1
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Teks merupakan rangkaian kata, klausa, atau kalimat yang saling
berhubungan dan membentuk suatu makna. Teks bisa berupa teks tertulis ataupun teks lisan. Dalam memahami suatu teks, harus dilihat tidak hanya dari satu aspek atau sudut pandang, tetapi bisa juga ditelaah dari banyak sisi. Seperti konsep yang dikemukakan oleh Halliday, yaitu context of situation, maksudnya "melalui sebuah hubungan yang sistematik antara lingkungan sosial pada satu sisi dan organisasi bahasa yang fungsional pada sisi lainnya" (Halliday, 1985:11). Oleh karena itu, untuk memahami makna suatu teks harus juga dilihat dari konteks situasinya. Bisa saja ditemukan beberapa teks pada satu halaman yang sama pada suatu majalah, misalnya, tetapi ketika ditilik lebih dalam teks-teks tersebut tentu saja akan ditemukan banyak perbedaan, baik dilihat dari judulnya, bahasa yang digunakan, pesan yang disiratkan, bentuk teks yang digunakan, maupun yang lainnya. Suatu teks memang harus dilihat juga dari segi struktur dan tata bahasanya, tetapi belum tentu akan memiliki pesan atau makna jika tidak dibuat dengan konsep dan tujuan. Jadi, teks merupakan suatu keseluruhan, baik dari segi tata bahasa maupun makna yang 1
2
dikandungnya. Selain itu, koherensi antara satu kalimat dengan kalimat lainnya harus diperhatikan. Walaupun suatu kalimat memiliki makna, apabila kalimat satu dan yang lainnya tidak koheren, maka maknanya menjadi sia-sia. Teks tidak terlepas dari bahasa dan bahasa sebagai sistem semantis mampu memaparkan makna teks. Bahasa dikatakan memiliki tiga komponen makna, yaitu makna ideasional, makna interpersonal dan makna tekstual. Makna ideasional memaparkan tugas bahasa sebagai pemberi arti pada pemaparan pengalaman seseorang. Makna interpersonal mengemukakan makna dalam suatu interaksi. Selanjutnya, makna tekstual adalah makna yang digunakan untuk merangkai pengalaman linguistik menjadi satu kesatuan yang padu. Banyak teori linguistik yang muncul, salah satu di antaranya adalah teori Linguistik Fungsional Sistemik (untuk seterusnya disingkat menjadi LFS). Dalam hal ini LFS dapat digambarkan sebagai pendekatan fungsionalsemantik pada bahasa yang membahas dua hal, yaitu bagaimana orang menggunakan bahasa dalam konteks yang berbeda dan bagaimana pula bahasa digunakan sebagai sistem semiotik (Eggins, 1994:23). Di samping itu, LFS mencoba mengembangkan teori yang mengatakan bahwa bahasa sebagai proses sosial dan metode yang memperbolehkan detail dan deskripsi sistemik dari pola-pola bahasa.
3
Dalam LFS dikenal istilah transitivitas. Jika dibicarakan dalam nuansa kelinguistikan, transitivitas bisa dilihat dari berbagai sudut pandang. Ketransitifan suatu klausa dapat diukur jika dilihat dari sudut semantik dan gramatikalnya. Dalam kaitan ini kata kerja yang berperan dalam suatu klausa atau kalimat bisa berupa kata kerja transitif ataupun intransitif. Berbeda dengan istilah transitivitas yang dibahas dalam tulisan ini. Secara umum, transitivitas
dapat
dikatakan
menjelaskan
bagaimana
suatu
makna
direpresentasikan dalam suatu kalimat. Transitivitas memiliki peran dalam menunjukkan
bagaimana
manusia
menggambarkan
pikiran
mereka
mengenai kenyataan dan bagaimana mereka menggabungkan pengalaman itu dengan kenyataan sekitar mereka. Namun, dalam linguistik, transitivitas berhubungan dengan makna proposional dan fungsi elemen-elemen semantik. Teks pidato merupakan salah satu teks yang menarik untuk dianalisis menggunakan LFS. Jika dilihat dari konteksnya, teks pidato tentunya akan memiliki bentuk bahasa yang berbeda-beda. Begitu juga jika dilihat dari siapa yang menjadi petutur pidato itu, latar belakang penulis, di samping petutur pidato ikut memengaruhi bentuk bahasa di dalamnya. Dalam tulisan ini, teks pidato yang dianalisis adalah teks pidato pelantikan Presiden Amerika Serikat yang menjabat saat ini, yaitu Barack Obama. Seperti diketahui bahwa beliau adalah presiden kulit hitam pertama yang memenangkan pemilihan umum. Pemilihan kata yang lugas sangat sering
4
digunakan Obama dalam pidatonya. Kata yang digunakan tidak berbelit-belit dan langsung mengenai sasaran. Kelugasan inilah tentunya yang bisa mencerminkan seorang Obama dalam tindakannya. Dalam hal ini, pidato politik yang baik adalah pidato politik yang menggunakan bahasa yang mampu memberikan pengaruh pada pendengarnya sehingga pemilihan katanya mudah dimengerti dan tepat sasaran. Pidato
pelantikan
Barack
Obama
terkesan
sangat
biasa
jika
dibandingkan dengan pidato pelantikan pendahulunya. Tidak ada lagi seruan, “Yes, we can!”. Obama lebih banyak membahas generasi sekarang dan mengajak warga Amerika Serikat untuk berjuang kembali dengan mengambil segala risiko yang ada. Obama meyakinkan warganya dengan mengatakan, “All this we can do. All this we will do.”
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dirumuskan beberapa
permasalahan seperti berikut ini. (1)
Bagaimanakah tipe proses transitivitas yang terdapat dalam pidato pelantikan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama? Tipe proses apa sajakah yang mendominasi pidato pelantikan presiden Amerika Serikat, Barack Obama dan mengapa?
(2)
Bagaimanakah
sirkumstan
yang
terdapat
dalam
pelantikan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama?
pidato
5
(3)
Bagaimanakah hubungan antara sistem transitivitas dan konteks situasi dalam pidato pelantikan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama?
(4)
Bagaimanakah hubungan antara transitivitas dengan kekuatan retorika pidato pelantikan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama?
1.3
Tujuan Penelitian Tujuan dalam tulisan ini dibagi menjadi dua, yaitu tujuan umum dan
tujuan khusus. Tujuan umum yang ingin dicapai dalam tulisan ini, yakni melalui penelitian ini diharapkan analisis teks dapat dipahami, yaitu tidak hanya pada pemahaman teori, tetapi juga pada penerapan teori dalam analisis masalah. Selain tujuan umum di atas, tujuan khusus tulisan ini adalah sebagai berikut. (1) Mendeskripsikan tipe proses transitivitas yang terdapat dalam teks pidato pelantikan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama dan mendeskripsikan proses yang mendominasi dalam teks pelantikan Presiden Amerika Serikat Barack Obama dan menganalisis alasan yang mendominasi tersebut. (2) Mendeskripsikan sirkumstan yang ada dalam teks pidato pelantikan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama.
6
(3) Menganalisis hubungan antara sistem transitivitas dan konteks situasi dalam teks pelantikan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama. (4) Menganalisis hubungan antara transitivitas dengan kekuatan retorika dalam teks pelantikan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama.
1.4
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam bidang
kelinguistikan, baik yang bersifat teoretis maupun yang bersifat praktis. Kedua manfaat tersebut diuraikan di bawah ini.
1.4.1 Manfaat Teoretis Adapun manfaat teoretis penelitian ini dirumuskan sebagai berikut. a. Diharapkan melalui tulisan ini ada pemahaman yang lebih jauh mengenai analisis teks dilihat dari teori LFS. Begitu juga hubungan yang terkait dan yang dapat ditemukan antarkonsep, misalnya transitivitas dan konteks situasi. b. Diharapkan juga ada pemahaman mengenai bidang ilmu lain, dalam hal ini retorika dilihat dari sudut pandang linguistik dan hubungan yang ada antara sisi lingistik dalam retorika, seperti transitivitas dan konteks situasi dengan kekuatan retorika.
7
1.4.2 Manfaat Praktis Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang cukup, dalam hal ini tidak hanya aplikasi teori linguistik, tetapi juga apabila dihubungkan dengan retorika. Demikian pula pembahasan retorika, baik dari segi bahasa, pemilihan kata, gaya bahasa, kekuatan retorika, cara membawakan, dan maupun tidak lepas dari sisi linguistiknya.
1.5
Jangkauan Penelitian Jangkauan penelitian dititikberatkan pada teks pidato pelantikan
Presiden Amerika Serikat, Barack Obama berdasarkan sistem transitivitas yang terjadi dalam teks tersebut dan bagaimana hubungannya dengan konteks situasi. Data yang sudah dipilah kemudian dihitung untuk menemukan persentase kemunculan proses dalam teks pelantikan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama. Hasil perhitungan persentase menentukan proses yang mendominasi. Selanjutnya, data dianalisis berdasarkan sirkumstan dan hubungannya dengan konteks situasi. Terakhir, dianalisis hubungannya dengan kekuatan retorika.
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, KERANGKA TEORI, DAN MODEL PENELITIAN
2.1 Kajian Pustaka Analisis teks memiliki cukup banyak pengikut dalam dunia linguistik. Beberapa tulisan yang menyangkut analisis teks banyak dibuat, yakni dengan tujuan memperjelas apa dan bagaimana analisis teks, teori-teori yang ada, dan aplikasi teori tersebut, baik pada teks lisan maupun tulis. Suardana (2008) dalam tesisnya yang berjudul “The Analysis of Transitivity Shift on Translation Mengapa Bali Disebut Pulau Seribu Pura” menggunakan LSF yang dikemukakan Halliday sebagai teori utama. Menurut Halliday (2004), transitivitas adalah makna yang ideasional, representasi dari apa yang ada di dunia yang ada di sekeliling kita, di samping yang ada dalam pikiran kita, yakni dunia tempat imajinasi kita berada. Tulisan ini lebih memanfaatkan teori LFS sebagai alat bantu dalam menemukan perubahan sistem transitivitas yang terjadi dari bahasa sumber ke dalam bahasa target. Melalui tulisan ini dapat dilihat adanya banyak perubahan sistem transitivitas dalam bahasa sumber setelah diterjemahkan ke dalam bahasa target. Dalam hal ini, transitivitas dibagi menjadi tiga, yakni proses, partisipan, dan sirkumstan. Proses penerjemahan mampu mengubah posisi ketiga sistem tersebut. Namun, tulisan ini hanya mengulas 8
9
dari sisi pengaruh transitivitas dalam terjemahan suatu teks, tidak menyinggung bagian lain, misalnya konteks situasi dalam hubungannya dengan transitivitas seperti pada penelitian ini. Adisaputra (2008) dalam artikelnya yang berjudul “Linguistik Fungsional Sistemik: Analisis Teks Materi Pembelajaran di Sekolah Dasar (SD)” menggunakan teori yang dikemukakan Halliday, yaitu LFS dalam analisisnya. Dalam artikel ini disebutkan dua permasalahan dalam teks pembelajaran anak sekolah dasar dilihat dari transitivitas serta konteks dan inferensinya. Dalam tulisannya, analisis teks dengan pendekatan LFS terhadap teks mata pelajaran bahasa Indonesia dan Ilmu Pengetahuan Sosial di kelas dua sekolah dasar menghasilkan beberapa temuan sebagai simpulan analisis. Sebagai simpulan dapat dilihat bahwa unsur transitivitas sangat memengaruhi suatu teks. Klausa yang saling berhubungan menciptakan makna dalam teks. Jika dilihat dari kontekstual dan inferensinya, dinyatakan bahwa kedua teks masih belum dapat dikatakan sebagai teks pembelajaran yang universal. Di samping itu, melalui tulisan ini dapat diketahui seberapa besar pengaruh transitivitas pada suatu teks dan mengapa hal itu bisa terjadi. Berbeda dengan artikel tersebut, dalam tulisan ini diterapkan LFS pada bentuk teks yang berbeda, di samping melihat perbedaan pengaruh transitivitas pada teks yang berbahasa Inggris karena dalam tulisan ini, teks yang dianalisis menggunakan bahasa Indonesia.
10
Anindita (2008) dalam tesisnya yang berjudul “Analisis Retorika Pemimpin Misa dalam Penyelenggaraan Misa Bahasa Inggris di Gereja Katolik Redemptor Mundi Surabaya” merupakan salah satu tulisan yang menganalisis bentuk orasi atau pidato atau bisa juga disebut dengan retorika. Dalam tulisannya, Anindita menganalisis keterampilan pemimpin misa dalam menyampaikan pesan kepada jemaat melalui misa di gereja. Teori Retorika dijadikan sebagai teori pendukung utama dalam analisis ini. Hasilnya dapat disimpulkan bahwa kefasihan komunikasi komunikator terdiri atas tiga bagian utama, yaitu metode yang digunakan, pesan verbal, dan komunikasi nonverbal. Pengorganisasian pesan juga sangat penting untuk mencapai tujuan yang diinginkan oleh komunikator sehingga yang mendengarkan dapat segera memahami pesan tersebut. Tulisan ini hanya sebatas membahas komunikasi dari komunikator, sedangkan pada analisis mengenai teks pidato pelantikan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama ini, dibahas lebih mendalam, tidak hanya dari cara Obama berkomunikasi melalui pidatonya, tetapi juga dari sudut pandang linguistik, yakni bagaimana pemilihan tipe proses transitivitas yang digunakan dan relevansinya dengan konteks situasi. Sutama (2010) membahas bahasa Bali dalam teks pernikahan dengan menggunakan teori LFS. Dalam disertasinya yang berjudul “Teks Ritual Pawiwahan Masyarakat Adat Bali Analisis Linguistik Sistemik Fungsional” dibahas secara lengkap mengenai analisis teks menggunakan teori LFS. Teks
11
ritual pawiwahan tersebut dianalisis dari segi struktur, moda, tema, transitivitas, tema-rema, hubungan logis antarklausa, dan ideologinya. Penelitian Sutama ini memberikan masukan yang besar dalam penelitian teks pidato pelantikan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama karena di dalam penelitian tersebut dibahas juga mengenai analisis transitivitas dan konteks situasi. Namun, yang membedakannya adalah data yang dianalisis karena kedua tipe teks tersebut memiliki tujuan dan gaya bahasa yang berbeda. Selain itu, dalam analisis teks pidato pelantikan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama ini, juga dibahas masalah retorika yang sama sekali tidak diulas dalam analisis teks ritual pawiwahan itu.
2.2 Konsep 2.2.1 Teks Dalam pandangan Halliday (1978:141), teks dimaknai secara dinamis. Teks adalah bahasa yang sedang melaksanakan tugas tertentu dalam konteks situasi (Halliday & Hasan, 1992:13). Teks adalah contoh interaksi lingual tempat masyarakat secara aktual menggunakan bahasa; apa saja yang dikatakan atau ditulis; dalam konteks yang operasional (operational context) yang dibedakan dari konteks kutipan (a citational context), seperti kata-kata yang didaftar dalam kamus (Halliday, 1978:109). Karena semua bahasa yang hidup mengambil bagian tertentu dalam konteks situasi, dapat dinamakan teks.
12
Menurut Halliday (1978:135), kualitas tekstur tidak didefinisikan dari ukuran. Teks adalah sebuah konsep semantis. Meskipun terdapat pengertian sebagai sesuatu di atas kalimat (super-sentence), sesuatu yang lebih besar daripada kalimat, dalam pandangan Halliday hal itu secara esensial merupakan salah tunjuk pada kualitas teks. Kita tidak dapat merumuskan bahwa teks itu lebih besar atau lebih panjang daripada kalimat atau klausa. Selanjutnya,
ditegaskan
oleh
Halliday
(1978:135)
bahwa
dalam
kenyataannya kalimat-kalimat itu lebih merupakan realisasi teks daripada merupakan sebuah teks. Sebuah teks tidak tersusun dari kalimat-kalimat atau klausa, tetapi direalisasikan dalam kalimat-kalimat. Demikian juga teks dapat memproyeksikan makna pada level yang lebih tinggi.
2.2.2 Pidato Pidato adalah sebuah kegiatan berbicara di depan umum atau berorasi untuk menyatakan pendapat atau memberikan gambaran tentang suatu hal (Wikipedia, 2010). Pidato biasanya dibawakan oleh seseorang yang memberikan orasi atau pernyataan tentang suatu hal/peristiwa yang penting dan patut
diperbincangkan. Pidato
juga biasanya digunakan oleh
seorang pemimpin untuk memimpin dan berorasi di depan banyak anak buahnya atau khalayak ramai. Pidato yang baik dapat memberikan suatu kesan positif bagi orangorang yang mendengarkannya. Adapun contohnya adalah pidato kenegaraan,
13
pidato menyambut hari besar, pidato pembangkit semangat, pidato sambutan acara atau event, dan sebagainya.
2.2.3 Transitivitas Mengingat manusia berada pada proses sosial yang beragam, maka corak sosial akan menentukan dan ditentukan oleh bahasa sehingga variasi pengalaman sosial itu terwujud dalam variasi gambar pengalaman linguistik. Realisasi pengalaman linguistik pemakai bahasa inilah yang disebut transitivitas. Dalam kajian LFS, Halliday (1994:107) mengemukakan bahwa satu unit pengalaman yang sempurna direalisasikan dalam klausa yang terdiri atas (1) proses, (2) partisipan, dan (3) sirkumstan. Proses yang menuju pada aktivitas yang terjadi dalam klausa, yakni dalam tata bahasa tradisional dan formal disebut verba. Partisipan adalah orang atau benda yang terlibat dalam proses tersebut. Sirkumstan merupakan lingkungan tempat proses yang melibatkan partisipan terjadi. Karena inti pengalaman adalah proses, maka dalam tataran klausa, proses menentukan jumlah dan kategori partisipan. Selain itu, proses menentukan sirkumstan secara tak langsung dengan tingkat probabilitas.
14
2.2.4 Konteks Situasi dalam Teks Situasi adalah lingkungan tempat teks beroperasi. Konteks situasi adalah keseluruhan lingkungan, baik lingkungan tutur (verbal) maupun lingkungan tempat teks itu diproduksi (diucapkan atau ditulis). Untuk memahami teks dengan sebaik-baiknya, diperlukan pemahaman terhadap konteks situasi dan konteks budayanya. Dalam pandangan Halliday (1978:110), konteks situasi terdiri atas tiga unsur, yakni (1) medan teks, (2) pelibat teks, dan (3) modus teks.
2.3 Kerangka Teori Analisis teks adalah studi tentang struktur pesan dalam komunikasi atau telaah melalui aneka fungsi bahasa. Analisis teks lahir dari kesadaran bahwa persoalan yang terdapat dalam komunikasi tidak hanya terbatas pada penggunaan kalimat, bagian kalimat, atau fungsi ucapan, tetapi juga mencakup struktur pesan yang lebih kompleks dan inheren yang disebut teks. Begitu juga bahasa dianalisis tidak hanya dari aspek kebahasaan, tetapi juga dihubungkan dengan konteks. Konteks di sini berarti bahasa dipakai untuk tujuan dan praktik tertentu, termasuk di dalamnya praktik kekuasaan. Menurut Halliday (1978:138), sebuah teks selain dapat direalisasikan dalam level-level sistem lingual yang lebih rendah seperti sistem leksikogramatis dan fonologis, juga merupakan realisasi level yang lebih
15
tinggi daripada interpretasi, kesastraan, sosiologis, psikoanalitis, dan sebagainya yang dimiliki oleh teks itu. Level-level yang lebih rendah itu memiliki kekuatan untuk memproyeksikan makna pada level yang lebih tinggi. Hal ini oleh Halliday disebut dengan istilah latar depan (foregrounded). Di samping itu, fitur esensial sebuah teks adalah adanya interaksi. Dalam pertukaran makna itu terjadi perjuangan semantis (semantic contest) antarindividu yang terlibat. Karena sifatnya yang berupa perjuangan itu, maka makna akan selalu bersifat ganda, tidak ada makna yang bersifat tunggal. Dengan demikian, pilihan bahasa pada hakikatnya adalah perjuangan atau pertarungan untuk memilih kode-kode bahasa tertentu. Situasi adalah faktor penentu teks. Dalam kaitan ini, Halliday (1978:141) menyatakan bahwa makna diciptakan oleh sistem sosial dan dipertukarkan oleh anggota-anggota masyarakat dalam bentuk teks. Makna tidak diciptakan dalam keadaan terisolasi dari lingkungannya. Selanjutnya, secara tegas dirumuskan oleh Halliday bahwa makna adalah sistem sosial. Perubahan dalam sistem sosial akan direfleksikan dalam teks. Dalam hal ini, situasi akan menentukan bentuk dan makna teks. Dalam hal ini, LFS merupakan teori utama yang digunakan pada tulisan ini. Teori ini dipelopori oleh M.A.K. Halliday. Di sini disebutkan bahwa sistemic berakar dari kata sistem yang artinya representasi dari teori terhadap hubungan paradigmatik. Lebih lanjut, fungsional mengimplikasikan bahwa
16
fungsi semiotik bahasa atau makna beroperasi di dalam dimensi-dimensi semiotik
dan realisasi
fungsional
sistem
struktur
secara
alamiah
berhubungan secara sintagmatik. Menurut Halliday (1985), bahasa adalah fenomena sosial sehingga cenderung sebagai alat berbuat sesuatu daripada mengetahui sesuatu. Oleh karena itu, bahasa memiliki fungsi-fungsi yang dibuat oleh konteks sosial. Fungsi-fungsi tersebut terangkum dalam tiga komponen utama yang disebut metafungsi bahasa. Metafungsi bahasa terdiri atas fungsi ideasional, fungsi interpersonal, dan fungsi tekstual (Halliday, 1985: xiii; Eggins, 1994: 3 dalam Saragih, 2005: 6). Halliday (1985:159) berpendapat bahwa fungsi ideasional terdiri atas fungsi logikal. Hal ini direalisasikan melalui sistem kompleksitas klausa dan fungsi eksperensial yang direalisasikan oleh sistem transitivitas, fungsi interpersonal direalisasikan oleh sistem moda (MOOD), dan fungsi tekstual direalisasikan oleh sistem tema (THEME). Penelitian ini menitikberatkan pada analisis fungsi ideasional yang direalisasikan melalui sistem transitivitas. Sistem transitivitas menyebabkan manusia menggambarkan mental dan fakta untuk mengetahui kejadian eksternal dan internal yang dijadikan pengalaman untuk menciptakan bentuk-bentuk proses. Pengalaman ini merupakan proses yang sedang terjadi. Ketika seseorang merealisasikan pengalamannya menjadi pengalaman linguistik, maka terbentuklah representasi pengalaman linguistik itu dan
17
menjadi komoditas yang ditransaksikan oleh pemakai bahasa. Realisasi pengalaman linguistik pemakai bahasa itu disebut transitivitas. Pengalaman yang sempurna direalisasikan oleh tiga unsur penting, yaitu proses, partisipan, dan sirkumstan.
2.3.1 Proses Proses dapat dikatakan sebagai kegiatan ataupun aktivitas yang terjadi dalam kata kerja. Proses dijadikan sebagai inti dari suatu pengalaman. Hal ini disebabkan proses sebagai penentu keberadaan partisipan, baik jumlahnya maupun kategorinya (Halliday, 1994:168; Martin, 1992: 10). Sirkumstan pun secara tidak langsung juga mendapat pengaruh dari proses melalui probabilitas proses. Misalnya, proses mental dan material yang keduanya sering muncul dengan sirkumstan berupa lokasi dan cara. Konsep-konsep sistem transitivitas (proses, partisipan, dan sirkumstan) merupakan kategori-kategori semantik yang menjelaskan secara umum seperti apa dan bagaimana fenomena dunia nyata direpresentasikan sebagai struktur linguistik (Halliday, 1985: 109). Misalnya: (1) Ibu memasak nasi goreng tadi pagi. Dalam klausa (1), memasak dikatakan sebagai proses, sedangkan ibu dan nasi
goreng adalah partisipan, kemudian tadi pagi termasuk ke dalam
sirkumstan. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa klausa (1) merupakan suatu klausa berupa pengalaman yang menyatakan bahwa satu proses, yakni
18
memasak. Selanjutnya, proses itu melibatkan dua partisipan, yaitu ibu dan nasi goreng. Dalam hal ini proses yang melibatkan dua partisipan itu terjadi dalam sirkumstan berupa lingkup waktu tadi pagi. Halliday (1994: 107) dan Martin (1997: 102) mengategorikan proses menjadi enam jenis, yaitu tiga pengalaman utama (proses primer), yaitu terdiri atas proses material, proses mental, dan proses relasional. Selanjutnya, tiga pengalaman pelengkap, yakni terdiri atas proses perilaku (behavioral), proses verbal, dan proses wujud (eksistensial).
1. Proses Material Proses material dapat didefinisikan sebagai proses atau kegiatan yang menyangkut fisik, yakni dapat diamati dengan menggunakan indra. Contoh: (1) Rico sedang menyiram anggrek di halaman belakang Kata kerja, seperti memasak, menyiram, mencuci, menari, dan sebagainya dikategorikan sebagai proses material. (2) Rico Partisipan
sedang menyiram
anggrek
Proses Material
Partisipan
di halaman belakang. Sirkumstan
19
2. Proses Mental Proses mental didefinisikan sebagai suatu proses atau kegiatan yang menyangkut kognisi, emosi, dan persepsi yang terjadi dalam diri manusia sendiri, misalnya melihat, merasa, mendengar, mencintai, percaya, membenci, dan sebagainya. Proses ini terjadi di dalam diri manusia dan mengenai mental kehidupan. Secara semantik, proses mental menyangkut pelaku manusia saja ataupun makhluk lain yang dianggap berperilaku seperti manusia. Contoh: (3) Dia Partisipan
menyadari Proses Mental
kesalahannya. Partisipan
3. Proses Relasional Proses ini dapat didefinisikan sebagai suatu proses penandaan atau penyifatan, yaitu sesuatu yang dikatakan memiliki sifat atau penanda. Proses relasional berfungsi untuk menghubungkan suatu entitas dengan makhluk atau lingkungan lain dalam hubungan intensif, sirkumstan, ataupun kepemilikan dengan cara identifikasi atau atribut. Kata kerja yang dapat dikategorikan ke dalam proses ini, misalnya adalah, ada, menjadi, merupakan, memiliki, dan sebagainya.
20
Contoh: (4) Adik Partisispan
memiliki
rambut hitam.
Proses Relasional
Sirkumstan (Identifikasi)
4. Proses Tingkah Laku (Behavioral) Proses ini didefinisikan sebagai aktivitas atau kegiatan fisiologis yang menyatakan tingkah laku fisik manusia. Dalam hal ini yang dapat dikategorikan pada proses ini, misalnya kata kerja bernapas, menguap, mengeluh, tertawa, dan sebagainya. Contoh: (5) Kakak Partisipan
mengeluh
kesakitan.
Proses Behavioral
Sirkumstan
5. Proses Verbal Proses verbal adalah proses yang menunjukkan aktivitas atau kegiatan yang menyangkut informasi, misalnya pada kata kerja memerintah, meminta, menjelaskan, dan sebagainya. Contoh: (6) Ayah Partisipan
menceritakan Proses Verbal
pengalamannya. Partisipan
21
6. Proses Wujud (Eksistensial) Proses wujud (eksistensial) adalah suatu proses yang mengekspresikan keberadaan suatu benda tempat benda itu memang nyata atau benar-benar ada. Ada beberapa kata kerja yang dapat dikategorikan ke dalam proses eksistensial, misalnya muncul, terjadi, tumbuh, dan sebagainya. Contoh: (7) Beberapa Partisispan
jerawat
muncul Proses Wujud
di wajahnya. Sirkumstan
2.3.2 Partisipan Partisipan merupakan sesuatu yang dapat diikat oleh proses. Proses dapat dikatikan sebagai inti atau pusat yang menarik unsur lain, termasuk partisipan. Karena proses merupakan inti, maka proses sangat menentukan jumlah partisipan yang dapat diikat dalam suatu proses.
2.3.3 Sirkumstan Sirkumstan dapat didefinisikan sebagai lingkungan, sifat, atau lokasi tempat berlangsungnya suatu proses. Sirkumstan berada di luar jangkauan proses. Oleh karena itu, sirkumstan berlaku dalam semua jenis proses. Sirkumstan dapat disetarakan dengan keterangan yang lazim digunakan dalam tata bahasa tradisional.
22
Sirkumstan terdiri atas rentang, yang dapat berupa jarak atau waktu, lokasi yang mencakup tempat dan waktu, cara, sebab, lingkungan, penyerta, peran, masalah, serta sudut pandang. Selanjutnya, pada bagan berikut dirangkum bentuk sirkumstan, baik dalam frasa maupun klausa. Tabel 1 Kategori Sirkumstan No.
Jenis Sirkumstan
Subkategori
Cara Mengidentifikasi
Realisasi dalam Frasa dan Klausa
1
Rentang
Waktu Tempat
Berapa lamanya? Berapa jauhnya?
2
Lokasi
Waktu
Kapan? Di mana?
Dia berjalan tiga jam Kami berjalan 6 kilometer. Pesta itu akan diadakan pada minggu ini. Adikku dilahirkan di Medan. Lakukanlah tugas itu dengan cepat. Kita belajar untuk bekal masa depan.
Tempat 3
Cara
-
4
Sebab
-
5
Penyerta
-
Bagaimana? Dengan apa? Mengapa? Untuk apa? Untuk siapa? Dengan siapa?
6
Peran
-
Sebagai apa?
7
Masalah
-
Tentang apa?
Kami datang dengan adiknya. Saya bicara sebagai sahabat. Dia bicara mengenai perniagaan.
23
2.3.4 Konteks Situasi Ketika bahasa dianalisis dalam konteks dan hubungan teks dengan konteks yang digambarkan, maka dapat dikatakan bahwa gagasan bahasa menafsirkan dunia sosial kita yang sepenuhnya dapat dihargai. Suatu teks akan dapat dipahami dengan baik ketika kita memahami konteks situasi teks tersebut. Sehubungan dengan hal ini, Firth (1957: 182) berpendapat bahwa konteks situasi paling baik digunakan sebagai konstruksi skematis yang cocok untuk diterapkan pada peristiwa bahasa. Hal itu adalah kelompok kategori terkait pada tingkatan yang berbeda dari kategori gramatikal, tetapi menyerupai abstrak alam. Firth juga menyatakan bahwa kategori umum yang memiliki relevansi dengan teks adalah sebagai berikut. a. Partisipan dengan fitur yang relevan, yakni manusia dan kepribadian. Hal ini bisa berupa aksi verbal dari partisipan, begitu juga aksi nonverbal. b. Objek yang relevan c. Efek dari aksi verbal Halliday (1978:21)
memperkenalkan lebih banyak abstraksi yang
memungkinkan kita untuk menginterpretasikan sebuah situasi atau lebih tepatnya sebuah tipe dari situasi, sebagai sebuah struktur semiotik, dan sebagai sebuah kumpulan makna yang berasal dari sistem semiotik yang merupakan suatu budaya. Selanjutnya, Halliday mengatakan sebagai berikut.
24
“That context of situation is encapsulated in the text, not in any piecemeal fashion, nor at the other extreme in any mechanical way, but through a systematic relationship between the social environment on the one hand, and the functional organisation of language on the other. If we treat both text and context as semiotic phenomena, as "modes of meaning", so to speak, we can get from one to the other in a revealing way.” (Halliday and Hasan, 1985:12) Terjemahan: “Bahwa konteks situasi dikemas dalam teks, bukan dalam mode yang sedikit-sedikit, tidak juga pada ekstrem lain dalam beberapa cara mekanik, tetapi melalui hubungan yang sistematik antara lingkungan sosial pada satu tangan dan struktur fungsional bahasa pada tangan yang satunya. Jika kita memperlakukan, baik teks maupun konteks sebagai fenomena semiotik, sebagai “mode makna”, maka dapat dikatakan bahwa kita tidak bisa mendapatkannya dari satu ke yang lain dengan cara pengungkapan.”
Kutipan di atas menjelaskan bahwa konteks situasi dianggap sebagai bagian dari tiga variabel register. Konteks situasi disusun berdasarkan tiga parameter, yaitu field, tenor, dan mode. Hal ini secara fungsional didiversifikasi ke dalam tiga jenis atau mode atau makna yang memungkinkan prediksi linguistik. Melalui tiga parameter tersebut, maka dapat dilakukan suatu analisis untuk memprediksikan makna dalam interaksi sosial yang digambarkan. Dalam hal ini, konteks situasi dibagi menjadi tiga, yaitu medan teks, pelibat teks, dan modus teks. Medan teks (field of discourse) merujuk pada aktivitas sosial yang sedang terjadi serta latar institusi tempat satuan-satuan bahasa itu muncul. Untuk menganalisis medan, kita dapat mengajukan
25
pertanyaan, What is going on?, yang mencakup tiga hal, yakni ranah pengalaman, tujuan jangka pendek, dan tujuan jangka panjang. Ranah pengalaman merujuk pada ketransitivan yang mempertanyakan apa yang terjadi dengan seluruh proses, partisipan, dan sirkumstan. Tujuan jangka pendek merujuk pada tujuan yang harus segera dicapai. Tujuan itu bersifat amat konkret. Tujuan jangka panjang merujuk pada tempat teks dalam skema suatu persoalan yang lebih besar. Demikian pula, tujuan tersebut bersifat lebih abstrak. Pelibat teks (tenor of discourse) merujuk pada hakikat relasi antarpartisipan, termasuk pemahaman peran dan statusnya dalam konteks sosial dan lingual. Untuk menganalisis pelibat, kita dapat mengajukan pertanyaan, Who is taking part?, yang mencakup tiga hal, yakni peran agen atau masyarakat, status sosial, dan jarak sosial. Peran terkait dengan fungsi yang dijalankan individu atau masyarakat. Status terkait dengan tempat individu dalam masyarakat sehubungan dengan orang-orang lain, sejajar atau tidak. Jarak sosial terkait dengan tingkat pengenalan partisipan terhadap partisipan lainnya, yakni akrab atau memiliki jarak. Dalam kaitan ini, peran, status, dan jarak sosial dapat bersifat sementara dan dapat pula permanen. Modus teks (mode of discourse) merujuk pada bagian bahasa yang sedang dimainkan dalam situasi, termasuk saluran yang dipilih, apakah lisan atau tulisan. Untuk menganalisis modus, pertanyaan yang dapat diajukan adalah
26
What‟ s role assigned to language?, yang mencakup lima hal, yakni peran bahasa, tipe interaksi, medium, saluran, dan modus retoris. Ketiga domain dari teks, yaitu field, tenor, dan mode, tidak secara mudah diaplikasikan dalam suatu analisis bahasa, tetapi lebih akurat. Ketiganya membentuk suatu konsep dalam merepresentasikan konteks sosial sebagai lingkungan semiotik tempat orang-orang saling bertukar paham dan pengertian (Halliday, 1978:22). Ketiga domain ini mengilustrasikan diversifikasi alam secara fungsional dalam LFS dan membantu analisis untuk membuat prediksi mengenai makna dari sebuah teks. Firth adalah ahli linguistik yang pertama kali memperkenalkan LFS ke dalam prediksi secara linguistik. Dlam hal ini, Firth memfokuskan pada kesuksesan dalam komunikasi, yakni ada seseorang yang bergabung dalam suatu organisasi sosial, maka dia akan belajar untuk mengatakan “apa yang orang lain harapkan untuk kita katakan dalam situasi yang diberikan” (Firth, 1957:28). Konteks situasi memfasilitasi komunikasi karena dalam suatu komunikasi diperbolehkan seorang petutur untuk memahami apa yang akan dikatakan dalam suatu situasi yang ada. Hal ini berarti bahwa seseorang dapat bertukar pendapat atau paham secara tidak langsung dalam suatu kerangka yang sudah diketahui akan terjadi (Halliday and Hasan, 1985:9). Poin ini lebih dikembangkan, kemudian dilihat lebih jauh lagi ke dalam hubungan antara konteks situasi dan strata yang lebih rendah sehingga ditemukan bagaimana
27
makna keseluruhan yang merupakan hasil realisasi dari fitur situasional field, tenor, dan mode teks pada level semantik. Peran bahasa terkait dengan kedudukan bahasa dalam aktivitas. Oleh karena itu, bisa saja bahasa bersifat wajib (konstitutif) atau tambahan. Peran wajib terjadi apabila bahasa diperankan sebagai aktivitas keseluruhan. Peran tambahan terjadi apabila bahasa berfungsi hanya membantu aktivitas lainnya. Namun, tipe interaksi merujuk pada jumlah pelaku, baik monologis maupun dialogis. Selanjutnya, medium terkait dengan sarana yang digunakan, yakni bisa berbentuk
lisan, tulisan, ataupun isyarat. Saluran berkaitan dengan
bagaimana teks itu dapat diterima, seperti fonis, grafis, atau visual. Modus retoris merujuk pada perasaan teks secara keseluruhan, yakni persuasif, kesastraan, akademis, edukatif, mantra, dan sebagainya. Semuanya saling berhubungan dalam suatu teks sehingga menimbulkan suatu makna. Sudah ditekankan bahwa baik konteks situasi maupun bahasa secara fungsional telah didiversifikasikan. Hal ini mengarahkan kita pada penemuan pola yang merespons pola-pola yang berbeda dalam lingkungan suatu teks. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa ada korelasi sistematik di antara konteks situasi dan struktur fungsional dari sistem semantik berdasarkan ketiga variabel yang ada, yaitu field, tenor, dan mode. Dalam hal ini, maka dimungkinkan untuk memperkenalkan masalah tempat tiap-tiap metafungsi dan makna potensial dapat diaktifkan sebagai variabel situasional yang partikular. Dalam kaitan ini, field direalisasikan sebagai makna ideasional,
28
tenor sebagai makna interpersonal, dan mode sebagai makna tekstual. Hal ini dijabarkan dalam tabel berikut ini.
Tabel 2 Realisasi Konteks Situasi dalam Metafungsi Bahasa Situasi: Fitur Konteks
Direalisasiakan oleh
Teks: Komponen Fungsional Sistem Semantik
Field What is going on?
Experential Meanings (Transitivity)
Tenor Who are taking part?
Interpersonal Meanings
Mode Role assigned to language
Textual Meanings
(Mood, Modality, etc)
(Theme, Cohesion, etc)
(Dimodifikasi dari Halliday and Hasan, 1985:26)
2.3.5 Retorika Retorika didefiniksikan sebagai praktik penggunaan bahasa untuk meyakinkan atau memengaruhi orang lain dan bahasa yang dihasilkan dari praktik tersebut (Hartley, 1994:266). “Retorika adalah teknik pemakaian bahasa sebagai seni, baik lisan maupun tertulis yang didasarkan pada pengetahuan yang tersusun baik” (Keraf, 2007:3). Hal ini berarti bahwa retorika dapat berupa tulisan ataupun bahasa lisan. Uraian sistematis retorika yang pertama dibuat oleh Corax, orang Syracuse, bagian dari Pulau Sicilia. Ia
29
menulis sebuah makalah retorika berjudul Techne Logon (seni kata-kata) untuk membantu kaumnya memperoleh kembali hak milik tanah yang sebelumnya dikuasai para tiran. Selain itu, ia juga membagi pidato menjadi lima bagian, yakni pembukaan, uraian, argumen, penjelasan tambahan, dan simpulan (Rakhmat, 1992). Seorang ahli retorika klasik lainnya, Aristoteles, menyebutkan tiga cara untuk memengaruhi manusia (Bormann, 1986; Rakhmat, 1992), yakni dengan cara sebagai berikut. (1) Ethos: menunjukkan kepada khalayak bahwa pembicara memiliki pengetahuan yang luas, kepribadian terpercaya, dan status terhormat. (2) Pathos: menyentuh hati khalayak melalui perasaan, emosi, harapan, dan sebagainya. (3) Logos: mengajukan bukti atau sesuatu yang dapat dianggap sebagai bukti sehingga disebut juga sebagai pendekatan melalui akal. Para ahli retorika dari Yunani dan Romawi membagi retorika menjadi lima cakupan studi yang disebut sebagai lima hukum (kanon) retorika (Bormann, 1986; Griffin, 2003). Kelima hukum tersebut adalah seperti di bawah ini. (1) Penemuan (invention), yakni menemukan alasan yang meyakinkan. (2) Penyusunan (arrangement), menyusun material untuk memperoleh hasil terbaik. (3) Gaya (style), yakni pemilihan bahasa yang sesuai.
30
(4) Penyampaian (delivery), yakni mengarah pada pengombinasian suara dan gerak tubuh. (5) Memori (memory), yakni merupakan tahapan penguasaan isi dan melakukan latihan. Retorika modern lebih sering diartikan sebagai seni berbicara atau kemampuan berbicara dan berkhotbah (Hendrikus, 2009) sehingga efektivitas penyampaian pesan pembicara dalam retorika sangat dipengaruhi oleh teknik atau keterampilan berbicara. Pernyataan Griffin (2003) mengenai kesuksesan retorika juga mensyaratkan adanya eloquence atau kefasihan (keterampilan) berbicara. Pada abad ke-20 istilah retorika mulai digeser oleh istilah speech, speech communication, atau public speaking (Rakhmat, 1992). Keterampilan komunikasi seorang komunikator dapat dinilai melalui pemenuhan beberapa aspek (DeVito, 1997; Hasling, 2006; Hendrikus, 2009; Rakhmat, 1992), yakni sebagai berikut. (1) Kefasihan komunikasi komunikator (eloquence), yaitu mengarah pada sistem verbal dan nonverbal komunikator serta metode yang digunakan dalam penyampaian pidato. (2) Pengorganisasian pesan, yaitu mengacu pada tema yang dipilih, tujuan komunikasi, kesiapan materi oleh komunikator, serta penguasaan komunikator tehadap isi pesan.
31
(3) Dari segi
partisipan,
yakni
yang
dimaksud
adalah penguasaan
komunikator terhadap audience, bagaimana komunikator menganalisis audience kemudian menggunakan pendekatan yang tepat. (4) Dari segi alat bantu, yakni bagaimana komunikator menggunakan alat bantu yang disediakan.
2.4 Model Penelitian Penelitian ini menganalisis sistem transitivitas dan hubungannya dengan konteks situasi. Data yang dianalisis adalah data yang berupa teks pidato pelantikan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama. Teori yang digunakan dalam analisis adalah teori LFS yang dikemukakan oleh Halliday. Dalam teori tersebut dibahas mengenai sistem transitivitas dan konteks situasi. Selanjutnya, ilustrasi dari model penelitian ini digambarkan pada bagan berikut ini. Data yang dipilih, yaitu berupa teks pidato berbahasa Inggris yang merupakan teks pidato pelantikan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama. Data dianalisisis dengan menggunakan teori LFS yang dikemukakan oleh Halliday. Pertama, dilihat sistem transitivitas pada data dengan menghitung persentase kemunculan proses, siapa saja partisipan yang ada, dan seperti apa sirkumstan yang terkait di dalamnya. Kedua, data dianalisis dengan konteks situasinya, yaitu dicari apakah medan teksnya, siapa saja pelibat teks, dan modus teks pidato. Setelah ditemukan, kemudian dicari hubungan
32
yang terkait antara sistem transitivitas dan konteks situasinya serta dengan kekuatan retorika.
33
Ilustrasi Model Penelitian Teks Pidato Pelantikan Barack Obama
Teori Sistemik Fungsional Linguistik
Sistem Transitivitas
Proses
Partisipan
Sirkumstan
Teori Retorika
Konteks Situasi
Medan
Hubungan Transitivitas dan Konteks Situasi
Pelibat
Modus
Hubungan Transitivitas dan Retorika
Hasil Analisis Simpulan dan Saran
34
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, suatu penelitian yang umum digunakan ilmu-ilmu sosial, dan sering berupa penyelidikan perubahan masyarakat yang bersifat longitudinal (Surakhmad,
1990: 140). Pada penelitian ini mula-mula data yang
ditemukan diklasifikasikan, kemudian data tersebut dianalisis. Metode ini juga sering disebut dengan metode analitik. Metode penelitian bahasa berkaitan dengan tujuan penelitian serta melibatkan pengumpulan dan pemilihan data. Secara garis besar, penelitian deskriptif ini memusatkan perhatian pada sifat-sifat data secara alami atau secara apa adanya, yang secara empiris hidup dalam penutur-penutur bahasa sehingga hasil yang diperoleh merupakan pemerian bahasa yang aktual (Sudaryanto, 1987). Pendekatan kuantitatif juga digunakan karena ada beberapa perhitungan yang memerlukan statistik dasar untuk membantu analisis data.
3.1 Jenis dan Sumber Data Sumber data yang digunakan sebagai data dalam tulisan ini adalah sumber tertulis dan lisan, yaitu pidato pelantikan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama. Data didapatkan dengan cara mengunduh dari media 34
35
internet, yaitu dari situs www.whitehouse.gov. Jadi, dapat dikatakan bahwa data yang dipakai bersifat primer karena diperoleh langsung dari hasil unduhan, bukan dari analisis yang sudah digunakan sebelumnya. Pemilihan pidato pelantikan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama sebagai subjek analisis didasari pemikiran bahwa pidato tersebut dirangkai oleh klausa-klausa yang memiliki kelugasan dalam pemilihan katanya. Pemilihan kata, baik dari segi predikat, kata benda, objek klausa, maupun keterangannya sangat beragam dan tidak diulang-ulang.
Hal ini sangat
membantu analisis, termasuk penghitungan kemunculan sistem transitivitas.
3.2 Metode dan Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini digunakan metode simak, yaitu dengan teknik dasar simak bebas libat cakap, kemudian dilanjutkan dengan teknik lanjutan simak catat (Sudaryanto, 1988). Teknik ini digunakan karena sumber data yang digunakan adalah sumber data tertulis dan lisan. Adapun proses pengumpulan data dilakukan dengan langkah-langkah berikut ini. 1. Teks pidato dibaca secara keseluruhan. 2. Bagian dari teks pidato dipilah dan dicatat, kemudian dipilah dalam kategori proses, partisipan, dan sirkumstan.
36
3. Untuk data lisan, dilakukan pencatatan pada bagian-bagian yang mendukung
analisis
retorika
dan
diberikan
penandaan
untuk
memperjelas maksud dari data.
3.3 Metode dan Teknik Analisis Data Analisis data didefinisikan sebagai proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola dan kategori sehingga dapat ditemukan tema, kemudian dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data (Moleong, 2007:280). Berdasarkan definisi tersebut, maka data penelitian ini dianalisis, diurut, dikategorikan, dan diolah berdasarkan kerangka teori. Dalam hal ini, data yang digunakan adalah data tertulis dan lisan yang berupa pidato pelantikan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Berikut ini adalah prosedur analisisnya. (1) Data yang sudah dipilah, kemudian diidentifikasi dan dihitung persentase kemunculannya. (2) Berdasarkan hasil persentase, data dianalisis untuk menemukan alasan kemunculan tipe proses transitivitas yang mendominasi. (3) Data juga dipilah untuk memperoleh tipe sirkumstan yang muncul. (4) Data kemudian diidentifikasikan dan dianalisis ke dalam konteks situasinya.
37
(5) Hasil dari analisis (1), (2), (3), dan (4), kemudian dideskripsikan untuk menemukan jawaban kekuatan retorika dalam teks pidato pelantikan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama. (6) Menginterpretasikan hasil analisis.
3.4 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data Ada dua jenis metode penyajian hasil analisis, yaitu metode formal dan metode informal. Dalam metode formal, hasil analisis disajikan dengan menggunakan tanda atau lambang, sedangkan dalam metode informal, hasil analisis disajikan dengan kata-kata biasa. Data yang sudah ditemukan, kemudian disajikan secara deskriptif berdasarkan teori yang digunakan, yaitu teori LFS.
Selanjutnya, data
dibuatkan presentasi kemunculan proses, partisipan, dan sirkumstan dengan statistik sederhana. Setelah itu, dicari hubungan antara transitivitas (proses, partisipan, dan sirkumstan) dengan konteks situasi. Pada tahapan akhir dipresentasikan bagaimana hubungan antara transitivitas dan kekuatan retorika. Kemudian, ditutup dengan simpulan yang ditemukan dan dilengkapi dengan saran.
38
BAB IV ANALISIS TRANSITIVITAS
4.1 Tipe Proses dalam Teks Pidato Pelantikan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama Fungsi ideasional dikatakan sebagai fungsi bahasa karena melalui fungsi ini, baik penutur maupun penulis terikat dengan pengalamannya dan berhubungan dengan fenomena yang ada di dunia. Selain itu, juga termasuk pengalaman internal dalam alam sadarnya, reaksinya, pemahaman, dan persepsi, di samping tindakan linguistiknya dalam berbicara dan memahami (Halliday, 1971: 332). Dengan kata lain, fungsi ini membawa informasi baru untuk membahas hal yang tidak diketahui petutur. Fungsi ini merefleksikan kejadian dan pengalaman, baik secara objektif maupun subjektif. Dalam hubungan ini transitivitas merupakan hal yang dibahas ketika membicarakan fungsi ideasional. Fungsi ini tidak hanya menspesifikasi pilihan yang ada secara semantis, tetapi juga mendefinisikan kealamian realisasi strukturalnya (Zhuanglin, 1988:312). Fungsi ideasional biasanya direpresentasikan oleh sistem transitivitas dalam tata bahasa. Sistem transitivitas terdiri atas enam proses, yaitu proses material, proses relasional, proses mental, proses verbal, proses behavioral, dan proses eksistensial. Dalam Teks Pidato Pelantikan Barack Obama sebagai Presiden Amerika Serikat, ditemukan keenam jenis proses transitivitas tersebut. Dalam hal ini
38
39
yang mendominasi adalah proses material, kemudian diikuti proses relasional, proses mental, proses behavioral, proses verbal, dan kemudian proses eksistensial. 4.1.1
Proses Material
Dalam Teks Pidato Pelantikan Barack Obama paling banyak ditemukan contoh tipe proses material. Proses material adalah process of doing. Proses ini biasanya diindikasikan oleh kata kerja yang mengekspresikan tindakan, baik berupa tindakan nyata maupun abstrak. Biasanya, dalam proses material muncul dua partisipan, yaitu actor dan goal. Actor biasanya menunjukkan subjeknya, sedangkan goal menunjukkan objeknya Kedua partisipan ini biasanya direalisasikan dengan menggunakan kata benda. Dominasi proses ini dalam Teks Pidato Pelantikan Barack Obama, yakni menunjukkan bahwa Obama ingin menegaskan dalam kepemimpinannya nanti, dia akan lebih banyak melakukan tindakan untuk pencapaian target yang ditentukannya. Pemilihan kata-kata kerja yang merupakan proses material memiliki kemampuan untuk meyakinkan masyarakat bahwa apa yang akan dilakukan, meningkatkan kepercayaan diri warga Amerika Serikat, dan mampu membuat warga memberi dukungan untuk mencapai semua tujuan itu. Beberapa contoh proses material yang ditemukan, yakni sebagai berikut.
40
a.
Forty-four empat puluh empat
Americans warga Amerika
have telah
now
taken
sekarang mengambil (Proses Material)
the presidential
oath
kepresidenan
sumpah
Empat puluh empat warga Amerika telah diambil sumpahnya sebagai presiden.
b.
On
this
day,
we
have
di
ini
hari,
kita
telah
chosen
hope
over di atas
memilih harapan (Proses Material) Pada hari ini, kita telah memilih harapan daripada ketakutan.
c. They
packed up their mereka mengemas naik mereka (Proses Material) Mereka mengemas sedikit milik mereka.
few sedikit
worldly duniawi
fear ketakutan
possessions milik
Dari contoh di atas dapat dilihat bahwa proses material adalah proses yang menunjukkan aktivitas yang dilakukan oleh seseorang atau lebih dan ditujukan kepada suatu hal yang ada di luar dirinya. Proses material yang ditunjukkan oleh have now taken, have chosen, dan packed
up
memperlihatkan adanya aktivitas yang dilakukan oleh actor terhadap goal. Proses material sebagai ekspresi aktivitas fisik, tidak hanya dalam pengertian fisik yang sempit, seperti mempertukarkan benda atau melakukan perbuatan terhadap suatu benda. Obama banyak menggunakan bentuk proses material untuk meyakinkan warga Amerika Serikat untuk berjuang bersama, dalam bentuk tindakan nyata yang pasti, untuk memperbaiki perekonomian Amerika Serikat pada saat itu. Dalam mewujudkan semua itu tentunya akan ada
41
partisipan yang berpartisipasi, baik sebagai actor maupun sebagai goal. Hal ini dijabarkan dalam tabel berikut ini. Tabel 3 Sirkumstan dan Partisipan dalam Proses Material Sirkumstan Partisipan 1
On this day
Proses
Partisipan 2
Forty-four Americans
have now taken
the presidential oath
we
have chosen
hope over fear
They
packed up
their few worldly possessions
Actor
Proses Material
Goal
Dalam tabel dapat dilihat hubungan antara partisipan satu dan yang lain. Dimana hubungan ini dikuatkan oleh proses materialnya. Sirkumstan tidak selalu hadir dalam tiap proses, tetapi kehadiran sirkumstan memberikan penjelasan mengenai proses tersebut dengan lebih rinci. 4.1.2
Proses Relasional
Proses relasional dikatakan sebagai proses yang menunjukkan atau berfungsi untuk menghubungkan antara satu entitas dengan entitas yang lainnya. Hubungan yang dimaksud dapat berupa hubungan antara pemilik dengan milik yang disebut sebagai hubungan kepemilikan, di samping dapat berupa hubungan antara satu entitas dengan entitas lainnya yang disebut dengan hubungan atributif atau dapat pula hubungan antara satu entitas
42
dengan lingkungan seperti lingkungan tempat atau yang lainnya yang disebut dengan hubungan identifikasi. Dalam data, proses relasional menduduki peringkat kedua dilihat dari kemunculannya. Proses relasional atributif ditunjukkan oleh kata kerja be ataupun sinonim, dalam hal ini partisipan yang terlibat direalisasikan dengan kata benda yang disebut dengan carrier dan atribut. Kalimat dengan proses relasional atributif tidak bisa dijadikan bentuk pasif. Perubahan ini bisa dilihat pada data berikut ini. Klausa sebenarnya: We are in the midst of crisis. Klausa kemungkinan lain: We locate in the midst of crisis. Kemungkinan bentuk pasif: In the midst of crisis is located by we. (tidak bermakna) Dari uraian di atas, bentuk kalimat atau klausa yang menggunakan proses relasional atributif tidak bisa dijadikan bentuk pasif karena maknanya akan berbeda. Beberapa contoh proses relational atributif yang ditemukan dalam data, yakni seperti berikut ini. a.
It ini
must harus
be with this generation adalah dengan ini generasi (Proses Relasional) Ini adalah keharusan dengan generasi Amerika saat ini.
of dari
Americans warga Amerika
43
b.
We Kita
are in adalah di dalam (Proses Relasional) Kita berada di tengah-tengah krisis.
c.
These Ini
are the adalah itu (Proses Relasional) Ini adalah indikator-indikator krisis.
the sebuah
indicators indikator
midst tengah-tengah
of dari
of dari
crisis krisis
crisis krisis
Partisipan yang terlibat dijabarkan dalam tabel berikut ini. Tabel 4 Proses Relasional Atributif Partisipan 1 It
P
Proses
Partisipan 2
must be
with this generation of americans
r we
are
in the midst of crisis
These
are
the indicators of crisis
Carrier
Proses Relasional
Attribute
Proses relasional identifikasi bertolak belakang dengan proses relasional atributif, baik secara semantik maupun gramatikal. Secara semantik, klausa identifikasi tidak mengklasifikasikan, tetapi mengidentifikasikan. Di sini subjek biasanya merupakan pemegang identitas objek. Secara gramatikal, proses ini mencakup dua partisipan, yaitu token (sebagai hal yang didefinisikan) dan value (sebagai definisi). Kalimat dengan proses ini bisa dijadikan bentuk pasif. Namun, dalam kalimat aktif, token selalu ditempatkan
44
sebagai subjek, sedangkan dalam kalimat pasif value ditempatkan sebagai subjek. Contoh kalimat dengan proses relasional identifikasi yang ditemukan dalam data adalah sebagai berikut. a.
Nor tidak
is adalah (Proses Relasional)
whether apakah Tidak adalah
b.
they mereka
Mereka
c.
This ini
the itu
question pertanyaan
before sebelum
us kita
the market is a force for good itu pasar adalah sebuah paksaan untuk baik pertanyaan sebelumnya apakah pasar adalah paksaan untuk kebaikan atau keburukan.
are the guardians adalah itu penjaga (Proses Relasional) adalah penjaga kebebasan kita.
is the price and adalah itu harga dan (Proses Relasional) Ini adalah harga dan janji dari kewarganegaraan.
of dari
or atau
liberty. kebebasan
the itu
promise janji
of dari
citizenship. kewarganegaraan
ill sakit
45
Partisipan yang terlibat dijabarkan dalam tabel berikut ini. Tabel 5 Proses Relasional Identifikasi Partisipan 1
Proses
Partisipan 2
Nor
is
the question before us whether the market is a force for good or ill
They
are
the guardians of our liberty
This
is
the price and the promise of citizenship
Token
Proses Relasional
Value
Pada komposisi di atas, tampak bahwa secara sistemik hubungan antara proses relasional dengan partisipan memiliki pelabelan yang berbeda antara proses relasional atributif dan proses relasional identifikasi. Pada proses relasional atributif, pelabelan partisipan disebut dengan carrier dan attribute. Dalam kaitan ini it, we, this, yakni merupakan contoh carrier yang ditemukan dalam data. Carrier tersebut diikuti oleh atribut yang bisa berupa kualitas, klasifikasi, ataupun deskripsi yang menjelaskan apa itu carrier. Atribut yang ditemukan dalam data, misalnya, the question before us whether the market is a force for good or ill, the guardians of our liberty, the price and the promise of citizenship, menunjukkan deskripsi carrier-nya.
46
Pada proses relasional identifikasi, partisipan yang berperan sebagai subjek disebut dengan token, tetapi partisipan yang berperan sebagai objek disebut value. Misalnya, pada contoh yang dijabarkan dalam tabel di atas, seperti nor, they, this, yakni merupakan subjek klausa yang disebut dengan token, sedangkan perannya sebagai sesuatu yang akan didefinisikan oleh value. Seperti pada contoh klausa pertama: Nor is the question before us whether the market is a force for good or ill. Nor disebut sebagai token, dan the question before us whether the market is a force for good or ill disebut value yang bertugas memberikan identifikasi terhadap nor.
4.1.3
Proses Mental
Dalam data, proses mental ada pada peringkat ketiga dilihat dari persentase kemunculannya. Orang biasanya tidak hanya membicarakan suatu hal yang kasat mata seperti dalam proses material, tetapi juga mengenai apa yang dirasakan atau yang dipikirkan. Dalam hal ini yang membedakan proses mental dengan proses material adalah cara pembuktiannya. Prosel material bisa diketahui dengan mengajukan pertanyaan, seperti “Apa yang x lakukan terhadap y?‟, sedangkan untuk proses mental bisa dibuktikan dengan pertanyaan, seperti “Apa yang kamu pikirkan mengenai x?”. Halliday membagi proses mental menjadi tiga kelas, yaitu kognisi, afeksi, dan persepsi (Eggins, 1994). Proses mental juga dibedakan dengan proses material dari jumlah partisipannya. Dalam proses mental harus ada dua
47
partisipan yang terlibat. Salah satu partisipan harus manusia yang disebut sebagai senser, sedangkan partisipan yang lain disebut phenomenon. Ada dua tipe phenomenon dalam proses mental, yaitu aksi dan fakta. Beberapa proses mental yang ditemukan dalam data adalah sebagai berikut. a.
In di dalam
reaffirming
the
greatness
of
our
nation
we
understand
menandaskan
itu
kebesaran
dari
kita
negara
kita
mengerti (Proses Mental)
that
greatness
is
a
given
never tidak itu kebesaran adalah pernah Dalam menandaskan kebesaran bangsa kita, kita
b.
But tapi
this ini
crisis krisis
Akan tetapi krisis ini
c.
We kita Kita
will akan
sebuah memberi memahami bahwa kebesaran bukanlah suatu pemberian.
has reminded telah mengingatkan (Proses Mental) telah mengingatkan kita
not apologize tidak minta maaf (Proses Mental)
tidak akan meminta maaf
for untuk
us kita
our kita
way jalan
of dari
life hidup
atas cara hidup kita
Proses mental, seperti understand, reminded, dan apologize, yakni merupakan proses yang berkaitan dengan aktivitas kognisi, wilayahnya masih berada pada ruang pikiran, dan objek kognisi tersebut juga menyangkut halhal yang abstrak yang dilabeli dengan nama phenomenon. Dengan demikian, partisipan pertama secara logis dinamakan senser. Selanjutnya, penjabaran
48
partisipan yang terlibat dalam proses mental dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 6 Sirkumstan dan Partisipan dalam Proses Mental Partisipan 1
Proses
Partisipan 2
We
understand
that greatness is never a given
this crisis
has reminded
us
This
will not apologize
Senser
4.1.4
Proses Mental
Sirkumstan
for our way of life
Phenomenon
Sirkumstan sebab
Proses Verbal
Proses verbal biasanya terdiri atas tiga partisipan, yaitu sayer, receiver, dan verbiage. Sayer adalah yang bertanggung jawab atas terjadinya proses verbal itu, tidak harus merupakan partisipan hidup. Receiver merupakan simbol kepada siapa proses verbal itu ditujukan. Selanjutnya, verbiage adalah pernyataan yang dinominalisasikan oleh proses verbal. Beberapa proses verbal yang ditemukan dalam data adalah seperti berikut ini.
49
a.
Today hari ini
I
say
to
you
that
saya
mengatakan (Proses Verbal)
kepada
anda
itu
the
challenges
we
face
are
real
itu
tantangan
kami
wajah
adalah
nyata
Hari ini saya
b.
mengatakan pada kalian semua bahwa tantangan-tantangan yang kita hadapi adalah nyata.
The
question
we
itu
pertanyaan
kita
Pertanyaan yang kita
c.
tanyakan
the itu
knowledge pengetahuan
that itu
an
uncertain
destiny
sebuah
tidak pasti
tujuan
Pengetahuan yang Tuhan
panggil
ask tanya (Proses verbal) hari ini.
God Tuhan
today hari ini
calls panggil (Proses Verbal)
on di atas
us kita
to untuk
kepada kita untuk membentuk suatu tujuan yang tidak pasti.
Secara semantik proses verbal adalah proses yang menunjukkan suatu aktivitas atau perbuatan yang menyangkut komunikasi antarpelibat yang berada dalam lingkup komunikasi verbal seperti mempertukarkan informasi. Pada ketiga contoh di atas, dalam setiap unit pengalaman linguistik terdapat
shape bentuk
50
masing-masing satu proses verbal, yaitu say, ask, dan calls. Proses-proses verbal tersebut dapat berhubungan dengan dua partisipan. Hubungan tersebut dijabarkan pada tabel di bawah ini
Tabel 7 Sirkumstan dan Partisipan dalam Proses Verbal Sirkumstan Today
the knowledge that
Partisipan 1
Proses say
we
ask
today
God
calls
on us to shape an uncertain destiny
Proses Verbal
to you
Sirkumstan
I
Sayer
4.1.5
Partisipan 2
that the challenges we face are real
Receiver
Proses Behavioral
Menurut Halliday (dalam Eggins, 1994), proses tingkah laku adalah perpaduan antara proses material dan proses mental. Oleh karena itu, makna yang diperoleh juga merupakan perpaduan anatara proses material dan proses mental. Mayoritas proses ini hanya memiliki satu partisipan, yang disebut sebagai behaver. Dalam hal ini, walaupun ada partisipan lain yang terlibat, bukan merupakan statement ulang proses yang disebut phenomenon.
51
Beberapa proses behavioral yang ditemukan dalam data adalah sebagai berikut. a.
the itu
challenges tantangan
we kami
face wajah (proses behavioral)
are adalah
real nyata
Tantangan-tantangan yang kita hadapi adalah nyata.
b.
And dan
so jadi
to kepada
all semua
the itu
are watching Today. adalah melihat hari ini (Proses Verbal) Dan juga, kepada semua orang dan pemerintah yang
people orang
and dan
governments pemerintah
who siapa
c.
we kita
can bisa
meet bertemu
those itu
melihat
new baru
hari ini.
threats ancaman
that itu
demand permintaan
(Proses verbal) even
greater lebih bahkan besar Kita bisa bertemu
effort upaya ancaman yang baru yang menuntut usaha yang lebih besar.
Pada contoh di atas, proses behavorial hanya dapat bervalensi dengan satu partisipan. Proses ini menunjukkan aktivitas fisiologis dalam pengertian luas, baik perilaku fisik yang dapat dilihat seperti gerakan badan, mimik, maupun perilaku fisik yang lebih abstrak. Penjabaran hubungan proses behavorial dengan partisipan dapat dilihat pada tabel berikut ini.
52
Tabel 8 Sirkumstan dan Partisipan dalam Proses Behavioral Sirkumstan
Guided by these principles once more
Partisipan 1
Partisipan 2
Sirkumstan
We
face
are real
to all the people and governments who
are watching
today
we
can meet
Behaver
4.1.6
Proses
Proses Behavioral
those new threats that demand even greater effort
Phenomenon
Proses Eksistensial
Proses ini merupakan suatu proses yang mengekspresikan keberadaan suatu benda bahwa benda itu memang nyata atau benar-benar ada. Proses ini ditandai dengan munculnya kata there. Contoh proses eksistensial yang ditemukan dalam data adalah sebagai berikut.
53
firm
in
the
knowledge
that
keras
di
itu
pengetahuan
itu
there di sana
is
nothing
adalah
tidak ada
(Proses Eksistensial)
Berdasarkan jabaran analisis sistem transitivitas di atas, dapat dikatakan bahwa dalam satu unit pengalaman linguistik apabila dilihat dari segi semantik, merupakan unsur pusat karena unsur tersebut dapat menentukan kehadiran partisipan. Berikut ini adalah perincian persentase kemunculan tipe proses transitivitas dalam data. Tabel 9 Persentase Tipe Proses Transitivitas dalam Teks Pidato Pelantikan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama Tipe Proses Transitivitas 1. Proses Material 2. Proses Relasional 3. Proses Mental 4. Proses Behavioral 5. Proses Verbal 6. Proses Eksistensial
Kemunculan 294 84 78 17 15 1
Persentase Kemunculan 59.93% 16.29% 15.96% 3.26% 2.93% 1.63%
Dengan kata lain, unsur proses akan menentukan kehadiran partisipan, baik kuantitas maupun kualitasnya. Konsep valensi bagi unsur proses dalam analisis
ini,
khususnya
dalam
identifikasi
ciri
semantik
hanya
mengidentifikasi valensi yang bersifat wajib. Sementara itu, adanya struktur semantik lain yang melampaui valensi wajib tidak dibahas karena kehadiran unsur keterangan bersifat manasuka. Dengan kata lain, struktur inti satu unit
54
pengalaman linguistik hanyalah menyangkut valensi antara proses dan partisipan.
4.2 Sirkumstan dalam Teks Pidato Pelantikan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama Sirkumstan dapat didefinisikan sebagai lingkungan, sifat, atau lokasi tempat berlangsungnya suatu proses. Sirkumstan berada di luar jangkauan proses. Oleh karena itu, sirkumstan berlaku dalam semua jenis proses. Sirkumstan dapat disetarakan dengan keterangan yang lazim digunakan dalam tata bahasa tradisional. Sirkumstan terdiri atas rentang yang dapat berupa jarak atau waktu, lokasi yang mencakup tempat dan waktu, cara, sebab, lingkungan, penyerta, peran, masalah, dan sudut pandang. Dalam data ditemukan ketujuh macam sirkumstan. Berikut ini adalah contoh kemunculan sirkumstan dalam data. 1. Sirkumstan Lokasi Our nation is at war against a far-reaching network of violence and hatred. Terjemahan: Negara kita sedang berperang melawan jaringan pembunuhan dan permusuhan yang sulit dicapai.
55
2. Sirkumstan Cara So it has been; so it must be with this generation of Americans. Terjemahan: Jadi, inilah, jadi ini yang harus dilakukan oleh generasi Amerika. 3. Sirkumstan Sebab I thank President Bush for his service to our nation -- (applause) -as well as the generosity and cooperation he has shown throughout this transition. Terjemahan: Saya berterima kasih pada Presiden Bush atas pelayanannya terhadap negara kita ----tepuk tangan---- dan juga atas kemurahan hati dan kerja sama yang ditunjukkannya dalam transisi ini. 4. Sirkumstan Penyerta ..., nor can we consume the world's resources without regard to effect. Terjemahan: Tidak bisa kita mengonsumsi sumber daya alam dunia tanpa memperhitungkan dampaknya. 5. Sirkumstan Rentang They will not be met easily or in a short span of time. Terjemahan: Mereka tidak akan mudah ditemui atau dalam waktu yang singkat.
56
6. Sirkumstan Peran They have something to tell us, just as the fallen heroes who lie in Arlington whisper through the ages. Terjemahan: Mereka memiliki sesuatu untuk diberitahukan pada kita, seperti pahlawan yang gugur yang terbaring di bisikan Arlington selama bertahun-tahun. 7. Sirkumstan Masalah ...that in the depth of winter, when nothing but hope and virtue could survive.... Terjemahan: ...bahwa di dalam dinginnya musim dingin, ketika tidak ada apa pun kecuali harapan dan keberanian dapat berjuang.... Selanjutnya berikut ini adalah persentase kemunculan tiap-tiap jenis sirkumstan. Tabel 10 Persentase Kemunculan Sirkumstan No. 1 2 3 4 5 6 7
Sirkumstan Lokasi Cara Sebab Penyerta Rentang Peran Masalah
Persentase Kemunculan 48.2% 23.5% 11.8% 7.05% 3.5% 3.5% 2.4%
57
Dari ketujuh sirkumstan yang ditemukan dalam data, maka dapat dilihat bahwa ada sirkumstan yang kemunculannya mendominasi ataupun hanya muncul sesekali. Dalam data, sirkumstan yang mendominasi adalah lokasi yang memiliki persentase kemunculan sebesar 48,2%. Posisi kedua diduduki oleh sirkumstan cara dengan persentase kemunculan sebesar 23.5%. Selanjutnya, ketiga ditempati sirkumstan sebab sebesar 11.8% dan penyerta pada posisi keempat dengan persentase kemunculan sebesar 7.05%. Dominasi keempat sirkumstan ini dapat dikatakan bahwa Obama ingin menekankan keberadaan warga Amerika Serikat dan
bagaimana leluhur mereka dulu
berjuang untuk membangun Amerika. Obama
juga
mengemukakan
ide-idenya
bagaimana
cara
untuk
memperbaiki keadaan Amerika Serikat yang mengalami keterpurukan pada masa itu. Beberapa penyebab yang menimpa Amerika diungkapkan kembali, yakni semata-mata untuk mengingatkan warga Amerika sebagai peserta agar tidak lemah dan berjuang bersama untuk membangun kembali Amerika sehingga nantinya semua penyebab tersebuat harus dijadikan tolok ukur dalam bertindak dan membangun Amerika. Selanjutnya, tiga sirkumstan yang muncul pada posisi akhir, yaitu sirkumstan rentang dengan persentase kemunculan 3.5%, sirkumstan peran muncul sebanyak 3.5%, dan sirkumstan masalah dengan persentase 2.4 %. Dalam hal ini Obama tidak menyatakan berapa lama waktu yang akan diperlukan untuk membangun kembali Amerika. Dalam pidatonya, Obama
58
juga tidak menyalahkan siapa dan apa, tetapi mengharapkan agar warga Amerika bersatu untuk kebaikan bersama.
4.3 Konteks Situasi dalam Teks Pidato Pelantikan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama Dalam analisis konteks situasi pada suatu teks, ada tiga domain penting yang terlibat, yaitu field, tenor, dan mode. Ketiga domain tersebut dijabarkan satu per satu berikut ini.
4.3.1
Field
Dalam analisis field of discourse ada tiga hal penting yang perlu ditelaah, yaitu ranah pengalaman, tujuan jangka pendek, dan tujuan jangka panjang. Ranah pengalaman merujuk pada ketransitifan yang mempertanyakan apa yang terjadi dengan seluruh proses, partisipan, dan sirkumstan. Tujuan jangka pendek merujuk pada tujuan yang harus segera dicapai. Tujuan itu bersifat amat konkret. Tujuan jangka panjang merujuk pada tempat teks dalam skema suatu persoalan yang lebih besar. Tujuan tersebut bersifat lebih abstrak.
a. Ranah Pengalaman Apabila dilihat dari ranah pengalaman yang ditemukan dalam data, maka dapat dikatakan bahwa semua tipe proses transitivitas ikut terlibat dalam teks pelantikan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama. Dalam hal ini, proses
59
yang mendominasi adalah proses material, yakni merupakan proses yang menggambarkan aksi atau perbuatan yang sudah terjadi ataupun yang akan dilakukan. Dilihat dari sudut partisipan yang terlibat, dapat dikategorikan menjadi dua kategori umum, yaitu partisipan makhluk hidup dan partisipan benda mati. Partisipan yang dimaksud adalah kepada siapa pidato ditujukan dan apa saja yang ingin diungkapkan dalam pidato tersebut. Sirkumstan yang terlibat dalam data menggambarkan lingkungan teks yang ingin menunjukkan bagaimana keadaan Amerika, dulu, sekarang, dan Amerika yang dicitacitakan akan terjadi, termasuk cara dan penyebab ataupun hal yang bisa dilakukan untuk mengenang serta memperbaiki semua yang menimpa Amerika.
b. Tujuan Jangka Pendek Dalam teks ditekankan dengan jelas mengenai tujuan yang ingin dicapai Obama bersama-sama dengan warga Amerika. Hal itu dapat dilihat pada kutipan teks pidato berikut ini.
“ Today I say to you that the challenges we face are real. They are serious and they are many. They will not be met easily or in a short span of time. But know this America: They will be met” Terjemahan: „Hari ini saya beri tahukan pada kalian bahwa tantangan yang kita hadapi adalah nyata. Tantangan itu serius dan banyak. Mereka tidak
60
akan mudah diatasi atau dalam tempo yang singkat. Akan tetapi, karena ini adalah Amerika, tantangan itu akan bisa diatasi.‟ Dilihat dari kutipan teks tersebut, Obama sangat mengharapkan agar warga Amerika dapat bekerja sama dalam menghadapi tantangan-tantangan yang ada dalam membangun kembali Amerika. Hal itu penting karena Amerika saat itu berada di tengah-tengah krisis ekonomi yang parah.
c. Tujuan jangka Panjang Dalam hal ini, tujuan jangka panjang yang ingin dicapai Obama bersamasama warga Amerika Serikat adalah memimpin kembali Amerika Serikat dalam segala hal, seperti yang sudah dilakukan oleh pendahulunya. Amerika diharapkan akan bangkit lagi dari keterpurukan dan kembali memegang kendali dalam segala bidang. Hal ini ditunjukkan pada kutipan pidato berikut ini. “And so, to all the other peoples and governments who are watching
today, from the grandest capitals to the small village where my father was born, know that America is a friend of each nation, and every man, woman and child who seeks a future of peace and dignity. And we are ready to lead once more.”
Terjemahan: „Dan juga, pada semua orang dan pemerintah yang melihat hari ini, dari gedung kapital yang terbesar hingga pada desa kecil tempat ayahku lahir, mengetahui bahwa Amerika adalah teman setiap negara, semua laki-laki, wanita, dan anak yang mencari kedamaian pada masa depan. Kita siap untuk memimpin sekali lagi.‟
61
Dilihat dari kutipan di atas, Obama menggambarkan tujuannya untuk Amerika Serikat ke depan. Dia yakin bahwa hal itu bisa diwujudkan kembali dengan dukungan dari semua warga Amerika Serikat. Meskipun Obama tidak bisa memprediksikan kapan hal itu akan dapat terwujud, dengan keyakinan sebagai orang Amerika, Obama percaya bahwa hal tersebut dapat diwujudkan.
4.3.2
Tenor
Tenor merujuk pada hakikat relasi antarpartisipan, termasuk pemahaman peran dan statusnya dalam konteks sosial dan lingual. Dalam kaitan ini tenor mencakup tiga hal, yakni peran agen atau masyarakat, status sosial, dan jarak sosial. Peran terkait dengan fungsi yang dijalankan individu atau masyarakat. Status terkait dengan tempat individu dalam masyarakat sehubungan dengan orang-orang lain, sejajar atau tidak. Jarak sosial terkait dengan tingkat pengenalan partisipan terhadap partisipan lainnya, akrab atau memiliki jarak. Dalam hal ini, peran, status, dan jarak sosial dapat bersifat sementara serta dapat pula permanen.
a. Peran Peran partisipan yang terlibat bervariasi karena menyangkut seluruh warga Amerika yang ada. Dalam hal ini,
baik peran
laki-laki maupun
perempuan, siapa saja yang merasa sebagai warga negara Amerika Serikat, di
62
mana pun dan apa pun pekerjaannya. Obama ingin merangkul seluruh warga, tanpa terkecuali.
b. Status Status partisipan yang terlibat juga memiliki variasi yang beragam karena mencakup seluruh warga negara Amerika Serikat, baik tua maupun muda, pria ataupun wanita, kaya ataupun miskin, semuanya tidak dibedakan. Dalam hal ini yang diharapkan Obama bukanlah suatu perpecahan, melainkan suatu kesatuan untuk membangun kembali Amerika yang saat itu dalam keadaan terpuruk. Penekanan terhadap status dapat dilihat dalam kutipan teks berikut ini. “This is the price and the promise of citizenship. This is the source of our confidence -- the knowledge that God calls on us to shape an uncertain destiny. This is the meaning of our liberty and our creed, why men and women and children of every race and every faith can join in celebration across this magnificent mall; and why a man whose father less than 60 years ago might not have been served in a local restaurant can now stand before you to take a most sacred oath.” Terjemahan: „Inilah pengorbanan dan janji kewarganegaraan. Inilah yang menjadi sumber keyakinan kita – pengetahuan bahwa Tuhan meminta kita untuk memperbaiki keadaan yang tidak pasti. Ini adalah arti dari kebebasan dan kepercayaan kita, mengapa pria dan wanita dan anak-anak dari setiap ras dan setiap kepercayaan bisa menikmati perayaan di lapangan yang indah ini; dan mengapa seorang laki-laki yang ayahnya 60 tahun yang lalu mungkin tidak dilayani dalam restoran lokal, saat ini bisa berdiri di hadapan Anda untuk diambil sumpahnya sebagai presiden.‟
63
c. Jarak Sosial Jarak Sosial terkait dengan kedekatan antarpartisipan. Bagaimakah hubungan satu sama lainnya? Dalam pidatonya, Obama tidak melihat jarak sosial yang ada. Obama tidak membedakan antara keluarga a ataupun keluarga b. Apakah yang datang dari keluarga yang sama, ataukah memiliki hubungan kekerabatan ataupun memiliki hubungan pertemanan? Obama memperjelas bahwa Warga Amerika adalah satu, memiliki nenek moyang satu. Dalam hal ini tugas mereka saat ini adalah membangun kembali apa yang pendahulu mereka sudah bangun. Mereka bahu-membahu, walaupun tidak ada hubungan pertemanan ataupun kekerabatan.
4.3.3
Mode
Mode merujuk pada bagian bahasa yang sedang dimainkan dalam situasi, termasuk saluran yang dipilih, apakah lisan atau tulisan. Analisis mengenai mode mencakup lima hal, yakni peran bahasa, tipe interaksi, medium, saluran, dan modus retoris.
a. Peran Bahasa Bahasa dalam data digunakan sebagai media atau alat untuk membujuk atau mengajak semua warga Amerika Serikat untuk berjuang bersama. Bahasa yang digunakan adalah bahasa yang mudah dimengerti dan tidak berbelit-belit di samping tidak menimbulkan ambiguitas bagi yang mendengar. Bahasa yang
64
sederhana, tetapi tepat dan tegas ini dipilih Obama karena ia menunjukkan pidatonya bagi seluruh warga Amerika Serikat dari seluruh lapisan, tidak hanya pada suatu golongan tertentu.
b. Tipe Interaksi Tipe interaksi yang terjadi adalah interaksi dari satu pihak tanpa ada balasan yang nyata karena teks berupa teks pidato. Dalam hal ini pidato adalah sesuatu yang disampaikan oleh komunikator untuk menyampaikan sesuatu atau meyakinkan orang banyak mengenai sesuatu. Jadi, respons yang ada bukanlah respons langsung yang dapat dilihat dengan nyata, melainkan respons yang akan dapat dilihat dalam jangka waktu yang tidak dapat ditentukan. Demikian pula, apakah suatu pidato berhasil, yakni dapat dilihat dari respons yang terjadi dalam jangka waktu yang tidak ditentukan dan maksud yang ada di dalam pidato dapat direalisasikan.
c. Medium Medium yang digunakan oleh Obama sangatlah sederhana. Ediumnya sederhana karena hubungannya, yaitu kepada siapa pidato ditujukan dan apa yang dimaksudkan dalam pidato itu agar dapat dipahami dan dimengerti oleh khalayak.
65
d. Saluran Dalam hal ini, saluran yang dipilih adalah lisan dan tulisan. Teks pidato ditulis dan disiapkan terlebih dahulu, kemudian dibacakan berdasarkan hafalan. Jadi, kata-kata yang dipakai dapat disesuaikan dengan kebutuhan Obama untuk menyampaikan apa yang diinginkannya sehingga diharapkan seluruh warga Amerika Serikat dapat memahami apa yang dimaksudkan oleh Obama dalam pidatonya.
e. Modus Retoris Modus retoris yang dapat dilihat dari data adalah bersifat persuasif. Obama memiliki tujuan meyakinkan warga Amerika Serikat supaya menghadapi tantangan yang ada secara bersama-sama. Oleh karena itu, digunakan kata-kata yang dapat membujuk warga untuk bersatu, seperti mengingatkan warga terhadap pendahulu mereka yang sudah berjuang untuk kehidupan yang lebih baik dan berhasil dicapai. Namun, suatu peristiwa besar terjadi, kemudian mengandaskan apa yang sudah diperjuangkan sekali lagi untuk
kembali
membangun
Amerika
bersama-sama
agar
dapat
membahagiakan anak cucu dan generasi Amerika berikutnya. Hal ini ditegaskan dalam kutipan berikut ini.
“As for our common defense, we reject as false the choice between our safety and our ideals. Our Founding Fathers -- (applause) -our Founding Fathers, faced with perils that we can scarcely
66
imagine, drafted a charter to assure the rule of law and the rights of man -- a charter expanded by the blood of generations. Those ideals still light the world, and we will not give them up for expedience sake.” Terjemahan: „Mengenai pertahanan kita bersama, kita menolak dan menganggap palsu pilihan antara keselamatan dan idaman atau cita-cita kita. Para pendiri negara ini dihadapkan pada bahaya yang tak terbayangkan, menyusun sebuah piagam untuk menjamin supremasi hukum dan hak setiap orang, sebuah piagam yang diperkuat oleh perjuangan generasi demi generasi. Semua cita-cita ini masih menerangi dunia dan kita tidak akan meninggalkannya demi mencapai penyelesaian yang cepat.‟
4.4 Hubungan Antara Sistem Transitivitas dengan Konteks Situasi dalam Teks Pidato Pelantikan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama Seperti
sudah
diketahui
bahwa
transitivitas
adalah
perwujudan
pengalaman seseorang yang diwujudkan dalam teks. Selanjutnya, konteks situasi
adalah
keseluruhan
yang
harus
dipahami
untuk
dapat
mengiterpretasikan makna yang terkandung dalam suatu teks yang meliputi field, tenor, and mode dalam hubungannya dengan lingkungan yang ada dalam dan di sekitar teks. Berdasarkan analisis sistem transitivitas dan konteks situasi di atas, maka dapat ditarik beberapa hubungan, yakni sebagai berikut. a. Keseluruhan tipe proses yang ditemukan dalam teks, yaitu proses material, proses relasional, proses mental, proses verbal, proses behavioral, dan proses eksperensial memiliki fungsi masing-masing sehingga dapat
67
membantu dalam menganalisis ranah pengalaman yang merujuk pada ketransitivan dan melihat keseluruhan proses, partisipan, dan sirkumstan yang merupakan bagian dari field of discourse. Dalam hal ini dapat dilihat bahwa proses yang mendominasi adalah proses material. Pemakaian katakata, seperti stand, have now taken, carry, to make, to prepare, yang memiliki predikat proses material disebabkan oleh Obama ingin menunjukkan apa saja yang bisa dilakukan bersama-sama dengan warga Amerika Serikat dalam memperbaiki perekonomian yang sangat terpuruk pada saat itu. Obama tidak menjanjikan sesuatu, tetapi mengajak warga Amerika Serikat untuk ikut berjuang bersama dengannya dalam membangun dan merebut kembali apa yang sudah pernah dimiliki Amerika Serikat sebelumnya. To set, to choose, to carry, and to pursue juga merupakan contoh pemilihan proses material yang digunakan Obama dalam pidatonya. Yang diinginkan Obama dari pidatonya adalah partisipasi masyarakat Amerika Serikat dalam bentuk tindakan, tidak hanya perasaan ataupun ucapan. Jadi, penggunaan proses material yang mendominasi menunjukkan keinginan Obama yang diwujudkan dalam tindakan nyata. Jika Obama lebih banyak menggunakan proses mental, verbal, ataupun proses yang lainnya, maka konteks situasinya akan rancu. Konteks situasi, khususnya field of discourse dalam pidato Obama menggambarkan apa yang sudah terjadi, apa yang sedang terjadi, dan apa yang diharapkan akan terjadi pada Amerika Serikat. Obama juga
68
menyampaikan tujuan yang ingin dicapai, baik jangka pendek maupun jangka panjang, dengan menggunakan proses material untuk menegaskan apa yang akan dan harus dilakukan tidak hanya dibicarakan. b. Partisipan yang terlibat juga berhubungan dengan field of discourse. Hal itu terjadi karena dalam pembahasan sistem transitivitas dapat dilihat partisipan apa saja yang terlibat dan bagaimana bentuk partisipan tersebut. Selanjutnya, partisipan dikategorikan menjadi beberapa kelas berdasarkan proses yang berhubungan serta mengikat partisipan itu. Dalam hal ini dapat berupa pelaku dari proses-proses yang ada dan kepada siapa prosesproses tersebut ditujukan dan disampaikan. Apakah partisipan terlibat langsung ataupun tidak, dapat dilihat dari analisis sistem transitivitas, misalnya dalam pidato Obama, disebutkan today i say to you the challenges we face are real. Dilihat dari kutipan tersebut, dapat dipahami bahwa Obama mengetahui siapa partisipan yang terlibat, kepada siapa pidatonya akan disampaikan sehingga tidak terjadi kesalahan. Jika dilihat dari konteks situasi pidato Obama, khususnya dalam field of discourse, maka dapat dilihat siapa saja yang terlibat sebagai partisipan di dalamnya, seluruh dunia, baik benda hidup maupun mati, dan khususnya warga Amerika Serikat. c. Sirkumstan yang ada berupa sirkumstan yang terdiri atas rentang, yakni dapat berupa jarak atau waktu, lokasi yang mencakup tempat dan waktu, cara, sebab, lingkungan, penyerta, peran, masalah, dan sudut pandang.
69
Keseluruhan sirkumstan ini dapat menjelaskan field of discourse dengan lebih detail dan jelas. Sehubungan dengan hal di atas, maka dapat dikatakan bahwa sistem transitivitas adalah representasi field of discourse. Dengan mengetahui sistem transitivitas yang ada dalam suatu teks, diharapkan dapat mempermudah dalam analisis konteks situasi, khususnya dalam analisis field. Jika dilihat dari konteksnya, pada pidatonya, Obama ingin menyampaikan pesan dan ajakannya kepada masyarakat Amerika Serikat untuk menghadapi tantangan yang ada bersama-sama dan kembali membangun Amerika bersama-sama. Analisis komponen transitivitas menunjukkan bahwa proses material menjadi proses dominan dalam pidato tersebut. Hal itu terjadi karena field mengacu pada aktivitas sosial yang sedang terjadi dan latar belakang institusi tempat satuan-satuan bahasa itu muncul. Selain itu, transitivitas menjelaskan unsur-unsur tersebut melalui ketiga komponennya. Jadi, dapat dikatakan bahwa transitivitas memiliki hubungan yang erat dengan field of discouse. Lebih lanjut, penjabaran sistem transitivitas mencakup tipe proses, partisipan, dan sirkumstan yang menggambarkan bagaimana field itu secara detail dan jelas. Karena sistem transitivitas sebagai wujud pengalaman seseorang yang merupakan representasi field, maka dapat dikatakan bahwa hubungan proses, partisipan, dan sirkumstan yang ada dalam pidato Obama lebih menegaskan tindakan dan hal apa yang akan dilakukan Obama untuk Amerika Serikat yang sepenuhnya membutuhkan dukungan dari warga
70
Amerika Serikat. Obama berpidato berdasarkan apa yang dilihat, apa yang dipikirkannya, dan apa yang diinginkannya untuk Amerika Serikat. Di samping itu, juga siapa yang akan berjuang bersama membantunya dalam mencapai tujuan yang sudah dirumuskan. Inilah representasi yang menunjukkan field of discourse dari pidato Obama, yang dijabarkan melalu sistem transitivitas di dalamnya.
71
BAB V ANALISIS RETORIKA
5.1
Sekilas tentang Barack Obama Barack Hussein Obama II, lahir di Honolulu, Hawaii, 4 Agustus 1961;
umur 49 tahun adalah Presiden Amerika Serikat yang sekarang menjabat dan merupakan Presiden yang ke-44 Amerika Serikat. Barack Obama menjabat sejak 20 Januari 2009 menggantikan George Walker Bush Jr. Sebelumnya, ia merupakan Senator Junior dari Illinois dan kemudian menang dalam Pemilu Presiden 2008 pada 4 November 2008. Pada tahun 2009, Obama diumumkan sebagai pemenang anugerah Penghargaan Nobel Perdamaian
karena
mempromosikan diplomasi internasional untuk memecahkan masalahmasalah internasional. Obama
adalah
keturunan Afrika-Amerika pertama
yang
menjabat
Presiden Amerika Serikat setelah sebelumnya merupakan keturunan AfrikaAmerika pertama yang dicalonkan oleh sebuah partai politik besar Amerika untuk menjadi presiden. Ia merupakan lulusan Universitas Columbia dan Sekolah Hukum Universitas Harvard. Di sana ia menjabat Presiden Harvard Law Review.
Obama
sebagai
bekerja sebagai koordinator
masyarakat dan menjabat sebagai pengacara hak sipil sebelum menjadi Senat Illinois selama
tiga
kali,
yakni
mengajarkan hukum konstitusional di
71
mulai
1997
Sekolah
hingga
2004.
Ia
Hukum Universitas
72
Chicago sejak 1992 hingga 2004. Setelah kegagalannya meraih kursi di Dewan Perwakilan AS tahun 2000, ia mengumumkan kampanyenya untuk Senat AS Januari 2003. Kemudian, setelah kemenangan Maret 2004, Obama menyampaikan keynote-nya pada Konvensi Nasional Demokrat Juli 2004. Ia terpilih sebagai Senat pada November 2004 dengan 70 persen suara. Sebagai anggota minoritas Demokrat di Kongres ke-109, Obama membantu membuat undang-undang yang mengatur senjata konvensional dan mempromosikan akuntabilitas publik dalam penggunaan dana federal. Ia juga melakukan perjalanan resmi ke Eropa Timur, Timur Tengah, dan Afrika. Selama Kongres ke-110, ia membantu membuat UU mengenai lobi dan kecurangan pemilihan, perubahan iklim, terorisme nuklir, dan perawatan bagi personel militer AS yang pulang. Obama mengumumkan kampanye presidennya pada Februari 2007, dan dicalonkan pada Konvensi Nasional Demokrat
2008 dengan
senator Delaware, Joe
Biden sebagai
pasangan
kampanye. Pada 4 November 2008, Barack Obama sukses mengalahkan rivalnya senator John Mc Cain dari Partai Republik dan menjadi Presiden ke44 Amerika Serikat, yakni orang kulit hitam pertama sebagai Presiden Amerika serikat. Retorika didefinisikan sebagai praktik penggunaan bahasa untuk meyakinkan atau memengaruhi orang lain dengan bahasa yang dihasilkan dari praktik tersebut (Hartley, 1994:266). “Retorika adalah teknik pemakaian bahasa sebagai seni, baik lisan maupun tertulis, yang didasarkan pada
73
pengetahuan yang tersusun baik” (Keraf, 2007:3). Hal ini berarti bahwa retorika dapat berupa, baik bahasa tulisan maupun bahasa lisan. Uraian sistematis retorika yang pertama dibuat oleh Corax, orang Syracuse, bagian dari Pulau Sicilia. Ia menulis sebuah makalah retorika berjudul Techne Logon (Seni Kata-kata) untuk membantu kaumnya memperoleh kembali hak milik terhadap tanah yang sebelumnya dikuasai para tiran. Selain itu, ia juga membagi pidato pada lima bagian, yakni pembukaan, uraian, argumen, penjelasan tambahan, dan simpulan (Rakhmat, 1992).
5.2 Kefasihan Komunikasi Komunikator Keterampilan komunikator yang ada dalam analisis ini dijabarkan menjadi sistem verbal dan nonverbal yang digunakan serta metode komunikator dalam penyampaian pidato. Metode dalam penyampaian pidato bervariasi sesuai dengan pilihan dan kebiasaan tiap-tiap pribadi. Dalam analisis ini, komunikator yang dimaksud adalah Barack Obama. Dilihat dari segi sistem verbal yang digunakan, kata-kata yang dipilih sangat tepat dan tegas, lugas, tidak berbelit-belit, dan mudah dimengerti dalam menyampaikan pesan yang dimaksudkan pada pidatonya. Pemilihan kata ini mengacu pada prinsip dasar mengenai pesan verbal (De Vito, 2006), yakni pengertian yang bergantung pada orang bukan katakata, bergantung pada konteks, dan memiliki makna, baik denotatif maupun konotatif. Sesuai dengan prinsip tersebut, maka pemilihan kata-kata yang
74
tepat, tegas, dan lugas akan lebih mempermudah terjadinya persamaan pengertian antara komunikator dengan komunikan. Di samping sistem verbal, keterampilan komunikasi komunikator juga diukur melalui sistem nonverbal. Sistem nonverbal ini dijabarkan seperti di bawah ini.
5.2.1
Gerak Tubuh: Postur, Gestur, dan Perpindahan
Postur yang dimaksud di sini adalah postur dasar dalam berbicara di hadapan publik, yakni berdiri. Postur ini selalu diterapkan Obama dalam pidato-pidatonya, termasuk pidato yang dijadikan data dalam analisis ini. Hal itu dilakukan karena dengan berdiri, komunikator dapat lebih mudah menjangkau khalayak dan memperoleh perhatiannya. Dalam menyampaikan pidato, komunikator harus mampu menjangkau khalayak, sedangkan tempat komunikator berdiri terletak di tengah-tengah khalayak. Obama biasanya tetap melakukan kontak mata dengan seluruh khalayak dengan sekali-sekali mengubah arah pandangnya. Hal ini dilakukan untuk mendekatkan diri dengan khalayak di samping agar mereka yang hadir merasakan perhatian dan kontak personal yang cukup. Dalam hal ini pergerakan tubuh dan perpindahannya dapat dilihat pada gambar berikut ini.
75
Gambar 1 Obama menempati posisi di tengah-tengah khalayak. Tidak hanya fokus pada khalayak di satu sisi, tetapi juga di seluruh sisi, misalnya terlihat Obama menoleh pada gambar ini.
Gambar 2 Obama berpidato di tengah-tengah khalayak 5.2.2 Pergerakan/ Ekspresi Wajah Berdasarkan hasil observasi pada rekaman pidato pelantikan Obama, dapat diketahui bahwa beliau memperlihatkan ekspresi wajah yang serius ketika menyampaikan pidatonya. Sesekali Obama tampak juga memberikan
76
senyuman yang terlihat menyemangati khalayak, yaitu warga negara Amerika. Dalam hal ini Obama ingin menunjukkan bahwa dengan semangat dan keseriusan, Amerika dapat pulih kembali seperti dulu. Selanjutnya, ekspresi Obama dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 3 Ekspresi wajah Obama menyampaikan pidatonya
yang
terlihat
serius
Gambar 4 Ekspresi wajah Obama yang tidak hanya serius, tetapi juga tersenyum menyemangati khalayak.
77
5.2.3 Pergerakan/ Kontak Mata Pergerakan mata komunikator atau lazim disebut dengan kontak mata dapat menyampaikan pesan tertentu pada khalayaknya, bergantung pada durasi, arah, dan perilaku mata. Pada saat Obama menyampaikan pidato pelantikannya, kontak mata dilakukan secara merata kepada seluruh khalayak yang hadir. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar khalayak tidak merasa diabaikan di samping untuk memberikan penekanan pada poin tertentu. Dalam hal ini, kontak mata yang dilakukan Obama dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 5 Terlihat Obama memandang ke arah kanannya
78
Gambar 6 Terlihat Obama memandang ke arah kirinya, yang memperlihatkan kontak mata selalu dijaga Obama terhadap seluruh khalayak yang hadir.
5.2.4 Ruang Secara umum, pidato pelantikan obama dapat dikategorikan sebagai bagian dari komunikasi publik. Dengan demikian, jarak atau ruang yang terbentuk antara komunikator dengan komunikan merupakan ruang publik. Dalam pidato pelantikannya, Obama berpidato di halaman terbuka. Hal ini bertujuan membuat khalayak merasa menjadi satu bagian dengan dirinya tanpa ada batasan yang membatasi antara komunikator dengan komunikan. Selanjutnya, ruang dapat dilihat pada contoh gambar di bawah ini.
79
Gambar 7 Pada gambar ini tampak Obama berpidato di area terbuka yang dihadiri banyak orang
5.2.5 Paralinguistik Paralinguistik merupakan dimensi vokal ataupun nonverbal pidato yang dijadikan data dalam analisis ini. Hal tersebut dijabarkan sebagai berikut. a. Penekanan atau Stressing Adanya penekanan pada beberapa bagian bertujuan membuat khalayak mengerti tentang pokok-pokok penting yang disampaikan dalam pidato. Hal ini dapat dilakukan melalui penekanan terhadap bagian yang penting. Berikut adalah beberapa kutipan pidato Obama yang mengalami penekanan. Bagian yang mengalami penekanan ditandai dengan bagian yang digarisbawahi.
“At these moments, America has carried on not simply because of the skill or vision of those in high office, but because we, the people,
80
have remained faithful to the ideals of our forebears and true to our founding documents.” Terjemahan: „Pada saat-saat demikian, Amerika terus melaksanakan tugasnya bukan hanya karena keterampilan atau visi mereka yang memegang jabatan tinggi, tetapi karena kita rakyat Amerika tetap setia pada cita-cita leluhur kita dan setia pada dokumen-dokumen yang dirumuskan oleh para pendiri negara kita.‟ “On this day, we gather because we have chosen hope over fear, unity of purpose over conflict and discord. On this day, we come to proclaim an end to the petty grievances and false promises, the recriminations and worn-out dogmas that for far too long have strangled our politics. We remain a young nation. But in the words of Scripture, the time has come to set aside childish things. The time has come to reaffirm our enduring spirit; to choose our better history; to carry forward that precious gift, that noble idea passed on from generation to generation: the God-given promise that all are equal, all are free, and all deserve a chance to pursue their full measure of happiness.The time has come to reaffirm our enduring spirit; to choose our better history; to carry forward that precious gift, that noble idea passed on from generation to generation: the God-given promise that all are equal, all are free, and all deserve a chance to pursue their full measure of happiness.”
Terjemahan: „Pada hari ini, kita berkumpul karena kita lebih memilih harapan daripada ketakutan, kesatuan tujuan daripada konflik dan pertentangan. Pada hari ini, kita berkumpul untuk menyatakan berakhirnya keluhan-keluhan kecil dan janji-janji palsu, saling tuduh dan berbagai dogma lusuh yang sudah terlalu lama mencekik politik kita. Negara kita masih muda, dengan meminjam kata-kata dalam kitab suci, saatnya sudah tiba kita menepiskan sifat kekanakkanakan. Saatnya sudah tiba untuk menandaskan lagi semangat kita yang tegar, memilih jalan sejarah yang lebih baik, melanjutkan pemberian berharga, gagasan mulia yang diteruskan dari generasi ke generasi: janji yang diberikan Tuhan bahwa semua kita setara, kita semua bebas, dan semua layak memperoleh kesempatan untuk mengejar kebahagiaan sepenuhnya.‟
81
Penekanan pada beberapa bagian teks pidato Obama tersebut dilakukan untuk mempertegas maksud yang ingin disampaikannya kepada warga Amerika Serikat. Dapat dilihat pada kutipan di atas, Obama menekankan bahwa bukan hanya mereka yang ada pada pemerintahan atau memiliki jabatan penting yang bisa berperan dalam membangun kembali Amerika, melainkan semua warga Amerika Serikat. Bukan hanya mereka yang memiliki kekuasaan yang memiliki peran, melainkan semua warga Amerika Serikat juga memiliki peran untuk kembali membangun Amerika Serikat.
b. Nada atau Pitch (Tone) Secara umum, frekuensi suara Obama selama menyampaikan pidato pelantikannya relatif sama. Namun, pada saat menyampaikan suatu pokok pidato yang penting, Obama sedikit meninggikan nada suaranya. Hal ini dimaksudkan untuk memperjelas kata yang ditekankan tersebut. Contohnya dapat dilihat pada kutipan teks berikut ini.
“For us, they packed up their few worldly possessions and traveled across oceans in search of a new life. For us, they toiled in sweatshops, and settled the West, endured the lash of the whip, and plowed the hard earth. For us, they fought and died in places like Concord and Gettysburg, Normandy and Khe Sahn.”
82
Terjemahan: „Demi kita, mereka mengemas harta milik mereka yang tak seberapa dan menyeberangi samudra untuk mencari kehidupan baru. Demi kita, mereka banting-tulang dengan upah minim dan menetap di Pantai Barat, menahankan pukulan cambuk dan mencangkul tanah yang keras. Demi kita, mereka bertempur dan mati, di tempat-tempat seperti Concord dan Gettysburg, Normandy dan Khe San.‟ Bagian teks yang diucapkan dengan nada yang ditinggikan ditandai dengan tanda
. Bagian teks yang diucapkan dengan nada menurun
ditandai dengan tanda datar ditandai dengan tanda
. Selanjutnya, bagian teks yang pengucapannya . Kalimat yang mengikuti bagian teks yang
ditinggikan memberikan penjelasan lebih lanjut pada bagian yang ditinggikan tersebut. For us, bagian tersebut diucapkan dengan nada yang lebih ditinggikan untuk menyatakan bahwa Obama tidak hanya memfokuskan pada golongan tertentu, tetapi pada semua warga Amerika Serikat yang mendengarkan pada saat itu.
c. Kecepatan atau Pace Pengaturan kecepatan berbicara komunikator dalam menyampaikan pidato akan memengaruhi daya tangkap khalayak terhadap kata-kata yang diucapkan dalam pidato tersebut. Sebaiknya, penyampaian pidato tidak terlalu cepat sehingga memberikan waktu bagi khalayak untuk menangkap dan mencerna isi pidato yang disampaikan. Sebaliknya, jangan terlalu lambat
83
karena dapat membuat khalayak bosan. Obama tidak terlalu cepat dalam menyampaikan pidato, juga tidak terlalu lambat. Ada kalanya Obama sedikit mempercepat pidatonya untuk membangkitkan semangat khalayak. Perubahan kecepatan dapat dilihat pada kutipan di bawah ini. “Our capacity remains |>undiminished. But our time of standing pat, of protecting narrow interests and putting off unpleasant decisions – |
we must pick ourselves up, dust ourselves off, and begin again the work of remaking America.”
Terjemahan: „Kapasitas kita tetap tak berkurang. Akan tetapi, masa kita untuk berdiam diri, melindungi kepentingan sempit dan menunda keputusan-keputusan yang tak menyenangkan, sudah harus berlalu. Mulai hari ini, kita harus bangkit sendiri, membersihkan debu yang menempel, dan mulai lagi bekerja memperbarui Amerika.‟ .
Kata dan klausa yang ditebalkan menunjukkan adanya penambahan ataupun pengurangan kecepatan berbicara Obama. Penambahan kecepatan ditandai dengan tanda |> di awal kata atau klausa. Pengurangan kecepatan ditandai dengan tanda |< di awal kata atau klausa. Dalam kutipan ini, Obama mengingatkan bahwa masa lalu yang buruk sudah terlewati, Obama mengajak dan menyemangati warga Amerika dengan mempercepat pidatonya seperti terlihat pada akhir kutipan tersebut.
84
d. Jeda atau Pause Jeda berguna bagi khalayak untuk memahami ucapan komunikator di samping berguna bagi komunikator untuk melihat reaksi khalayak terhadap ucapannya. Jeda harus disesuaikan dengan kalimat yang digunakan. Apalagi pidato Obama dilakukan di luar ruangan sehingga jeda yang tidak benar akan menyebabkan kesalahan penyampaian maksud pidatonya. “Nor [..] is the question before us whether the market is a force for good or ill [...] Its power to generate wealth and expand freedom is unmatched [..] But this crisis has reminded us that without a watchful eye [..] the market can spin out of control [..] The nation cannot prosper long [..] when it favors only the prosperous [...] The success of our economy has always depended not just on the size of our gross domestic product [..] but on the reach [..] of our prosperity [..] on the ability to extend opportunity to every willing heart [...] not out of charity [..] but because it is the surest route to our common good [...]” Terjemahan: „Kita juga tidak mempertanyakan apakah kekuatan pasar bebas itu baik atau buruk. Kekuatan pasar bisa membina kekayaan dan memperluas kebebasan kita. Akan tetapi, krisis ini telah mengingatkan kita bahwa tanpa pengawasan yang ketat, kekuatan pasar bebas itu bisa terlepas dari kontrol, dan suatu bangsa tidak bisa makmur untuk waktu lama apabila hanya mementingkan orang kaya. Keberhasilan ekonomi kita tidak hanya bergantung pada besarnya Produk Domestik Bruto, tetapi seberapa jauh meluasnya kemakmuran itu, pada kemampuan kita memberikan kesempatan kepada tiap orang yang mau bekerja, dan bukan karena belas kasihan karena itulah jalan yang paling pasti guna mencapai kemakmuran bersama.‟ .
Pada kutipan di atas dapat dilihat bahwa ada penjedaan yang berbeda. Dalam hal ini jeda pendek ditandai dengan [..] dan jeda panjang ditandai
85
dengan [...]. Jeda pendek terlihat saat Obama ingin menegaskan suatu kata atau suatu klausa dalam kalimat. Jeda panjang digunakan pada saat mengakhiri kalimat.
5.3 Pengorganisasian Pesan Persiapan komunikator dalam hal pesan, meliputi perumusan topik dan tujuan, pengolahan pidato, pengembangan bahasan, mengawali, dan mengakhiri pidato. Adapun penjelasannya adalah seperti berikut ini.
5.3.1 Perumusan Topik dan Tujuan Secara umum, pidato pelantikan Obama dapat dikatakan sebagai pidato yang bersifat persuasif. Topik yang dipakai Obama adalah topik umum yang menggambarkan keadaan Amerika dulu, sekarang, dan harapan yang ingin dicapai Obama bersama-sama dengan warga Amerika Serikat.
5.3.2
Pengolahan Pidato
Pengolahan pidato menyangkut prinsip-prinsip dalam menyusun pidato serta pembuatan garis besar untuk mempermudah pembuatan pidato. Selain membuat garis besar, isi pidato juga harus disesuaikan dengan kondisi yang ada. Dalam pidato pelantikannya, Obama sangat jelas menggambarkan kondisi yang dialami Amerika Serikat di samping mencoba menawarkan solusi untuk memecahkan masalah yang ada. Selain itu, durasi pidato juga
86
perlu diperhitungkan. Sebuah pidato tidak boleh memiliki durasi yang terlalu lama sebab khalayak akan semakin sulit untuk berkonsentrasi.
5.3.3
Pengembangan Bahasan
Pengembangan bahasan yang umum dilakukan dalam pidato ialah dengan memberikan penjelasan terhadap maksud dan tujuan utama pidato tersebut. Dalam hal ini, inti pidato Obama adalah mengajak warga Amerika Serikat agar dapat bekerja sama dan berjuang bersama dalam membangun kembali Amerika Serikat sehingga seperti dulu lagi. Obama mengungkit kembali bagaimana perjuangan pendahulu mereka untuk membangun Amerika agar seluruh keturunannya bisa menikmati hidup yang layak. Selain itu, Obama juga mengingatkan untuk tidak saling menyalahkan atas apa yang sudah terjadi. Jadikanlah semua itu sebagai pelajaran agar nantinya semua yang pernah terjadi tidak akan terulang lagi pada masa yang akan datang. Jadi, pengembangan bahasan yang dibuat Obama dalam pidatonya menyangkut keseluruhan yang dialami Amerika Serikat dan apa yang harus dilakukan (bersama) untuk memperbaiki yang sudah terjadi.
5.3.4
Mengawali dan Mengakhiri Pidato
Dalam mengawali pidatonya, Obama mengingatkan kembali kepada seluruh warga Amerika Serikat tentang apa yang sedang mereka alami dan
87
benar-benar dihadapkan pada tantangan yang serius. Hal itu dapat dilihat pada kutipan di bagian awal pidato berikut ini. “That we are in the midst of crisis is now well understood. Our nation is at war against a far-reaching network of violence and hatred. Our economy is badly weakened, a consequence of greed and irresponsibility on the part of some, but also our collective failure to make hard choices and prepare the nation for a new age. Homes have been lost, jobs shed, businesses shuttered. Our health care is too costly, our schools fail too many -- and each day brings further evidence that the ways we use energy strengthen our adversaries and threaten our planet.” Terjemahan: „Memang sudah dipahami bahwa kita sedang berada di tengah krisis. Bangsa kita kini sedang terlibat perang, melawan jaringan kekerasan dan kebencian yang jauh jangkauannya. Ekonomi kita sangat lemah, akibat ketamakan dan tindakan tidak bertanggung jawab oleh sebagian pihak, tetapi juga karena kegagalan kita secara kolektif untuk membuat pilihan-pilihan sulit, dan kegagalan kita mempersiapkan bangsa bagi abad baru. Banyak rumah yang disita, lapangan kerja menurun drastis, bisnis gulung tikar. Asuransi kesehatan kita terlalu mahal, murid-murid sekolah kita banyak yang gagal, dan setiap hari terlihat bukti bahwa cara-cara kita menggunakan energi justru memperkuat musuh-musuh kita dan mengancam planet kita.‟ Obama mengajak warga Amerika untuk bersatu menghadapi tantangan yang ada di depan mereka dan bersama-sama membangun kembali Amerika Serikat. Pernyataan tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut ini. “This is the journey we continue today. We remain the most
prosperous, powerful nation on Earth. Our workers are no less productive than when this crisis began. Our minds are no less inventive, our goods and services no less needed than they were last week, or last month, or last year. Our capacity remains undiminished. But our time of standing pat, of protecting narrow interests and putting off unpleasant decisions -- that time has surely
88
passed. Starting today, we must pick ourselves up, dust ourselves off, and begin again the work of remaking America.” Terjemahan: „Perjalanan inilah yang kita teruskan hari ini. Kita masih merupakan negara paling makmur dan paling berpengaruh di bumi. Para pekerja kita tidak kurang produktifnya dibandingkan dengan waktu ketika krisis ini dimulai. Otak kita masih seinventif seperti pada awal krisis ini, barang dan jasa kita masih diperlukan seperti pada minggu lalu atau bulan lalu, atau tahun lalu. Kapasitas kita tetap tak berkurang. Akan tetapi, masa kita untuk berdiam diri, melindungi kepentingan sempit dan menunda keputusan-keputusan yang tak menyenangkan, sudah harus berlalu. Mulai hari ini, kita harus bangkit sendiri, membersihkan debu yang menempel, dan mulai lagi bekerja memperbarui Amerika.‟ Ketika mengakhiri pidatonya, Obama kembali mengingatkan siapa warga Amerika Serikat, apakah yang sudah dialami bersama, dan kembali mengajak warga untuk bersatu membangun Amerika Serikat. Selain itu, Obama juga menegaskan bahwa di atas semuanya, Tuhan selalu ada. Hal ini menunjukkan bahwa Obama sebagai pribadi yang religius dan percaya bahwa Tuhan akan selalu memberkati mereka dan membantu seluruh warga negara Amerika Serikat untuk bangkit kembali dari kelumpuhan dan keterpurukan yang dialami. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan berikut ini. “America: In the face of our common dangers, in this winter of our hardship, let us remember these timeless words. With hope and virtue, let us brave once more the icy currents, and endure what storms may come. Let it be said by our children's children that when we were tested we refused to let this journey end, that we did not turn back nor did we falter; and with eyes fixed on the horizon and God's grace upon us, we carried forth that great gift of freedom and delivered it safely to future generations.”
89
Terjemahan: „Amerika; Dalam menghadapi musuh bersama, dalam masa sulit kita ini, mari kita ingat kata-kata emas itu. Dengan harapan dan kebajikan, mari kita hadapi bersama sekali lagi sungai beku ini, dan bertahan dari badai apa pun yang akan tiba. Biarkan cucu-cucu kita berkata bahwa kita telah diuji dan kita menolak untuk mengakhiri perjalanan ini, bahwa kita tidak mundur dan mata kita terpaku ke ufuk fajar dan dengan berkat Tuhan, kita meneruskan anugerah kebebasan dan mengantarkannya dengan selamat bagi generasi masa depan.‟
5.4 Hubungan antara Transitivitas dengan Kekuatan Retorika Pidato Pelantikan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama Berdasarkan analisis di atas, dapat dijabarkan beberapa temuan yang mengaitkan antara transitivitas dan kekuatan retorika. Temuan yang dimaksud adalah sebagai berikut. a. Pidato yang bagus adalah pidato yang dapat membuat khalayak memahami dan mengerti apa yang dimaksudkan dalam pidato tersebut. Dalam pidatonya, Obama banyak menggunakan proses material, seperti dikatakan dalam sistem transitivitas bahwa proses material merupakan proses yang menunjukkan aksi atau kegiatan fisik. Jadi, di sini Obama ingin menyampaikan pada warga Amerika Serikat bahwa semuanya dapat diperbaiki jika semua warga ikut membantu dalam bentuk tindakan, tidak hanya menunggu dan menonton apa yang akan dilakukan pemerintah. Obama ingin menyampaikan bahwa semuanya akan bisa berhasil jika semua orang mau bekerja sama dalam wujud tindakan yang nyata, bukan hanya
90
menunggu, berpikir tanpa merealisasikan apa yang dipikirkan, berkata tanpa merealisasikan apa yang dikatakan. Kombinasi tipe proses transitivitas yang muncul dalam pidato Obama memberikan kesan bahwa Obama tidak hanya bertindak, tetapi juga memakai perasaan, menyampaikan apa yang diinginkannya, dan diharapkannya bisa dicapai jika dilakukan bersama-sama. b. Partisipan adalah salah satu unsur penting dalam sistem transitivitas. Dalam hal ini partisipan memiliki hubungan yang erat dengan proses transitivitas. Tanpa adanya partisipan, suatu proses transitivitas tidak akan memiliki makna. Jika dilihat dari sudut pandang retorika, partisipan juga memiliki peranan yang sangat penting. Tanpa mengetahui siapa yang menjadi partisipan, sebuah orasi tidak akan bisa membentuk makna dan tidak akan bisa merumuskan tujuan di samping tidak bisa memperkirakan apa yang akan ditulis atau dikatakan. Jadi, kekuatan retorika juga sangat dipengaruhi oleh partisipan yang terlibat. Partisipan yang digunakan Obama dalam pidatonya lebih melihat pada kebutuhan dan harapan warga Amerika Serikat pada saat itu. Tujuan pidato pelantikannya adalah untuk membuat warga Amerika Serikat percaya dan yakin pada apa yang akan dilakukannya sebagai presiden nanti. Jika terjadi kesalahan pemilihan partisipan, maka tujuan yang ingin dicapainya dalam pidato tidak
akan
tercapai
atau
mungkin
bisa
menimbulkan
rasa
91
ketidakpercayaan pada warga Amerika Serikat pada saat itu. Starting today, we must pick ourselves up, dust ourselves off, and begin again the work of remaking America. Pada kutipan dapat dilihat Obama menggunakan partisipan we, ourselves, the work of remaking America, yang mendapat sambutan tepuk tangan dari seluruh hadirin pada saat itu. Respons tepuk tangan dapat menjadi indikasi kepercayaan warga Amerika Serikat terhadap Obama, yang melihat Obama benar-benar ingin memperbaiki keadaan Amerika bersamasama dengan seluruh warga Amerika Serikat. Artinya, tidak hanya bertindak sendiri tanpa memedulikan pendapat dan keadaan warga Amerika Serikat. Jadi, terlihat kekuatan retorika di sini juga memiliki hubungan kuat dengan partisipan yang terlibat di dalamnya. c. Tanpa adanya sirkumstan yang jelas, maka perwujudan pidato juga akan
mengalami
ketimpangan
dan
ketidakjelasan.
Hal
ini
mengakibatkan ketidakjelasan isi pidato. Pengulangan bagian seperti On this day dalam salah satu bagian pidato menegaskan bahwa di sana Obama ingin menekankan apa yang akan dilakukan disertai dengan beberapa proses material yang ikut menguatkan keinginan Obama untuk memperbaiki dan bertindak untuk Amerika Serikat. Sepanjang pidato pelantikannya tersebut, masyarakat memberikan respons positif berupa tepukan tangan pada beberapa bagian pidatonya. Hal ini menunjukkan bahwa pidato yang disampaikan Obama benar-benar
92
mendapat perhatian dan mampu memberikan semangat bagi warga Amerika Serikat, misalnya kutipan „ But know this America: They will be met.‟, Pernyataan ini diberikan sambutan tepuk tangan yang meriah oleh hadirin. Kutipan tersebut merupakan bagian yang menutup pernyataan Obama mengenai tantangan yang akan dihadapi Amerika Serikat di depan. Tantangan itu tidaklah mudah dan tentu saja banyak, tetapi Obama yakin karena Amerika dan seluruh warganya akan mampu menghadapi tantangan yang ada di depan tersebut. Bagian pidatonya ini menunjukkan kekuatan pidato yang mampu memberikan semangat bagi warga Amerika Serikat dan menumbuhkan kepercayaan diri pada kemampuan Amerika Serikat. Selain itu, Obama juga sangat sering menyebut nama God, yang menunjukkan bahwa Obama adalah orang yang religius dan percaya bahwa Tuhan akan selalu ada dan memberikan berkatnya pada semua orang.
93
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
6.1
Simpulan Berdasarkan hasil analisis terhadap permasalahan yang ada, dapat
dirumuskan beberapa simpulan seperti berikut ini. (1) Tipe proses transitivitas yang muncul akan menentukan partisipan yang terlibat dalam suatu klausa atau kalimat. Dalam data, keenam tipe proses transitivitas muncul dan memiliki jumlah persentase yang berbeda. Proses yang paling banyak muncul adalah proses material, yaitu sebanyak 59.93%, disusul proses relasional sebanyak 16.29%, posisi berikutnya adalah proses mental sebanyak 15.96%. Proses behavioral berada pada posisi keempat sebanyak 3.26%, proses verbal 2.93%, dan proses eksistensial 1.63%. Proses yang mendominasi adalah proses material. Hal
ini disebabkan oleh Obama ingin
menunjukkan apa saja yang bisa dilakukan bersama-sama dengan warga Amerika Serikat dalam memperbaiki perekonomian Amerika yang sangat terpuruk pada saat itu. Obama tidak menjanjikan sesuatu, tetapi mengajak warga Amerika Serikat untuk ikut berjuang bersama dengannya dalam membangun dan merebut kembali apa yang sudah pernah dimiliki Amerika Serikat sebelumnya.
93
94
(2) Sirkumstan dibagi menjadi tujuh, tetapi penggunaannya tidak selalu sama pada setiap klausa atau kalimat. Dalam pidato Obama, ada tiga sirkumstan yang paling sering muncul dilihat dari persentase kemunculannya, yaitu sirkumstan lokasi sebanyak 48.2%, kemudian sirkumstan cara sebanyak 23.5%, dan sirkumstan sebab sebanyak 11.8%. Adapun keempat sirkumstan yang lainnya memiliki frekuensi kemunculan yang lebih sedikit, yaitu sirkumstan penyerta 7.05%, sirkumstan rentang 3.5%, sirkumstan peran 3.5%, dan sirkumstan masalah 2.4%. Dilihat dari hasil analisis tersebut, maka dapat disimpulkan, dalam pidatonya Obama ingin menekankan lokasi dimana masyarakat Amerika Serikat, dan bagaimana keadaan dari Amerika Serikat pada saat itu. Selain itu, Obama juga banyak menyampaikan cara-cara yang mungkin dilakukan bersama-sama untuk memperbaiki keadaan Amerika Serikat. (3) Analisis konteks situasi, khususnya field of discourse berhubungan erat dengan analisis sistem transitivitas karena transitivitas merupakan representasi field of discourse. Proses, partisipan, dan sirkumstan yang digunakan Obama secara tegas menggambarkan tujuan pidatonya, juga apa yang terjadi pada Amerika Serikat, dan apa yang diharapkan terjadi bagi Amerika Serikat. Jadi, sistem transitivitas dalam pidato Obama menunjukkan dengan jelas tujuan, baik jangka pendek maupun
95
jangka panjang, pidatonya. Di samping itu, juga aktivitas yang sedang terjadi di mana pidato tersebut disampaikan. (4) Sistem transitivitas dalam retorika akan mempermudah seseorang untuk memahami dan membuat orasi yang sesuai agar dapat menyampaikan maksud dan tujuannya dengan baik. Partisipan merupakan salah satu unsur penting dalam sistem transitivitas yang memiliki hubungan yang erat dengan proses transitivitas. Tanpa adanya partisipan, suatu proses transitivitas tidak akan memiliki makna. Jika dilihat dari sudut pandang retorika, partisipan juga memiliki peranan yang sangat penting. Tanpa mengetahui siapa yang menjadi partisipan, sebuah orasi tidak akan bisa membentuk makna dan tidak akan bisa merumuskan tujuan. Jadi, kekuatan retorika juga sangat dipengaruhi oleh partisipan yang terlibat. Tanpa adanya sirkumstan yang jelas, perwujudan pidato juga akan mengalami ketimpangan dan ketidakjelasan. Hal ini mengakibatkan ketidakjelasan isi pidato. Dalam pidato Obama, ada tujuan dan harapan yang ingin disampaikan pada hadirin. Kekuatan pidato Obama dapat dilihat dari respons yang diberikan oleh hadirin, yaitu dengan adanya tepukan tangan yang meriah pada beberapa bagian yang berarti bahwa bagian itu mampu menyentuh hadirin dan memberikan semangat pada hadirin juga menimbulkan kepercayaan.
96
6.2
Saran Berdasarkan hasil analisis terhadap permasalahan di atas, ada beberapa
saran yang dapat diberikan, yakni sebagai berikut. (1) Sebaiknya diadakan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan kekuatan retorika dengan masalah lainnya dalam metafungsi bahasa, misalnya dihubungkan dengan fungsi interpersonal ataupun fungsi tekstualnya. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat lebih baik dan bermanfaat untuk memperkaya pembendaharaan pengetahuan terhadap disiplin ilmu sejenis. (2) Penelitian mengenai retorika dapat dilakukan dengan observasi terhadap data yang akan dianalisis. Di samping itu, akan lebih baik jika dapat dilakukan wawancara terhadap narasumber dan partisipan yang terlibat dalam data yang dianalisis. Pada penelitian ini tidak dilakukan pengumpulan data dengan teknik wawancara karena beberapa faktor, seperti jarak dan keterbatasan dana untuk bisa bertemu langsung dengan Obama. Di samping itu, kedudukan Obama sebagai Presiden Amerika Serikat mempersulit posisi penulis untuk mengadakan pertemuan langsung.
97
DAFTAR PUSTAKA
Adisaputra. 2008. Linguistik Fungsional Sistemik: Analisis Teks Materi Pembelajaran di Sekolah Dasar (SD)”. Medan: Universitas Sumatera Utara Press. Anindita. 2008. Analisis Retorika Pemimpin Misa dalam Penyelenggaraan Misa Bahasa Inggris di Gereja Katolik Redemptor Mundi Surabaya. Tesis Pascasarjana: Universitas Kristen Petra, Surabaya. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Asdi Mahasatya. Bormann, Ernest G. Erlangga.
1986. Retorika (Paulus Sulasdi, Trans.). Jakarta:
DeVito, Joseph A. 1997. The Element of Public Speaking (6th ed.). USA: Addison Wesley Longman Inc. DeVito, Joseph A. 2006. Human Communicatin the Basic Course (10th ed.). USA: Allyn and Bacon, Pearson International. Eggins, S. 1994. An Introduction to Systemic Functional Linguistics. London: Pinter. Firth, J.R. 1957. Papers in Linguistics 1934-1951. London: Oxford University Press.
Griffin, Em. 2003. A First Look at Communication Theory (5th ed.). USA: McGraw-Hill, Inc. Halliday, M. A. K. 1978. Language as A Social Semiotics. London: Edward Arnold. Halliday, M.A.K. 1985. An Introduction to Functional Grammar. London: Edward Arnold. Halliday, M.A.K. 1978. Language as Social Semiotic: The Social Interpretation of Language and Meaning. London: Edward Arnold Ltd.
Halliday, M.A.K. 1994. An Introduction to Functional Grammar. 2nd. ed. London: Edward Arnold.
97
98
Halliday, M.A.K. dan Matthiessen, C.M.I.M. 2004. An Introduction to Functional Grammar. London: Edward Arnold. Halliday, M.A.K. dan Ruqaiya Hasan. 1992. Bahasa, Konteks, dan Teks: Aspek-aspek Bahasa dalam Pandangan Semiotik Sosial. Penerjemah Asruddin Barori Tou. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Halliday, M.A.K., and Ruqaiya Hasan. 1985. Language, context, and text: aspects of language in a social-semiotic perspective. London: Oxford University Press. Hasling, John. 2006. The Audience, The Message, and The Speaker (7th ed.). New York: McGraw-Hill, Inc. Hendrikus, P. Dori dan SVD Wuwur. 2009. Retorika, Terampil Berpidato, Berdiskusi, Berargumentasi, Bernegosiasi. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Keraf, Gorys. 2007. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Mardalis. 2009. Metode Penelitian: Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi Aksara. Martin, J. R. 1992. English Text: System and Structure. Amsterdam: John Benjamins. Martin, J. R., C. M. I. M Matthiessen, and C. Painter. 1997. Working with Functional Grammar. Arnold and Arnold: Oxford University Press. Moleong, Lexy J. 2007. Metode Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi). Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Obama, Barrack Husein. 2009. Inaugural Address. Diunduh dari www.whitehouse.gov Rahkmat, Jalaluddin. 1992. Retorika Modern: Pendekatan Praktis. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Rahkmat, Jalaluddin. 2005. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
99
Saragih, Amrin. 2005. Bahasa dalam Konteks Sosial. Medan: Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Suardana. 2008. “The Analysis of Transitivity Shift on Translation Mengapa Bali Disebut Pulau Seribu Pura”. Tesis Pascasarjana: Universitas Udayana, Denpasar. Sudaryanto. 1987. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Masyarakat Linguistik Indonesia Komisariat Universitas Gadjah Mada. Sudaryanto. 1988. Metode Linguistik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Surakhmad, Winarno. 1980. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar: Metode dan Teknik. Bandung: Tarsito. Sutama. 2010. Teks Ritual Pawiwahan Masyarakat Adat Bali Analisis Linguistik Sistemik Fungsional. Disertasi Pascasarjana: Universitas Udayana, Denpasar. Sutjaja, I Gusti Made. 2006. Aksara dan Ragam Teks Bahasa Bali. Denpasar: Lotus Widya Suari.
100
LAMPIRAN-LAMPIRAN Lampiran 1 Inaugural Address by President Barack Hussein Obama, 20 January 2009, Washington D.C., United State of America
My fellow citizens: I stand here today humbled by the task before us, grateful for the trust you've bestowed, mindful of the sacrifices borne by our ancestors. I thank President Bush for his service to our nation -- (applause) -- as well as the generosity and cooperation he has shown throughout this transition. Forty-four Americans have now taken the presidential oath. The words have been spoken during rising tides of prosperity and the still waters of peace. Yet, every so often, the oath is taken amidst gathering clouds and raging storms. At these moments, America has carried on not simply because of the skill or vision of those in high office, but because we, the people, have remained faithful to the ideals of our forebears and true to our founding documents. So it has been; so it must be with this generation of Americans. That we are in the midst of crisis is now well understood. Our nation is at war against a far-reaching network of violence and hatred. Our economy is badly weakened, a consequence of greed and irresponsibility on the part of some, but also our collective failure to make hard choices and prepare the
100
101
nation for a new age. Homes have been lost, jobs shed, businesses shuttered. Our health care is too costly, our schools fail too many -- and each day brings further evidence that the ways we use energy strengthen our adversaries and threaten our planet. These are the indicators of crisis, subject to data and statistics. Less measurable, but no less profound, is a sapping of confidence across our land; a nagging fear that America's decline is inevitable, that the next generation must lower its sights. Today I say to you that the challenges we face are real. They are serious and they are many. They will not be met easily or in a short span of time. But know this America: They will be met. (Applause.) On this day, we gather because we have chosen hope over fear, unity of purpose over conflict and discord. On this day, we come to proclaim an end to the petty grievances and false promises, the recriminations and worn-out dogmas that for far too long have strangled our politics. We remain a young nation. But in the words of Scripture, the time has come to set aside childish things. The time has come to reaffirm our enduring spirit; to choose our better history; to carry forward that precious gift, that noble idea passed on from generation to generation: the God-given promise that all are equal, all are
102
free, and all deserve a chance to pursue their full measure of happiness. (Applause.) In reaffirming the greatness of our nation we understand that greatness is never a given. It must be earned. Our journey has never been one of shortcuts or settling for less. It has not been the path for the faint-hearted, for those that prefer leisure over work, or seek only the pleasures of riches and fame. Rather, it has been the risk-takers, the doers, the makers of things -- some celebrated, but more often men and women obscure in their labor -- who have carried us up the long rugged path towards prosperity and freedom. For us, they packed up their few worldly possessions and traveled across oceans in search of a new life. For us, they toiled in sweatshops, and settled the West, endured the lash of the whip, and plowed the hard earth. For us, they fought and died in places like Concord and Gettysburg, Normandy and Khe Sahn. Time and again these men and women struggled and sacrificed and worked till their hands were raw so that we might live a better life. They saw America as bigger than the sum of our individual ambitions, greater than all the differences of birth or wealth or faction. This is the journey we continue today. We remain the most prosperous, powerful nation on Earth. Our workers are no less productive than when this
103
crisis began. Our minds are no less inventive, our goods and services no less needed than they were last week, or last month, or last year. Our capacity remains undiminished. But our time of standing pat, of protecting narrow interests and putting off unpleasant decisions -- that time has surely passed. Starting today, we must pick ourselves up, dust ourselves off, and begin again the work of remaking America. (Applause.) For everywhere we look, there is work to be done. The state of our economy calls for action, bold and swift. And we will act, not only to create new jobs, but to lay a new foundation for growth. We will build the roads and bridges, the electric grids and digital lines that feed our commerce and bind us together. We'll restore science to its rightful place, and wield technology's wonders to raise health care's quality and lower its cost. We will harness the sun and the winds and the soil to fuel our cars and run our factories. And we will transform our schools and colleges and universities to meet the demands of a new age. All this we can do. All this we will do. Now, there are some who question the scale of our ambitions, who suggest that our system cannot tolerate too many big plans. Their memories are short, for they have forgotten what this country has already done, what free men and women can achieve when imagination is joined to common purpose, and necessity to courage. What the cynics fail to understand is that the ground has
104
shifted beneath them, that the stale political arguments that have consumed us for so long no longer apply. The question we ask today is not whether our government is too big or too small, but whether it works -- whether it helps families find jobs at a decent wage, care they can afford, a retirement that is dignified. Where the answer is yes, we intend to move forward. Where the answer is no, programs will end. And those of us who manage the public's dollars will be held to account, to spend wisely, reform bad habits, and do our business in the light of day, because only then can we restore the vital trust between a people and their government. Nor is the question before us whether the market is a force for good or ill. Its power to generate wealth and expand freedom is unmatched. But this crisis has reminded us that without a watchful eye, the market can spin out of control. The nation cannot prosper long when it favors only the prosperous. The success of our economy has always depended not just on the size of our gross domestic product, but on the reach of our prosperity, on the ability to extend opportunity to every willing heart -- not out of charity, but because it is the surest route to our common good. (Applause.) As for our common defense, we reject as false the choice between our safety and our ideals. Our Founding Fathers -- (applause) -- our Founding
105
Fathers, faced with perils that we can scarcely imagine, drafted a charter to assure the rule of law and the rights of man -- a charter expanded by the blood of generations. Those ideals still light the world, and we will not give them up for expedience sake. (Applause.) And so, to all the other peoples and governments who are watching today, from the grandest capitals to the small village where my father was born, know that America is a friend of each nation, and every man, woman and child who seeks a future of peace and dignity. And we are ready to lead once more. (Applause.) Recall that earlier generations faced down fascism and communism not just with missiles and tanks, but with the sturdy alliances and enduring convictions. They understood that our power alone cannot protect us, nor does it entitle us to do as we please. Instead they knew that our power grows through its prudent use; our security emanates from the justness of our cause, the force of our example, the tempering qualities of humility and restraint. We are the keepers of this legacy. Guided by these principles once more we can meet those new threats that demand even greater effort, even greater cooperation and understanding between nations. We will begin to responsibly leave Iraq to its people and forge a hard-earned peace in Afghanistan. With
106
old friends and former foes, we'll work tirelessly to lessen the nuclear threat, and roll back the specter of a warming planet. We will not apologize for our way of life, nor will we waver in its defense. And for those who seek to advance their aims by inducing terror and slaughtering innocents, we say to you now that our spirit is stronger and cannot be broken -- you cannot outlast us, and we will defeat you. (Applause.) For we know that our patchwork heritage is a strength, not a weakness. We are a nation of Christians and Muslims, Jews and Hindus, and nonbelievers. We are shaped by every language and culture, drawn from every end of this Earth; and because we have tasted the bitter swill of civil war and segregation, and emerged from that dark chapter stronger and more united, we cannot help but believe that the old hatreds shall someday pass; that the lines of tribe shall soon dissolve; that as the world grows smaller, our common humanity shall reveal itself; and that America must play its role in ushering in a new era of peace. To the Muslim world, we seek a new way forward, based on mutual interest and mutual respect. To those leaders around the globe who seek to sow conflict, or blame their society's ills on the West, know that your people will judge you on what you can build, not what you destroy. (Applause.)
107
To those who cling to power through corruption and deceit and the silencing of dissent, know that you are on the wrong side of history, but that we will extend a hand if you are willing to unclench your fist. (Applause.) To the people of poor nations, we pledge to work alongside you to make your farms flourish and let clean waters flow; to nourish starved bodies and feed hungry minds. And to those nations like ours that enjoy relative plenty, we say we can no longer afford indifference to the suffering outside our borders, nor can we consume the world's resources without regard to effect. For the world has changed, and we must change with it. As we consider the role that unfolds before us, we remember with humble gratitude those brave Americans who at this very hour patrol far-off deserts and distant mountains. They have something to tell us, just as the fallen heroes who lie in Arlington whisper through the ages. We honor them not only because they are the guardians of our liberty, but because they embody the spirit of service -- a willingness to find meaning in something greater than themselves. And yet at this moment, a moment that will define a generation, it is precisely this spirit that must inhabit us all. For as much as government can do, and must do, it is ultimately the faith and determination of the American people upon which this nation relies. It is the kindness to take in a stranger
108
when the levees break, the selflessness of workers who would rather cut their hours than see a friend lose their job which sees us through our darkest hours. It is the firefighter's courage to storm a stairway filled with smoke, but also a parent's willingness to nurture a child that finally decides our fate. Our challenges may be new. The instruments with which we meet them may be new. But those values upon which our success depends -- honesty and hard work, courage and fair play, tolerance and curiosity, loyalty and patriotism -- these things are old. These things are true. They have been the quiet force of progress throughout our history. What is demanded, then, is a return to these truths. What is required of us now is a new era of responsibility -- a recognition on the part of every American that we have duties to ourselves, our nation and the world; duties that we do not grudgingly accept, but rather seize gladly, firm in the knowledge that there is nothing so satisfying to the spirit, so defining of our character than giving our all to a difficult task. This is the price and the promise of citizenship. This is the source of our confidence -- the knowledge that God calls on us to shape an uncertain destiny. This is the meaning of our liberty and our creed, why men and women and children of every race and every faith can join in celebration across this magnificent mall; and why a man whose father less than 60 years
109
ago might not have been served in a local restaurant can now stand before you to take a most sacred oath. (Applause.) So let us mark this day with remembrance of who we are and how far we have traveled. In the year of America's birth, in the coldest of months, a small band of patriots huddled by dying campfires on the shores of an icy river. The capital was abandoned. The enemy was advancing. The snow was stained with blood. At the moment when the outcome of our revolution was most in doubt, the father of our nation ordered these words to be read to the people: "Let it be told to the future world...that in the depth of winter, when nothing but hope and virtue could survive... that the city and the country, alarmed at one common danger, came forth to meet [it]." America: In the face of our common dangers, in this winter of our hardship, let us remember these timeless words. With hope and virtue, let us brave once more the icy currents, and endure what storms may come. Let it be said by our children's children that when we were tested we refused to let this journey end, that we did not turn back nor did we falter; and with eyes fixed on the horizon and God's grace upon us, we carried forth that great gift of freedom and delivered it safely to future generations. Thank you. God bless you. And God bless the United States of America. (Applause.)
110
Lampiran 2 Pidato Pelantikan Presiden Amerika Serikat, Barack Hussein Obama, 20 Januari 2009, Washington D.C., Amerika Serikat Rekan-rekan sebangsa dan setanah air: Saya berdiri di sini hari ini terenyak oleh tugas di depan kita, berterima kasih atas kepercayaan yang Anda berikan, dan teringat akan pengorbanan oleh leluhur kita. Saya berterima kasih kepada Presiden Bush atas jasanya pada bangsa kita dan atas kemurahan hati dan kerja sama yang ditunjukkannya pada masa transisi ini. Sudah 44 warga Amerika yang diambil sumpahnya sebagai presiden. Katakata dalam sumpah jabatan itu telah diucapkan pada masa kemakmuran dan pada masa damai. Namun, ada kalanya sumpah jabatan kepresidenan itu diambil di tengah-tengah situasi gawat dan badai yang berkecamuk. Pada saatsaat demikian, Amerika terus melaksanakan tugasnya bukan hanya karena keterampilan atau visi mereka yang memegang jabatan tinggi, melainkan karena kita rakyat Amerika tetap setia pada cita-cita leluhur kita dan setia pada dokumen-dokumen yang dirumuskan oleh para pendiri negara kita. Demikianlah adanya, dan memang selalu demikianlah yang harus dilakukan oleh generasi orang Amerika yang sekarang ini. Memang sudah dipahami bahwa kita sedang berada di tengah krisis. Bangsa kita kini sedang terlibat perang, melawan jaringan kekerasan dan kebencian yang jauh jangkauannya. Ekonomi kita sangat lemah, akibat ketamakan dan tindakan tidak bertanggung jawab oleh sebagian pihak, tetapi
110
111
juga karena kegagalan kita secara kolektif untuk membuat pilihan-pilihan sulit, dan kegagalan kita mempersiapkan bangsa bagi abad baru. Banyak rumah yang disita, lapangan kerja menurun drastis, bisnis gulung tikar. Asuransi kesehatan kita terlalu mahal, murid-murid sekolah kita banyak yang gagal dan setiap hari terlihat bukti bahwa cara-cara kita menggunakan energi justru memperkuat musuh-musuh kita dan mengancam planet kita. Semua itu merupakan indikator krisis, yang didasarkan pada data dan statistik. Yang kurang bisa diukur, tetapi tidak kurang pentingnya adalah melemahnya keyakinan di seluruh pelosok Amerika - kekhawatiran terusmenerus bahwa kemerosotan Amerika tak terelakkan lagi, dan bahwa generasi berikutnya harus mengurangi harapannya. Hari ini saya katakan kepada kalian bahwa tantangan-tantangan yang kita hadapi adalah nyata. Tantangan ini serius dan banyak. Tidak akan mudah diatasi dan tidak bisa diatasi dalam jangka pendek. Akan tetapi, ketahuilah ini, Amerika, semua tantangan ini akan kita hadapi. Pada hari ini, kita berkumpul karena kita lebih memilih harapan daripada ketakutan, kesatuan tujuan daripada konflik dan pertentangan. Pada hari ini, kita berkumpul untuk menyatakan berakhirnya keluhankeluhan kecil dan janji-janji palsu, saling tuduh dan berbagai dogma lusuh yang sudah terlalu lama mencekik politik kita.
112
Negara kita masih muda, dengan meminjam kata-kata dalam kitab suci, saatnya sudah tiba kita menepiskan sifat kekanak-kanakan. Saatnya sudah tiba untuk menandaskan lagi semangat kita yang tegar, memilih jalan sejarah yang lebih baik, melanjutkan pemberian berharga, gagasan mulia yang diteruskan dari generasi ke generasi: janji yang diberikan Tuhan bahwa semua kita setara, kita semua bebas, dan semua layak memperoleh kesempatan untuk mengejar kebahagiaan sepenuhnya. Dalam menandaskan kebesaran bangsa kita, kita memahami bahwa kebesaran tak pernah diberikan begitu saja. Mencapai kebesaran harus dengan kerja keras. Perjalanan yang kita tempuh tak pernah mengambil jalan pintas. Perjalanan kita bukan bagi mereka yang tidak-tabah, bukan bagi mereka yang suka bermalas-malas daripada bekerja, atau bagi yang hanya mengejar kekayaan dan menjadi terkenal. Perjalanan kita adalah bagi mereka yang berani mengambil risiko, mereka yang melakukan hal-hal baru dan membuat barang-barang baru. Sebagian mereka menjadi terkenal, tetapi acap kali lakilaki dan perempuan tak dikenal dalam pekerjaan mereka, yang telah mengusung kita di atas jalan berbatu-batu menuju kemakmuran dan kebebasan. Demi kita, mereka mengemas harta milik mereka yang tak seberapa dan menyeberangi samudera untuk mencari kehidupan baru. Demi kita, mereka banting-tulang dengan upah minim dan menetap di Pantai Barat, menahankan pukulan cambuk dan mencangkul tanah yang keras.
113
Demi kita, mereka bertempur dan mati, di tempat-tempat seperti Concord dan Gettysburg, Normandy dan Khe San. Lelaki dan perempuan ini terus menerus berjuang dan berkorban dan bekerja hingga kulit tangan mereka mengelupas, agar kita bisa mengecap kehidupan yang lebih baik. Mereka melihat Amerika lebih besar daripada jumlah ambisi kita secara perorangan, lebih besar daripada perbedaan status keluarga, atau kekayaan ataupun partai atau kelompok. Perjalanan inilah yang kita teruskan hari ini. Kita masih merupakan negara paling makmur dan paling berpengaruh di Bumi. Para pekerja kita tidak kurang produktifnya dibandingkan dengan waktu ketika krisis ini dimulai. Otak kita masih seinventif seperti pada awal krisis ini, barang dan jasa kita masih diperlukan seperti pada minggu lalu atau bulan lalu atau tahun lalu. Kapasitas kita tetap tak berkurang. Akan tetapi, masa kita untuk berdiam diri, melindungi kepentingan sempit, dan menunda keputusan-keputusan yang tak menyenangkan sudah harus berlalu. Mulai hari ini, kita harus bangkit sendiri, membersihkan debu yang menempel, dan mulai lagi bekerja memperbarui Amerika. Karena ke mana saja kita melihat, ada yang harus kita lakukan. Keadaan ekonomi mengharuskan tindakan yang berani dan segera, dan kita akan bertindak tidak hanya untuk menciptakan lapangan kerja baru, tetapi untuk meletakkan dasar bagi pertumbuhan. Kita akan membangun jalan dan
114
jembatan, jaringan listrik dan jaringan digital yang menyuburkan perdagangan dan mengikat kita bersama. Kita akan memulihkan sains ke tempat yang selayaknya dan menggunakan kehebatan teknologi untuk meningkatkan mutu perawatan kesehatan dan menurunkan biayanya. Kita akan memanfaatkan tenaga matahari, tenaga angin, dan lainnya untuk menjalankan mobil-mobil dan pabrik-pabrik kita. Kita akan mengubah sekolah dan perguruan tinggi dan universitas untuk memenuhi tuntutan era baru. Semua ini bisa kita lakukan. Semua ini akan kita lakukan. Tentu, ada orang yang meragukan skala ambisi kita - dengan mengatakan sistem ekonomi kita tidak bisa mentolerir terlalu banyak rencana besar. Daya ingat mereka tidak cukup lama. Mereka telah melupakan apa yang dilakukan negara ini, apa yang bisa dicapai oleh laki-laki dan perempuan yang hidup bebas, apabila imajinasi digabung demi tujuan bersama, dan kebutuhan digabung dengan ketabahan. Yang tidak dipahami oleh mereka yang sinis adalah tanah tempat mereka berpijak telah bergeser bahwa argumen basi dalam politik yang telah begitu lama menyita waktu kita - tidak lagi berlaku. Pertanyaan yang kita ajukan sekarang bukan apakah pemerintah kita terlalu besar atau terlalu kecil, melainkan apakah pemerintah kita bisa berfungsi, apakah pemerintah bisa menolong para keluarga mencari pekerjaan dengan upah yang layak, asuransi kesehatan yang terjangkau, dan pensiun yang berarti. Apabila jawabannya ya, kita berniat untuk terus bergerak maju. Apabila jawabannya tidak,
115
programnya akan dihentikan. Mereka yang mengatur uang rakyat akan dimintai pertanggungjawabannya - supaya mengeluarkan uang secara bijaksana, mengubah kebiasaan buruk, dan melakukan bisnis kita dengan jujur - karena hanya dengan demikian kita bisa memulihkan kepercayaan penting antara rakyat dan pemerintah. Kita juga tidak mempertanyakan apakah kekuatan pasar bebas itu baik atau buruk. Kekuatan pasar bisa membina kekayaan dan memperluas kebebasan kita. Akan tetapi krisis ini telah mengingatkan kita bahwa tanpa pengawasan yang ketat, kekuatan pasar bebas itu bisa terlepas dari kontrol dan suatu bangsa tidak bisa makmur untuk waktu lama apabila hanya mementingkan orang kaya. Keberhasilan ekonomi kita tidak hanya bergantung pada besarnya Produk Domestik Bruto, tetapi seberapa jauh meluasnya kemakmuran itu, pada kemampuan kita memberikan kesempatan kepada tiap orang yang mau bekerja, dan bukan karena belas kasihan karena itulah jalan yang paling pasti guna mencapai kemakmuran bersama. Mengenai pertahanan kita bersama, kita menolak dan menganggap palsu pilihan antara keselamatan dan idaman atau cita-cita kita. Para pendiri negara ini dihadapkan pada bahaya yang tak terbayangkan, menyusun sebuah piagam untuk menjamin supremasi hukum dan hak setiap orang, sebuah piagam yang diperkuat oleh perjuangan generasi demi generasi. Semua cita-cita ini masih menerangi dunia dan kita tidak akan meninggalkannya demi mencapai penyelesaian yang cepat. Oleh karena itu, bagi semua orang dan pemerintahan
116
yang menyaksikan pelantikan hari ini, mulai dari kota-kota yang termegah sampai ke desa kecil di mana ayah saya dilahirkan, ketahuilah bahwa Amerika adalah sahabat setia negara dan sahabat setiap lelaki, setiap perempuan, dan setiap anak yang menghendaki masa depan yang damai dan bermartabat, dan bahwa kita siap untuk memimpin lagi. Ingatlah bahwa generasi-generasi sebelumnya menundukkan fasisme dan komunisme bukan hanya dengan misil dan tank, melainkan dengan aliansi yang kokoh dan keyakinan besar. Mereka memahami bahwa kekuatan saja tidak bisa melindungi kita dan bahwa kekuatan itu tidak memberi kita hak berbuat sekehendak hati kita. Sebaliknya, mereka tahu bahwa kekuatan kita tumbuh melalui penggunaan yang bijaksana, keamanan kita berasal dari adilnya tujuan kita, kekuatan contoh yang kita berikan, dan kerendahan hati serta kesanggupan menahan diri. Kita adalah penjaga warisan ini. Dibimbing oleh prinsip-prinsip ini, sekali lagi kita bisa menghadapi ancaman-ancaman baru itu yang menuntut upaya lebih besar, bahkan kerja sama dan pemahaman lebih besar antarnegara. Kita akan mulai secara bertanggung jawab meninggalkan Irak kepada bangsa Irak dan menempa perdamaian di Afghanistan. Bersama teman-teman lama dan bekas saingan kita, Amerika akan bekerja tanpa lelah untuk mengurangi ancaman nuklir dan mengurangi bahaya pemanasan bumi. Kita tidak akan minta maaf atas cara kehidupan Amerika, tidak akan goyah dalam mempertahankannya, dan bagi mereka yang hendak mendorong tujuan
117
mereka dengan teror dan membantai orang-orang tak bersalah, kami katakan kepada mereka, semangat kita lebih kuat dan tidak terpatahkan, kalian tidak akan unggul dari kami, dan kalian akan kami kalahkan. Kami sadar bahwa warisan bangsa yang beraneka warna adalah suatu kekuatan dan bukannya sebuah kelemahan. Bangsa kita terdiri atas orang Kristen dan Islam, Yahudi dan Hindu, dan bahkan orang-orang yang tidak percaya pada Tuhan. Kita telah dibentuk oleh campuran berbagai bahasa dan kebudayaan, yang berasal dari segala pelosok dunia. Kita telah merasakan pahitnya perang saudara dan segregasi rasial, dan keluar dari masa kegelapan menjadi sebuah bangsa yang lebih kuat dan lebih bersatu, kita yakin bahwa pada suatu hari nanti semua rasa kebencian akan hilang, bahwa semua garis pembatas antarsuku bangsa akan luluh, dan bahwa dunia ini akan menjadi semakin kecil. Kerendahan hati kita akan tampak dengan sendirinya, dan Amerika harus memainkan perannya dalam menyongsong era perdamaian yang baru. Bagi dunia Muslim, kami akan mencari cara baru ke depan berdasarkan kepentingan bersama dan saling menghormati. Bagi para pemimpin dunia yang berusaha menanam bibit konflik atau menyalahkan dunia Barat atas kesulitan-kesulitan yang dialami masyarakatnya, ketahuilah bahwa rakyat Anda akan menilai Anda pada apa yang Anda bangun, bukan pada apa yang Anda musnahkan. Bagi mereka yang hendak menggenggam kekuasaan melalui korupsi dan kekejian dan membungkam orang yang tidak setuju pada
118
kebijakan mereka, yakinlah bahwa kalian berada pada sisi yang keliru, tetapi kami akan mengulurkan tangan jika kalian tidak lagi mengepalkan tinju. Bagi rakyat negara-negara miskin, kami berjanji akan bekerja bersama kalian untuk membuat ladang kalian subur dan membuat air bersih mengalir, untuk memberi makan tubuh yang kelaparan, dan memenuhi kebutuhan mental. Kepada negara-negara seperti negara kita yang relatif menikmati kemakmuran, kita tidak bisa lagi bersikap tidak peduli pada kesengsaraan di luar perbatasan kita, dan kita tidak bisa menghabiskan sumber-sumber dunia tanpa memedulikan dampaknya karena dunia sudah berubah dan kita harus berubah dengannya. Sambil kita mempertimbangkan jalan yang terbentang di depan kita, kita mengingat dengan rasa terima kasih orang-orang Amerika yang gagah berani, yang pada saat ini, berpatroli di gurun dan gunung yang sangat jauh. Ada sesuatu yang hendak mereka katakan pada kita hari ini, seperti yang dibisikkan sepanjang masa oleh para pahlawan kita yang kini dimakamkan di Arlington. Kita menghormati mereka bukan hanya karena mereka menjaga kebebasan kita, melainkan karena mereka menunjukkan arti pengorbanan, kesediaan untuk mencari arti yang lebih besar daripada diri mereka sendiri. Pada saat ini, saat yang akan tercatat dalam sejarah generasi - semangat inilah yang harus ada pada kita semua.
119
Sebanyak apa pun yang bisa dan harus dilakukan pemerintah, pada akhirnya kepercayaan dan tekad rakyat Amerikalah yang diandalkan negara ini. Misalnya kebaikan hati untuk menampung orang yang kena musibah walaupun tidak kita kenal atau pekerja yang tanpa pamrih rela mengurangi jam kerja mereka daripada melihat seorang teman di-PHK, yang membuat kita keluar dari kegelapan. Adalah keberanian para pemadam kebakaran untuk menerobos masuk ke rumah yang penuh asap dan kesediaan orang tua untuk membesarkan anak, yang kelak akan menentukan nasib kita. Tantangan kita mungkin baru. Alat-alat yang kita gunakan untuk mengatasinya mungkin baru. Akan tetapi pada nilai-nilai itulah keberhasilan kita bergantung - yaitu kerja keras dan kejujuran, ketabahan dan berlaku secara adil, toleransi dan rasa ingin tahu, kesetiaan dan patriotisme - semua itu sudah lama ada. Semua itu memang benar. Semua itu telah menjadi kekuatan kemajuan sepanjang sejarah. Jadi, yang dituntut sekarang adalah kembalinya kepada nilai-nilai ini. Apa yang diperlukan dari kita sekarang ini adalah era pertanggungjawaban yang baru - suatu pengakuan, dari tiap orang Amerika, bahwa kita mempunyai kewajiban bagi diri kita sendiri, bagi negara kita, dan bagi dunia, kewajiban yang kita lakukan dengan senang hati, bukan dengan bersungut-sungut karena kita tahu tidak ada yang lebih memuaskan bagi jiwa kita, yang merupakan definisi karakter kita, daripada memberikan segalanya untuk menyelesaikan tugas yang sulit. Inilah pengorbanan dan janji kewarganegaraan.
120
Inilah yang menjadi sumber keyakinan kita - pengetahuan bahwa Tuhan meminta kita untuk memperbaiki keadaan yang tidak pasti. Inilah arti kebebasan dan kepercayaan kita- mengapa laki-laki dan perempuan dan anak-anak dari tiap ras dan tiap keyakinan bisa ikut dalam perayaan di lapangan yang indah ini, dan mengapa seorang lelaki yang ayahnya lebih 60 tahun lalu mungkin tidak dilayani di restoran, sekarang bisa berdiri di depan Anda untuk diambil sumpahnya sebagai presiden. Jadi marilah kita hari ini mengenang siapa kita dan sejauh mana jalan yang kita tempuh. Pada tahun kelahiran Amerika, pada bulan yang terdingin, sekelompok patriot berkumpul di depan api unggun yang mulai padam di bantaran sungai yang beku. Ibu kota telah ditinggalkan, musuh terus maju, salju tampak berlumuran darah. Pada saat itu, ketika nasib revolusi kita sangat diragukan, bapak bangsa kita memerintahkan supaya kalimat berikut dibacakan kepada semua rakyat Amerika: "Beri tahukanlah pada dunia masa depan bahwa di tengah musim dingin, saat apa pun tiada kecuali harapan dan kebajikan - bahwa kota dan negara, waspada akan bahaya bersama, akhirnya bersatu untuk menghadapinya." Amerika; Dalam menghadapi musuh bersama, dalam masa sulit kita ini, mari kita ingat kata-kata emas itu. Dengan harapan dan kebajikan, mari kita hadapi bersama sekali lagi sungai beku ini, dan bertahan dari badai apa pun yang akan tiba. Biarkan cucu-cucu kita berkata bahwa kita telah diuji dan kita menolak untuk mengakhiri perjalanan ini, bahwa kita tidak mundur dan mata
121
kita terpaku ke ufuk fajar dan dengan berkat Tuhan, kita meneruskan anugerah kebebasan dan mengantarkannya dengan selamat bagi generasi masa depan.