BAB I PENDAHULUAN
A. JUDUL Revitalisasi Stasiun Besar Yogyakarta dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual B. DEFINISI JUDUL DAN PEMAHAMAN DALAM LINGKUP ARSITEKTUR 1. Definisi 1. Revitalisasi Revitalisasi adalah kegiatan pengembangan yang ditujukan untuk menumbuhkan kembali nilai-nilai penting Cagar Budaya dengan penyesuaian fungsi ruang baru yang tidak bertentangan dengan prinsip pelestarian dan nilai budaya masyarakat.1 2. Stasiun Besar Yogyakarta a. Stasiun Tempat pemberhentian kereta api untuk memberi kesempatan kepada penumpang membeli karcis dan naik ke dalam kereta api ataupun turun dari kereta api, disamping itu juga memberi fasilitas mengirim dan menerima barang dari bagasi.2 b. Stasiun Besar Yogyakarta Stasiun Besar Yogyakarta merupakan salah satu stasiun kereta api utama di kota Yogyakarta. Stasiun ini melayani perjalanan kereta api lokal dan jarak jauh ke berbagai kota tujuan di seluruh pulau Jawa, baik kereta ekonomi, bisnis maupun eksekutif.
1 2
Pergub DI Yogyakarta No. 62 Tahun 2013 Tentang Pelestarian Cagar Budaya Kamus Besar Bahasa Indonesia
Pendahuluan | I.1
3. Pendekatan Pendekatan adalah penggunaan atau pengaplikasian suatu objek penelitian yang akan dikaji pada sebuah bangunan dengan mendekati aspek tertentu.3 4. Arsitektur Kontekstual Kontekstualisme adalah kemungkinan perluasan bangunan dan keinginan
mengaitkan
bangunan
baru
dengan
lingkungan
sekitarnya.4 2. Pemahaman Dalam Lingkup Arsitektur Revitalisasi Stasiun Besar Yogyakarta dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual adalah pengembangan bangunan Stasiun Besar Yogyakarta yang bertujuan untuk meningkatkan kegiatan pelayanan transportasi kereta api dan penambahan fungsi baru demi menunjang kegiatan dan pemanfaatan lahan di stasiun dengan pendekatan arsitektur kontekstual sebagai bagian dari pelestarian bangunan cagar budaya Stasiun Yogyakarta C. LATAR BELAKANG 1. Perkembangan Transportasi Umum dan Kereta Api di Indonesia Transportasi merupakan salah satu faktor penting dari sebuah kota. Sistem transportasi publik yang baik akan menunjang perkembangan kota besar yang baik. Namun, permasalahan yang muncul pada kota – kota besar di Indonesia saat ini adalah kemacetan lalu lintas dikarenakan jumlah pengguna transportasi pribadi yang selalu meningkat tiap tahunnya. Berdasarkan data Korps Lalu Lintas Kepolisian Negara Republik Indonesia, mencatat pada tahun 2013 terdapat 104,211 juta unit kendaraan pribadi yang terdapat di Indonesia, naik 11% dari tahun sebelumnya yang berjumlah 94,229 juta unit. Jumlah ini berbeda dengan jumlah perkembangan kendaraan umum seperti bus, yang hanya 1,962 juta unit dari sebelumnya 1,945 juta unit. 3 4
Kamus Besar Bahasa Indonesia Brent C. Brolin dalam bukunya Architecture in Context (1980)
Pendahuluan | I.2
Hal ini memperlihatkan bahwa masih lemahnya transportasi publik di Indonesia. Penyebab dari transportasi umum yang masih lemah yaitu, fasilitas transportasi publik yang kurang nyaman dan aman, sistem transportasi umum yang belum terintegrasi, dan juga belum adanya rencana jangka panjang dari transportasi publik di Indonesia. Kereta api sendiri merupakan salah satu moda transportasi publik yang terdiri dari rangkaian lokomotif dan gerbong yang dapat mengangkut penumpang ataupun barang dalam jumlah yang besar. PT. KAI yang merupakan salah satu perusahaan milik BUMN dalam perkembangannya baru mulai melakukan revolusi transportasi mulai tahun 2000an dimana melakukan perbaikan pelayanan sarana dan fasilitas dari kereta api di Indonesia. Hal ini dilakukan agar pelayanan transportasi semakin membaik, dan berdampak pada peningkatan yang terjadi pada PT. KAI. Berdasarkan Annual Report 2014 PT. KAI, terjadi berbagai peningkatan seperti pendapatan, volume angkutan penumpang, volume angkutan barang, jumlah KRL dan gerbong kereta yang siap operasi, pelayanan dan keselamatan penumpang. Berdasarkan PP Menhub No. PM 43 Tahun 2011, tentang Rencana Induk Perkeretaapian Nasional di Indonesia bahwa visi perkeretaapian nasional yaitu mewujudkan perkeretaapian yang berdaya saing, berintegrasi, berteknologi, bersinergi dengan industri,
terjangkau
dan
mampu
menjawab
tantangan
perkembangan. Strategi yang dilakukan adalah pengembangan jaringan kereta, peningkatan keamanan, pengembangan industri teknologi kereta, pengembangan SDM dan Kelembagaan, serta investasi pendanaan. Strategi tersebut memiliki tujuan dimana pada tahun 2030, layanan transportasi perkeretaapian yang memiliki pangsa pasar penumpang sebesar 11% - 13 % dan barang sebesar 15% - 17% dari keseluruhan layanan transportasi nasional.
Pendahuluan | I.3
2. Perkembangan dan Potensi Stasiun Besar Yogyakarta Stasiun Besar Yogyakarta merupakan salah satu dari tiga stasiun yang masih beroperasi di Daerah Istimewa Yogyakarta. Stasiun ini dibangun pada tanggal 2 Mei 1887 yang pada awalnya digunakan sebagai alat transportasi hasil bumi pada masa itu sedangkan pada tahun 1905, stasiun ini mulai melayani kereta penumpang. Bangunan utama stasiun tugu telah berumur lebih dari 100 tahun yang dimana saat ini bangunan Stasiun Besar Yogyakarta telah terdaftar dalam salah satu bangunan cagar budaya kelas B dengan nomor penetapan BCB PM.07/PW.007/MKO/2007 pada tahun 2007. Stasiun Besar Yogyakarta merupakan stasiun besar yang melayani perjalanan kelas eksekutif, bisnis, ekonomi dengan tujuan ke kota – kota di pulau Jawa. Lokasi Stasiun Besar Yogyakarta yang terletak di pusat kota yang merupakan kawasan budaya Malioboro yang menjadi salah satu destinasi wisata lokal maupun mancanegara, Stasiun Yogyakarta menjadi salah satu pintu masuk utama di kota Yogyakarta. Pengguna fasilitas ini sangat beragam, terdiri dari wisatawan dan warga Yogyakarta yang menggunakan kereta jarak jauh ataupun kereta lokal. Berdasarkan PP Menhub No. PM 43 Tahun 2011, tentang Rencana
Induk
Perkeretaapian
Nasional,
diperkirakan
jumlah
perpindahan orang yang menggunakan kereta api di Yogyakarta berjumlah total 32.308.000 jiwa. Untuk memenuhi perkiraan dan target yang direncanakan oleh pemerintah, perencanaan dan pengembangan fasilitas stasiun dibutuhkan agar stasiun mampu memfasilitasi kegiatan pelayanan kereta api di masa yang akan datang. Perkembangan kota Yogyakarta yang pesat menyebabkan perkembangan yang tidak terkendali dimana pada kawasan Stasiun Yogyakarta disalahgunakan oleh pada PKL sehingga menyebabkan area stasiun tertutupi oleh bangunan –bangunan PKL. Revitalisasi Stasiun ini berusaha mengembalikan nilai fungsi ruang dan mengembangkan
Pendahuluan | I.4
fasilitas
stasiun
sehingga
dapat
memenuhi
kebutuhan
dan
perkembangan kota di masa yang akan datang. 3. Pendekatan Arsitektur Kontekstual Sebagai Solusi Pengembangan Bangunan Cagar Budaya Sebagai bangunan cagar budaya kelas B yang telah ditetapkan pada tahun 2007, maka pengembangan bangunan ini harus mengikuti aturan dari pemerintah tentang pelestarian bangunan cagar budaya. Dalam Pergub DI Yogyakarta No. 62 Tahun 2013 Tentang Pelestarian Cagar Budaya tertera tentang pengembangan bangunan cagar budaya melalui tiga cara yaitu penelitian, adaptasi dan revitalisasi. Kaitannya dengan Stasiun Besar Yogyakarta sebagai bangunan cagar budaya dan telah menjalankan fungsi transportasi, pengembangan dengan cara revitalisasi dianggap tepat dalam proses pengembangan ini. Kemudian arsitektur kontekstual yang merupakan sebuah pemahaman dimana sebuah bangunan baru yang akan dibangun harus memperhatikan lingkungan sekitar dapat dijadikan sebagai pendekatan dalam kaitannya dengan bangunan cagar budaya dari Stasiun Besar Yogyakarta ini sendiri. Pendekatan pada proses kontestual yang dapat dilakukan dengan berbagai aspek baik komposisi, struktur, tampilan ataupun syle dapat diterapkan dalam proses pengembangan bangunan ini. D. RUMUSAN PERMASALAHAN 1. Permasalahan Berdasarkan latar belakang terkait dengan revitalisasi Stasiun Besar Yogyakarta dalam pengembangan bangunan stasiun yang mampu meningkatkan kinerja pelayanan kereta dan mengikuti perkembangan waktu dan teknologi maka rumusan permasalahan tersebut yaitu: “Bagaimana rumusan konsep perencanaan dan perancangan Revitalisasi Stasiun Yogyakarta yang kaitannya dengan pengembangan bangunan stasiun yang mampu meningkatkan kinerja pelayanan kereta
Pendahuluan | I.5
dan mengikuti perkembangan waktu dan teknologi dengan arsitektur kontestual” 2. Persoalan a. Bagaimana analisis konsep program ruang yang dapat menunjang kegiatan pengguna di dalam dan menuju Stasiun Besar Yogyakarta dengan pendekatan arsitektur kontekstual b. Bagaimana analisis konsep sirkulasi yang dapat menunjang kegiatan pengguna di dalam dan menuju Stasiun Besar Yogyakarta dengan pendekatan arsitektur konstekstual. c. Bagaimana analisis konsep massa bangunan yang dapat menunjang kegiatan pengguna di dalam dan menuju Stasiun Besar Yogyakarta dengan pendekatan arsitektur kontesktual. d. Bagaimana analisis konsep tampilan bangunan yang dapat menunjang kegiatan pengguna di dalam dan menuju Stasiun Besar Yogyakarta dengan pendekatan kontekstual. e. Bagaimana analisis konsep material, struktur dan ulitlias yang dapat menunjang kegiatan pengguna di dalam Stasiun Besar Yogyakarta dengan pendekatan arsitektur kontekstual. E. TUJUAN DAN SASARAN 1. Tujuan Mendapatkan
rumusan
konsep
perencanaan
dan
perancangan
Revitalisasi Stasiun Yogyakarta yang kaitannya dengan pengembangan bangunan stasiun yang mampu meningkatkan kinerja pelayanan kereta dan mengikuti perkembangan waktu dan teknologi dengan arsitektur kontestual 2. Sasaran a. Tecapainya konsep program ruang yang dapat menunjang kegiatan pengguna di dalam dan menuju Stasiun Besar Yogyakarta dengan pendekatan arsitektur kontekstual
Pendahuluan | I.6
b. Tercapainya konsep sirkulasi yang dapat menunjang kegiatan pengguna di dalam dan menuju Stasiun Besar Yogyakarta dengan pendekatan arsitektur konstekstual. c. Tercapainya konsep massa bangunan yang dapat menunjang kegiatan pengguna di dalam dan menuju Stasiun Besar Yogyakarta dengan pendekatan arsitektur kontesktual. d. Tercapainya konsep tampilan bangunan yang dapat menunjang kegiatan pengguna di dalam dan menuju Stasiun Besar Yogyakarta dengan pendekatan kontekstual. e. Tercapainya konsep material, struktur dan ulitlias yang dapat menunjang kegiatan pengguna di dalam Stasiun Besar Yogyakarta dengan pendekatan arsitektur kontekstual. F. BATASAN DAN LINGKUP PEMBAHASAN 1. Batasan Dalam penelitan dengan judul “Revitalisasi Stasiun Besar Yogyakarta dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual” Batasan masalah ditentukan hanya kepada aspek perancangan, tidak mencakup masalah biaya/investasi, ataupun masalah administrasi. 2. Lingkup Pembahasan Pembahasan dalam penelitian ini berkisar seputar aspek-aspek arsitektural yang terkait dengan proses perancangan revitalisasi Stasiun Besar Yogyakarta dengan pendekatan arsitektur kontekstual G. METODA PEMBAHASAN 1. Tahap Pengumpulan Data
Survey langsung ke lapangan terhadap kondisi umum kota Yogyakarta dan DIY dan kondisi eksisting dari Stasiun Besar Tugu Yogyakarta baik fisik ataupun nonfisik melalui pengamatan dan wawancara.
Survey Instansional, yaitu : a. Stasiun Besar Yogyakarta b. PT. KAI, DAOP 6 Yogyakarta
Pendahuluan | I.7
Digunakan untuk mendapatkan data mengenai kondisi eksisting stasiun dan rencana pengembangan stasiun KA, melalui observasi data ataupun wawancara.
Survey Literatur yaitu studi literatur yang berhubungan dan diperlukan dalam pembahasan topik ini. a. Referensi buku yang berkaitan dan representatif dengan konsep pengembangan yang direncanakan, terkait dengan perencanaan stasiun, cagar budaya, arsitektur kontekstual dan fakta – fakta tentang kota Yogyakarta b. Artikel, tulisan atau jurnal yang dapat dipercaya yang terkait dengan
perencanaan
stasiun,
cagar
budaya,
arsitektur
kontekstual dan fakta – fakta tentang kota Yogyakarta c. Referensi melalui kasus sejenis
Studi Preseden atau studi banding yang dilakukan terhadap stasiun yang sesuai dengan konsep yang direncanakan.
2. Tahap Analisis Merupakan tahap penguraian, pengkajian data serta informasi lainnya untuk disusun sebagai data relevan yang dipergunakan sebagai pertimbangan pemecahan permasalahan dalam mengembangkan Stasiun Besar Yogyakarta. 3. Tahap Kesimpulan Tahap ini merupakan kesimpulan dari proses analisis yang dilakukan berdasarkan pengumpulan data yang dilakukaan. H. SISTEMATIKA PENULISAN 1. BAB I Pendahuluan Meliputi
gambaran
umum
mengenai
judul,
latar
belakang,
permasalahan, persoalan, tujuan dan sasaran, batasan dan lingkup pembahasan, metode pembahasan, sistematika penulisan dan pola pikir. 2. BAB II Tinjauan Pustaka Meliputi tinjauan data informasi secara teoritik, empiris dan preseden, serta mencakup tinjauan objek yang direncanakan.
Pendahuluan | I.8
3. BAB III Data dan Informasi Meliputi tentang data fisik kota, dan non fisik, baik secara makro yaitu Kota Yogyakarta dan juga secara mikro yaitu Stasiun Besar Yogyakarta yang menjadi pertimbangan sebagai Revitalisasi Stasiun Besar Yogyakarta. 4. BAB IV Gambaran Umum Objek yang Direncanakan Bagian ini berisi pendeskripsian objek yang akan direncanakan 5. BAB V Analisis Pendekatan Konsep Perencanaan dan Perancangan Menganalisa konsep perencanaan dan perancangan Revitalisasi Stasiun Besar Yogyakarta, meliputi pendekatan pelaku, kegiatan dan peruangan, pengolahan site, sistem sirkulasi, bentuk dan massa bangnan, lingkungan, serta struktur bangunan. Menganalisa konsep perencanaan dan perancangan Revitalisasi Stasiun Besar Yogyakarta,
dengan
pendekatan arsitektur perilaku. 6. BAB VI Konsep Perencanaan dan Perancangan Merupakan hasil pengolahan tahap V, proses penentuan konsep melalui analisa terhadap pengguna dan site untuk mendapatkan suatu kesimpulan mengenai peruangan, orientasi bangunan, pencapaian, tampilan bangunan, tata massa bangunan, utilitas bangunan, dan pemilihan struktur bangunan.
Pendahuluan | I.9
I. POLA PIKIR
Skema 1.1 Pola Pikir Sumber. Analisis Saktian. 2015
Pendahuluan | I.10
J. LAMPIRAN ORISINALITAS No
1
Nama, Universitas, Tahun Indra Yan Ferdi Sinaga (UGM) 2000
2
M. Afriansyah Gani (UNDIP) 2002
3
Aina Fitria (UGM) 2004
Judul
Permasalahan
Pengembangan Stasiun Tugu Yogyakarta Menjadi Stasiun Kereta Api Multifungsi (Stasiun, Hotel Transit, Dan Shopping Mall)
Luas ruang publik pada stasiun (hall dan ruang tunggu) tidak sesuai dengan standard ruang gerak menurut tss dan tidak memenuhi kebutuhan mendatang. Tidak adanya fasilitas transit bagi penumpang yang berangkat dini hari.
Pengembangan Stasiun Kereta Api Tugu Yogyakarta Dengan Fasilitas Shopping Mall Dengan Penekanan Desain Konsep Arsitektur Richard Meier Shopping Square Stasiun Tugu Yk Sebagai Bagian Dari Upaya “Revitalisasi Kawasan Pusat Kota”
Potensi stasiun tugu dari sisi ekonomi yang belum diolah secara maksimal.
Kebutuhan akan ruang publik pada kawasan stasiun Banyaknya bangunan disekitar stasiun yang sangat bernilai tetapi tidak dirawat dan difungsikan optimal.
Penekanan Desain/PenyeLesaian Solusi desain berupa perencanaan dan perancangan hotel transit dan shopping mall dan menjadikannya satu kesatuan/ Berkesinambunga n dengan stasiun.
Solusi desain berupa penambahan fasilitas shopping mall dengan penekanan desain konsep arsitektur richard meier (tiga konsep utama: ruang, bentuk, cahaya Tugu yang merupakan ruang pusat kota yk: Dapat memeuhi tuntutan dan kebutuhan masyarakat terutama yang berada di pusat kota.menjadi satu kesatuan dengan stasiun
Pendahuluan | I.11
4
Kristanto (UGM) 2001
Revitalisasi Stasiun Tugu Yogyakarta
Semakin meningkatnya peminat kereta api di yk Semakin tinggi mobilitas masyarakat
5
Corry Dewiana Astuti (UGM) 2005
Peningkatan jumlah penumpang pada stasiun Rendahnya tingkat keamanan dan keselamatan
6
Dewi Mayangsari (UGM) 2010
Pengembangan Stasiun Tuguyk Penekanan Pada Faktor Keamanan Dan Keselamatan Terminal Intermoda Di Stasiun Tugu Yogyakarta Peneanan Pada Kontekstualisme Dan ID
7
Saktian Randhy Saputra (UNS) 2016
Revitalisasi Stasiun Besar Yogyakarta Dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual
Perkembangan transportasi umum yang rendah Perkembangan dan target penumpang pada tahun 2030 Lahan stasiun yang banyak digunakan oleh pkl sehingga menutupi fasad stasiun. Peningkatan pengguna moda transportasi kereta api
Kesulitan pengguna yang harus menggunakan perpindahan dari sebuah moda traansportasi ke moda transportasi lainnya.
Penerapan fungsi, teknologi, dan citra ke dalam bangunan stasiun dalam kaitanya dengan lingkungan sekitar Penataan stasiun kereta api yang baik dari segi fungsi peruangan maupun sirkulasi. Mengembangkan stasiun ka tugu sebagai terminal intermoda trasnportasi darat yang saling mempunyai keterhubungan Pengembangan dan penataan kawasan stasiun Yogyakarta yang memperhatikan konteks kebutuhan lingkungan.
Tabel 1.1 Penelitian dengan Judul Sejenis Sumber. Analisis Saktian. 2016
Pendahuluan | I.12