BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pengelolaan kelas bukanlah hal yang mudah dan ringan, jangankan bagi guru yang baru menerjunkan diri kedalam dunia pendidikan, bagi guru yang sudah profesional pun masih merasakan betapa sukarnya mengelola kelas. Namun begitu, tidak pernah guru merasa jenuh dan kemudian jera mengelola kelas setiap kali mengajar.1 Pelaksanaan pembelajaran di kelas merupakan salah satu tugas utama guru. Sebagian besar tugas guru digunakan untuk pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas. Sehingga tidaklah salah jika guru menaruh perhatian lebih pada tugas pembelajaran. Oleh sebab itu, guru perlu memiliki kemampuan yang memadai agar dapat mengelola kelas secara baik. Pengelolaan kelas secara baik dimasukkan untuk menciptakan suasana pembelajaran yang lebih kondusif, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif dan efisien. Pengelolaan kelas secara baik, pada dasaarnya menciptakan suatu kondisi belajar yang optimal sehingga peserta didik terangsang untuk mengikuti proses pembelajaran. Hal ini menunjukkan bahwa
kondisi
pembelajaran
sangat
menentukan
pencapaian
tujuan
pembelajaran. Berdasarkan hasil evaluasi mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI), yang kami jadikan bukti valid pada tanggal 27 Oktober 2008 di kelas 1
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Rineke Cipta, 1995), 217.
1
2
X B1 SMK Negeri 2 Ponorogo, ada beberapa peserta didik yang rata-rata nilainya kurang memenuhi standar. Prestasi belajar merupakan suatu penilian pendidikan tentang kemajuan siswa dalam segala hal yang dipelajari di sekolah yang menyangkut keterampilan yang dinyatakan sesudah hasil penelitian.2 Penurunan prestasi belajar tersebut disebabkan karena secara teori Pendidikan Agama Islam sebagai disiplin ilmu merupakan konsep pendidikan yang mengandung berbagai teori yang dapat dikembangkan dari hipotesahipotesa yang bersumber dari al-Qur’an maupun Hadist baik dari segi sistem, proses dan produk yang diharapkan mampu membudayakan umat manusia agar bahagia dan sejahtera dalam hidupnya.3 Pendidikan Agama dimaksudkan untuk peningkatan potensi spiritual dan membentuk peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah dan berakhlak mulia. Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya yang akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang mempunyai fungsi dalam kehidupan masyarakat.4 Tujuan pendidikan diartikan sebagai suatu usaha untuk memberikan rumusan hasil yang diharapkan dari siswa, setelah menyelesaikan belajar.5 Untuk dapat mengetahui berhasil tidaknya suatu pekerjaan atau suatu pengajaran yang
2
Daniel Goleman, terj. Alex Kantjono Widodo, Kecrdasan Emosi Untuk Mencapai Puncak Prestasi, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001), 481. 3 Armai Arif, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam,,(Jakarta: Ciputat Pers, 2002), 9. 4 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), 79. 5 Muatakim, Psikologi Pendidikan, (Jogjakarta: Pustaka Belajar, 2001), 57.
3
dilakukan, dengan kata lain apakah siswa telah berhasil dalam belajar atau belum, diperlukan alat ukur yang sesuai untuk digunakan.6 Hal tersebut juga dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.7 Berdasarkan observasi awal di lapangan, yakni lembaga pendidikan SMK Negeri 2 Ponorogo tidak ingin anak didiknya kurang dalam mengetahui wawasan tentang agama. Dengan demikian lembaga ini berusaha memberikan pengajaran agama semaksimal mungkin. Langkah yang dilakukan adalah memberikan
pelajaran
agama
dengan
sungguh-sungguh
dan
secara
menyeluruh sehingga pengetahuan yang didapatkan dapat diperoleh secara memadai, selain itu dilakukan dengan cara menggunakan strategi yang tepat dalam kegiatan pembelajaran.8 Hasil pengamatan itu dipertegas oleh peryataan salah seorang guru di lembaga tersebut yang mengatakan bahwa “ Lembaga atau sekolah ini mempunyai tiga kriteria dalam penilaian, yakni apek kognitif membentuk kemampuan intelektual, aspek afektif pembentukan kepribadian, dan aspek psikomotorik merupakan bentuk dari aspek kognitif dan afektif berupa tingkah
6
Asnawir dan Basyiruddin Usaman, Media Pembelajaran, (Jakarta: Ciputat Prers,
2002), 139. 7
Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003, (Bandung: Citra Umbara, 2003), 4. Hasil obsevasi di SMK Negeri 2 Ponorogo Kelas X B1, 27 November 2008, Pukul 11.50 s/d 01.20. 8
4
laku yang dapat diamati berupa keterampilan dalam melaksanakan pendidikan agama.9 Adapun tujuan umum pendidikan agama adalah membimbing anak agar menjadi seorang Muslim sejati, beriman teguh, beramal sholeh, dan berakhlak mulia serta berguna bagi masyarakat, agama dan Negara.10 Untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut di atas, salah satu upaya meningkatan pendidikan agama adalah terjalinnya hubungan yang kontiniu diantara komponenkomponen yang berhubungan, misalnya tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, materi yang ingin diajarkan, strategi yang akan digunakan dan lain sebagainya.11 Guru merupakan pribadi yang menjadi panutan utama bagi peseta didik. Semua sikap dan prilaku akan dilihat, didengar dan ditiru oleh peserta didik. Maka sangat tepat apabila seorang guru adalah pribadi untuk mengali dan memotivasi kreativitas belajar anak didik.12 Dalam proses belajar mengajar, guru
juga
mempunyai
tugas
untuk
mendorong,
membimbing,
dan
memfasilitasi belajar siswa untuk mencapai tujuan. Guru mempunyai tanggung jawab untuk melihat segala sesuatu yang terjadi dalam kelas untuk membantu proses perkembangan siswa.13
9 Hasil wawancara dengan Ibu Dra. Khuriyatie Guru Agama, Ruang PPLK II di SMK Negeri 2 Ponorogo, Senin 3 Desember 2008. 10 Zuhairi, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya: Usaha Nasional, 1997), 43. 11 Sudirman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), 27. 12 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), 70. 13 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Menpengaruhinya, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003), 97.
5
Dalam kegiatan tersebut guru menggunakan strategi atau cara yang fungsinya merupakan alat mencapai suatu tujuan, makin baik strategi, maka makin efektif pula pencapaian tujuan14 dalam pembelajaran. Strategi ialah cara yang sistematis yang digunakan untuk mencapai tujuan15 atau disebut dengan suatu pengetahuan cara-cara mengajar yang dipergunakan oleh seorang guru atau instruktur. Pengertian lain ialah teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas, baik secara individual atau secara kelompok, agar pelajaran itu dapat diserap, di pahami dan dimanfaatkan oleh siswa dengan baik.16 Pengetahuan tentang strategi-strategi pengajaran ini sangat penting bagi para guru maupun calon guru. Ada beberapa strategi yang secara umum dapat digunakan guru untuk membantu kinerja kreatif siswa yang menjadikan efektif di dalam pembelajaran. Yakni siswa dan guru diharapkan mempunyai sikap mempertayakan (Questioning) atau meyelidiki (Inquisitive) secara tegas dan
jelas
(Aload).
Sikap
questioning
ini
perlu untuk mendorong
konseptualisasi di dalam pembelajaran. Sikap questioning perlu untuk mendapatkan jawaban yang kreatif17 dari guru maupun siswa. Metode atau strategi tersebut biasa disebut dengan metode tanya jawab atau dialog, yakni suatu cara penyajian bahan pelajaran melalui bentuk bacaan yang keras dan
14
Winarno Surakhmad, Metodologi Pengajaran Nasional, (Bandung: Jemmars, 1980),
75. 15
Imansjah Alipandie, Didakdik Metodik Pendidikan Umum, (Surabaya: Usaha Nasional, 1984), 71. 16 Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengalar (Bandung: Pustaka Setia, 2005), 52. 17 Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), 233.
6
jelas serta adanya bentuk pertanyaan yang perlu dijawab oleh peserta didik yang mengajukan pertayaan untuk di jawab oleh seorang guru.18 Dan strategi Index Card Match yang merupakan strategi pencocokan antara kertas yang satu dengan yang lainnya yang berisikan pertanyaan dan jawaban. Dan setelah menemukan masing-masing pasangan membaca secara keras agar semua peserta didik mendengar secara jelas. "(Karena membaca buku yang bermutu atau topik yang menarik untuk dibaca akan mempeluas cakrawala seseorang, juga memungkinkannya mengenal dan menghargai sesuatu di hadapannya. Tetapi tidak kalah pentingnya dari itu adalah bahwa bacaan dapat memperkaya pengalaman sehingga mengembangkan daya nalar, mengembangkan kreativitas serta mengenal dan memahaminya)”.19 Untuk klarifikasi secara menyeluruh. Permasalahan
secara
global
bagi
peserta
didik
dalam
proses
pembelajaran adalah seringkali peserta didik tidak memperhatikan guru, ramai sendiri, malas, bercanda, tidak mengumpulkan tugas, dan lain sebagainya. Yang kesemuanya itu sangat mengganggu dalam keberhasilan pembelajaran. Semua permasalahan tersebut terjadi karena beberapa sebab-sebab, antara lain penggunaan strategi yang kurang beragam, penjelasan guru yang sulit dimengerti, kurangnya minat peserta didik pada pelajaran Pendidikan Agama Islam, dan lain sebagainya.
18 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), 203. 19 Conny Semiawan, terj. Yufiarti, Belajar dan Pembelajaran dalam Dalam Taraf Usia Dini, (Jakarta: PT. Ikrar Mandiri Abadi, 2002), 27.
7
Sebagai salah satu komponen pengajaran, strategi memiliki arti penting dan patut dipertimbangkan dalam rangka pengajaran. Tanpa menggunakan strategi, kegiatan interaksi edukatif tidak akan berproses, karena itu banyak strategi alternatif yang dapat dipilih guru. Hanya permasalahannya, bagaimana memilih dan menggunakan strategi yang menampilkan kegiatan belajar siswa secara optimal dan banyak menampilkan segi-segi keterampilan proses. Dari sini diketahui bahwa, metode mengajar mempunyai hubungan erat dengan keterampilan proses dalam bentuk kemampuan mengamati, mengolongkan, menafsirkan,
meramalkan
menerapkan,
merencanakan penelitian dan
mengkomunikasikan.20 Pendidilan agama Islam adalah salah satu mata pelajaran yang diberikan di SMK Negeri 2 Ponorogo, dengan tujuan menciptakan manusia yang berakhlak mulia dan peran guru agama sangat penting dalam proses pembelajaran yaitu guru diharapkan dapat menyampaikan materi Pendidikan Agama Islam (PAI) dengan strategi yang sesuai dengan bahan dan tujuan pembelajaran, salah satunya dengan menggunakan strategi Index Card Match. Hal ini disebabkan strategi yang digunakan selama ini kurang membangun antusiasme peserta didik. Maka guru agama melakukan inovasi yaitu dengan penerapan strategi Index Card Match. Dengan strategi ini sekilas dapat dilihat dari antusias peserta didik dalam pembelajaran yang disampaikan, terutama dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
20
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, 187-188.
8
Untuk itu, penggunaan strategi yang dapat menghidupkan suasana proses belajar mengajar di kelas mutlak diperlukan. Kenyataan dilapangan menunjukan bahwa setelah adanya implementasi strategi Index Card Match dalam pembelajaran dapat menghidupkan suasana proses belajar mengajar dan meningkatkan minat siswa dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan mengingat pentingnya efektivitas dan kreativitas belajar siswa melalui implementasi strategi index card match dalam upaya meningkatkan efektivitas dan kreativitas belajar siswa pada pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) pokok bahasan dakwah Rasulullah periode makkah. Maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yang berbasis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) di SMK Negeri 2 Ponorogo dengan judul. "IMPLEMENTASI STRATEGI INDEX
CARD
MATCH
DALAM
UPAYA
MENINGKATKAN
EFEKTIVITAS DAN KREATIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PAI DI KELAS X B1 SMK NEGERI 2 PONOROGO TAHUN PELAJARAN 2008-2009".
B. Fokus Penelitian Secara umum penelitian ini difokuskan pada implementasi strategi Index Card Match dalam upaya meningkatkan efektivitas dan kreativitas belajar siswa pada mata pelajaran PAI pokok bahasan sejarah dakwah Rasulullah periode Makkah di kelas X B1 SMK Negeri 2 Ponorogo tahun pelajaran 20082009.
9
C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka masalah dalam penelitian tindakan kelas ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana implementasi strategi Index Card Match dalam upaya meningkatkan efektivitas dan kreatifitas belajar siswa pada mata pelajaran PAI pokok bahasan sejarah dakwah Rasulullah periode Makkah di kelas X B1 SMK Negeri 2 Ponorogo? 2. Apakah implementasi strategi Index Card Match berpengaruh terhadap peningkatan efektivitas dan kreatifitas belajar siswa pada pokok bahasan sejarah dakwah Rasulullah periode Makkah di kelas X B1 SMK Negeri 2 Ponorogo? 3. Apakah implementasi strategi Index Card Match dapat meningkatkan ketuntasan belajar Pendidikan Agama Islam (sejarah dakwah Rasulullah periode Makkah) di kelas X B1 SMK Negeri 2 Ponorogo?
D. Penegasan Istilah Agar tidak menimbulkan kesimpangsiuran penafsiran skripsi yang berjudul " Implementasi Strategi Index Card Match
Dalam Upaya
Meningkatkan Efektivitas Dan Kreativitas Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PAI Di Kelas X B1 SMK Negeri 2 Ponorogo Tahun Pelajaran 2008-2009". penulis memberikan penegasan istilah sebagai berikut:
10
1. Index Card Match terdiri dari tiga kata yang semuanya dari bahasa Inggris Index, yang berarti daftar kata-kata, pedoman.21 Card, yang berarti kartu nama, kartu main.22 Match, yang berarti pertandingan, mengawinkan, mencocokan.23 2. Efektivitas adalah berkaitan dengan problem tujuan dan alat memproses input untuk menjadi output. Tujuan atau output harus tepat dengan kriteria.24 3. Kreativitas dari kata Create berasal dari bahasa latin Creare, yang berarti menghasilkan, membuat. Bruce Elkin mendefinisikan Create sebagai upaya membawa kedalam hidup, menyebabkan jadi ada, membentuk sesuatu yang sebelumnya tidak ada. Concise Oxford mendefinisikan kata Creativity sebagai inventif dan imaginative.25
E. Hipotesis Tindakan Kelas Hipotesis Tindakan dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah : Dengan menggunakan strategi Index Card Match guru dapat meningkatkan efektivitas dan kreativitas belajar siswa dalam pembelajaran PAI.
21
Rudy Haryono, Kamus Lengkap Modern 600 Juta (Jombang: Lintas Media, 1999),
195. 22
Ibid,…75. Ibid,…216. 24 Made Pidarta, Landasan Kependidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), 258. 25 Bruce Elkin, Kesadaran dan Kesuksesan (Jakarta: Pustaka Pelajar, 2004), 102-103. 23
11
F. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan salah satu cara yang strategis bagi guru untuk memperbaiki layanan kependidikan yang harus diselenggarakan dalam konteks pembelajaran di kelas dan meningkatkan kualitas program sekolah secara keseluruhan. Hal tersebut dapat dilakukan mengingat tujuan penelitian tindakan kelas (PTK) adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan praktik pembelajaran di kelas secara berkesinambungan. Tujuan ini melekat pada diri seorang guru, guna dalam penuaian misi professional kependidikannya. Berangkat dari rumusan masalah tersebut, penelitian tindakan kelas (PTK) ini secara khusus dilakukan untuk mendeskripsikan : 1. Implementasi strategi Index Card Match dalam upaya meningkatkan efektivitas dan kreatifitas belajar siswa pada mata pelajaran PAI pokok bahasan sejarah dakwah Rasulullah periode Makkah di kelas X B1 SMK Negeri 2 Ponorogo. 2. Implementasi
strategi
Index
Card
Match
berpengaruh
terhadap
peningkatan efektivitas dan kreatifitas belajar siswa pada pokok bahasan sejarah dakwah Rasulullah periode Makkah di kelas X B1 SMK Negeri 2 Ponorogo. 3. Implementasi strategi Index Card Match dapat meningkatkan ketuntasan belajar Pendidikan Agama Islam (sejarah dakwah Rasulullah periode Makkah) di kelas X B1 SMK Negeri 2 Ponorogo.
12
G. Manfaat Hasil Penelitian Tindakan Kelas 1. Secara Teoritis a. Hasil penelitian ini akan bermanfaat sebagai kontribusi bagi khazanah ilmiah dalam bidang pendidikan. b. Untuk kepentingan studi ilmiah dan sebagai bahan informasi serta acuan bagi peneliti lain yang hendak melakukan penelitian lebih lanjut. 2. Secara Praktis a. Bagi Penulis Dengan penelitian ini diharapkan dapat menambah cakrawala berfikir dan memperluas pengetahuan serta mendapat pengalaman praktis dalam pengadaan penelitian tindakan kelas ini. b. Bagi Guru •
Meningkatkan wawasan ketepatan pemilihan model pembelajaran dalam proses pembelajaran.
•
Memperoleh seperangkat pengalaman dalam inovasi pembelajaran Pendidikan
Agama
Islam
(PAI)
untuk
meningkatkan
profesionalisme guru. c. Bagi Siswa •
Meningkatkan hasil belajar
•
Lebih berperan aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran.
d. Bagi Sekolah •
Dapat meningkatkan kualitas sekolah.
13
•
Mendapatkan informasi tentang model pembelajaran ini yang nantinya dapat diterapkan dikelas lain dan guru lain.
e. Bagi Masyarakat Dapat dijadikan pengetahuan dan pengalaman dalam bidang pendidikan sebagai bahan pertimbangan untuk memilih lembaga yang berkualitas.
H. Metodologi Penelitian Tindakan Kelas 1. Objek Tindakan Kelas Penelitian ini merupakan penelititan tindakan kelas, adapun jenis tindakan yang diteliti adalah sebagai berikut : a. Minat belajar siswa dalam memperhatikan pelajaran. b. Kemampuan berintraksi atau bertanya. c. Kemampuan berpendapat d. Keaktifan dan sikap siswa selama mengikuti proses belajar mengajar. e. Ketuntasan kreteria minimal (KKM) yang telah ditentukan.
2. Seting/Lokasi/Subjek Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Penelitian tindakan kelas ini meliputi tempat dan waktu penelitian: a. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menegah Kejuruan (SMK) Negeri 2 Ponorogo yang berada di jalan Yos Sudarso No. 21
14
Ponorogo. Objek penelitian ini adalah siswi kelas XB1 dengan jumlah 36 siswa. b. Waktu Penelitian Waktu penelitian dilakukan tanggal 27 Oktober 2008 sampai dengan 27 November 2008 dengan prosedur sebagai berikut: 1) Persiapan 2) Pelaksanaan penelitian 3) Peyusunan laporan penelitian •
Mengumpulkan dan menilai setiap pertemuan
•
Menganalisis hasil penelitian
•
Menyusun hasil laporan penelitian
3. Penelitian Tindakan Kelas Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classrrom Action Research, yaitu suatu penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya (sekolah) tempat ia mengajar dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses dan praktek pembelajaran. PTK memeliki peranan yang sangat penting dan strategis untuk meningkatkan mutu pembelajaran apabila diimplementasikan dengan baik dan benar.26 Penelitian Tindakan Kelas adalah salah satu jalan yang terbuka untuk para pendidik yang ingin menambah ilmu pengetahuan, melatih praktek pembelajaran di kelas dengan berbagai model yang mengaktifkan guru dan 26
Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi Guru (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008), 41.
15
siswa, mencoba melakukan penelitian untuk secara reflektif melakukan kriktik terhadap kekurangan dan berusaha memperbaikinya agar pendidikan benar-benar dapat menjadi bidang profesi.27 Tujuan penelitian tindakan kelas (PTK) adalah untuk memperbaiki dan
meningkatkan
kualitas
praktek
pembelajaran
secara
berkesinambungan, sehingga meningkatkan mutu hasil instruksional, mengembangkan
keterampilan
guru,
meningkatkan
relevansi,
meningkatkan efesiensi pengelolaan instrusional serta menumbuhkan budaya meneliti pada komunitas guru. Penelitian tindakan kelas (PTK) digambarkan sebagai suatu proses yang dinamis, meliputi aspek perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi yang merupakan langkah berurutan dalam satu siklus atau daur yang berhubungan dengan siklus berikutnya. Karakteristik penelitian tindakan kelas (PTK) adalah sebagai berikut: 1. Didasarkan pada masalah yang dihadapi guru dalam instruksional. 2. Adanya kolaborasi dalam pelaksanaannya. 3. Peneliti sekaligus praktisi dalam melakukan refleksi. 4. Bertujuan
memperbaiki
atau
meningkatkan
kualitas
praktik
instruksional. 5. Dilakasanakan dalam rangkaian langkah dalam beberapa siklus.
27
Rochiati Wiraatmadja, Metode Penelitian Tindakan Kelas (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005), 29.
16
6. Pihak yng melakukan tindakan adalah guru sendiri, sedangkan yang melakukan pengamatan terhadap berlangsungnya proses tindakan adalah peneliti, bukan guru yang melakukan tindakan.28
4. Logika Berbasis PTK PTK dilaksanakan melalui proses pengkajian berdaur yang terdiri dari 4 (empet) tahap, yaitu perencaaan (planning), tindakan (akting), observasi (observing), dan refleksi (reflecting). Empat tahap logika tersebut sebagai berkut:29 Identifikasi masalah
Perencanaan (planning)
Refleksi
Tindakan (Akting)
Siklus I
Observasi Siklus II Perencanaan Ulang Dst 28
Zainal Aqib, Penelitian Tindakan Kelas (Bandung: Irama Widya, 2006), 87-89. Secara keseluruhan, empat tahap dalam PTK tersebut membentuk suatu siklus PTK yang digambarkan dalam bentuk spiral. Untuk mengatasi suatu masalah, mungkin di perlukan lebih dari satu siklus. Siklus-siklus tersebut saling terkait dan berkelenjutan dan berkelanjutan pada siklus kedua, dilaksanakan bila masih ada hal-hal yang kurang berhasil dalam siklus pertama. Siklus ketiga, dilalsanakan kareana siklus kedua belum mengatasi masalah, begitu juga siklussiklus berikutnya. 29
17
3. Teknik Pengumpulan Data Tekni pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk pengumpulan data.30 Disamping perlu menggunakan metode yang tepat juga perlu memilih teknik dan alat pengumpulan data yang relevan memungkinkan diperoleh data yang objektif. Dan didalam penelitian ini peneliti mengunakan teknik Yang meliputi wawancara, observasi, dan dokumentasi. a. Teknik Wawancara Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang lainnya dengan mengajukan pertayaan – pertayaan berdasarkan tujuan tertentu.31 Atau proses percakapan dengan maksud untuk mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi, motivasi, perasaan dan sebagainya, yang dilakukan dua pihak, yaitu pewawancara (Interviewee) yang mengajukan pertayaan dengan yang diwawancari.32 Yang jelas wawancara merupakan suatu metode pengumpulan data yang populer, karena itu banyak digunakan diberbagai penelitian. Dalam penelitian ini wawancara dilakukan terhadap subjek peneliti, yakni guru PAI, yang dilakukan untuk mengetahui penerapan model pembelajaran yang telah dilakukan dan sebagainya. 30 31
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelititan (Jakata: Rineka Cipta, 2003), 134. Dedy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2004), 180. 32
2004), 108.
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
18
b. Teknik Observasi Observasi adalah kegiatan kita yang paling utama dan teknik penelitian ilmiah yang penting sedangkan Karl Weick yang dikutip Seltia, Wrightsman dan Cook mendefinisikan observasi sebagai "pemilihan, pengubahan, pencatatan, dan pengodean serangkaian perilaku dan susunan yang berkenaan dengan organisme yang sesuai dengan tujuan-tujuan impiris.33 Dan dapat pula diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Pengamatan dan pencatatan yang dilakukan terhadap objek di tempat terjadi atau berlansungnya peristiwa, sehingga observasi berada bersama objek yang diselidiki, disebut obsevasi langsung. Sedang obsevasi tidak langsung adalah pengamata yang dilakukan tidak pada saat berlangsungnya suatu peristiwa yang akan diselidiki.34 Dan penelitian ini mengunakan teknik obsevasi langsung yakni berlangsungnya kegiatan pembelajaran. c. Teknik Dokumentasi Dokumen biasanya berisi kalimat tertulis atau tercetak, tetapi sebenarnya dokumen tidaklah terbatas. Ia bisa berupa grafik, gambar, lukisan, kartun, foto, dan sebagainya.35
33
Jalaluddin Rahmat, Metode Penelitian Komunikasi (Bandung: Remaja Rosdakarya,
34
S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), 158-
1993), 83. 159. 39
John W. Best, terj. WSanafiah Faisal, Metodologi Penelitian Pendidikan (Surabaya: Usaha nasional, 1982), 133.
19
4. Teknik Analisis Data Analisis merupakan proses menyusun data agar dapat ditafsirkan. Proses mengorganisasi dan mengurutkan data kedalam pola, kategori, dan satuan uraian sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.36 Dan data hasil observasi pembelajaran dianalisa bersama-sama dengan mitra kolaborasi, kemudian diinterprestasikan berdasarkan landasan teori dan pengamatan guru. Sedangkan hasil belajar siswa (evaluasi) dianalisis berdasarkan ketentuan belajar siswa.
I. Tahapan-Tahapan Penelitian Dalam menjalani proses penelitian tindakan kelas (PTK) ini, maka tahapan-tahapan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Tahapan Pralapangan (Taggal 20-26 Oktober 2008) Adapun pada tahapan ini kegiatannya meliputi: a. Menyusun rancangan penelitian b. Memilih lapangan penelitian c. Mengurus perizinan d. Menjajaki dan menilai keadaan lapangan e. Memilih dan memanfaatkan informan f. Menyiapkan perlengkapan penelitian
36
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), 202.
20
2. Tahapan Pekerjaan Lapangan (Tanggal 27 Oktober-27 November 2008) Dalam tahapan ini meliputi: a. Memahami latar penelitian dan persiapan diri Dalam hal ini, peneliti harus berada dalam posisi tertutup yakni dalam mengumpulkan data peneliti perlu akrab dengan subyek yang perlu diamati secara teliti dan wawancara secara global. b. Memasuki lapangan Dalam kegiatan di lapangan peneliti melebur menjadi satu dengan subyek yang diteliti, seolah-olah tidak ada pemisah antara keduanya. Sehingga subyek dengan santai dan sukarela menjawab pertanyaan serta memberi informasi yang diperlukan. Selain itu yang terpenting adalah mencatat data apapun yang diperoleh guna untuk dianalisa. c. Tahapan analisa data Yang dimaksud di sini adalah proses mengatur mengenai data, mengumpulkannya ke dalam uraian dasar. Semua data yang diperoleh peneliti baik yang berupa catatan lapangan (field note), hasil wawancara, gambar, foto, komentar peneliti dan sebagainya dianalisis lalu dibuat laporannya.
21
J. Sistematika Pembahahasan Dalam rangka mempermudah penulisan skripsi, maka pembahasan dalam laporan penelitian ini penulis membagi dalam empat bab, yang masingmasing bab terdiri dari sub-sub yang berkaitan. Adapun sistematika pembahasan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut : BAB I. Pendahuluan yang berfungsi sebagai, memuat latar belakang masalah, fokus penelitian, rumusan masalah, penegasan istilah, hipotesis tindakan kelas, tujuan penelitian tindakan kelas, logika berbasis PTK, manfaat hasil penelitian tindakan kelas, metodologi penelitian tindakan kelas dan sistematika pembahasan. BAB II. Yang berfungsi menguraikan landasan teori tentang efektifitas pembelajaran PAI, kreatifitas pembelajaran PAI, strategi index card match, dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. BAB III. Pembahasan yang mendeskripsikan dan menjelaskan tentang hasil penelitian tindakan kelas, Gambaran Setting Penelitian, Penjelasan Per-Siklus, Proses Analisa Data Per-siklus, dan Pembahasan dan Pengambilan Kesimpulan. BAB IV. Penutup merupakan bab terakhir dalam skripsi ini berisi kesimpulan dan saran.
22
BAB II
LANDASAN TEORI TENTANG EFEKTIVITAS DAN KREATIVITAS PEMBELAJARAN PAI
A. Efektivitas dalam Pembelajaran PAI. Peran guru sebagai pengelola kelas (manager of learning) merupakan peran yang sangat penting. Bagaimanapun dalam pengajaran klasikal, efetivitas belajar mengajar sangat ditentukan oleh kepiawaian guru dalam mengatur dan mengarahkan kelas.37 Tujuan pengajaran yang dilaksanakan di dalam kelas menurut Mager adalah menitik beratkan pada perilaku siswa atau perbuatan sebagai suatu jenis out put yang terdapat pada siswa dan teramati serta menunjukkan bahwa siswa tersebut telah melaksanakan kegiatan belajar.38 Pengelolaan kelas yang efektif sangat dibutuhkan dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Kelas yang efektif, guru tidak mengajar siswa tetapi guru membelajarkan siswa. Untuk memahami istilah tersebut perlu dipaparkan pengertian mengajar dan belajar terlebih dahulu. Mengajar dapat diartikan suatu proses yang dilakukan oleh guru untuk mengembangkan kemampuan intelektual siswanya. Dalam mengajar lebih pada pengembangan aspek kognitif, sedangkan aspek afektif dan psikomotorik kurang mendapat
37 Wina Sanjaya, Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi (Jakarta: Fajar Interpratama Offset, 2008),173. 38 Martinis Yamin, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi (Jakarta: Gaung Persada Press, 2006), 1.
22
23
perhatian. Dalam mengajar yang aktif guru, sedangkan siswa berperan sebagai obyek. Hal ini berbeda dengan konsep pembelajaran. Pembelajaran kata dasarnya belajar dapat diartikan adanya perubahan pada diri individu baik sapek kognitif, afektif, maupun psikomotornya atas usahanya sendiri. Dengan demikian pembelajaran berarti suatu proses yang mengusahakan agar terjadi perubahan pada diri individu baik sapek kognitif, afektif, maupun psikomotornya atas kehendak dirinya sendiri. Dari definisi ini menunjukkan dalam proses pembelajaran yang aktif adalah siswanya, sedangkan guru hanya sebagai fasilitator. Menurut Moh. Uzer Usman, dalam bukunya menjadi guru profesional, berpendapat bahwa kondisi belajar mengajar yang efektif adalah adanya minat dan perhatian siswa dalam belajar. Minat merupakan suatu sifat yang relative menetap pada diri seseorang. Minat ini besar sekali pengaruhnya terhadap belajar sebab dengan minat seseorang akan melakukan sesuatu yang diminatinya. Sebaliknya, tanpa minat seseorang tidak mungkin melakukan sesuatu. Misalnya seorang anak menaruh minat terhadap bidang kesenian, maka ia akan merusaha untuk mengetahui lebih banyak tentang kesenian. Keterlibatan siswa dalam belajar erat kaitannya dengan sifat-sifat murid, baik yang bersifat kognitif seperti keerdasan dan bakat maupun yang bersifat afektif seperti motivasi, rasa percaya diri, dan minatnya. William James (1890) melihat bahwa minat siswa merupakan faktor utama yang menentukan
24
derajat keaktifan belajar siswa. Jadi, efektif merupakan faktor yang menetukan keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar. Mengingat pentingnya minat dalam belajar, seorang tokoh pendidikan lain dari Belgia, yakni Ovide Decroly, mendasarkan sistem pendidikannya pada pusat minat yang pada umumnya dimiliki oleh setiap orang, yaitu minat terhadap makanan, perlindungan terhadap pengaruh iklim (pakaian dan rumah), mempertimbangkan diri terhadap macam-macam bahaya dan musuh, bekerja sama dalam olah raga. Mursell dalan bukunya Successful Teaching memberikan suatu klafikasi yang berguna bagi guru dalam memberikan pelajaran kepada siswa. 39 Fungsi motivasi merupakan suatu pendorong manusia untuk berbuat, menentukan arah perbuatan, untuk mencapai tujuan dan menyeleksi perbuatan yakni perbuatan mana yang akan dikerjakan. Motivasi dapat diklasifikasikan: dilihat dari dasar pembentukannya yakni motivasi bawaan dan motivasi yang dipelajari, menurut pembagian Woodworh dan Marquis terdiri dari: motivasi karena kebutuhan organis, motivasi darurat dan motivasi objektif, ada juga motivasi jasmaniah dan rohaniah. Di samping itu ada motivasi intrinsik dan ekstrinsik.40 Usaha-usaha guru untuk membangkitkan keaktifan jasmani siswa antara lain: 1. Dengan menyelengarakan berbagai bentuk pekerjaan yang bersifat keterampilan seperti: penelitian dilaboratrium.
39 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1998), 27. 40 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), 102.
25
2. Mengadakan pekan olah raga, seni, pameran,karya wisata dan lain sebagainya. Sedangkan usaha-usaha guru untuk membangkitkan keaktifan jasmani murid diantaranya: 1. Membimbing serta mendorong anak-anak dalam diskusi. 2. Memberi tugas kepada anak-anak untuk memecahkan suatu masalah, menghubungkannya dengan pengetahuannya yang ada, menganalisa, mengambil keputusan dan sebagainya. 3. Menjadikan berbagai penelitian dan percobaan menganalisa data, membuat kesimpulan, menyusun laporan dan sebagainya.41 Dengan beberapa usaha –usaha diatas guru seharusnya mencari suatu batasan yang jelas tentang kompetensi mengajar. Bertahun-tahun para peneliti dan ahli pendidikan berusaha memiliki suatu konsepsi yang memuaskan tentang guru yang efektif. Namun demikian, pada umumnya cara mendekatinya masih terlalu simplitis. Usaha untuk mengenali seorang guru yang baik, lewat sifat-sifat tertentu yang ia miliki atau lewat prosedur yang ia gunakan dikelas. Tetapi ternyata, baru-baru ini, bahwa suatu totalitas sifat-sifat umum guru yang efektif itu tidak ada.42 Meskipun demikian para pendidikan berusaha
terus,
bagaimana
sampai
taraf
tertentu.
Yang
bertujuan
meningkatkan konsepsi-konsepsi lama yang kurang berkembang dalam dunia
41
Imansjah, Didakdik Metodik Pendidikan Umum, 21. W. James Pophan dan Eva L. Baker, terj. Amirul Hadi dkk, Teknik Mengajar Secara Sistematis, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), 7. 42
26
pendidikan. Sehingga inovasi-inovasi pengajar terus efesien dengan prosedurprosedur yang ada. Menciptakan kelas efektif dengan peningkatan efektivitas proses pembelajaran tidak bisa dilakukan dengan persial, tapi harus holistik, yang dalam teori Hunt ada lima bagian penting dalam peningkatan efektivitas pembelajaran, yaitu, perencanaan, komunikasi, pengajaran, pengaturan dan evaluasi.43
B. Kreativitas dalam Pembelajaran PAI. Mengembangkan kreatifitas peserta didik merupakan salah satu tugas guru dimana setiap peserta didik dilahirkan dalam keadaan berbeda dan masing-masing mempunyai potensi yang dapat dikembangkan. Karena itu kegiatan pembelajaran diciptakan sedemukian rupa sehingga membuat potensi setiap peserta didik dapat dikembangkan secara optimal. Karena itu, dalam kegiatan pembelajaran dikondisikan peserta didik mempunyai kesempatan dan kebebasan mengembangkan diri sesuai dengan kecendrungan dan bakat masing-masing. Guru hendaknya berupaya memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengemukakan pendapatnya sebanyak mungkin.44 Menurut W.S. Winkel, didalam bukunya psikologi pengajaran, kreativitas adalah kemampuan untuk melahirkan pola-pola gerak gerik yang
43
Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis (Jakarta: Prenada Media,
44
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2005),
2004),120. 100.
27
baru, seluruhnya atas dasar prakarsa dan inisiatif sendiri.45 Menurut Conny Semiawan, kreatifitas adalah suatu kondisi, sikap, atau keadaan yang sangat khusus sifatnya dan hampir tidak dapat dirumuskan secara tuntas.46 Amal Abdussalam Al-Khalili yang diterjemahkan oleh Umma Farida dalam bukunya Mengembangkan Kreatifitas Anak mengemukan, bahwa pengertian dari produksi kreatif adalah suatu produksi yang baru yang tiada tandingannya, serta dikenal dengan kemampuan untuk memproduksi sesuatu yang baru, atau menciptakan hubungan baru terhadap sesuatu yang telah diketahui sebelumnya, dengan syarat sesuatu atau hubungan yang baru itu mempunyai tujuan tertentu dan bermanfaat, serta mampu menutupi kebutuhan bagi individu atau sekelompok orang. Artinya, hal ini merupakan kesiapan seorang individu untuk mengahasilkan banyak pemikiran dari kreatifitas yang tersimpan dalam dirinya dan dari produksi kreatif yang dimilikinya.47 Setelah diketahui makna atau pengertian kreatifitas secara jelas, untuk mengetahui pengertian kretifitas belajar siswa. Maka terlebih dahulu yang dimengerti adalah penjelasan belajar dan siswa, karena belajar mempunyai makna dan pengertian yang umum dan luas. Secara umum, belajar dapat difahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relative tetap sebagai hasil pengalaman dan intraksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.
45
W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, (Jakarta: Gramedia, 1998), 153. Conny Semiawan, dkk, Dimensi Kreatif dalam Filsafat Ilmu, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1998), 60. 47 Amal Abdussalam Al-Khalili, Mengembangkan Kreativitas Anak, terj. (Jakarta: Pustaka Al-Kausar, 2005), 32-33. 46
28
Hal ini sama dengan pendapatnya Syaiful Djamah, bahwa belajar adalah suatu proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Sedangkan menurut Slameto dalam bukunya belajar dan factorfaktor yang mempengaruhinya, mengatakan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam intraksi dengan lingkungannya.48 Kemudian pendapat yang tidak jauh berbeda juga diungkapkan oleh H. Mustaqim dalamnya psikologi pendidikan, ia mengungkapkan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang relative tetap yang disebabkan oleh pengalaman latihan.49 Ciri-ciri individu kreatif dapat dikenal melalui pengamatan ciri-ciri sebagai berikut : 1. Hasrat keingintahuan yang cukup besar 2. Bersikap terbuka terhadap pengalaman baru 3. Keingintahuan untuk menemukan dan meneliti 4. Cendrung lebih menyukai tugas yang berat dan sulit 5. Cendrung mencari jawaban yang luas dan memuaskan 6. Memiliki indikasi bergairah serta aktif dalam melaksanakan tugas. 7. Berpikir pleksibel dan panjang akal 8. Menanggapi pertayaan yang diajukan serta cendrung memberi jawaban lebih banyak. 9. Memiliki semangat bertanya serta meneliti 48
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Menpengaruhinya, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003), 2. 49 H. Mustaqim, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), 33.
29
10. Memiliki latar belakang membaca yang cukup luas.50 Dari beberapa ciri-ciri individu kreatif dan pendapat tentang pengertian kreatifitas belajar siswa di atas, dapat difahami bahwa belajar merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dengan melibatkan dua unsur, yakni jiwa dan raga. Gerak raga yang menunjukkan harus sejalan dengan proses jiwa untuk mendapatkan perubahan, tentu saja dalam hal ini hanya perubahan fisik. Akan tetapi perubahan jiwa dengan masuknya kesan-kesan yang baru, kemudian menghasilkan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman tertentu yang menyangkut ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Setelah didapatkan pengertian dari kreatifitas dan belajar maka pengertian dari siswa adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan, dalam hal ini merupakan unsur manusiawi yang paling penting dalam intraksi edukatif. Kemudian dalam perspektif pedagogis siswa adalah seseorang yang mengharapkan pendidikan, dalam hal ini siswa disebut sejenis mahkluk yang membutuhkan pendidikan “Homo Educandom”.51 Peran pendidikan disini sangat penting bagi siswa, karena hanya dengan pendidikan dan juga pembelajaranlah berbagai potensi dan juga kekreatifan akan muncul dan berkembang. Dari pengertian kreativitas belajar siswa di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kreativitas belajar siswa adalah pola-pola gerak gerik atau gagasan-gagasan yang baru berdasarkan prakarsa atau inisiatif sendiri dalam rangka mendapatkan perubahan tingkah laku pada diri 50
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Menpengaruhinya, 147-148. Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Intrasi Edukatif, (Jakarta: PT. Rineke Cipta, 2000), 51-52. 51
30
individu berkat adanya interaksi antara individu dengan lingkungan baik yang terjadi di sekolah maupun di luar sekolah.
C. Strategi Pembelajaran Index Card Match 1. Pengertian Strategi Di dalam dunia pendidikan terkadang seseorang bingung akan perbedaan antara strategi dan metode. Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David, Wina Sanjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu: a. Exposition-discovery learning b. Group-individual learning Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengelohannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan antara strategi pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran deduktif. Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu. Dengan kata lain, strategi merupakan
"a plan of
operation achieving something". Sedangkan metode adalah "a way in achieving something". Jadi, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun
31
dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. 52
Secara umum strategi mempunyai pengertian sebagai suatu garis besar haluan dalam bertindak untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dihubungkan dengan belajar mengajar, strategi bisa diartikan sebagai pola umum kegiatan guru-murid dalam perwujudan kegiatan belajar untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.53 Menurut J.R David dalam teaching strategis for college classroom (1976) strategi belajar mengajar meliputi rencana, metode, dan perangkat kegiatan yang direncanakan untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu.54 Menurut Kemp dalam bukunya Wina Senjaya mengemukan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapai dicapai secara efektif dan efesien. Ada empat masalah pokok yang sangat penting yang dapat menjadikan pedoman dalam dalam keberhasilan pelaksaan kegiatan belajar mengajar.55 a. Spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku yang hendak dicapai dalam kegiatan belajar mengajar yang dilakukan itu. b. Memilih cara pendekatan belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif untuk mencapai sasaran.
52
http://pelawiselatan.blogspot.com/2009/02/perbedaan-model-metode-strategi-teknik.
html. 53 Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengalar (Bandung: Pustaka Setia, 2005), 11. 54 http://pusdikat depdiknas. Net/index. Page 1. 55 Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengalar, 13-14.
32
c. Memilih menetapkan prosedur, metode dan teknik belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif. d. Menetapkan norma-norma dan kriteria keberhasilan sehingga guru mempunyai peganggan yang dapat dijadikan ukuran untuk menilai sejauh mana keberhasilan tugas-tugas yang dilakukannya. Adapun komponen-komponen strategi belajar menjar adalah: a. Tujuan Pengajaran Tujuan pengajaran merupakan acuan yang dipertimbangkan untuk memilih strategi belajar mengajar. b. Guru Masing-masing guru berbeda dalam pengalaman, pengetahuan, kemampuan menyajikan pelajaran, daya mengajar, pandangan hidup dan wawasan. Perbedaan ini mengakibatkan adanya perbedaan dalam pemilihan strategi belajar yang digunakan dalam program pengajaran. c. Peserta didik Dalam kegiatan bejalar mengajar peserta didik mempunyai latar belakang yang berbeda-beda, hal ini perlu dipertimbangkan dalam menyusun strategi belajar mengajar yang tepat. d. Materi Pelajaran Materi pelajaran dapat dibedakan antara materi formal (isi pelajaran dalam buku teks resmi/buku paket disekolah) dan materi informal (bahan-bahan pelajaran yang bersumber dari lingkungan sekolah).
33
e. Metode Pelajaran Ada berbagai metode pengajaran yang perlu dipertimbangkan dalam strategi belajar mengajar. f. Media Pengajaran Keberhasilan program belajar mengajar tidak tergantung dari canggih tidaknya media yang digunakan, tetapi dari ketetapan dan keefektifan mediayang digunakan. g. Faktor Administrasi dan Finansial Terdiri dari jadwal pelajaran, kondisi gedung dan ruang belajar.56
2. Pergertian Strategi Index Card Match Strategi Index Card Match atau Mencari Pasangan adalah strategi yang cukup menyenangkan yang digunakan untuk mengulang materi yang telah diberikan sebelumnya. Namun demikian, materi baru pun tetap bisa diajarkan dengan strategi ini dengan catatan, peserta didik diberi tugas mempelajari topik yang akan diajarkan terlebih dahulu, sehingga ketika masuk kelas mereka sudah memiliki bekal pengetahuan.57 Sedangkan menurut Melvin L. Silberman strategi tersebut merupakan cara aktif dan menyenangkan untuk meninjau ulang materi. Cara ini memungkinkan siswa untuk berpasangan dan memberi pertayaan kuis kepada temannya.
56
57
2008), 32.
http://pusdikat depdiknas. Net/index. Page 1-2. Hisyam Zaini, dkk, Strategi Pembelajaran Aktif (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani,
34
3. Prosedur - prosedur strategi pencocokan kartu Indek a. Pada kartu indeks yang terpisah, tulislah pertayaan tentang apapun yang diajarkan dikelas. Buatlah kartu pertayaan dengan jumlah yang sama dengan setengah jumlah siswa. b. Pada kartu yang terpisah, tulislah jawaban dan masing-masing pertayaan itu. c. Campurkan dua kumpulan kartu itu dan kocoklah beberapa kali agar benar-benar tercampuraduk. d. Berikan satu kartu untuk satu siswa. Jelaskan bahwa ini merupakan latihan pencocokkan. Sebagian siswa mendapatkan pertayaan dan sebagian yang lain mendapatkan kartu jawabannya. e. Perintahkan siswa untuk mencari kartu pasangan mereka. Bila sudah terbentuk pasangan, perintahkan siswa yang berpasangan itu untuk mencari tempat dan duduk bersama. (katakan pada mereka untuk mengungkapkan kepada pasangan lain apa yang ada dikartu mereka.) f. Bila semua pasangan yang cocok telah duduk bersama, perintahkan setiap pasangan untuk memberikan kuis kepada siswa yang lain dengan membaca keras-keras pertayaan mereka dan menantang siswa untuk memberikan jawabannya. Sedangkan variasinya ada dua kategori diantaranya : a. Susunlah kartu yang berisi sebuah kalimat dengan beberapa kata yang dihilangkan untuk dicocokan dengan kartu yang berisi kata-kata yang
35
hilang itu misalnya : "Presiden merupakan…………..angkantan bersenjata. (panglima tertinggi)." b. Buatlah kartu yang berisi pertayaan – pertayaan dengan beberapa kemungkinan jawabannya misalnya, "Apa sajakah cara-cara untuk meredam konflik?" cocokkan kartu-kartu itu dengan kartu yang berisi kumpulan jawaban yang relevan. Ketika tiap pasangan memberikan kuis kepada kelompok, perintahkan mereka untuk mendapatkan beberapa jawaban dari siswa lain.58
4. Langkah-langkah pelaksanaan strategi Index Card Match a. Buatlah potongan-potongan kertas sejumlah siswa yang ada di kelas. b. Bagi jumlah potongan kertas tersebut menjadi dua bagian yang sama. c. Tulis pertayaan tentang materi yang telah diberikan sebelumnya pada setengah bagian kertas yang telah disiapkan, setiap kertas berisi satu pertayaan. d. Pada separuh kertas yang lain, tulis jawaban dari pertayaan-pertayaan yang tadi dibuat. e. Kocoklah semua kertas, sehingga akan tercampur antara soal dan jawaban. f. Beri setiap siswa satu kertas. (Jelaskan ini adalah aktivitas yang dilakukan berpasangan, separuh siswa akan mendapatkan soal dan separuh yang lain akan mendapatkan jawaban)
58
Melvin L.Silberman, Active Learning, terj. (Bandung: Nusamedia, 2006), 250-251.
36
g. Minta siswa untuk menemukan pasangan mereka. Jika sudah ketemu pasanganya, minta mereka untuk duduk berdekatan. Terangkan juga agar mereka tidak memberitahu materi yang mereka dapatkan kepada teman yang lain. h. Setelah semua siswa menemukan pasangan dan duduk berdekatan, mintalah setiap pasangan secara bergantian untuk membaca soal dan jawaban dengan keras kepada teman-teman yang lain. i. Akhiri proses ini dengan membuat klarifikasi dan kesimpulan.59
5. Kelebihan dan kekurangan strategi Index Card Match 1. Kelebihan a. Siswa dilibatkan pada kegiatan belajar sehingga pengetahuannya benar-benar diserapnya dengan baik. b. Berlatih untuk dapat bekerjasama dengan siswa yang lain c. Melatih pendengaran, ketelitian atau kecermatan d. Setiap siswa mendapat peran e. Melatih menggunkapkan kesalahan orang lain f.
Siswa lebih kritis dalam menganalisis soal/jawaban
g. Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya. 2. Kekurangan a. Untuk siswa yang malas tujuan dari strategi tersebut tidak dapat tercapai 59
Hisyam Zaini dkk, Strategi Pembelajaran Aktif di Perguruan Tinggi (Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga, 2002), 64.
37
b. Membutuhkan banyak waktu dan dana c. Tidak semua mata pelajaran dapat diterapkan dengan metode ini. d. Hanya digunakan untuk pelajaran tertentu.60 Strategi ini sangat tepat untuk mengajarkan materi yang bersifat konsep, meskipun dapat digunakan juga untuk materi lain. Strategi ini sangat mendorong siswa untuk melakukan aktivitas belajar secara aktif. Strategi ini juga dapat membantu siswa dalam berkonsentrasi.
D. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Pendidikan Agama Islam Sebelum membahas lebih jauh, terlebih dahulu perlu diketahui pengertian Islam, pendidikan, pendidikan agama Islam dan pendidikan Islam, sehingga tidak simpang siur dalam pemahaman selanjutnya. Islam berarti penyerahan diri pada Allah dan diberikan pula pada agama Islam sebagai nama. Agama Islam sebagaimana diartikan umat Islam indonesia adalah wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Salllam yang terhimpun dalam AlQur'an, yang tercantum di dalamnya peraturan dan petunjuk untuk kehidupan umat manusia. Pendidikan merupakan usaha secara sadar atau sengaja dari orang dewasa terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak untuk meningkatkan atau menuju kedewasaan. Pendidikan agama Islam
60
http://bbwor.blogspot.com / 2008 10_10_archive. html
38
merupakan usaha yang lebih khusus ditekankan untuk mengembangkan fitrah kebersamaan dan ditekankan untuk lebih mampu memahami, menghayati, dan mengamalkan agama Islam.61 Pendidikan Islam konotasinya sering dibatasi pada pendidikan agama Islam. Padahal ketika dikaitkan dengan kurikulum pada lembaga pendidikan formal atau non formal pendidikana agama Islam hanya terbatas pada bidang-bidang studi agama seperti tauhid, fiqh, tarih Nabi, membaca Al-Qur'an, tafsir dan hadist. Istilah pendidikan Islam tidak lagi hanya berarti pengajaran teologik atau pengajaran Al-Qur'an, Hadits, fiqh, tetapi memberikan arti pendidikan di semua cabang ilmu pengetahuan yang diajarkan dari sudut pandang Islam. Pendidikan Islam meliputi segala Usaha untuk mengembangkan fitrah manusia dan sumber daya insani menuju terbentuknya insani kamil sesuai dengan norma Islam. Pendidikan agama ialah usaha-usaha secara sistematis dan pragmatis dalam membantu anak didik supaya mereka hidup sesuai dengan ajaran Islam.62 Menurut Drs. H. Abdul Racman Saleh. Pendidikan agama ialah usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik supaya kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam serta menjadikannya sebagai Way of life (jalan kehidupan) Kalau pendidikan agama arahnya untuk pembentukan pribadi muslim yang taat, berilmu dan beramal, maka pengajaran agama 61
Mansur Isna, Diskursus Pendidikan Islam (Yogyakarta: Global Pustaka Utama,
2001), 62. 62
Mahfudh Shalahuddin, Pendidikan Agama, 8.
39
merupakan alat unutk mencapai pendidikan agama. Dengan demikian pendidikan adalah tujuan, sedang pengajaran adalah alat. Jadi, pendidikan agama islam tidak hanya menyampaikan "science" tentang Islam kepada anak didik, tetapi yang lebih penting ialah menyampaikan
aspek
pendidikannya,
yakni
menanamkan
dan
meningkatkan keimanan anak didik kepada agama Islam, supaya mereka menjadi penganut-penganut Islam yang taat dalam kehidupannya seharihari.
2. Tujuan Pendidikan Agama Islam Pendidikan merupakan persoalan penting bagi umat. Pendidikan selalu menjadi tumpuan atau harapan untuk mengembangkan individu dan masyarakat. Pendidikan merupakan saran untuk memajukan peradaban, mengembangkan masyarakat dan menciptakan generasi yang mampu berbuat banyak bagi kepentingan mereka.63 Secara umum tujuan pendidikan agama Islam terbagi kepada : a. Tujuan umum, yakni tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan pendidikan baik dengan pengajaran atau dengan cara lain. b.
Tujuan sementara, yakni tujuan yang akan dicapai setelah anak didik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam sebuah kurikulum.
63
Basuki dan Miftahul Ulum, Pengantar Ilmu Pendidikan Islam (Ponorogo: STAIN Press, 2007), 36.
40
c. Tujuan akhir, yakni tujuan yang dikehendaki agar peserta didik menjadi manusia-manusia sempurna (insan kamil) setelah ia meghabisi sisa umurnya. d. Tujuan operasional, yakni praktis yang akan dicapai dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu.64 Dengan bertitik tolak dari GBHN, dapat dirumuskan bahwa tujuan pendidikan agama di sekolah-sekolah umum ialah untuk mendidik anakanak supaya menjadi orang yang takwa ke pada Allah SWT.65
3. Dasar Pendidikan Agama Islam Adapun dasar pendidikan Islam adalah Al-Qur'an dan Al-Hadits dan kalau pendidikan itu diibaratkan bangunan maka isi Al-Qur'an dan AlHadits itu menjadi fondamennya. Al-Qur'an mencakup segala masalah baik yang mengenai peribadatan maupun kemasyarakatan maupun pendidikan. Pendidikan ini mendapat tuntutan yang jelas dalam Al-Qur'an dan Al-Hadits.66 Dari kedua unsur tersebut banyak nilai-nilai yang dapat dijadikan dasar bagi pendidikan Islam. Di sini diutarakan nilai yang dipandang fondamental dan dapat merangkum berbagai nilai yang lain yaitu tauhid, kemanusiaan, kesatuan umat Islam, keseimbangan dan rohmatan lil alamin.
64
Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, 18-19. Ibid...,9. 66 Mansur Isna, Diskursus Pendidikan Islam, 63. 65
41
4. Pelaksanaan Pendidilkan Agama Islam Dalam pelaksanaan pendidikan agama Islam masih terdapat kelemahankelemahan yang mendorong dilakukannya penyempurnaan secara terus menerus. Salah satu kelemahan tersebut adalah lemahnya sumber daya guru dalam pengembangan pendekatan dan metode yang lebih variatif.67 Pada dasarnya implementasi guru dalam mendorong kreatifitas dan efetifitas belajar siswa disamping ditentukan oleh faktor intrinsik (guru itu sendiri), juga didorong oleh faktor ektrinsik, yakni adanya kerjasama yang baik antara lembaga guru dan siswa serta lingkungan, sehingga semua itu saling melengkapi antara yang satu dengan yang lain untuk memperoleh hasil yang maksimal sesuai dengan pembelajaran yang telah ditentukan. Cara lain yang sering berhasil adalah dengan mendorong siswa mengajukan pertayaan terhadap suatu masalah. Dengan memberikan pertayaan pemanasan ini, siswa menjadi lebih terbuka dan siap untuk teknikteknik kretif.68 Selain itu pula situasi kelas akan lebih hidup kerena peserta didik aktif berfikir dan menyampaikan buah pikirannya melalui jawabanjawaban atas pertayaan guru. Untuk meningkatkan efektifitas dan kreatifitas belajar siswa melalui strategi Index Card Match dalam pembelajaran pendidikan agama Islam. Hendaknya guru menyusun bahan-bahan pertayaan yang dapat membangkitkan minat dan perhatian serta dapat mendorong inisiatif anak didik.
67
Departemen Agama RI Jatim, Pendidikan Agama Islam Di SMK, (Jawa Timur: JPPres, 2004), 34. 68 Utami, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, 277.
42
Bila peningkatan efektifitas dan kreatifitas belajar siswa melalui strategi Index Card Match berhasil maka tujuan pengajaran akan tercapai keberhasilannya. Hal tersebut akan terlihat dalam bentuk prestasi belajar siswa, prestasi yang baik akan mendorong siswa untuk lebih meningkatkan belajarnya. Jadi peningkatan efektifitas dan kreatifitas belajar siswa melalui strategi
Index Card Match adalah salah satu metode atau strategi untuk
meningkatkan prestasi belajar khususnya dalam bidang studi Pendidikan Agama Islam (PAI).
43
BAB III
HASIL PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Pada bab ini akan dipaparkan tentang (1) pelaksanaan rencana tindakan yang telah ditetapkan oleh peneliti dan guru secara bersama-sama. Dalam hal ini, untuk mengetahui proses belajar siswa yang dilakukan peneliti, dan mengevaluasi kegiatan siswa pada pokok bahasan sejarah dakwah Rasulullah periode Makkah melalui pengamatan dan evaluasi dengan implementasi strategi Index Card Match di kelas X B1 SMK Negeri 2 Ponorogo, dan (2) temuan yang didapatkan selama penelitian berlangsung.
A. Gambaran Setting Penelitian Proses pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini yang dilakukan sebanyak 1 (satu) siklus melalui 4 (empat) tahap secara berdaur ulang yang meliputi : 1. Perencanaan (Planning) Dalam kegiatan ini, guru mengadakan kegiatan sebagai berikut: a. Mengamati metode pembelajaran yang digunakan guru pada pembelajaran pendidikan agama Islam sebelumnya. b. Mengidentifikasi faktor-faktor hambatan dan kemudahan yang ditemui guru dalam pembelajaran pendidikan agama Islam sebelumnya.
44
44
c. Merumuskan alternative tindakan yang akan dilaksanakan dalam pembelajaran
pendidikan
agama
Islam
sebagai
upaya
untuk
meningkatkan efektivitas dan kreativitas belajar siswa. d. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Islam dengan strategi Index Card Match. Meliputi: 1) Materi sejarah dakwah Rasulullah periode Makkah yang relevan dengan kehidupan sekitar siswa, menarik perhatian siswa dan memberi wawasan serta pengetahuan baru yang menjdikan efektivitas dan kreativitas berfikir. 2) Pemilihan prosedur penyampaian strategi Index Card Match yang benar-benar efektif dan kreatif. Pada tahap perencanaan penelitian tindakan kelas (PTK) peneliti melakukan observasi tentang strategi pembelajaran pada materi sejarah dakwah Rasulullah periode Makkah yang dilakukan oleh guru di dalam kelas X B1 SMK Negeri 2 Ponorogo, hasil menunjukan bahwa: a) Materi dan urutan pembelajaran pada buku LKS Pendidikan Agama Islam (MGMP PAI Kabupaten Ponorogo). b) Jumlah siswa 36 orang dengan penataan secara tradisional, yakni duduk berderet empat baris, 2 baris terdapat lima bangku dan 2 baris 4 bangku dan tiap bangku ditempati dua orang siswa. c) Teknik pembelajaran dilaksanakan berdasarkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), yang memuat strategi pembelajaran Index Card Match.
45
2. Pelaksanaan (Acting) Hal-hal
yang
dilakukan
peneliti/guru
pada
saat
proses
pembelajaran adalah melaksanaan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan pada saat kegiatan belajar mengajar di kelas X B1 SMK Negeri 2 Ponorogo. Mendapatkan jadwal pelajaran Pendidikan Agama Islam pada hari senin jam ke 7 sampai ke jam 8. Dalam tahap pelaksanaan, peran peneliti adalah: a. Merancang sesuatu yang berkaitan dengan pelaksanaan tindakan dengan strategi Index Card Match sehingga diperoleh kesempatan tentang rancangan tindakan yang direncanakan. b. Melaksanakan tindakan yang direncanakan. c. Peneliti melaksanakan peranya berdasarkan rencana.
3.
Pengamatan (observing) Pengamatan secara menyeluruh tehadap pelaksanaan tindakan dengan mengunakan instrument pengumpul data yang telah dibuat sehingga diperoleh data yang valid dalam pelaksanaan tindakan, kendala yang dihadapi, serta kesempatan dan peluang yang berkaitan dengan penggunaan strategi Index Card Match. Data tersebut dijadikan sebagai bahan untuk melakukan refleksi.
46
4.
Refleksi (reflecting) Peneliti menganalisis hasil pengamatan dan evaluasi tindakan yang telah dilaksanakan. Hal-hal yang dianalisa adalah: a. Menganalisis tentang perbedaan rencana dengan pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan. b. Menganalisis tentang tindakan yang dilakukan. c. Melakukan intervensi, pemahaman dan penyimpulan data yang telah diproses, serta melihat hubungan dengan teori dan rencana yang telah ditetapkan.
B. Penjelasan Per-Siklus Siklus I : Implementasi Strategi Index Card Match a. Perencanaan (Planning) Pada tahap proses rencana tindakan ini, pada awalnya guru mengidentifikasi konsep-konsep pada efektivitas dan kreativitas belajar siswa yang bermasalah. Berdasarkan masalah tersebut, sebagai acuan implementasi tindakan yang dipilih pada konsep tersebut dipelajari dan didentifikasi oleh peneliti dan selanjutnya meyusun rencana pembelajaran dengan menggunakan strategi Index Card Match pada kompetensi sejarah dakwah Rasulullah periode Makkah. Dan rencana pembelajaran ini memuat:
47
1) Guru menyampaikan seluruh materi yang akan dibahas secara global dan sekaligus memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya agar paham 2) Setelah itu guru membagikan potongan-potongan kertas kepada seluruh peserta didik yang berisikan soal dan jawaban pembahasan diatas. 3) Setiap peserta didik mendapatkan satu buah kertas. 4) Tiap peserta didik memikirkan jawaban dan soal dari kartu yang dipegang. 5) Setiap peserta didik mencari pasangan yang mempunyai kertas yang cocok dengan kertasnya (soal jawaban) 6) Setiap peserta didik yang dapat mencocokan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.
b. Pelaksanaan (acting) Pelaksanaan pada siklus ini, peneliti melaksanakan aktifitas pembelajaran pendidikan agama Islam pada kompetensi sejarah dakwah Rasulullah periode Makkah
melalui strategi Index Card Match guna
meningkatkan efektifitas dan kreatifitas belajar siswa serta merevisi kesalahan-kesalahan yang ada yang menjadi hambatan-hambatan bagi pengembangan pemahaman siswa atas konsep-konsep yang akan dipelajari.
48
Melalui strategi di atas yang dilaksanakan pada
kegiatan
pembelajaran untuk memberikan variasi baru terhadap siswa sehingga siswa diharapkan dapat merespon atau tertarik untuk membahas materi yang akan diajarkan.
c. Pengamatan (Observing) Pada siklus ini suasana belajar mengajar semakin menyenangkan, karena siswa dapat menanyakan hal-hal atau permasalahan-permasalahan yang dialaminya dalam kehidupan-kehidupan sehari-hari mereka yang berkaitan dengan meteri pelajaran pendidikan agama Islam. Sehingga efektivitas dan kreativitas belajar siswa dalam pembelajaran pendidikan agama Islam meningkat.
d. Refleksi ((reflecting) Pada siklus ini, efektivitas dan kreativitas belajar siswa dalam pembelajaran pendidikan agama Islam meningkat. Pemilihan strategi yang menarik, menyenangkan, dan membuat siswa semakin bergairah, aktif, dan kreatif dalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam melalui strategi Index Card Match. Dengan demikian semakin meningkatnya efetivitas dan kreativitas belajar siswa dalam pembelajaran pendidikan agama Islam. Dengan demikian tujuan pembelajaran sudah tercapai dengan meningkatnya efektivitas dan kretivitas siswa.
49
C. Proses Analisa Data Proses analisis data sebagai hasil penelitian meliputi peningkatan minat siswa dalam mengikuti pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI), dengan kompetensi materi sejarah dakwah Rasulullah periode Makkah. Dapat disajikan dalam 1 (satu) siklus sebagai berikut:
Siklus I : Implementasi Strategi Index Card Match Pada proses pembelajaran siklus ini pengenalan materi dilakukan dengan ceramah, kemudian dilanjutkan stretegi Index Card Match. Dimana materi pembelajaran di ambil dari Lembaran Kerja Siswa (LKS). Sedangkan hasil pengamatan dan nilai evaluasi belajar siswa pada kompetensi sejarah dakwah Rasulullah periode Makkah pada siklus ini adalah: Tabel I Hasil Pengamatan Efektivitas dan Kreativitas Belajar Siswa Pada Materi Sejara Dakwah Rasulullah Periode Makkah. Kelas X B1 SMK Negeri 2 Ponorogo Tahun Pelajaran 2008/2009. Aspek Pengamatan No
Nama
Memperhatikan Kemampuan Kemampuan pelajaran
Bertanya
Berpendapat
1
Ainun Maulidah
+
+
+
2
Anggreni Setia N
+
-
+
3
Anita Eka Sari
+
+
+
4
Chandra Arianti
+
+
+
5
Desi Nur Isnani H
+
-
+
50
6
Desi Setyo A.
+
+
+
7
Desy Kristiana
8
Dwi Ratnawati
+
-
+
9
Efi Tri Retno S.
+
-
+
10
Eka Widya R.
+
+
+
11
Eli Ermawati
+
+
+
12
Eny Sulistiowati
+
+
+
13
Erna Yunita
+
+
+
14
Evika Andraini
+
-
+
15
Fitri Handayani
+
+
+
16
Hana Afifah
+
-
+
17
Indra Mampu D.
+
-
+
18
Iva Prastya T.
+
+
+
19
Lana Dianita
+
+
+
20
Lita Wulan S.
+
+
+
21
Melida W.
+
+
+
22
Mira Kesuma W.
23
Prida Yuliani
+
+
+
24
Purwaningsih
+
-
+
25
Ragil Ayu R.
+
-
+
26
Restu Ana Nine
+
+
+
27
Rina Sujarwati N
+
+
+
51
28
Rina Tresnowati
+
+
+
29
Ririn Suharti
+
-
+
30
Rohmah Delta A.
+
+
+
31
Sinta Anggiria N.
+
+
+
32
Siti Linda Jaya
+
+
+
33
Sulistiya R.
+
+
+
34
Tri Susanti
+
+
+
35
Wahyuningsih
+
+
+
36
Wulan Rianti
+
-
+
Jumlah
34
23
34
Keterangan: (+) ya, yakni: memperhatikan pelajaran, kemampuan bertanya, dan kemampuan berpendapat. (-) tidak, yakni: tidak memperhatikan pelajaran, tidak bertanya, dan tidak aktif dalam diskusi.
52
Tabel II Data Hasil Nilai Evaluasi Belajar Siswa Pada Materi Sejarah Dakwah Rasulullah Periode Makkah. Kelas X B1 SMK Negeri 2 Ponorogo Tahun Pelajaran 2008/2009. Siklus I KKM: 80 Aspek No
Penilian
Nama 1
2
Jumlah
Ratarata
Keteragan
1
Ainun Maulidah
70
100
170
85
Tuntas
2
Anggreni Setia N
80
85
165
82,5
Tuntas
3
Anita Eka Sari
80
85
165
82,5
Tuntas
4
Chandra Arianti
70
100
170
85
Tuntas
5
Desi Nur Isnani H
70
100
170
85
Tuntas
6
Desi Setyo A.
80
95
175
87,5
Tuntas
7
Desy Kristiana
-
-
-
-
Sakit
8
Dwi Ratnawati
90
75
165
82,5
Tuntas
9
Efi Tri Retno S.
90
95
185
92,5
Tuntas
10
Eka Widya R.
80
95
175
87,5
Tuntas
11
Eli Ermawati
80
80
160
80
Tuntas
12
Eny Sulistiowati
90
95
185
92,5
Tuntas
13
Erna Yunita
90
80
170
85
Tuntas
14
Evika Andraini
80
90
170
85
Tuntas
15
Fitri Handayani
70
95
165
82,5
Tuntas
16
Hana Afifah
80
95
175
87,5
Tuntas
17
Indra Mampu D.
90
100
190
95
Tuntas
18
Iva Prastya T.
80
80
160
80
Tuntas
19
Lana Dianita
90
100
190
95
Tuntas
20
Lita Wulan S.
90
90
180
90
Tuntas
21
Melida W.
90
100
190
95
Tuntas
22
Mira Kesuma W.
-
-
-
-
Sakit
53
23
Prida Yuliani
80
100
180
90
Tuntas
24
Purwaningsih
80
100
180
90
Tuntas
25
Ragil Ayu R.
80
95
175
87,5
Tuntas
26
Restu Ana Nine
80
85
165
82,5
Tuntas
27
Rina Sujarwati N
90
80
170
85
Tuntas
28
Rina Tresnowati
80
90
170
85
Tuntas
29
Ririn Suharti
90
90
180
90
Tuntas
30
Rohmah Delta A.
80
90
170
85
Tuntas
31
Sinta Anggiria N.
80
90
170
85
Tuntas
32
Siti Linda Jaya
80
100
180
90
33
Sulistiya R.
90
95
185
92,5
Tuntas
34
Tri Susanti
80
90
170
85
Tuntas
35
Wahyuningsih
80
95
175
87,5
Tuntas
36
Wulan Rianti
90
100
190
95
Tuntas
Jumlah
2800
3135
5935
1840
Rata-Rata
82,35
92.20
174.55
87.61
Tuntas
Keterangan: 1. Menulis atau meresume sejarah dan strategi dakwah Rasulullah SAW periode Makkah (Phortho Polio) 2. Memahami, menghayati dan mampu mengambil manfaat dari sejarah dan strategi dakwah Rasulullah periode Makkah (evaluasi akhir atau awal pertemuan kegiatan belajar mengajar). Dari tabel II di atas dapat diketahui bahwa: Rata-rata: 1840 = 87, 61 36 Sedangkan prosentase ketuntasan belajar adalah: Ketuntasan 34 x 100 = 94, 44 36
54
Interpretasi: Berdasarkan hasil pengamatan dan evaluasi proses pembelajaran pendidikan agama Islam (PAI), dengan kompetensi sejarah dan strategi dakwah Rasulullah periode Makkah pada siklus ke satu ini. Dari proses yang terjadi dalam siklus ke satu ini dapat disimpulkan bahwa minat dan kretivitas siswa semakin meningkat. Hal tersebut terlihat di dalam memperhatikan pelajaran ada 34 orang dan kemampuan bertanya ada 23 serta kemampuan berpendapat ada 34 orang. Adapun mengenai hasil prestasi siswa atau ketuntasan nilia minimal juga semakin meningkat yakni mencapai 94,44%. Pada siklus ke I, ternyata pembelajaran sudah memenuhi harapan yakni dengan adanya peningkatan efektivitas dan kreativitas belajar siswa dalam melaksanakan pembelajaran pendidikan agama Islam.
D. Pembahasan dan Pengambilan Kesimpulan Aktifitas pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) diawali dengan peningkatan efektivitas dan kreativitas belajar siswa sesuai dengan prinsipprinsip strategi pembelajaran yang telah diterapkan pada siklus I hingga di peroleh hal-hal sebagaimana yang ditugaskan, misalnya melakukan hubungan yang bermakna, melakukan kegiatan-kegiatan signifikan, belajar yang diatur sendiri, bekerja sama, berfikir kritis dan kreatif, mengasuh atau memelihara pribadi siswa, mencapai standart yang tinggi, menggunakan penelitian autentik dan sebagainya.
55
Berdasarkan hasil penelitian siswa dan pengamatan guru menunjukkan bahwa dengan menggunakan strategi Index Card Match dapat membantu siswa dalam meningkatkan efektivitas dan kreativitas belajar siswa dalam pembelajaran pendidikan agama Islam. Tabel III Profil Hasil Penelitian Aspek Pengamatan Siklus
I
Memperhatikan
Kemampuan
Keaktifan Peserta Didik
Pelajaran
Bertanya
Aktif Dalam Berpendapat
34
24
34
Dari proses analisis data pada siklus I, menunjukkan bahwa proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) tentang sejarah dakwah Rasulullah periode Makkah di kelas XB1 SMK Negeri 2 Ponorogo tahun pelajaran 20008/2009 dengan mengunakan strategi Indek Card Match dapat dikatakan efektif dan kreatif. Pengelolaan kelas yang efektif berarti menempatkan siswa sebagai subyek yang aktif bukan menempatkan siswa sebagai siswa sebagai obyek yang pasif. Dan pengajaran dalam kelas itu efektif jika penserta didik mengalami berbagai pengalaman baru dan perilakunya menjadi berubah menuju titik akumulasi kompetensi yang dikehendaki. Maksud dari kreativitas yang merupakan merupakan kemampuan berkreasi yang dasar utamanya disandarkan kepada bakat tertentu. Kreativitas ini dapat dirasakan hasilnya dalam menciptakan karya-karya besar. Dan karyakarya tersebut tidak tergantung kepada inspirasi dan pengalaman puncak
56
semata, namun disamping bakat tertentu itu juga membutuhkan kerja keras dan latihan yang terus menerus dan pandangan yang kritis dalam segala hal. Terutama didalam pembelajaran yang sangat membutuhkan kreativitas siswa maupun guru didalam pengelolaan kelas. Sehingga tercapainya tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Dari dua hal tersebut akan tampak keaktifan belajar siswa. karena belajar aktif itu sangat diperlukan oleh siswa untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimum. Ketika siswa pasif, hanya menerima dari guru, ada kecendrungan untuk cepat melupakan apa yang telah diberikan. Oleh krena itu sangat diperlukan perangkat tertentu untuk dapat mengikat informasi yang baru saja diterima dari guru. Belajar aktif adalah suatu cara untuk mengikat informasi yang baru kemudian menyimpanya dalam otak. Belajar yang hanya menghandalkan indera pendengaran mempunyai beberapa kelemahan, padahal hasil belajar seharusnya disimpan sampai waktu yang lama. Kenyataan ini sesuai dengan kata-kata mutiara yang diberikan oleh seorang filosof dari cina Konfusius. Dia mengatakan "Apa yang saya dengar, saya lupa"."Apa yang saya lihat, saya ingat"."Apa yang saya lakukan, saya paham". Ini adalah salah satu ungkapan yang perlu di implementasikan di dalam pembelajaran. Sehingga efektivitas dan kretivitas belajar siswa tercapai sesuai dengan tujuan pembelajaran.
57
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan analisis dan pengamatan bahwa implementasi strategi Index Card Match dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) pokok bahasan dakwah Rasulullah periode Makkah di kelas XB1 SMK Negeri 2 Ponorogo tahun pelajaran 2008/2009. Maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Implementasi strategi Index Card Match pembelajaran PAI pokok bahasan sejarah dakwah Rasulullah periode Makkah di kelas X B1 SMK Negeri 2 Ponorogo dengan cara sebagai berikut: a. Membuat potongan-potongan kertas sejumlah siswa yang ada di kelas. b. Bagi jumlah potongan kertas tersebut menjadi dua bagian yang sama. c. Tulis pertayaan tentang materi pada setengah bagian kertas yang telah disiapkan, setiap kertas berisi satu pertayaan. d. Pada separuh kertas yang lain, tulis jawaban dari pertayaan-pertayaan yang telah dibuat. e. Kocoklah semua kertas, sehingga akan tercampur antara soal dan jawaban. f. Beri setiap siswa satu kertas. (Jelaskan ini adalah aktivitas yang dilakukan berpasangan, separuh siswa akan mendapatkan soal dan separuh yang lain akan mendapatkan jawaban) 58
58
g. Minta siswa untuk menemukan pasangan mereka. Jika sudah ketemu pasanganya, minta mereka untuk duduk berdekatan. Terangkan juga agar mereka tidak memberitahu materi yang mereka dapatkan kepada teman yang lain. h. Setelah semua siswa menemukan pasangan dan duduk berdekatan, mintalah setiap pasangan secara bergantian untuk membaca soal dan jawaban dengan keras kepada teman-teman yang lain. i. Akhiri proses ini dengan membuat klarifikasi dan kesimpulan. 2. Implementasi strategi Index Card Match sangat berpengaruh terhadap peningkatan efektivitas dan kreatifitas belajar siswa pada pokok bahasan sejarah dakwah Rasulullah periode Makkah di kelas X B1 SMK Negeri 2 Ponorogo. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil pengamatan tindakan kelas yang telah dilaksanakan yakni belajar siswa diantaranya; memperhatikan pelajaran ada 34 orang dan kemampuan bertanya ada 23 serta kemampuan berpendapat ada 34 orang. 3. Dari
hasil
penelitian
di
lapangan
bahwa,
implementasi
dalam
pembelajaran PAI pokok bahasan sejarah dakwah Rasulullah periode makkah di kelas X B1 SMK Negeri 2 Ponorogo dengan menggunakan strategi index card match berhasil dan mencapai ketuntasan nilia minimal yakni mencapai 94,44% dari KKM 80. B. Saran Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah kami laksanakan, maka disarankan hal-hal sebagai berikut:
59
1. Untuk Guru a. Selayaknya kepada setiap pendidik dalam kegiatan belajar mengajar dapat menerapkan strategi pembelajaran yang bervariasi dan inovatif, seperti strategi dalam suatu proses pembelajaran yang sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasarnya. b. Guru hendaknya menciptakan kondisi yang efektif sebaik-baiknya dengan berbagai cara. c. Guru
hendaknya
lebih
kreatif
dalam
menggunakan
strategi
pembelajaran agar hasil pembelajaran efektif dan efesien. d. Guru hendaknya menggali kompetensi dalam diri siswa dengan menggunakan str pembategi elajaran yang dapat mengembangkan kreatifitas belajar siswa. 2. Untuk Siswa a. Agar pembelajaran lebih bermakna dan dapat di ingat lama oleh siswa, sebaiknya
siswa
lebih
memperhatikan
penjelasan
guru
dan
menggukanginya di rumah dan siswa diharapkan lebih banyak membaca buku peustakaan. Karena membaca buku yang bermutu atau topik yang menarik untuk dibaca akan mempeluas cakrawala seseorang, juga memungkinkannya mengenal dan mengahargai sesuatu di hadapanya. Tetapi tidak kalah pentingnya dari itu adalah bahwa bacaan dapat memperkaya pengalaman sehingga mengembangkan daya
nalar,
memahaminya.
mengembangkan
kreativitas
serta
mengenal
dan
60
3. Untuk Sekolah a. Setiap strategi pembelajaran memerlukan dukungan dari pihak sekolah dalam hal penyedian peralatan yang dibutuhkan. Karena model pembelajaran kadang-kadang memerlukan peralatan yang memadai dan membutuhkan biaya yang mahal. b. Untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas ini memerlukan waktu yang cukup lama. Maka dibutuhkan kesabaran dan ketelatenan untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Oleh sebab itu lembaga harus bisa memberi toleransi kepada guru dan senantiasa memberikan bimbingan terhadap penetili. c. Setelah melihat hasil dari penelitian tentang efektifitas dan kreatifitas pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dengan menggunakan strategi Index Card match di kelas XB1 SMK Negeri 2 Ponorogo tahun pelajaran 2008/2009. maka setidaknya dapat dilakukan upaya untuk mengembangkan strategi tersebut dengan berbagai inovasi sehingga dapat menjadi lebih efektif dan kreatif guna mencapai tujuan pembelajaran.
61
DAFTAR PUSTAKA
Alipandie, Imansjah. Didakdik Metodik Pendidikan Umum. Surabaya: Usaha Nasional, 1984. Al-Khalili, Amal Abdussalam. Mengembangkan Kreativitas Anak, terj. Jakarta: Pustaka Al-Kausar, 2005. Aqib, Zainal. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Irama Widya, 2006. Arif, Armai. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Pers, 2002. Arikunto, Suharsimi. Manajemen Penelititan. Jakata: Rineka Cipta, 2003. .............................. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta, 1998. Bahri Djamarah, Syaiful. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002. ……………. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta, 2000. Baker, Eva L. dan Pophan, James, W. terj. Amirul Hadi dkk, Teknik Mengajar Secara Sistematis. Jakarta: Rineka Cipta, 2003. Best, John W. terj.
WSanafiah Faisal. Metodologi Penelitian Pendidikan.
Surabaya: Usaha nasional, 1982. Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004. Elkin, Bruce. Kesadaran dan Kesuksesan. Jakarta: Pustaka Pelajar, 2004. Goleman, Daniel. terj. Kantjono Widodo, Alex. Kecrdasan Emosi Untuk Mencapai Puncak Prestasi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001. Hamalik, Oemar. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara, 2006. Haryono, Rudy. Kamus Lengkap Modern 600 Juta. Jombang: Lintas Media, 1999. Hazin, Nur Khalif dan Elhan, A.R. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya: Karya Ilmu, tt. Isna, Mansur. Diskursus Pendidikan Islam. Yogyakarta: Global Pustaka Utama, 2001.
62
Kunandar. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008. Margono, S. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 2005. Muatakim. Psikologi Pendidikan. Jogjakarta: Pustaka Belajar, 2001. Mubarok, Jaih dan Abd. Hakim, Atang. Metodologi Study Islam. Bandung: Ramaja Rosdakarya, 2002. Munandar, Utami. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rine Cipta, 1999. Mulyana, Dedy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004. Mustaqim, H. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001. Nurhakim, Moh. Sejarah dan Peradaban Islam. Malang: UMM Press, 2004. Pidarta,Made. Landasan Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 1997. Prasetya, Joko Tri dan Ahmadi, Abu. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia, 2005. …………….. …….Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia, 1997. Sanjaya, Wina. Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Fajar Interpratama Offset, 2008. Sardiman. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996. Semiawan, Conny. terj. Yufiarti. Belajar dan Pembelajaran dalam Dalam Taraf Usia Dini. Jakarta: PT. Ikrar Mandiri Abadi, 2002. …………………. dkk. Dimensi Kreatif dalam Filsafat Ilmu. Bandung: Remaja Rosdakarya, 1998. Shalahuddin, Mahfudh. Pendidikan Agama. Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1987. Slameto. Belajar dan Faktor-Faktor yang Menpengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003. Silberman, L. Melvin. Active Learning, terj. Bandung: Nusamedia, 2006. Surakhmad, Winarno. Metodologi Pengajaran Nasional. Bandung: Jemmars, 1980.
63
Rahman Mubararakfuri, Shafiyyur. Sejarah Hidup dan Perjuangan Rasululluh. terj. Riyadh: Kantor Dakwah dan Bimbingan bagi Pendatang al- Sulay, 2005. Ramayulis. Metodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Kalam Mulia, 2005. Rahmat,
Jalaluddin.
Metode
Penelitian
Komunikasi.
Bandung:
Remaja
Rosdakarya, 1993. Roestiyah. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta, 1998. Rosyada, Dede. Paradigma Pendidikan Demokratis. Jakarta: Prenada Media, 2004. Ulum, Miftahul dan Basuki. Pengantar Ilmu Pendidikan Islam. Ponorogo: STAIN Press, 2007. Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003. Bandung: Citra Umbara, 2003. Usaman, Basyiruddin dan Asnawir. Media Pembelajaran. Jakarta: Ciputat Prers, 2002. Usman, Uzer, Moh. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1998. Winkel, W.S. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia, 1998. Wiraatmadja, Rochiati. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005. Yamin, Martinis. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Jakarta: Gaung Persada Press, 2006. Zaini, Hisyam dkk. Strategi Pembelajaran Aktif di Perguruan Tinggi. Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga, 2002. .....................................Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2008. Zain, Aswan dan Bahri Djamarah, Syaiful. Strategi Belajar Mengajara. Jakarta: PT. Rineke Cipta, 1995. Zuhairini. Metodik Khusus Pendidikan Agama. Surabaya: Usaha Nasional, 1997. ............... Metodologi Pendidikan Agama. Solo: Ramadhani, 1993. .