BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mulai dilaksanakan sejak manusia berada di muka bumi, adanya pendidikan sudah setua dengan adanya kehidupan manusia itu sendiri. Menurut pendapat Suroso Prawiroharjo sebagaimana dikutip Raka Joni (1984 : 5), salah satu konsep pendidikan yang diajarkan dalam lembaga pendidikan guru adalah yang menggambarkan pendidikan sebagai bantuan pendidik untuk membuat peserta didik dewasa dan memberi bekal pengetahuan kepada peserta didik yang dapat ia gunakan untuk masa depannya. Berbagai upaya dilakukan pemerintah untuk mengatasi rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia, dimulai dari peningkatan kualitas guru melalui pendidikan dan pelatihan, perbaikan prasarana dan sarana pendidikan sampai pada pengembangan dan penyempurnaan kurikulum. Namun semua upaya itu tampaknya belum mampu meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia saat ini yang disebabkan oleh perluasan sistem pendidikan yang terlalu mendadak, dan tidak serasinya personalia pendidikan, yang lajunya tidak sepadan dengan laju personalia terutama kemerosotan mutu para guru dan kemerosotan peralatan pendidikan (Dalyono, 2000 : 2). Pendidikan adalah pengetahuan, ilmu, dan seni. Pendidikan disebut sebagai pengetahuan karena pendidikan merupakan akumulasi dan sistematisasi dari fenomena hubungan antar manusia dalam saling berkomunikasi, mempengaruhi, 1
2
dan lain perbuatan dalam mencapai cita-cita (Imam Barnadib 1995 : 9). Tujuan pendidikan di Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya. Pendidikan pada hakekatnya adalah usaha untuk mengembangkan kepribadian di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Agar pendidikan dapat dimilki seluruh rakyat yang sesuai dengan kemampuan tiap-tiap individu maka pendidikan adalah tanggung jawab pendidik atau guru sewaktu masih ada di lembaga pendidikan, pemerintah, serta keluarga dan lingkungan masyarakat (di rumah). Pembangunan dibidang pendidikan didasarkan atas filsafat negara Pancasila yang diarahkan utuk membentuk manusia Indonesia yang sehat jasmani dan rohaninya, mengembangkan kreatifitas dan tanggung jawab, bersifat demokratis dan penuh tenggang rasa dan dapat mengembangkan kecerdasan yang tinggi dan disertai budi pekerti yang luhur, mencintai bangsanya dan menyintai sesama manusia. Pendidikan tidak lepas dari peranan seorang pendidik atau guru. Sebagai pendidik atau pengajar dalam proses belajar mengajar di kelas sudah selayaknya seorang guru membekali dirinya dengan berbagai macam kompetensi
yang
dijadikan modal utama sehingga dapat membantunya dalam mengajar. Mengajar adalah membimbing aktifitas belajar murid, agar dapat mengajar efektif maka hubungan guru dengan murid haruslah harmonis. Aktifitas peserta didik dalam belajar sangat diperlukan agar belajar menjadi efektif dan tercapai hasil yang optimal. Agar dapat mengajar secara efektif maka guru harus meningkatkan mutu dan kualitas belajar, dan kesempatan belajar murid dapat ditingkatkan dengan cara melibatkan siswa secara aktif dalam belajar. Guru adalah salah satu
3
faktor yang mempengaruhi proses pendidikan di sekolah. Guru merupakan seorang yang menjadi inspirator bagi jalannya pendidikan baik di kelas maupun di luar kelas. Pada dasarnya terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan antara lain: guru, siswa, sarana prasarana, lingkungan pendidikan dan kurikulum. Dari beberapa faktor
tersebut guru dalam kegiatan proses
pembelajaran disekolah menempati kedudukan yang sangat penting dan tanpa mengabaikan faktor penunjang
yang lain, guru sebagai subyek pendidikan
sangat menentukan keberhasilan pendidikan itu sendiri. Peranan guru sangat penting di tengah keterbatasan sarana dan prasarana sebagaimana dialami oleh negara-negara berkembang. Undang-Undang Guru dan Dosen Nomor. 14 Tahun 2005, pasal 1 ayat 10 menyebutkan bahwa, kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, ketrampilan dan perilaku yang harus dimiliki,
dihayati, dan
dikuasai oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.
Menurut Undang-undang No.14 tahun 2005 tentang Guru Dan Dosen pasal 10 ayat (1) kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Empat kompetensi di atas akan dijadikan ukuran sejauh mana seorang guru yang dituntut professionalismenya dalam pelaksanaan pembelajaran dapat terpenuhi. Sistem pendidikan di Indonesia diarahkan kepada terwujudnya keselarasan, keseimbangan dan keserasian antara pengembangan kualitas dan kuantitas serta aspek jasmani dan rohani serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Itulah sebabnya pendidikan
4
nasional dirumuskan sebagai usaha sadar untuk membangun manusia Indonesia yang berjiwa sosial. Menurut Sardiman AM (1986 : 168), Guru adalah sebagai salah satu unsur manusiawi dalam kegiatan pendidikan yang mampu memahami dasar dan arah tujuan serta kebijakan pendidikan. Dari kompetensi yang telah diuraikan di atas adalah merupakan dasar dan sarana pendukung bagi guru dalam melakukan interaksi belajar mengajar. Guru harus menguasai bahan materi pelajaran, mampu mendisain program belajar mengajar, mampu menciptakan kondisi kelas yang kondusif, serta terampil memanfaatkan media dan sumber belajar bagi siswa.
Dari keempat kompetensi yang harus dimilki oleh guru tersebut, kompetensi pedagogik mempunyai peranan yang sangat penting dalam keberhasilan proses belajar mengajar. Karena kompetensi ini berkaitan dengan kemampuan guru dalam menguasai metode pembelajaran dan memanfaatkan media pembelajaran. Dalam Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen dikemukakan bahwa kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik. Kompetensi ini dapat dilihat dari kemampuan guru merencanakan program belajar mengajar, kemampuan melaksanakan interaksi atau proses belajar mengajar, dan kemampuan melakukan evaluasi atau penilaian. Seorang guru harus mempunyai kompetensi pedagogik yang tinggi agar dapat mengelola dan melaksanakan proses pembelajaran dengan baik dan efektif. Selama ini proses pembelajaran PKn di sekolah-sekolah terkesan kurang menarik dan tidak efektif yang mungkin dikerenakan kurangnya kompetensi
5
pedagogik yang dimiliki guru. Hal itu dapat dilihat dari proses pembelajaran yang terkesan monoton dimana metode pembelajaran yang digunakan masih dominan menggunakan metode ceramah, selain itu guru juga terkesan kurang kreatif dalam menggunakan dan memanfaatkan media pembelajaran. Mereka sekan kesulitan untuk memvariasikan metode dan media pembelajaran yang disebabkan oleh kurangya pemahaman mereka terhadap metode-metode pembelajaran baru yang lebih mengaktifkan siswa dan karena keterbatasan media pembelajaran yang tersedia. Permasalahan itu akan dapat teratasi apabila guru PKn mempunyai kompetensi pedagogik yang tinggi sehingga guru akan dapat mengimplementasikan metode dan media pembelajaran dengan tepat sehingga pembelajaran PKn di sekolah menjadi lebih menarik bagi siswa. Masalah utama dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) ialah penggunaan metode atau model pembelajaran dalam menyampaikan materi pelajaran secara tepat, yang memenuhi muatan tatanan nilai, agar dapat diinternalisasikan pada diri siswa serta mengimplementasikan hakekat pendidikan nilai dalam kehidupan sehari-hari-belum memenuhi harapan seperti yang diinginkan,juga karena keterbatasan media yang dapat digunakan untuk mendukung proses pembelajaran PKn. Hal ini berkaitan dengan permasalah dalam pembalajaran PKn, dimana metode pembelajaran dalam Proses Belajar Mengajar (PBM) terkesan sangat kaku, kurang fleksibel, kurang demokratis, dan guru cenderung lebih dominan one way method. Guru PKn mengajar lebih banyak mengejar target yang berorientasi pada nilai ujian akhir, di samping masih menggunakan model konvensional yang monoton, aktivitas guru lebih
6
dominan daripada siswa, akibatnya guru seringkali mengabaikan proses pembinaan tatanan nilai, sikap, dan tindakan; sehingga mata pelajaran PKn tidak dianggap sebagai mata pelajaran pembinaan warga negara yang menekankan pada kesadaran akan hak dan kewajiban tetapi lebih cenderung menjadi mata pelajaran yang kurang menarik dan membosankan.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan suatu model pembelajaran yang efektif dan efisien sebagai alternatif, misalnya model pembelajaran berbasis portofolio (porfolio based learning), model portofolio ini diharapkan mampu melibatkan siswa dalam keseluruhan proses pembelajaran dan dapat melibatkan seluruh aspek, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa, serta secara fisik dan mental melibatkan semua pihak dalam pembelajaran sehingga siswa memiliki suatu kebebasan berpikir, berpendapat secara aktif dan kreatif.
Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan sangat ditentukan sejauh mana kesiapan guru dalam mempersiapkan peserta didiknya melalui kegiatan pembelajaran di kelas. Guru Pendidikan Kewarganegaraan di SMA N I Seyegan Sleman berdasarkan pra survei yang dilakukan sebelum penyusunan proposal ini sebenarnya sudah mempunyai kompetensi pedagogik yang cukup baik yaitu diantaranya adalah mampu memahami karakter peserta didik, dan menguasai materi pembelajaran. Namun dalam menerapkan metode pembelajaran kurang variatif sehingga proses pembelajaran terkesan monoton, selain itu dalam mengajar
guru juga
kurang memanfaatkan media-media pembelajaran
pemahaman guru terhadap berbagai metode pembelajaran dan kreatifitas guru
7
dalam memanfaatkan media pembelajaran harus ditingkatkan, karena dua hal itu akan sangat menentukan keefektifan proses belajar mengajar. Harus diakui bahwa guru merupakan faktor utama dalam proses pendidikan meskipun fasilitas pendidikannya lengkap dan canggih namun bila tidak ditunjang oleh keteladanan guru yang berkualitas maka mustahil akan menimbulkan proses dan pembelajaran yang optimal, Neni Utami sebagaimana dikutip dalam karya ilmiah Sugeng Eko Putro Widoyoko ( 2005 ). Adanya kemajuan IPTEK serta proses globalisasi yang makin cepat dewasa ini, guru dituntut untuk meningkatkan kompetensinya sesuai dengan tuntutan globalisasi. Hal ini berarti perlu adanya peningkatan kompetensi mengajar pada umumnya dan peningkatan kopmpetensi di bidang studi pendidikan kewarganegaraan khususnya. Simandjuntak, (1989: 137), mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kompetensi mengajar guru ada dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam guru itu sendiri antara lain: latar belakang pendidikan, pengalaman belajar, keikutsertaan guru dalam penataran, sikap, motivasi, estetika dan lain-lain. Sedangkan faktor eksternal yang dapat mempengaruhi seorang guru antara lain: gaji, sarana dan prasarana, kebijakan dan birokrasi, lingkungan sosial, organisasi dan lain-lain. Faktor-faktor tersebut dapat berinteraksi dan mempengaruhi kompetensi mengajar guru. Seorang guru pendidikan kewarganegaraan seyogyanya
mempunyai
kualitas primer dalam masalah kemanusiaan. Guru pendidikan kewarganegaraan juga memiliki kemampuan dan pengetahuan yang luas tentang perkembangan
8
politik nasional dan internasional serta kehdupan sosial budaya yang berkembang
dalam
suatu
komunitas
masyarakat.
Guru
pendidikan
kewarganegaraan juga dituntut untuk mempunyai pengetahuan yang luas mendalam tentang hukum dan moral serta harus mampu menyampaikan faktafakta masa lalu dan fakta aktual yang sedang terjadi yang berkaitan dengan politik, hukum dan moral. Semua kemampuan itu harus diterapkan secara optimal oleh guru dalam pembelajaraan. Dan tentunya semua kemampuan itu juga harus didukung dengan kemampuan untuk memilih metode dan media yang tepat untuk kemudian diimplementasikan dalam proses pembelajaran, karena pemilihan dan pemanfaatan metode dan media yang tepat akan sangat menentukan kelancaran dan keefektifan dalam proses pembelajaran, dan pada akhirnya juga akan menentukan ketercapaian tujuan pembelajaran dan hasil belajar siswa. Selain itu
sebagai seorang pendidik guru wajib memberikan
motivasi siswa dalam pembelajaran, tanggap terhadap materi yang diberikan, serta memperhatikan perilaku siswa dalam pembelajaran, mengingat selama ini pembelajaran dikenal membosankan, sehingga menimbulkan rasa enggan bagi siswa untuk belajar PKn. Dalam proses pembelajaran pendidikan kewarganegaraan seorang guru yang ideal dan berkualitas harus mampu membimbing siswanya memiliki jiwa yang unggul sehingga mampu dan siap dalam menyongsong masa depan. Sementara itu persepsi siswa tentang cara atau kemampuan guru dalam mengajar tidak lepas dari penampilan guru di depan kelas. Seorang guru harus mempunyai kemampuan dan ketrampilan dalam merencanakan dan melaksanakan proses
9
pembelajaran seperti penggunaan metode pembelajaran, media pembelajaran, menguasai bahan ajar dan guru juga harus mampu untuk memahami karakteristik dan kemampuan siswa yang berbeda-beda dalam menangkap dan menyerap materi yang diberikan oleh guru. Dengan pemahaman itu diharapkan guru akan dapat mengimplementasikan metode dan media pembelajaran secara tepat sehingga proses pembelajaran pendidikan kewarganegaraan dapat tercapai sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan. Kebutuhan akan peningkatan kompetensi guru terutama kompetensi pedagogik tidak semata-mata karena adanya kurikulum baru, namun juga karena adanya kenyataan bahwa tidak sedikit guru yang kompetensinya tidak seperti yang diharapkan. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian tentang mutu dan kompetensi guru yang dilakukan oleh Kanwil Diknas DKI Jakarta pada tahun 2001, menunjukkan bahwa kompetensi yang dimiliki guru sangat kurang. Penggunaan metode pembelajaran yang menarik dan beragam dalam proses pengajaran di kelas merupakan salah satu cara untuk mempermudah siswa dalam memahami materi pelajaran secara optimal. Penggunaan metode mengajar dan media
yang
bervariasi
dapat
dilakukan
agar
pelajaran
pendidikan
kewarganegaraan mudah diterima siswa dan materi yang diajarkan oleh guru tidak mudah dilupakan. Kemampuan seorang guru dalam memanfaatkan metode dan media pembelajaran secara akurat akan menjadikan pelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai satu pelajaran yang menarik bagi siswa.
10
B. Identifikasi Masalah Dari uraian di atas dapat didentifikasikan permasalahan penelitian sebagai berikut : 1. Proses pembelajaran PKn di sekolah pada umumnya belum optimal dan kurang efektif. 2. Kompetensi pedagogik guru PKn secara umum masih sangat kurang. 3. Kurangnya pemahaman guru PKn terhadap metode-metode pembelajaran. 4. Kurangnya keterampilan dan kemampuan guru PKn dalam memilih dan memanfaatkan media pembelajaran. 5. Kreatifitas dan kemampuan guru PKn dalam mengimplementasikan metode dan media dalam proses pembelajaran masih kurang.. 6. Belum maksimalnya pemahaman guru dalam penguasaan bahan ajar.
C. Pembatasan Masalah Sejalan dengan permasalahan yang diajukan, untuk memberikan gambaran yang jelas dan untuk memfokuskan dalam penelitian maka perlu dilakukan pembatasan masalah. Dan penelitian ini akan terfokus pada permasalahanpermasalahan sebagai berikut : 1. Kompetensi pedagogik guru pendidikan kewarganegaraan di SMA N I Seyegan secara umum. 2. Kompetensi pedagogik guru PKn SMA N I Seyegan dalam memilih metode pembelajaran dan mengimplementasikannya dalam proses pembelajaran.
11
3. Kompetensi Pedagogik guru PKn SMA N I Seyegan dalam memilih dan memanfaatkan media pembelajaran.
D. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah yang dikemukakan di atas, maka dapat diketahui adanya tiga variabel yang menjadi objek dalam penelitian ini. Variabel-variabel tersebut adalah: kompetensi pedagogik guru, implementasi metode dan media, serta pembelajaran kewarganegaraan. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara ketiga variable tersebut maka masalah yang akan diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana kompetensi pedagogik guru PKn di SMA N I Seyegan secara umum? 2. Bagaimana pemahaman guru PKn terhadap metode pembelajaran dan implementasinya dalam proses pembelajaran PKn di SMA N I Seyegan? 3. Bagaimana keterampilan dan kemampuan guru PKN di SMA N I Seyegan dalam memilih dan mengimplementasikan media pembelajaran?
E. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui kompetensi pedagogik guru dalam proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMA N I Seyegan.
12
2. Mengetahui kompetensi pedagogik guru dalam menerapkan metode pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMA N I Seyegan. 3. Mengetahui
kompetensi
kewarganegaraaan
dalam
pedagogik
guru
menggunakan
bidang dan
studi
pendidikan
memanfaatkan
media
pembelajaran di SMA N I Seyegan.
F. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan mempunyai dua manfaat utama yaitu : a. Secara teoretis penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap
perkembangan
ilmu
pengetahuan
terutama
dalam
bidang
kependidikan pada umumnya dan dan mengenai kompetensi guru pada khususnya. b. Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi beberapa pihak yaitu : 1. Bagi Guru. Bagi para guru khususnya guru bidang studi kewarganegaraan hasil penelitian ini dapat menjadi acuan dalam proses pembelajaran serta dalam rangka meningkatkan kompetensi guru. 2. Bagi Sekolah Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dalam upaya pembinaan dan pengembangan kompetensi guru.
13
3. Bagi Universitas Negeri Yogyakarta Dapat menambah koleksi pustaka yang bermanfaat bagi civitas akademika UNY pada umumnya dan mahasiswa Pendidikan Kewarganegaraan dan Hukum pada khususnya. 4. Bagi Penulis Sebagai sarana untuk melatih diri agar mampu menerapkan konsep-konsep yang diperoleh dalam perkuliahan sehingga dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi penulis. 5. Bagi Ilmu Pengetahuan Hasil
penelitian
ini
sedikit
banyak
memberikan
kontribusi
perkembangan ilmu pengetahuan terutama dalam bidang kependidikan.
bagi