BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penerjemahan adalah kegiatan mengalihkan pesan secara tertulis dari teks suatu bahasa ke bahasa yang lain. Teks yang diterjemahkan disebut Teks Sumber (Tsu) dan bahasanya disebut Bahasa Sumber (BSu), sedangkan teks yang disusun oleh penerjemah disebut Teks Sasaran (TSa) dan bahasanya disebut Bahasa Sasaran (BSa). Larson (1998:3) menyatakan “Translation consists of transferring the meaning of the source language into the receptor language. This is done by going from the form of the first language to the form of a second language by the way of semantic structure. It is meaning which is being transferred and must be held constant. Only the form changes.” (Penerjemahan maknalah yang dialihkan dan harus dipertahankan, sedangkan bentuk boleh diubah.) Mengalihkan dan memindahkan makna serta memilih padanan kata bukanlah pekerjaan yang mudah bagi seorang penerjemah. Untuk itu seorang penerjemah harus mampu menggunakan strategi penerjemahan dalam mengalihkan dan memindahkan makna serta memilih padanan kata dari BSu ke dalam BSa. Sebagai seorang penerjemah, sebelum menerjemahkan diharuskan mengetahui hasil terjemahan itu untuk siapa (audience design) dan untuk tujuan apa (need analysis), sehingga penerjemah dapat menentukan metode
Universitas Sumatera Utara
penerjemahan yang paling tepat untuk dilakukan. Setelah itu, seorang penerjemah harus mengetahui langkah – langkah penerjemahan yang disebut sebagai prosedur penerjemahan (Hoed 2006: 67). Prosedur penerjemahan merupakan tindakan atau cara kerja yang dilakukan guna mengatasi masalah perbedaan – perbedaan antara BSu dan BSa baik pada segi kaidah tata bahasa maupun segi maknawi bahasa yang terjadi pada proses penerjemahan (Machali 2009:91). Istilah prosedur dibedakan dari metode. Prosedur adalah cara penerjemahan sebuah kalimat yang menggambarkan urutan serangkaian tindakan. Perbedaan antara metode dan prosedur terletak pada satuan penerapannya. Metode penerjemahan berkenaan dengan keseluruhan teks sedangkan prosedur penerjemahan berlaku untuk kalimat dan satuan bahasa yang lebih kecil seperti klausa, frasa dan kata. Hal ini menekankan bahwa seorang penerjemah sebagai orang yang memiliki peran penting dalam menyampaikan pesan dari BSu tidak hanya sekedar memahami BSu dengan baik, tetapi juga memiliki kemampuan atau kompetensi dalam menemukan kesepadanan terdekat dalam BSa. Itu berarti bahwa seorang penerjemah harus mampu menghasilkan produk terjemahan alami yang melibatkan pergeseran dan perubahan bentuk dalam BSa. Pergeseran dan perubahan struktur dari satu bentuk ke dalam bentuk yang lain merupakan hal yang lazim terjadi dalam penerjemahan. Untuk memperoleh tingkat naturalisasi, konstruksi kalimat pasif sering diterjemahkan ke dalam konstruksi kalimat aktif atau sebaliknya. Hal ini sering didapati dalam terjemahan bahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris, karena bahasa Indonesia memiliki ciri khas yang khusus dalam susunan kalimatnya. Sneddon (2000:22) menyatakan bahwa often passive is natural construction in Indonesia where a passive translation into English will sound very artificial or clumsy. (Seringnya sebuah kalimat pasif merupakan konstruksi yang wajar di dalam bahasa Indonesia tetapi terjemahanya ke dalam bahasa Inggris terlihat menjadi tidak alami.) Tidak sedikit orang Indonesia berbicara dalam bentuk kalimat pasif yang memiliki susunan kalimat objek,
Universitas Sumatera Utara
predikat, dan subjek (OPS) menghilangkan subjek dan objek. Hal ini dilakukan dengan tujuan memambah rasa hormat, keseponan, dan kenyamanan terhadap sebuah pernyataan atau pertanyaan, ketika subjek dalam konteks tidak diketahui atau tidak dikenal atau tersirat. Sebagai contoh dalam bahasa Indonesia untuk menawarkan bantuan kepada orang lain, ucapannya adalah Bisa dibantu? diterjemahan secara literal menjadi Can be helped?. Terjemahan Can be helped terdengar tidak alami dalam bahasa Inggris, namun frasa ini akan terdengar lebih alami bilamana diterjemahkan menjadi Can I help you? Pembicara menyebutkan I dalam bahasa Inggris sedangkan dalam bahasa Indonesia tidak disebutkan namun bermakna tersirat. Ketika membahas tentang seseorang atau suatu benda biasanya dinyatakan lewat subjek dari sebuah klausa atau kalimat. Dan jika kita membahas tentang pelaku pada kalimat maka pelaku tersebut disebut sebagai subjek dan menggunakan kata kerja bentuk aktif. Kata kerja transitif dalam bahasa Inggris biasanya berbentuk aktif, tetapi dapat pula terjadi dalam kalimat pasif. Dalam bahasa Inggris lebih banyak konstruksi kalimat pasif dibentuk dari kata kerja bantu be yang diikuti oleh kata kerja bentuk ketiga past participle, sedangkan konstruksi kalimat pasif bahasa Indonesia lebih banyak ditandai dengan prefiks di + kata kerja dasar. Berdasarkan penjelasan di atas, secara jelas disampaikan bahwa pada dasarnya penerjemahan adalah perubahan struktur bentuk kata, frasa, klausa dan kalimat. Bentuk bentuk ini merupakan struktur awal dari sebuah bahasa yang biasanya dapat dilihat dalam bentuk tulisan dan didengar dalam bentuk perkataan. Larson (1998:3) menyatakan: in translation the form of the source language (SL) is replaced by the form of the receptor language (RL).This replacement of form necessarily consists of studying the lexicon, grammatical structure, communication situation, and cultural context of the source language text, analyzing it in order to determine its meaning, and reconstructing the same meaning using the lexicon and grammatical structure which are appropriate in RL and its cultural context.
Universitas Sumatera Utara
(Menerjemahkan berarti mempelajari leksikon, struktur gramatikal, situasi komunikasi, dan konteks budaya dari teks BSu, menganalisis teks BSu untuk menemukan maknanya, dan mengungkapkan kembali makna yang sama itu dengan menggunakan leksikon dan struktur gramatikal yang sesuai dalam BSa dan konteks budayanya.) Oleh karena itu, proses yang efektif dan efisien dalam terjemahan konstruksi kalimat pasif bahasa Indonesia ke bahasa Inggris tidak hanya sekedar mengubah bentuk leksikal dan tata bahasa (gramatikal) dengan tepat tetapi juga mampu mengubah pemilihan bentuk konteks budaya dengan tepat pula. Konstruksi kalimat dalam bahasa Indonesia cenderung lebih fokus pada hasil tindakan. Sebagai contoh, Saya akan dijemputnya yang secara literal dapat diterjemahkan I would be picked up by her (Sneddon, 2000:21). Kalimat I would be picked up by her terdengar tidak alami dalam bahasa Inggris; kalimat ini akan terdengar lebih alami bilamana diterjemahkan menjadi She would pick me up. Konstruksi kalimat aktif dalam bahasa Inggris lebih umum karena fokus perhatiannya adalah pelaku yang melaksanakan tindakan tersebut. Disisi lain untuk memperoleh kealamiahan terjemahan, konstruksi kalimat pasif bahasa Indonesia sering kali diterjemahkan menjadi konstruksi kalimat aktif dalam bahasa Inggris. Sebagai contoh Kalimat pasif berikut sangat terdengar alami dalam bahasa Indonesia, tetapi tidak dapat diterjemahkan menjadi kalimat pasif dalam bahasa Inggris. Anaknya sendiri tidak pernah dicarikannya jodoh bentuk kalimat pasif yng diterjemahkan menjadi kalimat aktif dalam bahasa Inggris “She has never looked for a marriage partner for her own child.” (Sneddon, 1996: 255) KBBI (2007:788) menyatakan novel adalah sebagai karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang yang disekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku. Novel sebagai salah satu jenis karya sastra merupakan bagian dari bahasa tulis yang perkembangannya tidak luput dari kreatifitas pengarangnya dan kondisi sosial pada zamannya. Wujud dari kreatifitas pengarang tergambar dari unsur- unsur kebahasaan dari novel tersebut melalui gaya bahasa dan latar belakang budaya pengarangnya. Hal ini menyadarkan bahwa dalam menerjemahakan karya sastra seperti novel adalah tidak mudah
Universitas Sumatera Utara
dan diperlukan kehati – hatian serta keseriusan untuk mendapatkan hasil terjemahan karya sastra yang alami. Laskar Pelangi merupakan salah satu novel yang memiliki ciri kebahasaan tersendiri ditulis oleh novelis Indonesia, Andrea Hirata (2008) dan diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris The rainbow Troops oleh Angie Kilbane (2009). Dalam proses menerjemahkan novel tersebut ke dalam bahasa Inggris khususnya menerjemahkan kalimat pasif, Angie Kilbane sebagai penerjemah juga mengakui bahwa tidak mudah baginya untuk menerjemahkan novel Laskar Pelangi ke dalam bahasa Inggris seperti yang dapat dilihat dalam kutipan berikut. Translating this master piece was no easy task. It took seven months. I worked on it at home, in taxis, at cafes, on airplanes, in airports during lunch at school. I worked it on Java, Bali, Sumatera and Belitong; in Singapore, America, Malaysia and South Korea. This translation has been its fair share of places. Some parts were easier than others, and I had a lot of help along the way. One thing that was very important and difficult to master was conveying the correct emotion in English in the same way Andrea conveyed it in the Indonesian version. Along with trying to tap into universal emotions, the overall construction of irony in the book was one of the biggest challenges in taking on the translation. (Angie Kilbane – Jakarta, October 4th, 2009). Salah satu fenomena yang dijumpai dalam terjemahan novel Laskar Pelangi ke dalam bahasa Inggris The Rainbow Troops khususnya dalam menerjemahkan kalimat pasif dari BSu ke dalam BSa. Dalam proses menerjemahkan kalimat pasif dari BSu, kadang kala penerjemah tidak mempertahankan terjemahan
kalimat pasif dalam BSa tetapi lebih
memilih
untuk
menerjemahkan kalimat pasif tersebut menjadi kalimat aktif. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan hasil terjemahan yang lebih alami dan tidak kaku dalam BSa. Sebagai contoh
dalam novel Laskar Pelangi dan terjemahannya The Rainbow Troops ditemukan kalimat dengan menggunakan konstruksi kalimat pasif seperti; Tapi Borek dan Kucai didudukan berdua bukan karena mereka mirip tetapi karena sama sama susah diatur, diterjemahkan menjadi But Borek and Kucai were seated together not because they looked alike, but because they were both difficult to control.
Universitas Sumatera Utara
Konstruksi kalimat pasif, pergeseran dan prosedur penerjemahan kalimat pasif dalam novel Laskar Pelangi yang ditulis oleh novelis Indonesia, Andrea Hirata (2008) ke dalam bahasa Inggris The Rainbow Troops yang diterjemahkan oleh Angie Kilbane (2009) layak untuk dibahas dan dianalisis karena konstruksi kalimat pasif dalam novel ini tidak hanya diterjemahkan dari kalimat pasif menjadi kalimat pasif tetapi juga dapat ditemukan bahwa kalimat pasif dapat diterjemahkan ke dalam kalimat aktif untuk membuat pesan yang disampaikan terdengar lebih alami dalam BSa. Selain konstruksi kalimat pasif, terdapat beberapa alasan tertentu dalam penentuan novel Laskar Pelangi dan terjemahannya The Rainbow Troops sebagai sumber data antara lain: (1) Novel Laskar Pelangi dan terjemahannya The Rainbow Troops merupakan novel inspiratif karena ceritanya bertemakan mulai dari pendidikan, ekonomi, prestasi, juga percintaan, mampu menginspiri banyak orang. Novel ini sarat akan pesan moral atau hikmah tertentu yang bisa diambil oleh pembaca sehingga pembaca merasa mendapat suatu dorongan dan motivasi untuk melakukan hal yang lebih baik. (2) Ketersediaan novel asli dan terjemahannya di pasar. (3) Kepopuleran novel tersebut dengan melihat jumlah cetak ulangnya sejak pertama sekali penerbitan sampai cetakan kedua puluh menjelang laporan penelitian ini. (4) Catatan mengenai novel – novel yang menjadi Best seller di dalam dan luar negeri cukup banyak dan (5) Jumlah serta ragam penghargaan dan apresiasi positif yang diberikan pada novel tersebut.
1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1
Bagaimanakah konstruksi terjemahan kalimat pasif dalam novel Laskar Pelangi ke dalam bahasa Inggris The Rainbow Troops?
Universitas Sumatera Utara
2
Pergeseran apa saja yang terjadi pada terjemahan kalimat pasif dalam novel Laskar Pelangi ke dalam bahasa Inggris The Rainbow Troops?
3. Prosedur penerjemahan apa saja yang digunakan penerjemah dalam menerjemahkan kalimat pasif dalam novel Laskar Pelangi ke dalam bahasa Inggris The Rainbow Troops?
1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk: 1 Mengidentifikasi konstruksi terjemahan kalimat pasif dalam novel Laskar Pelangi ke dalam bahasa Inggris The Rainbow Troops. 2 Mengidentifikasi pergeseran yang terjadi pada terjemahan kalimat pasif dalam novel Laskar Pelangi ke dalam bahasa Inggris The Rainbow Troops. 3 Mengidentifikasi beberapa prosedur penerjemahan yang digunakan penerjemah dalam menerjemahkan kalimat pasif dalam novel Laskar Pelangi ke dalam bahasa Inggris The Rainbow Troops.
1.4 Manfaat Penelitian Temuan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis dan praktis. 1. Manfaat teoritis Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah dalam bidang ilmu kajian terjemahan yang tertuang dalam karya sastra sehingga bermanfaat bagi usaha pengembangan teori – teori mengenai disiplin ilmu yang erat kaitannya dengan teori linguistic dan terjemahan dalam penggunaan dan penerjemahan kalimat pasif bahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris. 2. Manfaat praktis
Universitas Sumatera Utara
a.
Penelitian ini dapat memberikan kontribusi sebagai acuan agar menerjemahkan kalimat pasif khususnya dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris menjadi lebih baik.
b.
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca untuk menambah hasil penelitian dan pengetahuan tentang terjemahan kalimat pasif yang terkandung dalam novel Laskar Pelangi ke dalam bahasa Inggris The Rainbow Troops.
1.5 Batasan Masalah Penelitian Penelitian ini difokuskan pada terjemahan sebagai produk, khususnya kalimat pasif yang terdapat dalam novel Laskar Pelangi ke dalam bahasa Inggris The Rainbow Troops sebagai objek penelitian dan pergeseran serta prosedur penerjemahan yang digunakan oleh penerjemah dalam menerjemahkan novel tersebut.
1.6 Klarifikasi Makna Istilah. 1. Bahasa Sumber (BSu) dan Bahasa Sasaran (BSa). Bahasa sumber merujuk pada bahasa yang diterjemahkan yaitu Bahasa Indonesia, sedangkan Bahasa sasaran adalah bahasa yang menjadi tujuan penerjemahan yaitu Bahasa Inggris. 2. Teks Sumber (TSu) dan Teks Sasaran (TSa). Teks sumber merujuk pada teks yang diterjemahkan yaitu teks berbahasa Indonesia, sedangkan Teks sasaran adalah teks yang menjadi tujuan penerjemahan yaitu Bahasa Inggris. 3. Konstruksi merupakan komposisi, struktur kata atau frasa disusun dalam sebuah kalimat pasif 4. Kalimat Pasif merupakan susunan kata – kata yang terdiri dari unsur (SPO) dimana subjek dari kalimat itu dikenai suatu tindakan. 5. Pergeseran (Shift) adalah perubahan linguistik yang terjadi antara Teks sumber (TSu) dan Teks target (TSa) dalam penerjemahan.
Universitas Sumatera Utara
6. Prosedur adalah tindakan atau langkah yang ditempuh dalam melakukan proses penerjemahan. 7. Novel adalah sebagai karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setipa pelaku.
BAB II KERANGKA TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA
2.1
Definisi Penerjemahan Penerjemahan selama ini didefinisikan melalui berbagai cara dengan latar belakang
teori dan pendekatan yang berbeda. Ada beberapa definisi penerjemahan yang dikemukakan oleh banyak ahli bahasa. Nida and Taber (1982:12) menyatakan “translating consists of reproducing in the receptor language, the closest natural equivalent of the source language message, first in terms of meaning and secondly in terms of style.” (Penerjemahan mengungksapkan kembali pesan dalam BSu kedalam BSa dengan menggunakan kesepadanan yang wajar dan terdekat baik ditinjau dari segi makna maupun gaya.) Catford (1965:20) menyatakan “Translation as the replacement of textual material in one language by equivalent textual materian in another language.” (Penerjemahan merupakan p enggantian teks dalam BSu dengan teks yang sepadan dalam BSa.) Bell (1991:5) menyatakan “Translation is the expression in a certain language preserving semantic and stylistic equivalences.” (Penerjemahan merupakan bentuk padanan BSu ke dalam BSa yang mencakup makna (semantik) dan stilistik). Larson (1998:3) menyatakan bahwa “Translation consists of transferring the meaning of the source language into the receptor language.”(Penerjemahan adalah mengalihkan
Universitas Sumatera Utara