1
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Dewasa ini sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan
strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Potensi sumber daya alam yang melimpah, penyedia pangan nasional dan pangsa terhadap pendapatan
nasional
yang cukup
besar
menjadikan
alasan
pentingnya
pembangunan pertanian di Indonesia. Sektor pertanian tersebut mencakup sub sektor tanaman bahan makanan, perkebunan, pertanian, perikanan dan kehutanan. Era globalisasi merupakan tantangan bagi sektor pertanian di Indonesia. Semakin berkembangnya zaman menuntut penerapan teknologi disegala bidang termasuk disektor pertanian itu sendiri. Teknologi merupakan suatu cara atau sarana yang diciptakan manusia untuk memenuhi kepuasannya dan dibuat oleh manusia untuk mempermudah berbagai pekerjaan yang dilakukan (Anonim1, 2012). Dalam dunia pertanian, sudah banyak teknologi yang dapat diterapkan dan dikembangkan untuk mengatasi berbagai masalah dibidang pertanian. Penerapan teknologi tersebut berupa mekanisasi pertanian yang mencakup semua kegiatan penggunaan alat dan mesin pertanian yang digerakkan dengan tenaga manusia, hewan, motor maupun tenaga mekanis yang lain seperti angin dan arus air. Penerapan mekanisasi tersebut memegang peranan penting dalam pengembangan
2
potensi sumber daya pangan di Indonesia. Di Indonesia sendiri sebenarnya penerapan mekanisasi sudah berkembang sangat lama. Berbagai alat mesin pertanian sudah mulai
digunakan untuk mempermudah pekerjaan dan
meningkatkan produktifitas seperti traktor tangan, traktor mini, mesin pengering padi,dll. Selain itu dengan diterapkannya mekanisasi diharapkan dapat dihasilkan produk-produk pertanian yang berdaya saing tinggi dan menjadi pendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat serta dapat menjadi motor penggerak pembangunan bangsa. Jumlah tenaga kerja di bidang pertanian yang dari tahun ke tahun semakin menurun juga menjadi salah satu faktor alasan diterapkannya mekanisasi pertanian. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2012 tenaga kerja disektor pertanian menurun sebesar 1,4 % dari 38,88 juta orang pada Agustus 2011 menjadi 30,33 juta orang pada Agustus 2012. Penurunan kerja disektor pertanian ini disebabkan karena banyak tenaga kerja disektor pertanian yang beralih ke sektor lain seperti sektor industri, konstruksi dan jasa kemasyarakatan. Mereka beranggapan bila bekerja disektor pertanian merupakan profesi yang kuno dan kurang menjanjikan padahal sektor pertanian itu sendiri membutuhkan banyak tenaga kerja untuk memenuhi permintaan pasar akan kebutuhan pangan nasional. Oleh karena itu dengan diterapkannya mekanisasi pertanian diharapkan dapat mencukupi kebutuhan tenaga kerja di Indonesia. Dalam hal ini penelitian dilakukan di wilayah Kabupaten Bantul. Ada beberapa alasan sehingga penelitian dilakukan di Kabupaten Bantul diantaranya Kabupaten Bantul merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi untuk
3
pertanian yang sangat tinggi. Pada tahun 2012 pendapatan sektor pertanian di Kabupaten Bantul sebesar 20,21 % (BPS, 2012) . Selain itu dapat dilihat dari luas seluruh luas lahan sekitar 30,48% digunakan untuk lahan sawah (BPPT, 2011). Dilihat dari kemiringan lahan daerah Kabupaten Bantul juga mempunyai kelas kelerengan lahan yang datar antara 0-8%. Hal ini memungkinkan untuk dikembangkannya traktor tangan di wilayah tersebut. Saat ini di wilayah Kabupaten Bantul sudah banyak digunakan traktor tangan dengan berbagai jenis untuk pengolahan tanah. Tenaga ternak hela maupun tenaga cangkul di Kabupaten Bantul sudah banyak ditinggalkan oleh petani. Tenaga cangkul hanya digunakan untuk daerah dengan kelerengan yang tinggi. Dapat dikatakan traktor tangan untuk usaha pertanian sudah sangat berkembang dan banyak digunakan di Kabupaten Bantul. Untuk mengetahui apakah jumlah traktor tangan di Kabupaten Bantul sudah mencukupi atau belum perlu diadakannya penelitian mengenai hal tersebut. penelitian didasarkan atas evaluasi lahan di Kabupaten Bantul. Dari berbagai pertimbangan faktor-faktor di atas dilakukanlah penelitian di wilayah Kabupaten Bantul untuk mengevaluasi kemungkinan pengembangan traktor tangan di wilayah tersebut dan mengetahui jumlah kebutuhan traktor tangan di tiap-tiap kecamatan di wilayah Kabupaten Bantul. Ada berbagai macam traktor yang berkembang saat ini diantaranya adalah traktor mini, traktor tangan, traktor perkebunan dan lain sebagainya. Pada umumnya petani di Kabupaten Bantul menggunakan traktor tangan sebagai alat pengolah tanah. Hal itu dikarenakan lahan pertanian yang digarap petani tidak lebih dari 1000 m2 .Oleh karena itu dalam pemilihan traktor, petani di Kabupaten
4
Bantul menggunakan jenis traktor tangan. Dengan penggunaan traktor tangan tersebut diharapkan dapat meningkatkan produktifitas, efisiensi waktu dan mempermudah pekerjaan pengolahan lahan tersebut. Akan tetapi, pengembangan traktor tangan di suatu wilayah harus mengkaji beberapa aspek yang ada agar dalam penerapannya dapat berjalan dengan baik dan tidak menimbulkan dampak negatif.
Pengkajian
tersebut
mencakup
beberapa
aspek,
yaitu
(Ciptohadijoyo,2003): 1) aspek wilayah 2) aspek sosial budaya 3) aspek rancang bangun kerekayasaan 4) aspek agroteknis 5) aspek ergonomis 6)aspek ekonomis. Untuk mencapai syarat yang dimaksud diatas perlu diadakan evaluasi sumberdaya lahan. Evaluasi sumberdaya lahan pada hakekatnya merupakan proses untuk menduga potensi sumberdaya lahan untuk berbagai penggunaannya ( Sitorus, 1985).
1.2. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kemungkinan pengembangan traktor tangan serta kebutuhan traktor tangan untuk pengolahan tanah pertanian yang berada di wilayah Kabupaten Bantul dengan mempertimbangkan evaluasi lahan sebagai dasar dan faktor pembatas dalam menentukan pengembangan traktor tangan di wilayah Kabupaten Bantul serta mengevaluasi potensi pengembangan lahan persawahan di Kabupaten Bantul.
5
1.3. Kegunaan Penelitian Hasil dari penelitian ini dapat dipakai sebagai bahan informasi dan sebagai pertimbangan untuk pengembangan traktor tangan di wilayah Kabupaten Bantul guna meningkatkan produktifitas hasil pertanian dan efisiensi waktu.