BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pendidikan terdiri dari tiga definisi yaitu secara luas, sempit dan umum. Definisi pendidikan secara luas (hidup) adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Sedangkan secara sempit (sekolah) adalah pengajaran yang diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Dan definisi secara umum bahwa pendidikan merupakan usaha sadar yang dengan sengaja direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Mudyahardjo, 2012: 3-6). Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003 pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan dan kebudayaan merupakan modalitas utama dalam sebuah lembaga pendidikan, karena pendidikan nasional harus dilandasi oleh kebudayaan nasional. Di dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional dengan jelas dinyatakan bahwa undang-undang tersebut dikeluarkan dalam rangka memantapkan ketahanan nasional serta mewujudkan masyarakat maju yang berakar pada kebudayaan bangsa dan persatuan nasional yang berwawasan Bhineka Tunggal Ika dan Pancasila serta UUD 1945.
1
2
Dalam pendidikan terjadi proses pendidikan. Proses pendidikan merupakan suatu proses (verb) dan sekaligus suatu kata benda (noun). Pendidikan sebagai suatu proses merupakan suatu interaksi antara pendidik dan peserta didik didalam suatu masyarakat. Pendidikan sebagai kata benda berarti pendidikan mempunyai suatu visi kehidupan yang hidup dalam suatu masyarakat. Pendidikan adalah suatu proses menaburkan benih-benih budaya dan peradaban manusia yang hidup dan dihidupi oleh nilai-nilai atau visi yang berkembang dan dikembangkan di dalam suatu masyarakat (Tilaar, 2002: 9). Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Tujuan pendidikan secara umum adalah untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia yaitu melalui proses pembelajaran di sekolah. Dalam dunia pendidikan, ada tiga ranah yang harus dikuasai oleh siswa, yakni ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Ranah kognitif berorientasi pada penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, ranah afektif berkaitan dengan attitude, moralitas, spirit dan karakter, sedangkan ranah psikomotorik berkaitan dengan keterampilan yang sifatnya prosedural dan cenderung mekanis. Pada proses pembelajaran yang paling dominan adalah ranah kognitif selanjutnya psikomotorik. Akibatnya, peserta didik kaya akan kemampuan yang sifatnya hard skill dan miskin soft skill karena ranah afektif terabaikan. Gejala ini tampak pada
3
output pendidikan yang memiliki kemampuan intelektual tinggi, pintar, juara kelas, namun miskin kemampuan membangun relasi, kerjasama dan cenderung egois, bahkan tertutup (Wiyani, 2012: 3). Pendidikan sekolah dasar merupakan dasar dari pendidikan formal anak. Sekolah dasar merupakan pendidikan yang mendasari untuk melanjutkan jenjang sekolah selanjutnya. Di sekolah inilah anak mengalami proses pendidikan dan pembelajaran, serta untuk memberikan dasar pengetahuan, sikap dan ketrampilan bagi peserta didik. Sekolah merupakan tempat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Belajar dan mengajar tidak hanya dimaknai sebagai kegiatan transfer ilmu pengetahuan dari guru ke peserta didik. Berbagai kegiatan seperti bagaimana membiasakan seluruh warga sekolah disiplin dan patuh terhadap peraturan yang berlaku di sekolah, saling menghormati, membiasakan hidup bersih dan sehat serta memiliki semangat berkompetisi secara fair dan sejenisnya merupakan kebiasaan yang harus ditumbuhkan di lingkungan sekolah sehari-hari. Untuk menumbuhkan kebiasaan-kebiasaan atau iklim yang positif, maka sekolah perlu menciptakan budaya yang positif pula didalam sekolah tersebut. Budaya sekolah dipegang bersama oleh kepala sekolah, guru, staf administrasi, dan siswa sebagai dasar mereka dalam memahami dan memecahkan berbagai persoalan yang muncul di sekolah. Sekolah menjadi wadah utama dalam transmisi kultural antar generasi. Untuk menciptakan kultur sekolah yang positif dibutuhkan adanya kesadaran dan motivasi terutama dari diri masing-masing warga sekolah. Agar kebiasaan-kebiasaan positif tersebut terpelihara dan mendarah daging dalam
4
diri seluruh warga sekolah yang selanjutnya diwujudkan dalam perilaku seharihari, juga diperlukan adanya rasa memiliki terhadap sekolah. Budaya sekolah akan menumbuhkan iklim yang mendorong semua warga sekolah belajar, belajar bagaimana cara belajar dan belajar bersama. Agar tumbuh suatu iklim bahwa belajar adalah menyenangkan dan merupakan kebutuhan, bukan lagi keterpaksaan. Belajar yang muncul dari dorongan diri sendiri, instrinsic motivation, bukan karena tekanan dari luar dalam segala bentuknya. Akan tumbuh suatu semangat di kalangan warga sekolah untuk senantiasa belajar tentang sesuatu yang memiliki nilai-nilai kebaikan (Zamroni, 2011: 298). Dalam penciptaan budaya sekolah yang baik dan sehat peran serta guru sangat dibutuhkan. Tugas utama guru adalah mendidik dan mengajar. Guru harus memiliki dua kategori yaitu memiliki capability dan loyality, yakni guru itu harus memiliki kemampuan dalam bidang ilmu yang diajarkannya, memiliki kemampuan teoritis tentang mengajar yang baik, dari mulai perencanaan, implementasi sampai evaluasi, dan memiliki loyalitas keguruan, yakni loyal terhadap tugas-tugas keguruan yang tidak semata didalam kelas, tetapi sebelum dan sesudah kelas (Rosyada, 2007: 111). SDN Mojolangu 1 merupakan salah satu SD yang berada di kota Malang. Jumlah peserta didiknya sebanyak 160 siswa dengan tenaga pengajar sebanyak 10 guru yang terdiri dari 6 guru kelas, guru PAI, guru bahasa Inggris, guru Penjas orkes dan guru yang menangani anak berkebutuhan khusus. Peserta didiknya berasal dari berbagai latar belakang keluarga yang berbeda, mayoritas mereka dari kalangan menengah kebawah dengan latar belakang pendidikan orangtua hanya
5
sampai SMP. Pengaruh lingkungan yang berada disekitar mereka membuat peserta didik membawa perilaku dan sikap yang tidak baik ke sekolah, misalnya memukul temannya, cara berbicara kasar dan menggunakan nada tinggi (berteriak) baik dengan teman ataupun dengan orang yang lebih tua, berbicara kotor. Berbagai kebiasaaan untuk menciptakan perilaku yang positif mulai diterapkan di sekolah misalnya menghafal Asmaul Husna, sebelum pelajaran dimulai siswa diminta untuk diam (berkonsentrasi) lalu mengucap istigfar secara bersama-sama, mengucapkan salam dan bersalaman setiap bertemu dengan guru ataupun staf karyawan sekolah. Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti mengambil judul: PERAN GURU DALAM BUDAYA SEKOLAH UNTUK MEMBENTUK KARAKTER PESERTA DIDIK DI SDN MOJOLANGU 1 MALANG .
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana peran guru dalam budaya sekolah untuk membentuk karakter peserta didik SDN Mojolangu 1 Malang? 2. Apa bentuk budaya sekolah yang ada di SDN Mojolangu 1 Malang? 3. Apa kendala yang dihadapi guru dalam budaya sekolah di SDN Mojolangu 1 Malang?
6
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui peran guru dalam budaya sekolah untuk membentuk karakter peserta didik SDN Mojolangu 1 Malang. 2. Untuk mengetahui bentuk budaya sekolah apa saja yang ada di SDN Mojolangu 1 Malang. 3. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi guru dalam budaya sekolah di SDN Mojolangu 1 Malang. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis. Manfaat teoritis adalah penelitian ini dapat meningkatkan peran guru dalam budaya sekolah untuk membentuk karakter peserta didik. Manfaat penelitian secara praktis dapat memberikan manfaat bagi: Bagi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar 1. Penelitian ini dapat digunakan sebagai landasan atau literatur untuk penelitian lebih lanjut khususnya yang berkaitan dengan peran guru dalam budaya sekolah untuk membentuk karakter peserta didik. 2. Sebagai bahasan ilmiah bagi mahasiswa yang ingin mempelajari lebih khusus tentang peran guru dalam budaya sekolah untuk membentuk karakter peserta didik. Bagi Sekolah 1. Penelitian ini dapat digunakan untuk lebih meningkatkan budaya sekolah disekolah tersebut agar tercipta sekolah yang unggul baik dalam bidang akademik maupun non akademik.
7
2. Peran serta dari seluruh warga sekolah lebih diefektifkan untuk meningkatkan budaya sekolah agar tercipta untuk sekolah yang unggul dari sekolah lainnya. Bagi Peneliti 1. Penelitian ini dapat digunakan untuk lebih mengerti budaya sekolah yang terdapat di sekolah, sebagai dasar pengetahuan calon seorang guru. 2. Menambah wawasan yang nantinya dapat digunakan untuk menciptakan budaya sekolah yang positif. E. Batasan Istilah a. Guru Menurut Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. Pasal 1 ayat 1 menyatakan: Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah . b. Budaya Budaya adalah kualitas internal yang ada pada latar, lingkungan, suasana, rasa, sifat, keadaan, dan iklim yang dirasakan oleh seluruh orang yang ada didalamnya, bahkan terpancar menjadi sebuah identitas yang membedakannya dengan lingkungan lainnya yang menjadi seperangkat nilai atau karakter (Wiyani, 2012: 138) c. Budaya Sekolah Budaya sekolah adalah suasana kehidupan sekolah tempat antar anggota masyarakat sekolah saling berinteraksi. Interaksi tersebut terikat oleh berbagai aturan, norma, moral serta etika bersama yang berlaku disekolah.
8
Kepemimpinan, keteladanan, keramahan, toleransi, kerja keras, disiplin, kepedulian sosial, kepedulian lingkungan, rasa kebangsaan, tanggung jawab, dan rasa memiliki merupakan nilai-nilai yang harus dikembangkan dalam budaya sekolah (Wiyani, 2012: 139) d. Karakter Karakter dimaknai sebagai nilai dasar yang membangun pribadi seseorang, terbentuk baik pengaruh keturunan maupun pengaruh lingkungan, yang membedakannya dengan orang lain, serta diwujudkan dalam sikap dan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari (Samani, 2012: 43).