BAB I PENDAHULUAN
A. Alasan Pemilihan Judul 1. Aktualitas Pembangunan menjadi tema pokok yang memang harus dikerjakan oleh pemerintah. Tidak hanya pembangunan secara fisik saja untuk menunjang fasilitas bagi masyarakat tetapi juga pembangunan di bidang sosial. pemerintah memiliki tanggung jawab besar dalam
melaksanakan pembangunan sosial di masyarakat,
namun hal tersebut tidak lepas dari berbagai pihak lain dalam hal ini adalah masyarakat yang berfungsi sebagai aktor sekaligus objek pembangunan. Pembangunan selama ini, modal ekonomi sudah banyak yang diinvestasikan bangsa ini baik, sumber alamiah (Natural Resources) maupun sumber modal (Capital Resources). Namun hasilnya tidak optimal. Bahkan, tingkat pengembalian investasinya tidak memadai melihat kondisi ini, ada sebuah keyakinan bahwa bangsa ini masih memerlukan modal lain yaitu modal manusia dan modal sosial. Dalam konteks modal manusia adalah mengoptimalkan kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan. Dalam hal ini pemberdayaan masyarakat menjadi sorotan yang perlu ditangani bersama baik oleh pemerintah maupun masyarakat. Masyarakat di kawasan pesisir pada dasarnya memiliki modal yang besar baik dalam hal modal manusia maupun
1
modal sosial dikarenakan masyarakat pesisir sangat membutuhkan orang lain dalam upaya pemenuhan kebutuhan sehari-harinya. Melalui modal sosial yang dimiliki sejak turun temurun masyarakat diberikan tantangan untuk dapat mempertahankan dan melestarikan modal yang sudah mereka miliki. Masyarakat di Desa Tanggul Tlare menjadi contoh masyarakat pesisir yang masih memiliki modal sosial yang baik. 2. Orisinalitas Penelitian terkait modal sosial memang pernah dilakukan di Klaten Jawa Tengah yang lebih mengarah kepada pelestarian budaya lokal. Penelitian tersebut dilakukan oleh Ayu Aulia Mustika pada tahun 2014 dengan judul “Peran Modal Sosial Dalam Pelestarian Budaya Lokal Studi Kasus Pada Upacara Tradisional Yaagowiyyu di Desa Jatinom Kacamatan Jatinom Kabupaten Klaten Jawa Tengah”. Dalam penelitian tersebut Ayu Aulia Mustika melihat peran modal sosial dari sisi kondisi sosiologis penduduk dan gambaran obyek penelitian. Penelitian ini dilakukan di Desa Tanggul Tlare, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Yang menjadi fokus dari penelitian ini adalah ada atau tidaknya divestasi dari modal sosial masyarakat pesisir Desa Tanggul Tlare. Selain itu divestasi yang seperti apa yang dihasilkan untuk menyelamatkan lingkungan dengan adanya modal sosial yang dimiliki oleh masyarakat. Penelitian serupa belum pernah dilakukan disana. Untuk penelitian ini, penulis mengulas divestasi modal sosial masyarakat pesisir Desa Tanggul Tlare yang berupaya menyelamatkan lingkungan. Peneliti
2
melihat kesadaran bersama masyarakat mendorong masyarakat untuk melakukan usaha bersama berdasarkan potensi yang dimiliki. Penelitian ini juga tak lepas dari kelembagaan dan partisipasi masyarakat. Lokasi dan objek penelitian ini belum pernah dijadikan penelitian, bahkan penyelamatan lingkungan oleh modal sosial yang dimiliki masyarakat pesisir Desa Tanggul Tlare menjadi fokus utama dari penelitian ini yang berbeda dari penelitian sebelumnya. Proses dan pelaksanaan penyelamatan lingkungan melalui modal sosial masyarakat menjadi fokus perhatian dari penelitian ini. Proses yang tercipta dalam masyarakat dan ketika pelaksanaan mempengaruhi keberhasilan penyelamatan lingkungan di Desa Tanggul Tlare. 3. Keterkaitan dengan Jurusan Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan Sebagai salah satu cabang ilmu sosial, Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan menempatkan masyarakat maupun komunitas sebagai kajiian utamanya baik dalam lingkup yang luas maupun lingkup yang sempit. Ruang lingkup dalam ilmu Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan terletak pada upaya dalam mengidentifikasi masyarakat melalui berbagai aspek sosial maupun gejala sosial yang timbul dalam masyarakat. Ilmu Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan
berganti nama dari ilmu
Sosiatri. Seiring berjalannya waktu, ilmu Pembangunan Sosial dan kesejahteraan menerapkan 3 fokus utama yang berbeda meskipun ketiganya saling berkaitan, yakni pemberdayaan masyarakat (Community Empowerment), kebijakan sosial (Social
3
Policy),dan tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility). Jika dispesifikkan berdasarkan fokus utama, modal sosial tergolong dalam pemberdayaan masyarakat (Social Empowerment). Modal sosial menjadi penting karena masyarakat mengeluarkan potensi yang dimiliki sehingga menarik untuk diteliti, dikarenakan semakin terkikisnya perkembangan jaringan-jaringan sosial yang berkembang dalam masyarakat. Modal sosial menjadi sebuah acuan bagi masyarakat untuk melakukan pembangunan. B. Latar Belakang Wilayah laut dan pesisir sangatlah penting bagi sebagian besar rakyat Indonesia. Hampir sebagian besar rakyat Indonesia bergantung pada laut dan pesisir dalam upaya pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Sudah seharusnya Indonesia merupakan negara yang makmur karena pada dasarnya desa-desa di Indonesia sebetulnya tidak miskin. Rakyatnya hidup di tanah yang subur. Sungai mengalir lebar dan ikan-ikan, beberapa waktu yang lalu, pernah melimpah ruah. Rakyat tidak mengalami kekurangan. Saat ini, yang hilang di desa sebenarnya bukanlah ikan-ikan di sungai, bukan hutan sebagai sumber kehidupan, bukan hama tikus yang mengganggu padi, bukan karena pemerintah mengalirkan subsidi pengganti Bahan Bakar Minyak (BBM) dalam jumlah yang kurang besar. Yang hilang adalah sebuah energi. Yang tidak tampak adalah energi kolektif masyarakat untuk mengatasi problem bersama.
4
Kebersamaan masyarakat desa saat ini hanya terbatas untuk urusan-urusan perayaan kematian, perkawinan, dan tahlilan. Di satu sisi, untuk acara-acara ritual terlihat ada kebersamaan. Di sisi lain, untuk meningkatkan mutu kehidupan bersama, mereka menunjukkan sikap hidup kemasing-masingan. Tidak terlihat kepedulian dan kebersamaan untuk mengatasi berbagai masalah ekonomi, sosial dan lingkungan fisik yang muncul dan membelenggu kehidupan mereka. Kondisi ini mencerminkan bahwa masyarakat sedang tertimpa penyakit yang sangat kronis, yaitu hilangnya kebersamaan dan energi kelompok karena hilangnya modal sosial (Social Capital) tersebut. Salah satu kritik yang muncul berkaitan dengan pelaksanaan pembangunan adalah terfokusnya perhatian hanya kepada modal alam (natural capital), seperti modal buatan manusia, teknologi,dan yang sifatnya terukur. Hal yang sering dilupakan untuk mendapatkan perhatian lebih adalah adanya modal sosial yang bisa menjadi faktor penentu proses pemberdayaan berlangsung maksimal, seperti halnya norma-norma dan kepercayaan yang ada pada masyarakat. Sumber daya yang digunakan untuk investasi disebut sebagai modal. Sedangkan cakupan dari modal sosial sendiri cukup luas. Di negeri yang besar dan dengan kompleksitasnya persoalan, dimensi modal sosial hampir diabaikan, jauh berada di luar alam pikir pembangunan. Padahal di berbagai belahan dunia dewasa ini, kesadaran akan pentingnya faktor tersebut cukup tinggi, dan sedang menjadi kepedulian bersama. Modal sosial (social capital) diyakini sebagai salah satu komponen utama dalam menggerakkan kebersamaan, 5
membentuk kepercayaan, dan dapat saling menguntungkan untuk mencapai kemajuan bersama. Menurut (Soetomo, 2013; 11) menjabarkan modal sosial dari penekanan tindakan sosial, modal sosial lebih berperan sebagai energi sosial yang mampu menggerakkan tindakan kolektif masyarakat. Tindakan kolektif tersebut berlangsung secara berulang-ulang melalui proses belajar sosial, sehingga akan menghasilkan aktifitas bersama yang melembaga. Modal sosial lahir dari kelompok maupun antar kelompok yang secara bersama-sama memberikan ruang pada kearifan lokal, norma, nilai,dan kepercayaan antar sesama yang lahir dari anggota kelompok dan menjadi norma bagi kelompok. (Field, 2010). Jika memiliki kesamaan nilai, manusia lebih cenderung bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Dalam hal ini modal sosial menciptakan perbedaan dalam kehidupan orang baik positif maupun negatif. Keanggotaan jaringan dan seperangkat nilai bersama menjadi inti dari konsep modal sosial. Kebersamaan, solidaritas, toleransi, semangat bekerjasama, kemampuan berempati, merupakan modal sosial yang melekat dalam kehidupan bermasyarakat. Hilangnya modal sosial tersebut dapat dipastikan kesatuan masyarakat, bangsa dan negara akan terancam, atau paling tidak masalah-masalah kolektif akan sulit untuk diselesaikan. Kebersamaan dapat meringankan beban, berbagi pemikiran, sehingga dapat dipastikan semakin kuat modal sosial, semakin tinggi daya tahan, daya juang, dan kualitas kehidupan suatu masyarakat.
6
Modal
Sosial
tidak
diragukan,
merupakan
energi
pembangunan.
Pembangunan yang mampu mendorong munculnya kekuatan masyarakat dan bangsa, tidak saja akan kehilangan fondasi kemasyarakatan yang kuat, tetapi juga akan mengalami stagnasi dan kesulitan untuk keluar dari berbagai krisis yang dialami. Sebagai energi, modal sosial akan efektif memberikan dorongan keberhasilan bagi berbagai kebijakan, baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun oleh pihak swasta. Keyakinan ini didasarkan pada kekuatan yang dimilikinya guna merangsang masyarakat membangun secara swadaya, yang hasilnya akan memaksimalkan pencapaian dari setiap kebijakan pembangunan yang dibuat oleh pemerintah. Strategi kebijakan pembangunan pemerintah harus diarahkan bagaimana modal sosial masyarakat harus ditingkatkan, karena mengingat kekayaan alam yang terus dieskploitasi akan habis pada suatu saat, maka penyiapan secara dini untuk membangun karakter masyarakatnya harus dilakukan segera. Kualitas sumber daya manusia yang berkarakter, mempunyai spirit kerja tinggi, mandiri, adalah bekal yang membawa kejayaan bangsa di masa depan. Spirit budaya bangsa seperti ini tidak akan pernah habis, bahkan akan menjadi berkah besar di masa depan. Desa Tanggul Tlare merupakan desa yang wilayahnya kecil dan tergolong sedikit jumlah penduduknya. Masyarakat desa ini memiliki kendala yang menjadi masalah bersama yakni di bidang penyelamatan lingkungan khususnya di kawasan pesisir yang tiap waktu mengancam karena terjadinya bencana abrasi. Bencana abrasi yang terjadi sudah sangat memprihatinkan yang berdampak langsung pada
7
masyarakat. Setidaknya sejak 10 tahun yang lalu wilayah Desa Tanggul Tlare sudah kehilangan sekitar 1000 meter daratan yang berbatasan langsung dengan Laut Jawa. Keadaan yang seperti itulah kemudian memaksa masyarakat yang tempat tinggalnya terendam oleh air laut berpindah tempat tinggal ke desa lain maupun ke daratan yang jauh dari pantai. Modal sosial yang terdapat di Desa Tanggul Tlare tergolong kurang baik. Norma, jaringan, maupun kepercayaan masyarakat terlihat terjalin dengan erat. Namun pada kenyataannya bertolak belakang. Diantara ketiganya seharusnya saling melengkapi satu dengan yang lainnya karena masyarakat di kawasan pesisir cenderung memiliki kebersamaan yang erat karena persamaan nasib yang mereka miliki yang tergolong tingkat perekonomiannya menengah ke bawah. Masyarakat Desa Tanggul Tlare sangat percaya dengan kepala desa yang mereka miliki atau dengan kata lain adalah petinggi, begitu masyarakat di kawasan Jepara menamai kepala desa. Masyarakat desa sering mengadakan acara kumpulan dimana acara tersebut merupakan kesempatan masyarakat untuk saling mengobrol satu sama lain mengenai keluh kesah atau perkembangan yang terjadi di desa khususnya. Tingkat gotong royong yang ada di desa juga tergolong baik dengan sigapnya masyarakat dalam menolong sesamanya. Bentuk modal sosial yang menjunjung tinggi kebersamaan dalam upaya mencapai keinginan bersama merupakan kunci untuk memperoleh hasil yang lebih baik.
8
Masyarakat desa masing-masing memiliki peran dalam membangun desanya menjadi berkembang kearah yang lebih baik. Modal sosial yang dimiliki masingmasing individu berbeda tingkatannya. Peran modal sosial diawali dari terjadinya interaksi sosial antar masyarakat. Interaksi sosial menjadi unsur yang paling awal bagi munculnya modal sosial. (Soetomo, 2010 : 87). Interaksi sosial yang terjadi di Desa Tanggul Tlare cenderung pasif dan masyarakatnya masih berpikir idealis terhadap permasalahan kerusakan lingkungan yang dianggap sebelah mata oleh masyarakat. Masyarakat melakukan pembiaran dengan tetap membuang limbah dan sampah sembarangan baik di sungai maupun di laut. Interaksi sosial yang kurang baik menimbulkan dampak yang kurang baik pula. Interaksi sosial yang semakin luas akan membuat jaringan sosial yang terbentuk menjadi semakin erat. Dalam banyak hal, pembangunan masyarakat dapat dilihat sebagai bentuk aktifitas bersama untuk memenuhi tujuan bersama diantara warga masyarakatnya. Padahal, betapapun homogennya masyarakat, didalamnya pasti terdapat berbagai bentuk perbedaan baik dilihat dari sudut sifat maupun kepentingannya. Dengan demikian, untuk mewujudkan berbagai aktifitas bersama bagi warga masyarakat yang memiliki berbagai perbedaan tersebut dibutuhkan faktor yang dapat mengikat dan mendorongnya. Faktor tersebut yakni modal sosial yang pada umumnya termanifestasikan dalam bentuk solidaritas, toleransi,dan saling percaya. Menurut (Soetomo, 2010: 93) pemanfaatan modal sosial digunakan untuk mendorong aktifitas guna meningkatkan kesejahteraan sosial ini agaknya cukup
9
relevan dan aktual sesuai tuntutan perkembangan saat ini yang menuntut masyarakat dapat lebih mandiri dalam menjalankan proses pembangunan. Apabila semakin besar energi sosial yang dapat digali dan diaktualisasikan, maka masyarakat semakin mempunyai energi internal untuk menggerakkan roda pembangunannya. C. Rumusan Masalah Berdasarkan data dan informasi yang sudah diuraikan tersebut, maka rumusan penelitian disusun sebagai berikut: Mengapa terjadi divestasi modal sosial dalam upaya penyelamatan lingkungan kawasan pesisir di Desa Tanggul Tlare? D. Tujuan Penelitian Penelitian dilakukan untuk mengetahui tujuan yang ingin dicapai. Sejalan dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Tujuan Umum Penelitian dilakukan untuk mengetahui divestasi modal sosial masyarakat pesisir dalam upaya penyelamatan lingkungan kawasan pesisir di Desa Tanggul Tlare, Kecamatan Kedung, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah.
10
2. Tujuan Khusus a. Mengetahui hubungan / koordinasi yang terjalin antara masyarakat Desa Tanggul Tlare dengan pemerintah dalam upaya penyelamatan lingkungan. b. Mengetahui seberapa besar partisipasi dan peran aktif masyarakat Desa Tanggul Tlare dalam upaya penyelamatan lingkungan. c. Mengetahui bentuk divestasi modal sosial yang terdapat pada masyarakat Desa Tanggul Tlare. E. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah: 1. Memberikan kontribusi dalam pengembangan dan pembangunan ilmu sosial serta kesejahteraan masyarakat. 2. Memberikan informasi dan masukan bagi pemerintah daerah maupun instansiinstansi terkait dalam mengambil kebijakan mengenai penyelamatan lingkungan. F. Tinjauan Pustaka Dalam penelitian yang membahas mengenai modal sosial masyarakat pesisir, maka terlebih dahulu akan dibahas mengenai arti sebuah divestasi. Divestasi memang sering terdengar dalam istilah ekonomi yang merupakan kebalikan dari investasi alias penjualan kembali saham perusahaan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
11
istilah divestasi merupakan pelepasan; pembebasan. Dengan kata lain pengurangan modal. Dari beberapa pengertian diatas, penulis menyimpulkan pengertian divestasi adalah suatu sikap atau tindakan yang dilakukan untuk mengurangi / melepas modal. Modal dalam penelitian kali ini yakni terjadi pengurangan modal sosial terutama di kalangan masyarakat pesisir. Penelitian ini memiliki beberapa konsep yang harus dipahami dan dicermati sebagai berikut: 1. Modal Sosial Masyarakat yang memiliki modal sosial yang tinggi akan memiliki rasa tenggang rasa dan saling memiliki satu dengan yang lain. Begitu pula yang terjadi dengan warga masyarakat pesisir Desa Tanggul Tlare yang memilih untuk saling menjaga komunikasi dan kerja sama agar dapat menyelamatkan kawasan pesisir pantai yang kondisinya sudah sangat memprihatinkan. Masyarakat pesisir tersadar bahwa waktulah yang akan memberikan kerugian bagi mereka. Kalau tidak dimulai dari sekarang dalam upaya menyelamatkan kawasan pesisir pesisir maka kapan lagi.
Diberlakukannya Undang-Undang NO. 34 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah telah memberikan peluang bagi daerah (kabupaten dan kota) untuk menciptakan kemandirian dalam rangka membangun daerahnya dengan berpijak pada prinsip-prinsip demokrasi, partisipasi dan peran serta masyarakat, pemerataan dan keadilan serta memperhatikan potensi
dan keanekaragaman daerah untuk
12
mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya lokal. Namun kenyataan yang terjadi masih banyaknya terjadi benturan-benturan sosial, baik dalam bentuk konflik, kekerasan, bahkan terorisme yang mengacak-acak modal sosial (social capital) sehingga sudah banyak kehilangan nilai-nilai kejujuran, solidaritas, keadilan, persatuan, dan nilai-nilai lainnya yang dapat meningkatkan persatuan dan kesatuan.
Isu pentingnya modal sosial ini juga telah merasuk dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Pembangunan Sosial di Kopenhagen 12 Maret 1995. Konferensi
ini
mengingatkan,
modal
sosial
telah
luput
dari
timbangan
penyelenggaraan pemerintahan yang terlalu lama menjadikan pembangunan sebagai “ideologi”. Konferensi ini mengedepankan kata kunci “modal sosial” dalam tiga agenda pokoknya: mengurangi kemiskinan, menciptakan angkatan kerja produktif, dan meningkatkan integrasi sosial. Sebab dibalik kemakmuran yang dijanjikan oleh “modernisme”, masih bergelimang berbagai masalah ekonomi, kemiskinan dan penggangguran yang pada suatu saat mengakibatkan munculnya disintegrasi sosial. Demikian juga dengan Bank Dunia, akhir-akhir ini santer meneriakkan isu “modal sosial”. Para ahli sosial-ekonomi di Bank Dunia yang telah melakukan berbagai penelitian mengenai praktik-praktik pembangunan dan penanggulangan kemiskinan, umumnya memberi penilaian positif terhadap penerapan konsep modal sosial sebagai sebuah pendekatan pembangunan yang berpengaruh pada peningkatan produktivitas ekonomi sebuah komunitas.
13
Istilah modal sosial yang lain adalah modal manusia (human capital). Dalam modal manusia cakupannya menjadi lebih sempit yakni modal yang dimiliki oleh individu yaitu kemampuan dan keahlian yang dimiliki oleh individu. Menurut (Field, 2010: 20) ada beberapa tokoh yang berperan memperkenalkan konsep modal sosial dalam karya-karya mereka seperti Bourdieu, Coleman dan Putnam. Menurut Bourdieu dalam (Field, 2010) menggambarkan perkembangan dinamis struktur nilai dan cara berpikir yang membentuk apa yang disebutnya dengan ‘habitus’, yang menjadi jembatan antara agensi subjektif dengan posisi subjektif. Bourdieu menegaskan bahwa kelompok mampu menggunakan simbol-simbol budaya sebagai tanda pembeda, yang menandai dan membangun posisi mereka dalam struktur sosial. Modal sosial bagi Bourdieu adalah relasi sosial yang dapat dimanfaatkan seorang aktor dalam rangka mengejar kepentingannya. Dengan demikian modal sosial bisa menjadi alat perjuangan kelas. Bourdieu (Field 2010) mendefinisikan modal sosial sebagai sumber daya yang dimiliki seseorang ataupun sekelompok orang dengan memanfaatkan jaringan, atau hubungan yang terlembaga dan ada saling mengakui antar anggota yang terlibat di dalamnya. Dari definisi tersebut ada dua hal yang perlu mendapat perhatian dalam memahami modal sosial yakni: pertama, sumber daya yang dimiliki seseorang berkaitan dengan keanggotaan dalam kelompok dan jaringan sosial. Besarnya modal sosial yang dimiliki seseorang tergantung pada kemampuan orang tersebut memobilisasi hubungan dan jaringan dalam kelompok atau dengan orang lain di luar kelompok. Kedua, kualitas hubungan antar aktor lebih penting daripada hubungan 14
dalam kelompok. Bourdieu melihat bahwa jaringan sosial tidak bersifat alami, melainkan dibentuk melalui strategi investasi yang berorientasi kepada pelembagaan hubungan kelompok yang dapat dipakai sebagai sumber untuk meraih keuntungan. Bourdieu (Field 2010) dalam inti karya dan inti upayanya untuk menjembatani subjektivisme dan objektivisme, terletak pada konsepnya tentang habitus dan lingkungan serta hubungan dialektika antara keduanya. Sementara habitus ada di dalam pikiran aktor, lingkungan ada diluar pikiran mereka. Konsep habitus (kebiasaan) adalah “struktur mental atau kognitif” yang digunakan aktor untuk menghadapi kehidupan sosial. Aktor dibekali serangkaian skema atau pola yang di internalisasikan yang mereka gunakan untuk merasakan, memahami, menyadari, dan menilai dunia sosial. Melalui pola-pola itulah aktor memproduksi tindakan mereka dan juga menilainya. Kebiasaan individu tertentu diperoleh melalui pengalaman hidupnya dan mempunyai fungsi tertentu dalam sejarah dunia sosial dimana kebiasaan itu terjadi. Habitus dapat bertahan lama dan dapat pula berubah dalam arti dapat dialihkan dari satu bidang ke bidang yang lain. James Coleman (dalam Field, 2010) mengembangkan konsep modal sosial yang bertujuan untuk menjelaskan bagaimana orang berusaha bekerja sama. Menurut Coleman, modal sosial memberikan Coleman pemecahan atas masalah mengapa manusia memilih bekerja sama, bahkan ketika kepentingan paling utama mereka dapat dipenuhi dengan jalan kompetisi. Coleman mendefinisikan modal sosial sebagai sumber yang bermanfaat yang tersedia bagi aktor melalui hubungan
15
sosialnya. Coleman (Field 2010) melengkapi kajian Bourdieu dengan melihat modal sosial berdasarkan fungsinya. Menurutnya, modal sosial mencakup dua hal yaitu: Pertama, modal sosial mencakup aspek tertentu dari struktur sosial. Kedua, modal sosial memfasilitasi pelaku (aktor) bertindak dalam struktur tersebut. Coleman mempercayai bahwa tipe-tipe struktur sosial tertentu lebih cenderung memfasilitasi pilihan tindakan individu ketimbang struktur sosial yang lain. Secara khusus, ia cenderung menggambarkan keluarga sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya modal sosial. Apabila membandingkan paparan mengenai modal sosial dari yang diutarakan Bourdieu dan yang diutarakan oleh Coleman, tentu saja ada perbedaan antara keduanya. Paparan Bourdieu tentang modal sosial yakni bahwa individuindividu yang berada pada posisi istimewa mempertahankan posisi mereka dengan menggunakan koneksi mereka dengan orang lain yang berkedudukan istimewa. Sedangkan pandangan Coleman lebih sarat makna karena di dalamnya digambarkan nilai hubungan bagi semua aktor, individu,dan kolektif, baik yang berkedudukan istimewa maupun yang kedudukannya tidak menguntungkan. Namun pandangan Coleman ini pun terlampau optimistik. Modal sosial seakan-akan tidak terlalu penting fungsinya, yaitu menyediakan seperangkat norma dan sanksi yang memungkinkan individu bekerja sama untuk memperoleh manfaat timbal balik. Sebaliknya, penggunaan konsep ini oleh Bourdieu hampir hanya memberikan sisi gelap bagi yang tertindas dan sisi terang bagi yang berkedudukan istimewa.
16
Robert D. Putnam, Ilmuwan politik Amerika Serikat merupakan tokoh yang paling disebut dalam memperkenalkan konsep modal sosial. Putnam (dalam Field, 2010) menjabarkan modal sosial sebagai seperangkat asosiasi antar manusia yang bersifat horisontal yang mencakup jaringan dan norma bersama yang berpengaruh terhadap produktivitas suatu masyarakat. Intinya Putnam melihat modal sosial meliputi hubungan sosial, norma sosial, dan kepercayaan. Penekanan modal sosial adalah membangun jaringan dan adanya pemahaman norma bersama. Namun perlu disadari pemahaman norma bersama belum cukup menjamin kerjasama antar individu karena bisa saja ada yang tidak taat. Oleh karena itu diperlukan keberadaan sanksi sosial yang sifatnya informal supaya kualitas hubungan dan interaksi tetap terjaga dengan baik. Dari berbagai uraian di atas tekanan berbagai definisi modal sosial adalah sebagai kepercayaan, norma, dan jaringan yang memungkinkan anggota komunitas bertindak kolektif. Definisi modal sosial yang telah dipaparkan memang sederhana tapi perlu kritis melihatnya. Definisi modal sosial memberi kesan bahwa suatu masyarakat dapat mengisolir diri dan akan mampu bertahan jika mempunyai modal sosial yang kuat. a. Unsur-Unsur Modal Sosial Modal sosial mirip bentuk-bentuk modal lainnya, dalam arti ia juga bersifat produktif. Modal sosial dapat dijelaskan sebagai produk relasi manusia satu sama lain, khususnya relasi yang intim dan konsisten. Modal sosial menunjuk pada
17
jaringan, norma dan kepercayaan yang berpotensi pada produktivitas masyarakat. Karenanya, modal sosial tidak akan habis jika dipergunakan, melainkan semakin meningkat. Rusaknya modal sosial lebih sering disebabkan bukan karena dipakai, melainkan karena ia tidak dipergunakan. Sebagaimana dijelaskan oleh Coleman 1988 (dalam Field, 2010) berbeda dengan modal manusia, modal sosial juga menunjuk pada kemampuan orang untuk berasosiasi dengan orang lain. Oleh karena itu terdapat tiga unsur penting dalam modal sosial yakni kepercayaan (trust), jaringan,dan norma sosial. 1) Kepercayaan Modal sosial secara sederhana dapat didefinisikan sebagai serangkaian nilai dan norma informal yang dimiliki bersama diantara para anggota suatu kelompok masyarakat yang memungkinkan terjalinnya kerja sama diantara mereka (Fukuyama, 2002a:22 dalam Soetomo, 2010). Jika antar masyarakat saling berperilaku jujur dan terpercaya, maka kepercayaan akan tumbuh dalam masyarakat. Kepercayaan ibarat pelumas supaya dapat mendorong seseorang bersedia menggunakan hasil kerja orang lain, bahkan kepercayaan juga mampu mendorong munculnya aktifitas atau tindakan bersama yang produktif atau yang menguntungkan. Kepercayaan menjadi pilar kekuatan dalam modal sosial. Seseorang akan mau melakukan apa saja untuk orang lain kalau ia yakin bahwa orang tersebut akan membawanya ke arah yang lebih baik atau ke arah yang ia inginkan. Kepercayaan dapat membuat orang bertindak sebagaimana yang diarahkan oleh orang lain karena
18
ia meyakini bahwa tindakan yang disarankan orang lain tersebut merupakan salah satu bentuk pembuktian kepercayaan yang diberikan kepadanya. Kepercayaan tidak muncul tiba-tiba tetapi bisa diteruskan dari orang-orang yang sudah menerima pembuktian kepercayaan. Kepercayaan harus dipelihara dan dikembangkan karena kepercayaan bukan merupakan suatu hal yang bisa selalu dipertahankan. 2) Jaringan Gagasan sentral modal sosial adalah bahwa jaringan sosial merupakan aset yang sangat bernilai. Jaringan memberikan dasar bagi kohesi sosial karena mendorong orang bekerja satu sama lain, tidak sekedar dengan orang yang mereka kenal secara langsung. (Field, 2010). Unsur timbal-balik dapat ditemui dalam kehidupan sehari-hari berupa saling memberi, saling menerima,dan saling membantu yang dapat muncul dari proses interaksi sosial (Soetomo, 2010: 87). Hubungan timbal balik ini juga dapat diasumsikan sebagai saling melengkapi dan saling mendukung satu sama lain. Masyarakat seperti saling bertukar kebaikan satu sama lain agar masing-masing anggota masyarakat dapat saling diuntungkan. Dengan adanya hubungan timbal balik, niscaya kepercayaan pada masyarakat akan meningkat. Masyarakat cenderung akan melakukan tindakan yang bagi mereka menguntungkan dan membuat diri mereka berkembang baik dalam pengetahuan maupun ekonomi. Interaksi yang semakin meluas akan menjadi semacam jaringan sosial yang lebih memungkinkan semakin meluasnya lingkup hubungan timbal balik. Jaringan sosial dapat terbentuk karena 19
memiliki persamaan daerah asal dan persamaan senasibb sepenanggungan. Jaringan sosial tersebut dapat berperan memfasilitasi terjadinya komunikasi dan interaksi, memungkinkan tumbuhnya kepercayaan dan memperkuat kerjasama dalam masyarakat. Masyarakat Desa Tanggul Tlare menyadari benar apa dampak yang akan mereka terima dalam waktu dekat apabila kawasan pesisir tidak segera diselamatkan. Masyarakat Tanggul Tlare membentuk hubungan timbal balik tidak dengan sesama manusia saja, melainkan juga membentuk hubungan timbal balik dengan alam dan lingkungan sekitar. Apabila masyarakat bertindak baik terhadap alam maka alam juga akan baik terhadap manusia. Paham ini sudah ada sejak turun temurun sejak nenek moyang dan masyarakat Tanggul Tlare berusaha untuk mempertahankannya. 3) Norma Sosial Norma sosial merupakan aturan tertulis maupun tidak tertulis yang dibentuk dan disepakati bersama oleh masyarakat yang ditujukan untuk mengontrol pola perilaku dari masyarakat itu sendiri. Norma sosial yang terdapat di lingkungan masyarakat satu dengan masyarakat yang lain bellum tentu memiliki kesamaan dan norma sosial juga tidak bisa di generalisasikan. Dari adanya norma sosial terdapat sanksi yang dijadikan sebagai konsekuensi apabila melanggar dari norma sosial itu sendiri. Norma sosial berkembang bersamaan dengan berkembangnya kebutuhan masyarakat akan arti penting keteraturan sosial
20
atau ketertiban sosial. Norma sosial sangat besar peranannya di dalam pembentukan identitas suatu masyarakat. Dengan demikian, norma sosial akan menegaskan keberadaan (eksistensi) suatu masyarakat. Norma sosial akan mengakar dalam kehidupan masyarakat melalui proses pelembagaan dan proses internalisasi. Proses pelembagaan merupakan proses pengenalan, pengakuan, dan penghargaan norma oleh masing-masing individu untuk kemudian dijadikan pedoman dalam proses interaksi sosial. Sedangkan proses internalisasi merupakan proses penjiwaan suatu norma sehingga merasuk sebagai sebuah kepribadian. Norma sosial yang terdapat di Desa Tanggul Tlare masih terjaga keasriannya hingga saat ini. Masyarakat memandang norma merupakan aturan yang harus ditaati karena demi kepentingan bersama. Apabila ada oknum masyarakat yang melanggar maka akan mendapatkan sanksi teguran dari perangkat desa maupun dari masyarakat desa yang lain. 2. Masyarakat Pesisir Kata masyarakat dalam Bahasa Inggris memakai istilah society. Istilah society berasal dari kata Latin socious, yang berarti kawan. Istilah masyarakat itu sendiri berasal dari akar kata Arab Syaraka yang berarti ikut serta, berpartisipasi. (Koentjaraningrat:1981:144). Definisi masyarakat secara khusus dapat dirumuskan sebagai berikut : Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat-istiadat tertentu yang bersifat kontinyu , dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama. (Koentjaraningrat: 1981 : 146-147). Sedangkan 21
masyarakat menurut Selo Soemardjan (dalam Soerjono Soekanto, 2002: 22) adalah orang-orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan dan mereka mempunyai kesamaan wilayah, identitas, mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap, dan perasaan persatuan yang diikat oleh kesamaan. Masyarakat pesisir adalah masyarakat yang tinggal dan hidup di wilayah pesisiran. Wilayah pesisiran adalah wilayah transisi yang menandai tempat perpindahan antara wilayah daratan dan laut atau sebaliknya (Dahuri dkk. 2001: 5). Masyarakat pesisir pada umumnya telah menjadi bagian masyarakat yang pluralistik tetapi jiwa kebersamaannya masih dimiliki. Artinya bahwa struktur dari masyarakat pesisir sendiri terdiri dari gabungan karakteristik dari masyarakat perkotaan dan masyarakat pedesaan. Dikarenakan sangat plural struktur masyarakatnya, sehingga mampu membentuk nilai budaya dan sistem yang merupakan gabungan dari kedua karakteristik masyarakat baik perkotaan maupun pedesaan. Hal menarik bagi masyarakat pesisir adalah letak hidupnya yang berada di pinggir pantai. Berdasarkan letak hidupnya itulah segala aspek kemudahan dapat digunakan untuk mendukung jalannya aktifitas sehari-hari. Contoh sederhana yakni mendapatkan kemudahan akses dari dan ke tempat sumber mata pencahariannya mengingat masyarakat pesisir sangat bergantung dengan potensi perikanan dan laut yang berada di sekitar tempat mereka tinggal. Hubungan-hubungan sosial dalam masyarakat pesisir masih cukup kuat. Perbedaan status sosial-ekonomi yang mencolok masyarakat dapat menjadi
22
penghalang terciptanya hubungan sosial yang akrab di antara mereka. Hubungan sosial tersebut biasanya akan tercipta dengan baik jika masing-masing kerabat memiliki status sosial-ekonomi yang relatif sepadan. Pada umumnya pemukiman masyarakat di daerah tergolong padat. Namun hal ini berbanding terbalik dengan yang ada di Desa Tanggul Tlare. Pemukiman yang ada jaraknya lumayan berjauhan, namun hal tersebut tidak menghalangi masyarakat untuk berinteraksi dengan masyarakat yang lain. Sedangkan dari perspektif mata pencahariannya, masyarakat pesisir tersusun dari kelompok-kelompok masyarakat yang beragam seperti nelayan, petambak, pedagang ikan, pemilik toko, serta pelaku industri kecil dan menengah pengolahan hasil tangkap. Pada Desa Tanggul Tlare gambaran masyarakatnya menunjukkan sebuah potret masyarakat yang relatif terbuka dan mudah menerima serta merespons perubahan yang terjadi. Hal ini dapat dimaklumi mengingat kawasan pesisir merupakan kawasan yang sangat terbuka dan memungkinkan bagi berlangsungnya proses interaksi sosial antara masyarakat dengan pendatang. Salah satu realitas sosial yang ingin digambarkan pada masyarakat pesisir Desa Tanggul Tlare adalah masalah potensi modal sosial. Sayangnya potensi ini belum atau tidaknya dikelola dengan baik. Padahal, salah satu titik tumpu bagi penyelesaian berbagai masalah yang dihadapi oleh masyarakat pesisir adalah dengan mengoptimalkan modal sosial yang ada.
23
3. Penyelamatan Lingkungan Masalah lingkungan pada era ini menjadi topik atau bahasan utama semua orang atau menjadi masalah global. Masalah lingkungan bukan hanya menggerogoti negara-negara maju saja, namun negara berkembang juga terkena efek dan dampak dari kerusakan lingkungan. Negara berkembang dibuat semakin menderia dikarenakan tekanan hidup dan kemiskinan yang mendera rakyatnya. Yang turut mendorong kerusakan lingkungan yang cepat yakni tingkat kepadatan penduduk. Apabila semakin padat jumlah penduduk maka negara akan semakin membutuhkan lahan yang banyak untuk dijadikan ruang terbuka yang digunakan untuk pemukiman dan fasilitas publik. Dengan tidak terganggunya kehidupan manusia bukan berarti kehidupan makhluk hidup yang lain juga terganggu. Kehidupan makhluk hidup yang lain akan merasa terganggu dan tidak leluasa dalam menjalani kehidupan. Manusia memang berhhak untuk kehidupan yang nyaman , namun tak lupa pula bahwa dalam kehidupan, manusia juga membutuhkan lingkungan sebagai tempat hidup. Cepat atau lambat, lingkungan perlu diselamatkan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di masa yang akan datang. Lingkungan menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, adalah berasal dari kata lingkung yaitu sekeliling, sekitar. Lingkungan adalah bulatan yang melingkungi atau
melingkari,
sekalian
yang
terlingkung
di
suatu
daerah
sekitarnya
(Poerwadarminta, 1976, dalam Neolaka, 2008: 25). Sedang menurut Ensiklopedia Umum, 1977( dalam Neolaka, 2008) lingkungan adalah alam sekitar termasuk orang-
24
orangnya dalam hidup pergaulan yang mempengaruhi manusia sebagai anggota masyarakat dalam kehidupan dan kebudayaannya. Melalui hubungan antara manusia dan lingkungannya, ia boleh menikmati pengakuan akan kemuliaan dalam segala bentuknya. Apabila manusia sudah dapat menempatkan dirinya diantara lingkungan hidup sebagai sentrum itu sudah mengandaikan adanya suatu kehidupan yang terorganisir secara baik, dimana manusia menjadi titik pusat dari seluruh kehidupan di dunia (Sastrosupeno, 1984: 47). Dalam pengertian itu maka manusia sanggup menata hubungan dirinya dengan sesama manusia, dirinya dengan alam lingkungan. Manusia tidak perlu merusak alam yang menghidupinya namun diperlukan hubungan yang timbal balik antara manusia dengan lingkungan. Manusia dalam kehidupannya selalu ingin untuk meningkatkan kualitas hidupnya.
Peningkatan
kualitas
hidup
dilakukan
melalui
pembangunan.
Pembangunan merupakan upaya untuk meningkatkan taraf hidup dan kualitas hidup manusia yang mutlak harus didukung. Namun, dalam pembangunan itu justru terjadi perubahan yang bisa positif maupun negatif tergantung bagaimana masyarakat melaksanakan pembangunan. Pembangunan yang menghasilkan dampak yang positif dilakukan masyarakat melalui kesadaran yang terbangun bahwa masyarakat ingin berkembang. Masyarakat melalukan pembangunan berawal dari adanya sadar lingkungan. Masalah utama yang menonjol adalah hubungan antara masyarakat dalam mencari kehidupan maupun dalam meneruskan keturunan, dapat menimbulkan kelestarian sumber daya yaitu kerusakan yang timbul akibat ulah masyarakat itu
25
sendiri. Upaya sadar lingkungan dapat melalui penyelamatan lingkungan. Penyelamatan merupakan cara dan upaya yang dilakukan agar suatu masalah dapat teratasi atau memberikan solusi. Penyelamatan semata tidak hanya dirasakan masyarakat untuk menyelesaikan masalah lingkungan saja namun juga masalah sosial masyarakat dapat ikut teratasi. Masalah merupakan kebutuhan, karena masalah mencerminkan adanya kebutuhan dan sebaliknya kebutuhan apabila tidak dipenuhi akan menimbulkan masalah. Masalah pada dasarnya merupakan pernyataan suatu kondisi secara ‘negatif’ sedangkan kebutuhan menyatakan secara ‘positif’. Masyarakat senantiasa memiliki masalah dan kebutuhan. Agar mencapai tujuan yang diharapkan, penanganan masalah harus dimulai dari perumusan masalah sosial. penanganan masalah sosial harus mampu merespon masalah, dan kebutuhan masyarakat yang senantiasa berubah. Perlu kondisi yang kondusif untuk mencapai tujuan tersebut. Upaya penyelamatan lingkungan bukanlah masalah sosial yang mudah untuk diatasi. Penyelamatan lingkungan harus dilakukan secara serentak oleh berbagai pihak tidak hanya masyarakat saja yang berpartisipasi, namun juga melibatkan stakeholderstakeholder yang lain, terutama pemerintah. Meskipun masyarakat memainkan peran yang utama, masyarakat harus tetap kokoh dengan pendiriannya bahwa penyelamatan lingkungan bukan semata-mata dilakukan untuk memberikan rasa aman dan nyaman namun juga dapat dilakukan pembangunan selanjutnya sehingga dapat memudahkan masyarakat dalam menjalani kehidupan sehari-hari terutama di kawasan pesisir.
26
Masalah yang terjadi di Desa Tanggul Tlare merupakan masalah yang terhitung serius. Masalah tersebut yakni abrasi. Selain abrasi masalah serius yang lain yakni rob. Rob merupakan naiknya permukaan air laut maupun sungai yang menuju ke daratan. Masyarakat lambat laun menjadi khawatir dengan adanya bencana tersebut karena dapat mengancam pemukiman dan lahan mata pencaharian mereka yakni tambak udang dan ikan bandeng. Selain itu di dekat bibir pantai juga terdapat jalan kabupaten yang berfungsi untuk lalu lintas masyarakat antar desa maupun masyarakat desa ke kota. Masyarakat dibuat kebingunan mencari solusi yang tepat. Sudah dilakukan pembangunan fisik namun ternyata gagal. Masyarakat sadar untuk perlu bergerak bersama dan terus memberikan masukan pada pemerintah agar mencermati masalah yang serius ini. Masyarakat perlu kejelasan dari pemerintah agar dapat teratasi dan ditemukan solusi untuk menyelamatkan lingkungan mereka. Jika terus menerus dibiarkan maka aktifias sosial dan ekonomi masyarakat dapat terganggu dan hasil yang diperoleh juga menjadi tidak maksimal. Diperlukan kesadaran dan kesungguhan hati untuk menyelesaikan masalah yang melanda masyarakat Desa Tanggul Tlare.
27