dengan cara meminjam kosa kata asing yang dijadikan bagian dari kosakata bahasa Arab. Ada kalanya penyerapan tersebut secara utuh, baik bentuk dan maknanya, dan ada kalanya disesuaikan dengan kaidah pembentukan atau pola kata bahasa Arab (Murad, 1997: 161-162). Neologi penyerapan dibagi menjadi 2 (dua) yaitu: neologi loan (ad-dakhīl atau al-iqtirāḍ), yaitu pembentukan kata baru dengan cara meminjam kosa kata asing apa adanya tanpa merubah pola kata tersebut (Murād, 1997:162).
32
Muhammad
al-Tunjī
(2005:13)
mendefinisikan
ad-dakhīlah
sebagai
berikut: ""اﻟﺪﺧﻴﻠﺔ ﻫﻮ اﻟﻠﻔﻆ اﻷﻋﺠﻤﻰ اﻟﺬى أدﺧﻞ ﻛﻼم اﻟﻌﺮب ﻣﻦ ﻏﲑأن ﻳﺸﺘﻖ ﻣﻨﻪ ﳌﺨﺎﻟﻔﺘﻬﺎ ﻷوزان اﻟﻌﺮﺑﻴﺔ “ad-dakhīlah yaitu kata asing yang diserap ke dalam bahasa Arab tanpa diderivasi dikarenakan perbedaan pola kata dalam bahasa Arab”. Contoh istilah ﻛﻮﻣﺒﻴﻮﺗﺮ berasal dari computer (Inggris). Proses arabisasi ini disebut juga dengan transliterasi. Neologi arabisasi (at-ta‘rīb), yaitu pembentukan kata baru dengan cara meminjam kosakata asing tetapi disesuaikan dengan
pola kata bahasa Arab
(Murād, 1997: 163), sedangkan Bakalla (1983:16) mendefinisikan ta‘rīb atau arabisasi dengan memungut bahasa asing dan disesuaikan dengan pola morfologi dan fonologi Arab. Contoh: ( ﻓﻠﻢfilm) berpola ( ﻓﻌﻞfa-‘a-la) berasal dari ‘film’, ﺑﻨﻚ ‘bank’ berasal dari bahasa Inggris. Proses arabisasi ini termasuk transkripsi. Transkripsi yaitu pengubahan wicara menjadi bentuk tertulis; biasanya dengan menggambarkan tiap bunyi/fonem dengan satu lambang (Kridalaksana, 2008: 246). Dalam hal ini transkripsi diartikan sebagai proses mengubah teks dari suatu ejaan ke ejaan lain dengan cara mengikuti lafal bunyi. Proses penyerapan melalui cara ini mengalami penyesuaian pelafalan. Ta‘rīb semacam ini disebut juga at-ta‘rīb al-lafdzī. Contohnya وﻳﺐberasal dari istilah‘web’.
33
1.6.5
Kaidah Fonotaktik dan Pola Bunyi Bahasa Arab Menurut Kridalaksana (2008:65) fonotaktik merupakan urutan fonem
yang dimungkinkan dalam suatu bahasa atau pendeskripsian tentang urutan tersebut. Pada fonotaktik bahasa Arab, semua suku kata dimulai dengan konsonan. Untuk tekanan, bahasa Arab memilki vokal panjang yang diikuti dengan suatu konsonan. Vokal tersebut diucapkan lebih keras daripada vokal lainnya. Jika tidak, maka vokal pertama dari kata tersebut yang ditekan. Jika berupa vokal pendek yang diikuti oleh 2 konsonan maka vokal tersebut mendapat tekanan (Abbound, 1996:4). Pembagian suku katanya menurut Holes (1995:49) terdiri dari suku kata terbuka (berakhiran dengan vokal) dan suku kata tertutup (yang berakhiran dengan konsonan). Bahasa Arab mempunyai pola suku kata terbuka KV atau KV; sementara suku kata tertutup KVK, KV:K, KVKK, atau KV:KK). Dalam bahasa lisan, suku kata bahasa Arab hanya KV, KV; dan KVK ( Hidayatullah, 2012: 49). Untuk urutan fonem pada setiap kata atau istilah, bahasa Arab memiliki kaidah, sebagaimana yang dipaparkan oleh Khasasarah (2008: 298) dalam tabel berikut ini: Tabel 3.
Kaidah Fonotaktik bahasa Arab
No
Huruf
Tidak disatukan dalam satu kata dengan huruf-huruf berikut (baik diletakkan di awal maupun di akhir kata)
1
ث
س
ظ
ض
ص
ز
ذ
2
ذ
س
ض
ص
ظ
ط
ز
3
ز
س
ظ
ص
ذ
ث
س
4
ص
ض
س
ظ
ط
ز
ذ
34
5
ض
ش
س
ظ
ط
ص
ذ
6
ظ
س
ج
ص
ط
ز
ض
7
خ
غ
ع
ح
غ
8
ح
غ
خ
-
-
9
ج
غ
ظ
ط
ق
10
غ
ع
خ
ح
ج
11
ث
ز
ذ
ص
ض
ظ
س
ذ
د
Keterangan: 1. huruf ثtidak dapat disatukan dalam satu kata dengan huruf س, ظ, ض, ص, ز dan ذ, baik diletakkan di awal maupun di akhir kata.
2. huruf ذtidak dapat disatukan dalam satu kata dengan huruf س,ص ض, ,ظ, ط,dan
ز, baik diletakkan di awal maupun di akhir kata.
3. huruf زtidak dapat disatukan dalam satu kata dengan huruf س, ظ, ص, ذdan ث baik diletakkan di awal maupun di akhir kata. 4. huruf صtidak dapat disatukan dalam satu kata dengan huruf ض, س, ظ, ط, زdan
ذ, baik diletakkan di awal maupun di akhir kata. 5. huruf ضtidak dapat disatukan dalam satu kata dengan huruf ش, س, ظ, ط, ص, dan ذ, baik diletakkan di awal maupun di akhir kata.
6. huruf ظtidak dapat disatukan dalam satu kata dengan huruf س, ج, ص, ط, ز,
ض, ذdan د, baik diletakkan di awal maupun di akhir kata.
7. huruf خtidak dapat disatukan dalam satu kata dengan huruf غ, ع, حdan غ, baik diletakkan di awal maupun di akhir kata. 8. huruf حtidak dapat disatukan dalam satu kata dengan huruf غdan خ, baik diletakkan di awal maupun di akhir kata. 9. huruf جtidak dapat disatukan dalam satu kata dengan huruf غ, ظ, طdanق, baik diletakkan di awal maupun di akhir kata.
35
10. huruf غtidak dapat disatukan dalam satu kata dengan huruf ع, خ, حdan ج, baik diletakkan di awal maupun di akhir kata. 11. huruf ثtidak dapat disatukan dalam satu kata dengan huruf س, ز, ذ, ص, ض, ظ dan س, baik diletakkan di awal maupun di akhir kata.
Pada pola bunyi, bahasa Arab memiliki 6 ketentuan untuk menentukan ringan atau beratnya pengucapan. Adapun ketentuan pola bunyi sebagaimana yang dipaparkan oleh Khasārah (2008: 291) sebagai berikut: 1) keberagaman huruf dalam suatu kata. Khalil Ibnu Ahmad mengatakan dalam nomina atau verba bahasa Arab terdapat paling banyak 5 huruf meskipun terdapat tambahan dari 5 huruf tersebut. Contohnya, اﻟﻌﻨﻜﺒﻮتasal katanya adalah ;ﻋﻨﻜﺐ2) kesesuaian hurufnya. Syarat fasihnya kosakata bahasa Arab dinilai dari huruf-hurufnya yang beragam. Hal yang penting dari kesesuaian huruf yaitu adanya jarak yang jauh antara tempat artikulasi huruf yang satu dengan yang lainnya dalam suatu kata. Seperti tempat artikulasi antara huruf غdan خ, huruf قdan ك, huruf تdan ض، ص, huruf وdan kasrah sebelumnya, huruf ىdan ḍammah sebelumnya.; 3) keselarasan harakat. Ketidakselarasan harakat dapat terjadi antara harakat dengan harakat dan antara harakat denga huruf vokal. Ketidakselarasan antar harakat antara lain: a) ḍammah sebelum waw pada nomina. Al-Mulukī berpendapat bahwa nomina yang diakhiri dengan waw dan ḍammah sebelumnya, tidak terdapat dalam kosakata bahasa Arab kecuali pada
ِ diganti menjadi َاﻟﱠﺮ.,b) dua harakat yang saling verba ﻳﺪﻋﻮ, maka kata اﻟﺮﺑﻮ ّ
36
berlawanan yaitu kasrah dan dhammah. Oleh karena itu tidak terdapat perpindahan dari kasrah ke ḍammah karena pengucapannya berat dalam bahasa
ِ ِ Arab, maka dari itu ditiadakanlah pola kata ﻞ َ ( ﻓ ُﻌfi‘ula). Contoh: زﺋﱪ. Perpindahan dari ḍammah ke kasrah itu lebih ringan dibandingkan dengan sebelumnya, tetapi hal tersebut tidak terdapat dalam nomina tapi adanya pada verba, c) kasrah sebelum waw sukun dan ḍammah sebelum ya sukun; 4) tidak mengumpulkan 4 huruf berharakat semua. Jikalau ada, maka hendaknya di-sukun-kan salah satunya. Ibnu Khaluwiyah menyebutkan dalam bahasa Arab tidak ada nomina berpola ﻞ ٌ َﻓَـ َﻌﻠ kecuali pada kata ﻋﺮﺗﻦ. Selain itu, hal yang memberatkan bagi lidah orang Arab yaitu jika harakatnya banyak kasrah atau ḍammah contoh: أ ُْوُﻣﺮatau أ ُْوُﻛ ْﻞtapi jika banyak fathah tidaklah memberatkan. Contoh: ﻞ َ َ ; َﲨ5) melarang bertemunya dua sukun dalam satu kata, salah satu kekhasan bahasa Arab yaitu tidak mempertemukan dua sukun maka untuk mengatasinya diberikan harakah ghairu lāzimah meskipun pada dua kata contoh: ;ﻗُِﻢ اﻟﱠ ْﻠﻴﻞ6) diawali dengan huruf yang berharakat dan diakhiri dengan sukun. 1.6.6
Teori Perubahan Bunyi Menurut Sloat, istilah perubahan bunyi disebut dengan natural processes
(proses alamiah). Natural processes terbagi menjadi dua bagian besar, yaitu assimilatory processes dan nonassimilatory processes. Adapun tipe-tipe perubahan bunyi menurut Sloat (1978: 112-121) sebagai berikut: 1. assimilatory
37
processes: perubahan bunyi yang paling sering terjadi adalah pengasimilasian suatu bunyi dengan bunyi lain. Asimilasi adalah proses alamiah yang paling sering terjadi. Berikut ini adalah bermacam-macam tipe asimilasi: a) nasalization (nasalisasi); b) nasal assimilation (asimilasi nasal); c) palatalization (patalisasi); d) assibilation; e) intervocalic voicing; f) intervocalic weakening; g) vowel assimilation; h) umlaut. 2. nonassimilatory processes: ada beberapa proses perubahan bunyi yang terjadi bukan karena proses asimilasi. Macam tipe perubahan nonasimilasi yang biasa terjadi yaitu: a) rhotacism (rotasi); breaking; c) vowel reduction
(reduksi vokal);
d) apocope;
b)
e) syncope; f)
prothesis; g) epenthesis; h) metathesis; i) dissimilation. Berbeda dengan Sloat, Crowley (1992: 38-58) mengklasifikasikan tipe perubahan bunyi sebagai berikut: 1) lenition and fortition yang terdiri dari aphresis, apocope, syncope, cluster reduction, haplology; 2) sound addition: excrescence, epenthesis, prothesis; 3) metathesis; 4) fusion; 5) unpacking; 6) vowel breaking); 7) asimilation; 8) dissimilation; 9) abnormal sound change. 1.6.7
Sistem Kebahasaan Bahasa Inggris dan Bahasa Arab Uraian vokal dan konsonan bahasa Inggris dan bahasa Arab berikut ini
bersumber dari IPA (The International Phonetic Alphabet), Nasution (2010: 65) dan Marsono (1999:63). 1.6.7.1 Vokal Bahasa Inggris Vokal merupakan bunyi bersuara yang terjadi karena penerobosan terhadap klep pita suara melalui tekanan, sedangkan dalam pembentukannya udara yang datang dari paru-paru tidak mendapat hambatan dari kerongkongan
38
dan rongga mulut serta tidak mendapatkan penyempitan di saluran udara yang mengakibatkan adanya geseran (Nasution, 2010: 65). Vokal dapat diklasifikasikan berdasarkan dari posisi dan gerak lidah, bentuk bibir, artikulator yang bergerak maupun jumlah vokal. Berdasarkan posisi lidah, vokal dibagi menjadi vokal tinggi, tengah dan rendah. Jika dilihat dari gerak lidah, vokal dikategorikan menjadi depan, tengah dan belakang. Jika dilihat dari bentuk bibir, vokal dikategorikan menjadi vokal bulat, netral dan tak bulat. Sementara dari jumlah vokal dikelompokkan menjadi vokal tunggal (monoftong) dan rangkap (diftong). 1.6.7.1.1 Vokal Tunggal (Monoftong) Bunyi vokal tunggal terbentuk dengan kualitas alat bicara (lidah) tidak berubah dari awal hingga akhir artikulasinya dalam sebuah suku kata. Berdasarkan posisi alat ucap dan bentuk rongga mulut yang dibentuk oleh alat ucap (lidah dan bibir), maka bunyi vokal diurutkan seperti berikut ini: 1.6.7.1.2 Vokal Depan Bunyi vokal yang terjadi karena posisi lidah berada di depan adalah sebagai berikut:
1. Bunyi [i] merupakan bunyi yang dihasilkan dengan posisi lidah berada di depan dan di atas (tinggi) dengan bibir tertutup (tidak bulat). Contoh seperti kata: see, heat.
39
2. Bunyi [ɪ] merupakan bunyi yang dihasilkan dengan posisi lidah berada di depan dan tinggi bawah dengan posisi bibir semi tertutup. Seperti dalam pengucapan kata: hit, sitting.
3. Bunyi [e] merupakan bunyi yang dihasilkan dengan posisi lidah berada di depan dan madya atas dengan posisi bibir semi tertutup. Seperti dalam pengucapan kata: met, bed.
4. Bunyi [ɛ] merupakan bunyi yang dihasilkan dengan posisi lidah berada di depan dan madya dengan posisi bibir semi terbuka. Contoh kata: fell, get, led
5. Bunyi [æ] merupakan bunyi yang dihasilkan dengan posisi lidah berada di depan dan rendah dengan posisi bibir semi terbuka. Contoh kata: cat, black 1.6.7.1.3 Vokal Tengah Hanya satu vokal yang dihasilkan ketika posisi lidah berada di tengah, yakni bunyi vokal ə, vokal ini terjadi karena posisi lidah berada di tengah dan madya atas dengan bentuk bibir semi tertutup. Seperti pada kata: away, cinema. 1.6.7.1.4 Vokal Belakang Beberapa vokal yang dihasilkan dengan posisi lidah berada di belakang adalah sebagai berikut: 1. Bunyi [u] merupakan bunyi yang dihasilkan dengan posisi lidah berada di belakang dan atas sedangkan posisi bibir tertutup supra segmental. Contoh: blue, food.
40
2. Bunyi [ʊ] merupakan bunyi yang dihasilkan dengan posisi lidah berada di belakang dan tinggi bawah dengan posisi bibir semi tertutup. Seperti kata : put, could. 3. Bunyi [ʌ] merupakan bunyi yang dihasilkan dengan posisi lidah berada di belakang dan madya bawah dengan posisi bibir semi terbuka. Contoh: cup, luck. 4. Bunyi [ɔ] merupakan bunyi yang dihasilkan dengan posisi lidah berada di belakang dan madya bawah dengan posisi bibir semi terbuka. Misal: blue, food . 5. Bunyi [ɑ] merupakan bunyi yang dihasilkan dengan posisi lidah berada di belakang dan bawah dengan posisi bibir terbuka. Contoh pada kata: arm, father. 6. Bunyi [ɒ] merupakan bunyi yang dihasilkan dengan posisi lidah berada di belakang dan bawah dengan posisi bibir terbuka. Seperti pada kata: hot, rock 1.6.7.2 Vokal Rangkap (Diftong) Diftong dihasilkan ketika pengucapan vokal, posisi lidah yang satu dengan yang lain saling berbeda, baik tinggi rendahnya lidah, bagian lidah yang bergerak maupun jarak lidah dengan langit-langit (Kridalaksana, 2008: 49). Berdasarkan kondisi tersebut, maka diftong dikelompokkan menjadi diftong naik dan turun. 1.6.7.2.1 Diftong Naik Diftong naik dihasilkan jika vokal yang kedua diucapkan dengan posisi lidah lebih tinggi dari yang pertama. Berikut adalah difong naik dalam bahasa Inggris:
41
1. Bunyi [aɪ] adalah diftong naik-menutup-maju. Contoh: five, eye 2. Bunyi [ɔɪ] adalah diftong naik-menutup-maju. Contoh: boy, join 3. Bunyi [oʊ] merupakan diftong naik-menutup-maju. Contoh: go, home 4. Bunyi [eɪ] merupakan diftong naik-menutup-mundur. Misal: say, eight 5. Bunyi [aʊ] adalah diftong naik-menutup-mundur. Contoh now, out 6. Bunyi [ɔə] merupakan diftong naik-menutup-memusat. Contoh: more, floor 7. Bunyi [ɛə] merupakan diftong naik-menutup-memusat. Contoh kata there. 1.6.7.2.2 Diftong Turun Sedangkan diftong turun dihasilkan jika vokal yang kedua diucapkan dengan posisi lidah lebih rendah dari yang pertama. Dalam bahasa Inggris terdapat 2 diftong turun, yakni: 1.
Bunyi [ɪəʳ] adalah diftong turun-membuka-memusat. Contoh: near, here.
2.
Bunyi [ʊəʳ] merupakan diftong turun-membuka-memusat. Contoh: pure, tourist.
1.6.7.3 Konsonan Bahasa Inggris Konsonan adalah bunyi yang dihasilkan jika aliran udara yang keluar dari paru-paru mengalami hambatan, atau terjadinya hambatan arus udara pada sebagian alat bicara. Secara praktis, konsonan dibedakan menurut: 1) cara hambat (proses artikulasi); 2) tempat hambatan; 3) hubungan posisional antar penghambat (artikulator aktif dan pasif); 4) bergetar tidaknya pita suara. Berikut adalah uraian konsonan yang diklasifikasikan berdasarkan proses artikulasinya:
42
1.6.7.3.1 Konsonan Letup (Stop, Plosives) Konsonan letup adalah bunyi yang terjadi dengan hambatan penuh arus udara yang kemudian dilepaskan secara tiba-tiba (meletup). Berikut konsonan yang dihasilkan melalui proses ini: 1. Bunyi [p, b] merupakan konsonan yang diartikulasikan dengan menghambat aliran udara yang keluar melalui kedua bibir, dengan artikulator aktif bibir bawah, sedangkan yang pasif adalah bibir atas. Karena artikulator kedua konsonan ini adalah 2 bibir, maka keduanya termasuk konsonan bilabial. Perbedaannya di antara konsonan tersebut yakni [p] sebagai konsonan keras tak bersuara, sedangkan [b] konsonan lunak bersuara. Seperti pada kata: bad, lab, pet, map. 2. Bunyi [d, t] merupakan konsonan yang disebut konsonan hambat letup apikodental. Konsonan ini terjadi karena artikulator aktifnya ujung lidah, dan artikulaotr pasifnya gigi atas. Seperti pada kata: did, lady, tea, getting. 3. Bunyi [g, k] merupakan konsonan yang konsonan hambat letup dorsovelar. Disebut demikian karena karena artikulator aktifnya pangkal lidah, dan artikulator pasifnya langit-langit. Contoh pada kata: give, flag cat, back. 1.6.7.3.2 Konsonan Geseran (Fricative) Konsonan ini dibentuk dengan menyempitkan jalan arus udara yang dihembuskan dari paru-paru, sehingga jalan udara terhalang dan keluar dengan cara bergeser. Berikut ini bunyi konsonan yang dihasilkan melalui proses tersebut:
43
1. Bunyi [f, v] merupakan konsonan geseran labiodental, di mana artikulator aktifnya bibir bawah dan artikulator pasifnya gigi atas. 2. Bunyi [h] merupakan konsonan glottal, geseran laringal. Artikulatornya adalah sepasang pita suara dan glotis dalam keadaan terbuka. 3. Bunyi [s, z] adalah konsonan lamino-alveolar. Konsonan ini terjadi apabila artikulator aktifnya daun lidah dan ujung lidah dengan artikulator pasifnya gusi. 4. Bunyi [ʃ] dihasilkan oleh ujung lidah sebagai artikulator aktif sedangkan yang pasif adalah gusi bagian belakang, dengan menghasilkan bunyi geseran apiko prepalatal keras tak bersuara lebih panjang hambatannya. Seperti kata: she, crash. 5. Bunyi [, ð] merupakan konsonan dental atau apicodental ini terjadi bila penghambat artikulator aktifnya ialah ujung lidah, sedangkan artikulator pasifnya gigi atas (Marsono, 1999: 63 ). Contoh: think, they. 6. Bunyi [ʒ] merupakan konsonan post alveolar artikulator aktifnya ujung lidah dan yang pasif adalah gusi bagian belakang. Contoh: pleasure, vision 1.6.7.3.3 Konsonan Paduan (Affricate) Konsonan paduan merupakan konsonan hambat jenis khusus yang dihasilkan oleh ujung lidah dan gusi belakang, sehingga menghasilkan bunyi [dʒ]. Contoh pada kata: just, large.
44
1.6.7.3.4 Konsonan Sengau (Nasal) Konsonan ini diproses dengan penutupan rapat jalur udara dari paru-paru melalui rongga hidung. Sedangkan langit-langit lunak bersama anak tekaknya diturunkan sehingga udara keluar melalui rongga hidung. Berikut ini bunyi konsonan yang diproses dengan tahapan tersebut: 1. Bunyi [m] merupakan konsonan nasal bilabial, di mana artikulatornya adalah dua bibir, bibir bawah berfungsi sebagai yang aktif, dan yang pasif adalah bibir atas. 2. Bunyi [n] adalah konsonan nasal apiko-alveolar. Konsonan ini terjadi jika artikulator yang aktif adalah ujung lidah, sedangkan yang pasifnya adalah gusi. 3. Bunyi [Ŋ] merupakan konsonan nasal medio-palatal. Dihasilkan oleh artikulator aktif tengah lidah dan yang pasifnya adalah langit-langit keras. 1.6.7.3.5 Konsonan Getar (Trill) Konsonan ini terjadi dengan menghambat jalan arus udara yang dihembuskan dari paru-paru secara berulang-ulang dan cepat. Berdasarkan tempat artikulasinya konsonan tersebut dinamai konsonan getar apiko alveolar, di mana artikulator aktif yang menyebabkan proses menggetar adalah ujung lidah, sedangkan artikulator pasifnya gusi. Sehingga bunyi yang dihasilkan adalah [r].
45
1.6.7.3.6 Konsonan Sampingan (Lateral) Konsonan ini dibentuk dengan arus udara di tengah rongga mulut, sehingga udara keluar melalui kedua samping atau salah satunya. Tempat artikulasinya ujung lidah dan gusi, sehingga menghasilkan bunyi [l]. 1.6.7.3.7 Konsonan Hampiran (Approximant) Konsonan hampiran terjadi karena hubungan antar penghambat dalam pengucapannya renggang lebar. Dengan demikian bunyi yang dihasilkan dengan kondisi adalah: 1. Bunyi [j] merupakan konsonan hampiran medio-palatal, karena artikulator aktifnya tengah dan artikulator pasifnya langit-langit keras. 2. Bunyi [w] merupakan konsonan hampiran bilabial, yang artikulator aktifnya bibir bawah dan artikulator pasifnya bibir atas. 1.6.7.4 Vokal Bahasa Arab Sebagaimana vokal dalam bahasa Inggris, di mana bunyi yang dihasilkan tanpa adanya hambatan pada alat bicara, demikian juga halnya bahasa Arab. Akan tetapi vokal dalam bahasa Arab relatif sedikti jika dibandingkan dengan bahasa Inggris. 1.6.7.4.1 Monoftong Monoftong adalah bunyi vokal yang dihasilkan tanpa gerakan lidah (Kridalaksana, 2008: 157). Adapun bunyi yang dimaksud dalam bahasa Arab adalah : [a],[a:], [i], [i:], u, [u:]. Berdasarkan posisi gerakan lidah, vokal tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
46
1.6.7.4.1.1 Vokal Depan 1. Bunyi [I] merupakan bunyi yang dihasilkan dengan posisi lidah berada di depan dan di atas (tinggi) dengan bibir tertutup . Contoh ﻳَ ِﺴْﻴـٌﺮ 2. Bunyi [ɪ] merupakan bunyi yang dihasilkan dengan posisi lidah berada di depan dan tinggi bawah dengan posisi bibir semi tertutup. Seperti pengucapan
ِ ِﻣﺎَ ﻟ kata: ﻚ 3. Bunyi [a] merupakan vokal yang dibuat dengan bagian terendah dari lidah pada posisi sedang di rongga mulut. Contoh ﻓَـﺘَﺢ 4. Bunyi [a:] merupakan vokal depan, bawah, terbuka panjang. Contoh: ﻓﺎﺗﺢ 1.6.7.3.1.2 Vokal Belakang 1. Bunyi [u:] merupakan bunyi yang dihasilkan oleh bagian tertinggi dari lidah pada posisi belakang di rongga mulut, tak bulat panjang. Contoh ﻳـَ ُﻘ ْﻮُم 2. Bunyi [u] merupakan bunyi yang dihasilkan oleh bagian teringgi dari lidah pada posisi belakang di rongga mulut, tak bulat. Contoh ﺴ َﻦ ُ َﺣ 1.6.7.4.2 Diftong Pada bahasa Arab diftong terbentuk dari dua konsonan yang terdekat bunyinya, ‘ ’يuntuk ai dan ‘ ’وuntuk au.
47
1.6.7.4.2.1 Diftong Naik Diftong [aɪ] adalah diftong naik-menutup-maju, yang dilambangkan dalam bahasa Arab dengan ي+ﻓﺘﺤﺔ. Pada saat diucapkan, vokal suku kata /a/ dihasilkan mendekati kata /i/, pergerakan dari vokal suku kata yang membuat bunyi semi vokal ke atas dan di depan bunyinya.Contoh: ﲔ ٌْ َﻋ 1.6.7.4.2.2 Diftong Turun Diftong [au] disebut diftong menurun, maksudnya bahwa ketika diftong terdapat vokal suku kata /a/ di ucapkan mendekati /u/, pergerakan vokal suku kata menuju yang bukan suku kata membuat sebuah semi vokal berakhir ke atas dan di belakang bunyinya. Contoh: ﻗَـ ْﻮٌم 1.6.7.5 Konsonan Bahasa Arab Konsonan adalah bunyi yang dihasilkan jika aliran udara yang keluar dari paru-paru mengalami hambatan, atau terjadinya hambatan arus udara pada sebagian alat bicara. Secara praktis, konsonan dibedakan menurut: 1) cara hambat (proses artikulasi); 2) tempat hambatan; 3) hubungan posisional antar penghambat (artikulator aktif dan pasif); 4) bergetar tidaknya pita suara. Berikut adalah uraian konsonan yang diklasifikasikan berdasarkan proses artikulasinya, sebagai berikut: 1.6.7.5.1 Konsonan Letup (Stop, Plosives) Konsonan letup adalah bunyi yang terjadi dengan hambatan penuh arus udara yang kemudian dilepaskan secara tiba-tiba (meletup). Berikut konsonan yang dihasilkan melalui proses ini dalam bahasa Arab:
48
1. Konsonan [b] dilambangkan dalam bahasa Arab dengan ٌ َْء, diartikulasikan dengan menghambat aliran udara yang keluar melalui kedua bibir, dengan artikulator aktif bibir bawah, sedangkan yang pasif adalah bibir atas. Karena artikulator konsonan ini adalah 2 bibir, maka termasuk konsonan bilabial.
ِ Seperti pada kata: ﺎب ٌ َﻛﺘ. 2. Konsonan [d, t] dilambangkan dalam bahasa Arab داْ ٌل, َ ٌ َْء, yang diartikulasikan melalui proses ujung lidah menyentuh gigi atas, maka ujung lidah menjadi artikulator aktif, sedangkan gigi atas sebagai artikulator pasif. Seperti pada kata: ﺴ ِﺠ ٌﺪ َ َ ﻫْﻴـ َﻬﺎت. ْ ﻣ, 3. Konsonan [k] dilambangkan dalam bahasa Arab ف ٌ ْ َﻛﺎ, konsonan ini disebut konsonan hambat letup dorsovelar. Disebut demikian karena karena artikulator aktifnya pangkal lidah, dan artikulator pasifnya langit-langit. Contoh pada kata: ﻒ َ َﻛْﻴ 4. Konsonan [ʔ]merupakan konsonan yang terjadi dengan menekan rapat yang satu terhadap yang lain pada seluruh pita suara, langit-langit lunak dan anak tekak ditekan ke atas sehingga arus udara terhambat beberapa saat. Konsonan ini dalam bahasa Arab dilambangkan dengan ﳘﺰة. Contoh kata: ﻒ ٌ ْأَﻧ
49
5. Konsonan [d̪ˁ] merupakan konsonan yang dibentuk oleh ujung lidah sebagai artikulator aktif, sedangkan langit-langit atas menjadi artikulator pasif, yang
ِ dalam bahasa Arab dilambangkan ﺿﺎْ ٌد. َ Contoh:َرﺿﻲ َ
6. Konsonan [t̪ ˁ] dalam bahasa Arab dilambangkan dengan ٌﻃَﺎْء, dihasilkan dengan cara ujung lidah sebagai artikulator aktif, menyentuh langit-langit atas yang menjadi artikulator pasif. Contoh: ﺎم ٌ ﻃَ َﻌ 7. Konsonan [q] merupakan konsonan plosive uvular yang dalam bahasa Arab
ف ٌ ْﻗَﺎ, dihasilkan oleh pangkal lidah dan langit-langit lunak. Contoh: َرﻗْ ٌﻢ 1.6.7.5.2 Konsonan Geseran (Fricative) 1. Konsonan [f] labiodental dilambangkan dalam bahasa Arab dengan ﻓَﺎْء, dihasilkan dengan cara bibir bawah menyentuh gigi atas. Seperti pada kata: ٌﻓِ ْﻘﻪ 2. Konsonan [h] glotal dilambangkan dalam bahasa Arab dengan ٌﻫﺎْء, َ dihasilkan dengan cara arus udara keluar melalui jalur sempit yang diikuti dengan suara mendesis. Contoh pada kata:ﻧـَ ْﻬٌﺮ
ِ 3. Konsonan [s] alveolar dilambangkan dalam bahasa Arab dengan ﲔ ٌْ ﺳ, dihasilkan oleh apabila artikulator aktifnya daun lidah dan ujung lidah dengan artikulator pasifnya gusi. Misal kata: س ٌ َد ْر
50
ِ 4. Konsonan [ʃ] post-alveolar dilambangkan dalam bahasa Arab dengan ﲔ ٌْ ﺷ, dihasilkan oleh ujung lidah sebagai artikulator aktif sedangkan yang pasif adalah gusi bagian belakang, dengan menghasilkan bunyi geseran apiko prepalatal keras tak bersuara lebih panjang hambatannya. Seperti kata: ﺶ ٌ ْﺑَﻄ 5. Konsonan [θ] dental dilambangkan dalam bahasa Arab dengan ٌ َْء, konsonan dental ini terjadi bila penghambat artikulator aktifnya ialah ujung lidah, sedangkan artikulator pasifnya gigi atas (Marsono, 1999: 63). Misal kata: ﺐ ٌ َﺛـَ ْﻌﻠ 6. Konsonan [ð] labiodental dilambangkan dalam bahasa Arab dengan ذَاْ ٌل, konsonan ini terjadi bila penghambat artikulator aktifnya ialah ujung lidah, sedangkan artikulator pasifnya gigi atas. Seperti pada kata: ﻧـَ َﻘ َﺬ 7. Konsonan [z] alveolar dilambangkan dalam bahasa Arab dengan زﻳْ ٌﻦ, َ apabila artikulator aktifnya daun lidah dan ujung lidah dengan artikulator pasifnya gusi. Seperti pada kata: ع َ َزَر 8. Konsonan [ħ] pharyngeal dilambangkan dalam bahasa Arab dengan ٌﺣﺎْء, َ dihasilkan dengan cara sepasang pita suara dan glotis dalam keadaan terbuka. Seperti pada kata: ﺣ ِﺪﻳْ ٌﺪ َ
51
9. Konsonan [x] velar dilambangkan dalam bahasa Arab dengan ٌﺧﺎء, َ dihasilkan dengan cara sepasang pita suara dan glotis dalam keadaan terbuka. Seperti pada kata:ﺺ ٌ َﺷ ْﺨ 10. Konsonan [sˁ] emphatic alveolar dilambangkan dalam bahasa Arab dengan
ﺻﺎْ ٌد, َ dihasilkan oleh ujung lidah sebagai artikulator aktif sedangkan yang pasif adalah gusi bagian belakang. Contoh kata: ٌﺻﻼَة َ 11. Konsonan ðˁ emphatic alveolar dilambangkan dalam bahasa Arab dengan ٌﻇَﺎْء, dihasilkan dihasilkan oleh ujung lidah sebagai artikulator aktif sedangkan yang pasif adalah gusi bagian belakang. Seperti pada kata:ﻆ ٌ ﻟَ ْﻔ 12. Konsonan [ʕ] emphatic alveolar dilambangkan dalam bahasa Arab dengan ﲔ ٌْ ﻋ, َ dihasilkan dengan cara sepasang pita suara dan glotis dalam keadaan terbuka. Seperti pada kata:َﻋْﻨ َﻜﺒﻮت 13. Konsonan [ɣ] emphatic alveolar dilambangkan dalam bahasa Arab dengan ﲔ ٌْ َﻏ, dihasilkan dihasilkan dengan cara sepasang pita suara dan glotis dalam keadaan terbuka. Seperti pada kata: َﻏ َﻔَﺮ
52
1.6.7.5.3 Konsonan Paduan (Affricate) Konsonan paduan merupakan konsonan hambat jenis khusus yang dihasilkan oleh ujung lidah dan gusi belakang, sehingga menghasilkan bunyi [dʒ].
ِ Dalam bahasa Arab, konsonan ini dilambangkan dalam bahasa Arab dengan ﺟْﻴ ٌﻢ. Seperti pada kata: ِﺟ ْﻠ ٌﺪ 1.6.7.5.4 Konsonan Sengau (Nasal)
ِ 1. Konsonan [m] bilabial dilambangkan dalam bahasa Arab dengan ﻣْﻴ ٌﻢ, dihasilkan dengan proses keluarnya udara tidak melalui mulut, karena kedua bibir dikatupkan, sehingga udara keluar dari hidung yang menghasilkan bunyi [m]. Contoh: ﻗَـﻠَ ٌﻢ 2. Konsonan [n] alveolar dilambangkan dalam bahasa Arab dengan ﻧـُ ْﻮ ٌن, diproduksi oleh artikulator yang aktif ujung lidah, sedangkan yang pasifnya adalah gusi. Misal : ﻧَﻮى
1.6.7.5.5 Konsonan Getar (Trill) Konsonan ini terjadi dengan menghambat jalan arus udara yang dihembuskan dari paru-paru secara berulang-ulang dan cepat. Berdasarkan tempat artikulasinya konsonan tersebut dinamai konsonan getar apiko alveolar, di mana artikulator aktif yang menyebabkan proses menggetar adalah ujung lidah,
53
sedangkan artikulator pasifnya gusi. Sehingga bunyi yang dihasilkan adalah [r].
ِ konsonan ini dilambangkan dalam bahasa Arab dengan ٌراْء, َ contoh:رْز ٌق 1.6.7.5.6 Konsonan Sampingan (Lateral) Konsonan ini dibentuk dengan arus udara di tengah rongga mulut, sehingga udara keluar melalui kedua samping atau salah satunya. Tempat artikulasinya ujung lidah dan gusi, sehingga menghasilkan bunyi [l]. Konsonan [l] dilambangkan dalam bahasa Arab dengan ﻻم, ٌ contoh: ﻟَْﻴ ٌﻞ 1.6.7.5.7 Konsonan Hampiran (Approximant) Konsonan hampiran terjadi karena hubungan antar penghambat dalam pengucapannya renggang lebar. Dengan demikian bunyi yang dihasilkan dengan kondisi adalah: 1. Bunyi [j] merupakan konsonan hampiran medio-palatal, karena artikulator aktifnya tengah dan artikulator pasifnya langit-langit keras. Dalam bahasa Arab dilambangkan dengan ي, contoh:ﻳَ ٌﺪ 2. Bunyi [w] merupakan konsonan hampiran bilabial, yang artikulator aktifnya bibir bawah dan artikulator pasifnya bibir atas. 1.6.8
Teori Bahasa dan Budaya Bahasa berhubungan erat dengan budaya. Makuleel (2003: 9) menyatakan
tentang budaya bahwa: it has been no comment for the statement that language is culture based. Penjelasannya tentang budaya dalam arti luas yaitu orang-orang
54
melakukan aktivitas, berfikir, dan mempercayai sesuatu sebagaimana karakteristik dan segala sesuatu yang ada dikelompok mereka. Sedangkan secara sempit, budaya merupakan produk masyarakat yang meliputi kebiasan, kepercayaan, bahasa dan segala sesuatu yang ada secara turun temurun. Oleh karena itu, bahasa tidak bisa dipisahkan dari budaya. Bahasa mencerminkan budaya. Begitulah teori yang disampaikan WhorfSapir, yang merupakan dua tokoh linguis Amerika. Hubungan guru dan murid tersebut melahirkan gagasan yang memperkaya dunia lingusitik setelah pengamatan panjang mereka terhadap bahasa-bahasa orang Indian. Mereka kemudian menyatakan bahwa sejarah antara bahasa dan budaya memiliki garis yang paralel, bahkan dikatakan bahasa tidak hanya menentukan budaya akan tetapi juga menentukan cara dan jalan pikiran manusia (Chaer, 1995:219). Thomas (2007: 248-321) memaparkan hubungan bahasa dan budaya antara lain: 1) identitas budaya sering kali tertumpu pada bahasa yang digunakan. Sebagai contoh: upaya untuk mempertahankan sebuah sebuah bahasa minoritas di tengah-tengah budaya lain yang menjadi mayoritas (seperti penggunaan bahasa Spanyol di AS, bahasa Gujarati di Inggris) sering kali terkait erat dengan keinginan untuk mempertahankan nilai-nilai dan identitas budaya yang unik dari para penuturnya. Matinya sebuah bahasa sering kali dikaitkan dengan matinya identitas budaya; 2) variasi berbahasa dapat memainkan peran dalam mengekspresikan solidaritas atau menjaga jarak dengan kelompok tertentu sehingga bahasa terkait dengan identitas budaya. Ada beberapa varian bahasa yang prestisenya lebih tinggi daripada varian lain dan mana varian yang akan
55
dianggap berprestise tinggi akan tergantung pada konteks dan jenis kegiatan linguistik di mana varian itu digunakan. Salah satu contohnya adalah seperti yang terjadi pada dunia musik di awal dekade 1960-an, ketika penyayi pop Inggris seringkali menyanyikan lirik lagunya dengan pengucapan khas Amerika dikarenakan saat itu budaya Amerika mendominasi pasar musik pop; 3) ada suatu bahasa yang dianggap lebih cocok digunakan untuk membicarakan topik tertentu daripada topik lain, atau ada pula bahasa yang dianggap lebih menyenangkan secara estetik daripada bahasa lain, atau sikap-sikap lain terhadap bahasa dalam kaitannya dengan identitas sosial dan budaya; 4) bahasa sangat berpengaruh terhadap penilaian induvidu dan kelompok sosial yang menggunakan bahasa atau varian bahasa itu. Di mana penilaian-penilaian ini bisa terus melebar dan mempengaruhi keputusan-keputusan yang dibuat yang berdampak penting terhadap kehidupan orang lain. Berdasarkan uraian teori kontak budaya dan bahasa di atas, maka dapat digambarkan alur serapan bahasa sebagai berikut: Gambar 1. Alur Serapan Bahasa Kontak Sosial Kontak Bahasa Kontak Budaya
1.7 1.7.1
Perubahan Bunyi
Adaptasi Bahasa Perubahan Bentuk
Metode Penelitian Data dan Sumber Data Disertasi ini membatasi lingkup penelitiannya pada istilah serapan dari
bahasa Inggris bidang sains dan teknologi. Bidang tersebut dijadikan obyek
56
penelitian dikarenakan termasuk bidang yang banyak mengalami perkembangan istilah pada tiap ranahnya. Berdasarkan kamus istilah A New Dictionary of Scientific and Technical Terms (Ahmed Sh, 1980: xv), pembahasanya mencakup bidang agriculture, architecture, astronomy, automobiles, biology, botany, building, carpentry, chemistry, civil engineering, ecology, electricity, geography, geology, genetics, geometry, hydraulics, magnetism, mathematics, mecanics, medicine, metallurgy, meteorology, military science, mineralogy, oceanography, optics, painting, petroleum engineering, photography, physics, telegraphy, telephony, zoology. Objek material penelitian ini adalah kamus Arab antara lain: Al-Mawrid: A Modern English Arabic Dictionary (2009) karya Munir Ba‘albaky, Munawwir Digital Program Version 1.1 Al-Wustho Digital Publishing (Munawwir, 2010), kamus Atlas English-Arabic (Tim Penyusun Kamus Atlas, 2005), surat kabar digital Al-Ahram dan Al-Jazeera yang terbit dari tanggal 1 sampai 30 Juni 2011. Kamus ini dijadikan sebagai petunjuk sumber data penelitian dikarenakan memuat lebih banyak istilah serapan bahasa Inggris dalam bahasa Arab. Dengan demikian, lingkup cakupannya meliputi pengaruh pada tataran istilah. Adapun penentuan istilah serapan tersebut berasal dari bahasa Inggris ditelusuri melalui kamus Merriam Webster’s Cillegiate Dictionary (Merriam, 1993) dan kamus Atlas English-Arabic (2005). Kedua kamus tersebut merupakan kamus etimologi sehingga istilah yang bukan berasal dari bahasa Inggris diberi tanda asal istilah asing. Dengan melihat makna asalnya diyakini bahwa data-data tersebut valid dan
57
benar-benar berasal dari bahasa Inggris sehingga dapat dijadikan obyek penelitian serta dibantu dengan cara pengucapan penutur aslinya. Adapun objek formalnya adalah istilah sains dan teknologi
yang
mencakup 10 bidang, yakni: astronomi, biologi, farmasi, fisika, geografi, kedokteran, kimia, matematika, pertanian dan teknologi komunikasi dan informasi. Adapun alasan pemilihan 10 bidang sainstek tersebut yaitu: pertama bidang pengetahuan tersebut menjadi dasar ilmu sains, seperti: matematika, biologi, fisika, kimia. Yang kedua, bidang tersebut berkaitan erat dengan kehidupan manusia secara umum, yakni: astronomi, farmasi, kedokteran, pertanian, geografi. Alasan ketiga yaitu terkait dengan era globalisasi, di mana informasi dari belahan bumi manapun dapat diakses melalui teknologi komunikasi informasi secara cepat, pada tataran ini tampak fungsi bahasa sebagai sarana komunikasi yang perkembangannya dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan teknologi. 1.7.2
Tahapan Penyediaan Data Langkah pertama penelitian ini adalah pengumpulan data yakni berupa
istilah serapan di bidang sains dan teknologi yang dibatasi pada bidang astronomi, biologi, farmasi, fisika, geografi, kedokteran, kimia, matematika, pertanian, dan teknologi sistem informasi dan komunikasi dan berasal dari bahasa Inggris yang terdapat dalam sumber data (kamus Arab antara lain: Al-Mawrid: A Modern English Arabic Dictionary (2009) karya Munir Ba‘albaky, Munawwir Digital Program Version 1.1 Al-Wustho Digital Publishing, kamus Atlas English-Arabic (2005) yang disusun oleh Tim Penyusun Kamus Atlas Mesir, surat kabar digital
58
Al-Ahram dan Al-Jazeera. Data dari kedua surat kabar tersebut diambil dalam kurun waktu 1 bulan, dari tanggal 1 sampai 30 Juni 2011. Adapun jumlah data istilah sains dan teknologi baik serapan maupun yang tidak serapan, berjumlah 1824 istilah yang terdiri dari: bidang astronomi (320 istilah), geografi (101), pertanian (46 istilah), biologi (282 istilah ), fisika (224 istilah), kimia (149 istilah), kedokteran (258 istilah), matematika (210 istilah), farmasi (101 istilah), dan teknologi sistem informasi dan komunikasi sebanyak (133 istilah). Pengumpulan data berdasarkan dugaan bahwa istilah yang ditemukan berasal dari bahasa Inggris dilakukan dengan metode simak, dengan teknik catat. Kemudian istilah yang diduga serapan berasal dari bahasa Inggris tersebut ditelusuri pelafalannya dalam kamus Merriam Webster dan kamus Atlas English-Arabic (2005). Kedua kamus tersebut merupakan kamus etimologi sehingga kata yang bukan berasal dari bahasa Inggris diberi tanda asal kata asing. Dengan melihat makna asalnya diyakini bahwa data-data tersebut valid dan benarbenar berasal dari bahasa Inggris sehingga dapat dijadikan obyek penelitian. Untuk mendapatkan data transkipsi fonetis dari istilah-istilah Inggris, maka digunakan teknik libat cakap dari penutur asli bahasa Inggris dan bahasa Arab. Kemudian data-data yang ditemukan dicatat dan ditabulasi dalam komputer. Selain itu data-data tersebut diketik dan diurutkan secara alfabetis untuk membantu mempermudah proses analisis berupa pengurutan, klasifikasi, dan perbandingannya dengan data-data yang lain. Adapun alasan dipilihnya surat kabar menjadi bagian dari objek penelitian ini dikarenakan untuk memperkuat bahwa istilah tersebut digunakan oleh masyarakat Arab. Al-Ahrām merupakan
59
surat kabar tertua yang didirikan setelah al-Wāqi‘ah Al-Maṣriyyah (1828) pada tahun 1875, diterbitkan di Kairo, Mesir (http://id.wikipedia.org/wiki/Al_Ahram: 22 Oktober 2011). Adapun koran al-Jazeera, selain mengoperasikan situs web berita berbahasa Arab dan Inggris, al-Jazeera memiliki stasiun televisi berbahasa Arab dan Inggris yang berbasis di Doha, Qatar dan termasuk stasiun TV yang independen di Timur Tengah (http://id.wikipedia.org/wiki/Al_Jazeera: 1 April 2012). 1.7.3
Tahapan Analisis Data Pada tahapan ini, data dianalisis dengan menggunakan metode
distribusional (distributional method) dan metode padan (identiry method). Metode distribusional adalah metode analisis data yang alat penentunya merupakan unsur dari bahasa yang bersangkutan atau hubungan antar fenomena dalam bahasa itu sendiri. Jabaran metode ini terwujud dalam teknik analisis penguraian satuan-satuan lingual tertentu atas unsur-unsur terkecilnya. Metode ini digunakan untuk analisis perubahan bunyi istilah serapan Inggris ke dalam bahasa Arab berdasarkan transkipsi fonetis yang ditetapkan IPA (The International Phonetic Alphabet), yaitu dengan menguraikan perubahan bunyi dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Arab, penyesuaian prefiks dan sufiks serta bentuk istilah serapan. Sedangkan transliterasi Latin-Arab dipakai untuk mempermudah penutur non Arab dalam membaca tulisan Arab. Untuk mengungkap semua permasalahan yang melibatkan dua bahasa yaitu bahasa Inggris dan bahasa Arab, maka metode yang digunakan adalah metode padan translasional. Metode ini digunakan untuk memadankan unsur-
60
unsur yang dianalisa dalam bahasa Arab dengan alat pembanding unsur-unsur dari bahasa Inggris. Contoh pada analisa perubahan bunyi, bentuk istilah dan pengaruh budaya, yang mana istilah serapan dari bahasa Inggris dipadankan dengan bahasa Arab dari aspek unsur-unsur perubahan bunyi, bentuk dan konsep makna. Untuk melihat pengaruh budaya, metode analisis yang dipakai adalah metode pemadanan atau metode kontekstual, yaitu metode analisis yang menjelaskan objek kajian dalam hubungannya dengan konteks situasi atau konteks sosial budaya. Istilah sains dan teknologi dipandang sebagai variabel dependen atau varibel terikat, sedangkan unsur luar bahasa dalam hal ini konteks situasi dan konteks sosial budaya yang melatari istilah sains dan teknologi dalam bahasa Arab dipandang sebagai variabel independen atau variabel bebas. Kemudian dilakukan pengamatan cara penggunaan istilah tersebut dalam kehidupan masyarakat berbahasa Arab. Berdasarkan pemaparan di atas, maka analisis itu meliputi lima langkah berikut: 1) tabulasi data dan transkipsi fonetis dari bahasa Inggris dan bahasa Arab yang konsisten untuk keperluan analisis; 2) analisis data dengan menggunakan teori dan kaidah yang telah diulas pada landasan teori; 3) membuat hipotesis dari hasil analisis; 4) verifikasi dan generalisasi; 5) analisis pengaruh budaya terhadap istilah sainstek di dalam bahasa Arab. 1.7.4
Penyajian Hasil Analisis Data Penyajian data diusahakan
dapat memenuhi tiga prinsip yakni,
descriptive adequacy (kepadaan deskriptif) yaitu penyajian dapat mendeskripsikan
61
semua rincian permasalahan penelitian, explanatory adequacy (kepadaan penjelasan) yaitu penelitian dapat menjelaskan semua permasalahan yang ada, dan exhaustic adequacy (kepadaan ketuntasan) yaitu analisis data dapat dilakukan secara tuntas dan komprehensif, sehingga semua permasalahannya dapat dikaji dan disajikan dengan rinci. 1.9
Sistematika Penyajian Pemaparan hasil kajian tentang istilah serapan dari bahasa Inggris dalam
bahasa Arab ini disajikan dalam beberapa bab sebagai berikut: Bab I berisi pemaparan latar belakang perlunya penelitian ini dilakukan, ruang lingkup dan rumusan masalah penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, kajian pustaka, teori dan metode penelitian, serta sistematika penyajian. Bab II berisi perubahan bunyi istilah serapan dari bahasa Inggris yang meliputi perubahan vokal dan konsonan, tipe-tipe perubahan bunyi serta penyesuaian prefiks dan sufiks bahasa Inggris ke dalam bahasa Arab. Bab III berisi bentuk istilah serapan bahasa Inggris dalam bahasa Arab yang terdiri dari nomina maskulin dan feminin, nomina jamak (ismul-jam‘i), pola nomina, pola partisipal aktif, pola menunjukkan waktu dan tempat, pola nomina instrumental, nomina memiliki pola yang sama sedangkan verba: proses pembentukan verba dari bahasa Inggris ke dalam bahasa arab yang sekurangkurangnya ada empat cara, yaitu dengan 1) penggantian grafem, 2) penggantian dan penghilangan grafem, 3) penggantian dan penambahan grafem, 4) penggantian, penghilangan dan penambahan grafem.
62
Bab IV berisi pengaruh budaya Arab yang melingkupi keberadaan istilah sains dan teknologi dalam bahasa
Arab yang terdiri dari: istilah di bidang
astronomi, biologi, farmasi, fisika, geografi, kedokteran, kimia, matematika, pertanian, dan teknologi sistem informasi dan komunikasi. Bab V berisi kesimpulan dan saran-saran, diikuti dengan daftar pustaka dan lampiran.