BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kependudukan merupakan basis utama dan fokus dari segala persoalan pembangunan. Hampir semua kegiatan pembangunan baik yang bersifat sektoral maupun lintas sektor terarah dan terkait dengan penduduk, atau dengan kata lain penduduk harus menjadi subjek sekaligus objek pembangunan. Kualitas penduduk yang baik akan melahirkan sumber daya manusia (SDM) yang baik pula. Jumlah penduduk yang besar tetap akan berarti bila sebagian besar dari mereka mampu berkarya dan berpartisipasi dalam pembangunan. Sebaliknya jumlah penduduk yang besar akan menambah beban ekonomi dan pembangunan, bila tidak dapat diberdayakan secara baik (www.ld-feui.org). Penduduk merupakan bagian yang paling penting dalam pembangunan. Dalam menyelenggarakan pembangunan tetap saja memperhitungkan aspek kependudukan baik dalam hal merumuskan kebijakan ataupun melaksanakan program-program pembangunan yang ada. Dengan demikian, penduduk merupakan dasar dan sasaran semua kebijakan pembangunan negara. Dalam perencanaan pembangunan, otomatis data kependudukan memegang peranan penting. Semakin lengkap dan akurat data kependudukan yang tersedia maka akan semakin mudah dan tepat rencana pembangunan itu dibuat. Oleh karena itu dituntut usaha dan kerja keras dari pihak-pihak yang terkait dalam
Universitas Sumatera Utara
mengumpulkan dan menjamin tersedianya data kependudukan yang baik bagi pihak yang berkepentingan dalam merumuskan kebijakan pembangunan. Meningkatnya jumlah penduduk setiap tahunnya menciptakan suatu fenomena bahwa pengendalian kelahiran (fertilitas) merupakan isu penting di dunia sekarang ini. Hal ini disebabkan tingginya jumlah penduduk dunia yang mencapai 6,9 miliar jiwa pada tahun 2010. Pada tahun 2010 jumlah penduduk Indonesia mencapai 237,641,326 jiwa. Jumlah itu mengalami peningkatan sebesar 2,7 persen bila dibandingkan dengan tahun 2009. Dengan jumlah penduduk sebesar itu Indonesia masuk dalam peringkat keempat penduduk terbanyak di dunia setelah Cina 1.336.718.015 jiwa, India 1.189.172.906 jiwa dan Amerika Serikat 311.050.977 jiwa. Sumatera Utara juga menunjukkan kondisi yang tidak jauh berbeda. Jumlah penduduk pada tahun 2007 sebesar 12.834.371 jiwa. Naik sebesar 1,6 persen pada tahun 2008 menjadi 13.042.317 jiwa. Pada tahun 2009 naik lagi sebesar 1,6 persen sehingga menjadi 13.248.386. Namun pada tahun 2010 turun sebesar 2,0 persen menjadi 12.982.204 (BPS : 2010). Pematangsiantar sebagai salah satu kota di Sumatera Utara juga mengalami hal yang sama. Jumlah penduduk pada tahun 2007 sebesar 248.825 jiwa. Mengalami kenaikan sebesar 0,40 persen dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2008 naik lagi sebesar 0,47 persen menjadi 249.985 jiwa. Demikian juga pada tahun 2009 naik sebesar 0,40 persen sehingga menjadi 250.997. Namun pada tahun 2010 menurun drastis sebesar 6,49 persen menjadi 234.698 (BPS : 2010).
Universitas Sumatera Utara
Pematangsiantar merupakan salah satu kota di Sumatera Utara yang banyak penduduknya dan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Adapun jumlah penduduk dan Total Fertility Rate (TFR) di Kota Pematangsiantar dapat dilihat pada tabel berikut: TABEL 1.1 Jumlah Penduduk dan Angka Kelahiran Total (TFR) di Kota Pematangsiantar ( 2007-2010) TAHUN
JUMLAH PENDUDUK (RIBUAN) 2007 248.825 2008 249.985 2009 250.997 2010 234.698 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2010
TFR (TAHUN) 2.22 2.16 2.12 2.14
Dari data yang terdapat pada tabel 1.1 di atas maka dapat kita lihat bahwa jumlah penduduk berbanding terbalik dengan Angka Kelahiran Total (TFR). Meskipun Angka Kelahiran Total menurun di tiap tahunnya akan tetapi tidak memberikan
pengaruh
terhadap
berkurangnya
jumlah
penduduk
Kota
Pematangsiantar setiap tahun. Hal ini tentunya juga tidak lepas dari pengaruh tiap kelurahan yang ada di Kota Pematangsiantar. Dimana, setiap kelurahan pastinya juga memiliki angka kelahiran total yang berbeda-beda sesuai dengan karakteristik masing-masing kelurahan tersebut. . Jumlah penduduk, komposisi umur, dan laju pertambahan atau penurunan penduduk dipengaruhi oleh fertilitas (kelahiran), mortalitas (kematian), dan migrasi (perpindahan tempat) karena ketiga variabel tersebut merupakan komponen–komponen yang berpengaruh terhadap perubahan penduduk (Lucas,
Universitas Sumatera Utara
1982:1). Oleh karena itu, permasalahan-permasalahan penduduk yang meliputi jumlah, komposisi dan distribusi penduduk harus segera diselesaikan sebagai upaya untuk mengendalikan jumlah penduduk. Cara pengendalian jumlah penduduk
adalah dengan pengendalian
fertilitas (kelahiran),
mortalitas
(kematian), dan migrasi (perpindahan tempat). Pengendalian fertilitas merupakan salah satu cara untuk mengendalikan jumlah penduduk. Fertilitas merupakan hasil reproduksi nyata dari seorang atau sekelompok wanita, sedangkan dalam pengertian demografi menyatakan banyaknya bayi yang lahir hidup. Besar kecilnya jumlah kelahiran dalam suatu penduduk, tergantung pada beberapa faktor misalnya, struktur umur, tingkat pendidikan, umur pada waktu kawin pertama, banyaknya perkawinan, status pekerjaan wanita, penggunaan alat kontrasepsi dan pendapatan/kekayaan (Hatmadji,2004:57). Fertilitas merupakan salah satu komponen demografi. Demografi menurut Donald J. Bogue di dalam bukunya yang berjudul “ Principle of Demography” adalah ilmu yang mempelajari secara statistik dan matematika tentang besar, komposisi dan distribusi penduduk dan perubahan-perubahannya sepanjang masa melalui bekerjanya 5 komponen demografi yaitu kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), perkawinan, migrasi dan mobilitas sosial. Dalam melakukan pengukuran terhadap fertilitas, terdapat beberapa variasi dan masing-masing mempunyai kelebihan dan kelemahan. Pengukuran terhadap fertilitas ini dilakukan melalui dua macam pendekatan yaitu Yearly Performance dan Reproductive History yang kemudian dibagi lagi menjadi beberapa teknik
Universitas Sumatera Utara
penghitungan. Salah satu teknik yang termasuk dalam pendekatan Yearly Performance adalah Total Fertility Rate (TFR) atau Angka Kelahiran Total. Total Fertility Rate (TFR) merupakan jumlah rata-rata anak yang dilahirkan setiap wanita. Kebaikan dari teknik ini adalah merupakan ukuran untuk seluruh wanita usia 15-49 tahun yang dihitung berdasarkan angka kelahiran menurut kelompok umur, berbeda dengan teknik yang lain yang perhitungannya tidak memisahkan antara penduduk laki-laki dan perempuan serta tingkat usia produktif bagi wanita. Banyak faktor yang mempengaruhi Angka Kelahiran Total (TFR), di antaranya adalah usia kawin pertama, indeks tingkat pendidikan, dan indeks tingkat pendapatan. Tingkat pendapatan dapat diwakili oleh pendapatan perkapita. Keterkaitan pendapatan terhadap fertilitas adalah ketika pendapatan seseorang naik akan semakin besar pengaruhnya terhadap penurunan fertilitas yang terjadi. Apabila ada kenaikan pendapatan, aspirasi orang tua akan berubah. Orang tua menginginkan anak dengan kualitas yang baik. Ini berarti biaya (cost) nya naik. Sedangkan kegunaannya turun sebab walaupun anak masih memberikan kepuasan akan tetapi balas jasa ekonominya turun. Disamping itu orang tua juga tidak tergantung dari sumbangan anak. Jadi biaya membesarkan anak lebih besar daripada kegunaannya. Hal ini mengakibatkan “demand” terhadap anak menurun atau dengan kata lain fertilitas turun (Hatmadji, 2000:78). Dalam konteks Indonesia, salah satu variabel yang sering diperhatikan adalah usia kawin pertama. Sejalan dengan pemikiran bahwa semakin muda usia
Universitas Sumatera Utara
seorang wanita melakukan perkawinan, semakin panjang masa reproduksinya. Maka dapat diasumsikan bahwa semakin cepat seseorang menikah pada usia mudanya, semakin banyak pula anak yang dilahirkannya. Jadi hubungan antara umur perkawinan dan fertilitas adalah negatif. Hasil Sensus Penduduk tahun 2010 menunjukkan rata-rata umur kawin pertama penduduk laki-laki di Indonesia sebesar 25,7 tahun dan perempuan 22,3 tahun (perhitungan Singulate Mean Age at Marriage/SMAM). Kondisi ini semakin mendekati apa yang terjadi di negara-negara maju. Di Amerika Serikat misalnya, pada tahun 2010 penduduk laki-laki cenderung memilih menikah pada usia
28
tahun
sedangkan
wanita
menikah
di
usia
26
tahun
(www.ekonomi.kompasiana.com). Tingginya tingkat pendidikan cenderung mendorong wanita untuk turut berpartisipasi dalam menopang perekonomian keluarga. Ibu-ibu yang bekerja dari pagi hingga sore tidak memiliki waktu yang cukup bagi anak-anak dan keluarga (Berg, 1986). Dalam hal ini ibu mempunyai peran ganda yaitu sebagai ibu rumah tangga dan wanita pekerja. Oleh karena itu, tingkat partisipasi angkatan kerja wanita baik langsung ataupun tidak langsung memiliki pengaruh terhadap fertilitas. Ibu yang bekerja cenderung membatasi jumlah anak yang ingin dimilikinya karena berkurangnya waktu yang dimiliki untuk mengurus rumah
tangga
dan
dianggap
dapat
mengurangi
kesempatan
untuk
mengembangkan karir. Dengan demikian tingkat pendidikan berpengaruh negatif terhadap tingkat fertilitas (Ritonga, Hafadh Abdillah, 2010:6)
Universitas Sumatera Utara
Oleh karena itu diperlukan suatu analisis yang lebih lengkap berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi angka kelahiran total tersebut, dimana dalam kesempatan ini penulis menggunakan data primer agar memperoleh data secara lebih akurat dan menjawab rasa penasaran penulis sendiri dengan melakukan pendataan secara langsung kepada penduduk Kota Pematangsiantar. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penulisan skripsi dengan judul “Analisis Determinan Fertilitas di Kota Pematangsiantar”. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh usia kawin pertama terhadap tingkat fertilitas di Pematangsiantar? 2. Bagaimana pengaruh tingkat pendapatan terhadap tingkat fertilitas di Pematangsiantar? 3. Bagaimana pengaruh tingkat pendidikan terhadap tingkat fertilitas di Pematangsiantar? 1.3 Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap perumusan masalah, dimana tingkat kebenarannya masih perlu dibuktikan atau diuji secara empiris. Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka penulis membuat hipotesis sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
1. Usia kawin pertama memiliki pengaruh negatif terhadap tingkat fertilitas di Pematangsiantar, ceteris paribus. 2. Tingkat pendapatan memiliki pengaruh negatif terhadap tingkat fertilitas di Pematangsiantar, ceteris paribus. 3. Tingkat pendidikan memiliki pengaruh negatif terhadap tingkat fertilitas di Pematangsiantar, ceteris paribus. 1.4 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh usia kawin pertama terhadap tingkat fertilitas di Pematangsiantar. 2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh tingkat pendapatan terhadap tingkat fertilitas di Pematangsiantar. 3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh tingkat pendidikan terhadap tingkat fertilitas di Pematangsiantar. 1.5 Manfaat Penelitian 1. Memberikan wawasan dan pengetahuan, khususnya bagi penulis sendiri untuk memahami secara mendalam akan analisis determinan fertilitas di Kota Pematangsiantar. 2. Sebagai bahan studi atau tambahan literatur bagi mahasiswa/i Fakultas Ekonomi khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan serta sebagai bahan referensi dan informasi bagi masyarakat dan mahasiswa/i yang ingin melakukan penelitian selanjutnya. 3. Memberikan gambaran kepada masyarakat mengenai analisis determinan fertilitas di Kota Pematangsiantar.
Universitas Sumatera Utara
4. Sebagai bahan pertimbangan dalam memproyeksi dan mengambil kebijakan yang berhubungan dengan tingkat fertilitas di Kota Pematangsiantar.
Universitas Sumatera Utara