BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Penerjemahan adalah kegiatan mengalihkan pesan dari suatu bahasa ke
bahasa yang lain dan bukanlah merupakan suatu hal yang mudah. Soemarno (2003) dalam artikelnya yang berjudul Menerjemahkan itu Sulit dan Rumit mengutarakan bahwa seorang penerjemah harus mampu mencari padanan untuk semua kata, frasa, klausa, kalimat, dan bahkan mencari padanan untuk seluruh wacana dalam bahasa sasaran (BSa). Hal ini tidak mudah karena terkadang terdapat ungkapan-ungkapan yang sukar dicari padanannya dalam bahasa sasaran (BSa) seperti misalnya materi yang berhubungan dengan teks sastra yaitu menerjemahkan lelucon, peribahasa atau gaya bahasa, atau hal-hal yang berhubungan dengan budaya. Bahkan terkadang terdapat makna yang sama sekali tidak dapat dicarikan padanannya (untranslatable) dalam bahasa sasaran (BSa) sehingga untuk membantu memecahkan permasalahan tersebut dibutuhkan teori. Bagi banyak orang, penerjemahan seringkali dianggap sebagai seni atau kiat saja sehingga untuk melakukannya tidak diperlukan teori. Anggapan tersebut ada benarnya, tetapi teori dapat membantu penerjemah untuk menerjemahkan secara lebih efisien dan efektif (Machali, 2000:x), sehingga hasil penerjemahanpun akan lebih baik dan mudah dipahami oleh penerima. Salah satu cara yang dapat membantu penerjemah untuk menerjemahkan adalah menggunakan ekuivalensi leksikal dari Larson (1984) dan analisis komponen makna dari Bell (1993).
1
2
Setiap bahasa di dunia memiliki kosakata, istilah, bentuk kontekstual dan tekstual dengan arti/makna tersendiri yang berbeda-beda, sehingga untuk memperoleh hasil penerjemahan yang baik dalam suatu penerjemahan perlu mengetahui dan memahami hal tersebut. Ekuivalensi leksikal menjelaskan tentang kesepadanan antara bahasa sumber (BSu) dan bahasa sasaran (BSa) yang berkaitan dengan kosakata dan analisis komponen makna digunakan untuk mengetahui bergeser atau tidaknya makna terjemahan tersebut. Sebagai contoh adalah sebagai berikut: 1) TSu : インスタント 旅行 カメラ Insutanto ryokō kamera (ドラえもん Vol 7:62) TSa : Kamera wisata instant (Doraemon Vol 7:60) Contoh 1) merupakan penerjemahan secara harfiah dan telah mengalami perubahan urutan karena sistem bahasa pada bahasa Jepang adalah menerangkan diterangkan (M-D) dan bahasa Indonesia diterangkan menerangkan (D-M). Kata insutanto (インスタント), ryokō (旅行), dan kamera (カメラ) dapat langsung diterjemahkan secara harfiah menjadi instant, wisata, dan kamera karena konsep kata-kata pada kedua bahasa tersebut saling mengetahui, sehingga berdasarkan ekuivalensi leksikal Larson (1984) hal ini disebut ekuivalensi leksikal ketika konsep saling mengetahui yakni ekuivalensi leksikal yang harfiah. Hasil terjemahan contoh 1) juga tidak mengalami pergeseran makna dikarenakan komponen makna yang terkandung pada teks sumber (TSu) juga terdapat pada teks sasaran (TSa), dapat dilihat sebagai berikut.
3
Berikut ini adalah pengertian kata-kata pada teks sumber (TSu) contoh 1) : インスタント : すぐにできること。手間のかからないこと。また、そのさ ま。即席。即座。 Insutanto : Sugu ni dekiru koto. Tema no kakaranai koto. Mata, sono-sama. Sokuseki. Sokuza (https://kotobank.jp/word/インスタント). Insutanto : Hal yang segera selesai. Hal yang tidak menghabiskan banyak waktu. Selain itu, ringkas. Siap pakai. Secara kontan/segera (https://kotobank.jp/word/インスタント). 旅行 Ryokō
: 家を離れて他の土地へ行くこと。旅をすること。 : Ie o hanarete hoka no tochi e iku koto. Tabi o suru koto (https://kotobank.jp/word/旅行). : Meninggalkan rumah pergi ke tempat lainnya. Hal yang berhubungan dengan perjalanan (https://kotobank.jp/word/旅行).
Ryokō カメラ Kamera Kamera
: 写真を撮影する光学器械。 : Shashin o satsuei suru kōgaku kikai (https://kotobank.jp/word/カメ ラ). : Alat optik untuk pemotretan foto (https://kotobank.jp/word/カメ ラ).
Berikut ini adalah pengertian kata-kata pada teks sasaran (TSa) contoh 1) : Kamera : Kotak kedap sinar yang dipasang dengan lensa yang menyambung pada lubang lensa tempat gambar (objek) yang direkam di alat yang pekat cahaya; alat potret (http://kbbi.web.id/kamera). Wisata
: Bepergian bersama-sama (untuk memperluas pengetahuan, bersenangsenang, dan sebagainya); bertamasya (http://kbbi.web.id/wisata).
Instan
: Langsung (http://kbbi.web.id/instan).
Tabel 1 Analisis Komponen Makna Insutanto Ryokō Kamera dan Kamera Wisata Instan No.
Komponen Makna
1.
Alat optik untuk memotret
2.
Kotak kedap sinar yang dipasang dengan lensa Meninggalkan rumah pergi ke tempat lain berhubungan dengan perjalanan
3.
Insutanto Ryokō Kamera
Kamera Wisata Instan
+
+
+
+
+
+
4
4.
Bepergian bersama-sama/bertamasya
+
+
5.
Secara langsung
+
+
6.
Hal yang segera selesai, ringkas, tidak menghabiskan banyak waktu
+
+
2) TSu : ムユウボウ Muyūbō (ドラえもん Vol 6:10) TSa : Tongkat hipnotis (Doraemon Vol 6:8) Contoh 2) merupakan penerjemahan yang tidak memiliki keselarasan antara teks sumber (TSu) dan teks sasaran (TSa). Kata muyūbō (ムユウボウ) yang berasal dari kata muyūbyō ( ム ユ ウ ビ ョ ウ ) diterjemahkan menjadi tongkat hipnotis yang masing-masing kata tersebut memiliki pengertian sebagai berikut. Berikut ini adalah pengertian kata pada teks sumber (TSu) contoh 2) : ムユウビョウ : 夜間睡眠中,突然起き上がり,発作的に歩き回ったり,話 したりし,再び眠ってしまう現象で,その間覚醒せず, 本人は全く覚えていない。 Muyūbyō : Yakan suiminchū, totsuzen okiagari, hossateki ni arukimawattari, hanashi tari shi, futatabi nemutte shimau genshō de, sonoaida kakusei sezu, honnin wa mattaku oboeteinai (https://kotobank.jp/word/夢遊病). Muyūbyō : Fenomena ketika tidur di waktu malam, secara mendadak bangkit berdiri, terdorong oleh perasaan kalap kemudian melakukan hal seperti berjalan hilir mudik, berbicara, lalu kembali tertidur tanpa sadar dan orang tersebut sama sekali tidak ingat akan hal itu (https://kotobank.jp/word/夢遊病). Berikut ini adalah pengertian kata-kata pada teks sasaran (TSa) contoh 2) : Tongkat
Hipnotis
: Sepotong bambu (rotan, kayu, dan sebagainya) yang agak panjang (untuk menopang atau pegangan ketika berjalan, menyokong, dan sebagainya) (http://kbbi.web.id/tongkat). : Membuat atau menyebabkan seseorang berada dalam keadaan hipnosis (http://kbbi.web.id/hipnotis).
5
Berdasarkan
ekuivalensi
leksikal
Larson
(1984)
hal
ini
disebut
permasalahan khusus dalam menemukan ekuivalensi leksikal yakni pasangan leksikal yang tidak selaras. Hasil terjemahan contoh 2) mengalami pergeseran makna dikarenakan terdapat komponen makna yang tidak terkandung pada teks sumber (TSu) dan teks sasaran (TSa), dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini. Tabel 2 Analisis Komponen Makna Muyūbō dan Tongkat Hipnotis No.
Komponen Makna
1.
Fenomena ketika tidur di waktu malam Ketika tidur mendadak bangkit berdiri kemudian melakukan hal seperti berjalan hilir mudik atau berbicara dan tertidur tanpa sadar dan tidak ingat apa yang terjadi Sepotong bambu (rotan, kayu, dan sebagainya) Digunakan untuk menopang atau pegangan ketika berjalan, menyokong, dan sebagainya Menyebabkan seseorang berada dalam keadaan hipnosis
2.
3. 4.
5.
Muyūbō
Tongkat Hipnotis
+
-
+
-
-
+
-
+
-
+
Adakalanya seorang penerjemah menerjemahkan suatu teks sumber (TSu) yang sama menjadi lebih dari satu teks sasaran (TSa) yang hasilnya tidak ataupun dapat mengalami pergeseran makna. Sebagai contoh adalah sebagai berikut: 3) TSu : N・S ワッペン N・ S Wappen (ドラえもん Vol 2:120, ドラえもん Vol 6:181) TSa : (a) Stiker N-S (Doraemon Vol 2:118) (b) Stiker Utara Selatan (Doraemon Vol 6:179) Pada contoh 3) terdapat dua hasil penerjemahan teks sumber (TSu). Berdasarkan ekuivalensi leksikal Larson (1984) hasil terjemahan (a) merupakan ekuivalensi
6
leksikal ketika konsep tidak diketahui yakni kesepadanan dengan memodifikasi kata asing. N dan S pada teks sumber (TSu) yang merupakan singkatan dari kata Nōsu dan Sausu tetap dibiarkan tanpa mengalami penerjemahan, sedangkan hasil terjemahan (b) merupakan ekuivalensi leksikal ketika konsep saling mengetahui yakni ekuivalensi leksikal yang harfiah karena kata wappen, N (Nōsu) dan S (Sausu) diterjemahkan secara harfiah menjadi stiker, Utara dan Selatan. Meskipun berbeda, hasil kedua terjemahan tersebut tidak mengalami pergeseran makna dikarenakan komponen makna yang terkandung pada teks sumber (TSu) juga terdapat pada kedua macam teks sasaran (TSa), dapat dilihat sebagai berikut. Berikut ini adalah pengertian kata pada teks sumber (TSu) contoh 3) : ワッペン (Wappen) : Stiker (Matsuura, 2005:1156). ノース Nōsu Nōsu
: 北。 : Kita (https://kotobank.jp/word/ノース). : Utara (https://kotobank.jp/word/ノース).
サウス Sausu Sausu
: 南。 : Minami (https://kotobank.jp/word/サウス). : Selatan (https://kotobank.jp/word/サウス).
Berikut ini adalah pengertian kata-kata pada teks sasaran (TSa) contoh 3) : Stiker Utara Selatan
: Lembaran kecil kertas atau plastik yang ditempelkan (http://kbbi.web.id/stiker). : Mata angin yang arahnya berlawanan dengan selatan (http://kbbi.web.id/utara). : Mata angin yang arahnya berlawanan dengan utara (http://kbbi.web.id/selatan).
Tabel 3 Analisis Komponen Makna N・S Wappen, Stiker N・S dan Stiker Utara Selatan No. 1.
Komponen Makna Stiker
N・S Wappen
Stiker N・S
Stiker Utara Selatan
+
+
+
7
2.
Lembaran kecil kertas atau plastik yang ditempelkan
+
+
+
3.
Utara
+
+
+
4.
Selatan
+
+
+
5.
Merupakan salah satu mata angin
+
+
+
6.
Berlawanan dengan selatan
+
+
+
7.
Berlawanan dengan Utara
+
+
+
Adanya lebih dari satu hasil terjemahan yang digunakan pada satu alat dapat menyebabkan kebingungan pada pembaca. Untuk mengatasi hal tersebut dari kedua hasil terjemahan, penerjemah sebenarnya dapat hanya menggunakan stiker Utara Selatan sebagai hasil terjemahan. Berdasarkan ketiga contoh tersebut, ekuivalensi leksikal dan analisis komponen makna saling berhubungan dan saling mendukung dalam proses penerjemahan khususnya dalam penerjemahan kosakata. Oleh sebab itu, penerjemahan nama alat-alat Doraemon yang merupakan benda-benda imajinatif pada manga Daichōhen Doraemon karya Fujiko F Fujio dipilih menjadi sumber data pada penelitian ini. Pada teks sumber (TSu) nama alat-alat Doraemon dapat berupa sebuah kata ataupun beberapa kata yang disesuaikan dengan bentuk ataupun fungsi dari alat tersebut, sedangkan tidak semua kosakata pada teks sumber (TSu) memiliki kesepadanan dengan teks sasaran (TSa), sehingga terdapat penyesuaian dalam proses penerjemahan yang tidak ataupun dapat menghasilkan pergeseran makna. Pada penerjemahan manga Daichōhen Doraemon juga ditemukan beberapa nama alat pada teks sumber (TSu) yang memiliki lebih dari satu hasil penerjemahan, sehingga hal ini menarik untuk diteliti.
8
Daichōhen Doraemon merupakan salah satu manga karya Fujiko F Fujio yang diciptakan pada tahun 1983 dan telah diadaptasikan menjadi anime movie. Manga ini menceritakan tentang seekor robot kucing berwarna biru bernama Doraemon yang berasal dari masa depan dan memiliki kantong ajaib melakukan berbagai petualangan bersama Nobita dan kawan-kawannya. Di dalam kantong ajaib tersebut terdapat alat-alat ajaib imajinatif yang dapat membantu menghadapi beragam masalah saat bertualang. Doraemon dengan alat-alat ajaibnya telah terkenal hingga ke berbagai belahan dunia dan telah mendapatkan berbagai macam penghargaan serta bentuk apresiasi-apresiasi lain seperti 1st Osamu Tezuka Culture Award pada 1997 dan terpilih sebagai salah satu di antara 22 Asian Heroes versi majalah TIME dan menjadi satu-satunya tokoh kartun dalam daftar yang dirilis pada 22 April 2002. TIME juga memberi julukan The Cuddliest Hero in Asia pada pemilik kantong ajaib tersebut. Kementrian luar negeri Jepang juga menunjuk Doraemon sebagai duta budaya Jepang pada tahun 2008 dan pada tahun 2011 dibuka museum yang didedikasikan untuk Fujiko F Fujio di kota Kawasaki (Dimas, 2009).
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut : 1.
Bagaimanakah ekuivalensi leksikal penerjemahan alat-alat Doraemon yang terdapat dalam manga Daichōhen Doraemon karya Fujiko F Fujio?
9
2.
Bagaimanakah analisis komponen makna penerjemahan alat-alat Doraemon yang terdapat dalam manga Daichōhen Doraemon karya Fujiko F Fujio?
1.3
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini dibagi menjadi dua bagian yaitu tujuan umum dan
tujuan khusus. 1.3.1 Tujuan Umum Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk menambah pengetahuan mengenai penerjemahan, khususnya penerjemahan bahasa Jepang ke dalam bahasa Indonesia dan untuk menambah pengetahuan mengenai ekuivalensi leksikal dan analisis komponen makna kepada masyarakat luas.
1.3.2 Tujuan Khusus Secara khusus, tujuan penelitian ini sejalan dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, yaitu sebagai berikut: 1.
Mengetahui ekuivalensi leksikal penerjemahan alat-alat Doraemon yang terdapat dalam manga Daichōhen Doraemon karya Fujiko F Fujio.
2.
Mengetahui analisis komponen makna penerjemahan alat-alat Doraemon yang terdapat dalam manga Daichōhen Doraemon karya Fujiko F Fujio.
1.4
Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu manfaat teoretis dan
manfaat praktis.
10
1.4.1 Manfaat Teoretis Manfaat teoretis dari penelitian ini adalah dapat memberikan sumbangan data yang nantinya dapat digunakan sebagai landasan penelitian selanjutnya mengenai ekuivalensi leksikal dan analisis komponen makna khususnya di bidang penerjemahan. 1.4.2 Manfaat Praktis Manfaat praktis dari penelitian ini adalah diharapkan dapat dapat menambah serta memberikan informasi tentang ekuivalensi leksikal serta analisis komponen makna pada penerjemahan alat-alat Doraemon dalam manga Daichōhen Doraemon karya Fujiko F Fujio.
1.5
Ruang Lingkup Penelitian ini hanya menganalisis ekuivalensi leksikal dan analisis
komponen makna nama alat-alat Doraemon dalam bahasa Jepang dan terjemahannya dalam bahasa Indonesia yang terdapat dalam manga Daichōhen Doraemon karya Fujiko F Fujio.
1.6
Sumber Data Sumber data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah manga
berbahasa Jepang yang berjudul Daichōhen Doraemon karya Fujiko F Fujio sebanyak 8 volume yang diterbitkan oleh Shogakukan, Tokyo, sebagai teks bahasa sumber (BSu) dengan rincian informasi sebagai berikut :
11
Tabel 4 Manga Daichōhen Doraemon yang digunakan sebagai teks bahasa sumber (BSu) No.
Judul
Jumlah Halaman
Tahun Terbit
1.
Daichōhen Doraemon Vol.1 Nobita no Kyōryū
193
1983
2.
Daichōhen Doraemon Vol.2 Nobita no Uchū Kaitakushi
186
1984
3.
Daichōhen Doraemon Vol.3 Nobita no Daimakyō
189
1985
4.
Daichōhen Doraemon Vol.4 Nobita no Kaitei Kiganjō Daichōhen Doraemon Vol.5 Nobita no Makai Daibōken Daichōhen Doraemon Vol.6 Nobita no Uchū Ko Sensō Daichōhen Doraemon Vol.7 Nobita to Tetsujin Heidan
207
1983
191
1984
195
1985
206
1987
197
1988
5. 6. 7. 8.
Daichōhen Doraemon Vol.8 Nobita to Ryū no Kishi
Digunakan juga terjemahan manga tersebut dalam bahasa Indonesia oleh Amadio Hiromi Prabowo, dengan judul Doraemon Petualangan volume 1 sampai dengan volume 8 edisi terbitan terbaru yang kedelapan volume tersebut diterbikan pada tahun 2015 oleh PT. Elex Media Komputindo, Kelompok Gramedia, Jakarta, sebagai teks bahasa sasaran (BSa) dengan rincian informasi sebagai berikut : Tabel 5 Terjemahan Manga Daichōhen Doraemon yang digunakan sebagai teks bahasa sasaran (BSa) No. 1. 2.
Judul Doraemon Petualangan 1 : Petualangan Nobita dengan Dinosaurus Doraemon Petualangan 2 : Petualangan Nobita di Luar Angkasa
Jumlah Halaman 187 188
3.
Doraemon Petualangan 3 : Nobita dalam Dunia Misteri
187
4.
Doraemon Petualangan 4 : Petualangan Nobita di Dasar Laut
207
12
5.
Doraemon Petualangan 5 : Petualangan Nobita dalam Dunia Setan Doraemon Petualangan 6 : Nobita dalam Perang Luar Angkasa
6.
189 187
7.
Doraemon Petualangan 7 : Nobita dan Pasukan Robot
204
8.
Doraemon Petualangan 8 : Nobita dan Ksatria Dinosaurus
187
1.7
Metode dan Teknik Penelitian Metode dan teknik penelitian pada penelitian ini terdiri dari tiga tahapan,
yaitu tahap pengumpulan data, tahap analisis data dan tahap penyajian hasil analisis data. Berikut ini adalah bagan proses penelitian secara keseluruhan. Sumber Data
Pengumpulan Data
Analisis Data
Pengkategorian Data Berdasarkan Ekuivalensi Leksikal
1.
Ekuivalensi Leksikal Ketika Konsep Saling Mengetahui
a. Ekuivalensi Leksikal yang Harfiah b. Ekuivalensi Leksikal yang Tidak Harfiah 1) Frasa Deskriptif 2) Menggunakan Kata yang Berhubungan sebagai Kesepadanan - Sinonim - Bentuk Kembar Sinonim - Bentuk Kembar Hubungan Umum-Khusus - Antonim atau Negasi Antonim - Unsur Leksikal Resiprokal 3) Kata Umum dan Khusus - Kata Umum-Kata Khusus - Kata Khusus-Kata Umum 4) Makna Sekunder dan Figuratif
2.
3.
Ekuivalensi Leksikal Ketika Konsep Tidak Diketahui
a. Bentuk dan Fungsi b. Kesepadanan dengan Memodifikasi Kata Umum - Modifikasi dengan Mengutamakan Bentuk - Modifikasi dengan Pernyataan dari Fungsi - Modifikasi dengan Bentuk dan Fungsi - Modifikasi dengan Perbandingan c. Kesepadanan dengan Memodifikasi Kata Asing d. Kesepadanan dengan Penggantian Budaya
Analisis Komponen Makna
Permasalahan Khusus dalam Menemukan Ekuivalensi Leksikal
a. Tidak Mengalami Pergeseran Makna b. Mengalami Pergeseran Makna
a. Kata-Kata Kunci b. Kata-Kata Simbolis c. Kombinasi Kata dan Kesalahan Penerjemahan Harfiah d. Salah Kawan e. Komponen Makna Eksplisit dan Implisit - Pasangan Leksikal yang Tidak Selaras - Eksplisit-Implisit - Implisit-Eksplisit
Hasil dan Kesimpulan
Bagan 1. Proses Penelitian
13
1.7.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data Dalam tahap pengumpulan data, metode yang digunakan adalah metode simak atau pengamatan. Sudaryanto (1993:133), untuk menyimak objek penelitian dilakukan dengan menyadap. Pada proses pengumpulan data, hal yang dilakukan adalah menyadap penggunaan bahasa, menyadap pembicaraan seseorang atau beberapa orang, atau menyadap penggunaan bahasa tulisan. Data yang diamati dalam metode ini merupakan data tertulis dengan sumber data berupa manga Daichōhen Doraemon volume 1 sampai dengan volume 8 karya Fujiko F Fujio berbahasa Jepang dan terjemahannya dalam bahasa Indonesia yang berjudul Doraemon Petualangan volume 1 sampai dengan volume 8 edisi terbaru oleh Amadio Hiromi Prabowo, sehingga digunakan juga teknik catat. Objek penelitian dibaca secara intensif dan berulang-ulang dan teknik catat digunakan untuk mengumpulkan data yang digunakan sebagai objek penelitian. 1.7.2 Metode dan Teknik Analisis Data Pada tahap analisis data, metode yang digunakan adalah metode padan translasional dan metode deskriptif. Metode padan translasional merupakan metode analisis yang penentunya adalah bahasa lain (Sudaryanto, 1993:14). Datadata yang telah terkumpul akan dibandingan antara teks bahasa sumber dengan teks bahasa sasaran. Metode deskriptif merupakan metode dengan cara memaparkan data-data yang telah terkumpul dan dianalisis. Pemakaian metode deskriptif analisis tidak semata-mata hanya menguraikan, tetapi juga memberikan pemahaman dan penjelasan secukupnya mengenai data yang ada (Ratna, 2006:53).
Langkah
analisis
data
pada
penelitian
ini
yaitu
pertama
14
mengkategorikan penerjemahan alat-alat Doraemon berdasarkan ekuivalensi leksikal yang dikemukakan oleh Larson (1984) dan kemudian data-data tersebut dianalisis menggunakan analsis komponen makna yang dikemukakan oleh Bell (1993) untuk mengetahui terjadi atau tidaknya pergeseran makna pada penerjemahan alat-alat Doraemon dalam manga Daichōhen Doraemon karya Fujiko F Fujio. Teknik analisis data kuantitatif statistik deskriptif juga digunakan pada penelitian ini. Termasuk dalam statistik deskriptif adalah perhitungan modus ataupun perhitungan persentase (Sugiono, 2014:148). Teknik ini digunakan dengan tujuan dapat mengetahui persentase dari masing-masing kategori ekuivalensi leksikal dan persentase hasil analisis komponen makna yang terjadi pada sumber data. 1.7.3 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data Dalam tahap penyajian hasil analisis data digunakan metode formal dan informal. Sudaryanto (1993:145) mengemukakan bahwa metode formal digunakan untuk menyajikan hasil analisis data dengan menggunakan tanda dan lambang, sedangkan metode informal digunakan untuk menyajikan hasil analisis data melalui kata-kata. Penyajian hasil analisis juga menggunakan tabel untuk mempermudah pemaparan persentase ekuivalensi leksikal dan analisis komponen makna penerjemahan alat-alat Doraemon dalam manga Daichōhen Doraemon karya Fujiko F Fujio.