BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Imunisasi bertujuan untuk melindungi individu dan masyarakat terhadap serangan penyakit infeksi dengan menggunakan vaksin yang aman, namun sebagian orang dapat mengalami reaksi setelah imunisasi yang bersifat ringan (demam), kejang dan kelumpuhan. Pada beberapa kasus reaksi disebabkan oleh vaksin. Pada kasus lain penyebabnya adalah kesalahan pemberian vaksin, tetapi sebagian besar umumnya tidak berhubungan dengan vaksin akan tetapi berhubungan dengan cara penyuntikan, dan proses penyimpanan vaksin. Reaksi setelah imunisasi dapat menimbulkan sikap menolak dari masyarakat untuk pemberian imunisasi berikut, sehingga anak tersebut akan rentan terhadap penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Untuk itu pelaporan KIPI yang cepat dan tepat diikuti dengan tindak lanjut yang benar dapat membantu pelaksanaan program mengatasi masalah dilapangan sehingga masyarakat tidak resah dan tetap mendukung program imunisasi (Ranuh, 2008). Program imunisasi adalah bagian dari pelayanan kesehatan dasar. Program ini juga merupakan bagian upaya mempercepat pemutusan mata rantai penularan PD3I (Penyakit yang dapat di cegah dengan imunisasi) dengan tujuan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Kegiatan PD3I dilakukan melalui kegiatan PIN (Pekan Imunisasi Nasional), imunisasi TT 5 dosis pada
1
2
wanita usia subur (WUS), serta penganggulangan KLB (Kejadian Luar Biasa) dari penyakit-penyakit yang dapat dicegah degan imunisasi khususnya campak (Depkes RI, 2009). Angka kematian bayi (infant mortality rate) merupakan salah satu aspek penting dalam menggambarkan tingkat pembangungan sumber daya manusia di sebuah Negara, juga merupakan salah satu indikator yang paling sensitiv dalam menentukan derajat kesehatan suatu daerah. Anak-anak khususnya dibawah lima tahun adalah individu yang rentan terhadap berbagai penyakit. Setiap tahunnya 12 juta anak di dunia meninggal sebelum mencapai usia lima tahun. Dari seluruh kematian tersebut 70% meninggal karena pneumonia, diare, campak dan malnutrisi (Depkes, 2009). Angka kematian Bayi (AKB) di Indonesia masih tinggi jika di bandingkan dengan Negara-negara di ASEAN. Angka kematian Bayi (AKB) secara nasional sebesar 246/100.000 kelahiran hidup. Sementara di Provinsi Aceh sebesar 23/100 kelahiran hidup. Hal ini menunjukan bahwa AKB di Provinsi Aceh tahun 2011 masih cukup tinggi (Yulizar, 2012). Penyebab utama kematian bayi di Indonesia adalah Infeksi Saluran Penafasan Akut (ISPA) sebanyak 37%, dan 50% kematian bayi dan balita berkaitan dengan masalah kekurangan gizi. 13% penyebab lainnya adalah penyakit yang dapat di cegah melalui imunisasi seperti campak dan TBC. Jika program imunisasi dilaksanakan dengan baik dan menyuluruh maka keefektifitasan imunisasi dapat dicapai secara maksimal, dan akan berpengaruh terhadap angka kematian Bayi (Depkes RI, 2009)
3
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelengkapan pemberian imunisasi antara lain adalah pendidikan orang tua, dukungan keluarga, pendapatan keluarga, sikap orang tua, lingkungan dan sosial budaya setempat (Gunardi 2008). Hasil cakupan imunisasi bayi di Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2012 adalah
HB-0, 66.7%, BCG,89.1%, Polio 1, 89.3%, DPT/HB(1), 84.5% ,
Polio(2), 85.6%, DPT/HB(2), 83.3%, Polio(3), 81.0%, DPT/HB(3), 78.6%, Polio(4), 81.4%, dan Campak, 81.4%. Hasil cakupan imunisasi bayi di Kabupaten Pidie Jaya pada bulan Januari – Agustus Tahun 2013 adalah HB-0, 68.2%, BCG,91.4%, Polio 1, 90.1%, DPT/HB(1), 86.3% , Polio(2), 89.1%, DPT/HB(2), 85.7%, Polio(3), 83.8%, DPT/HB(3), 82.6%, Polio(4), 84.1%, dan Campak, 84,1% (Data Register Kab Pidie Jaya, 2013) Sedangkan hasil cakupan imunisasi bayi di Puskesmas Trienggadeng pada tahun 2012 adalah HB-0, 72.9%, BCG, 82.7%, Polio(1), 82.7%, DPT/HB(1), 79.6%, Polio(2), 79.6%, DPT/HB(2), 79.6%, Polio(3), 79.6%, DPT/HB(3), 80.4%, Polio(4), 80.4% dan Campak, 79.6%. hasil cakupan imunisasi bayi di Puskesmas Trienggadeng pada bulan Januari – Agustus Tahun 2013 adalah HB-0, 73.1%, BCG, 83.9%, Polio(1), 84.3%, DPT/HB(1), 80.9%, Polio(2), 80.9%, DPT/HB(2), 80,9%, Polio(3), 80,9%, DPT/HB(3), 81.7%, Polio(4), 81.7% dan Campak, 80.9% (Data Puskesmas Trienggadeng, 2013) Berdasarkan hasil wawancara awal terhadap 10 orang ibu yang membawa bayinya untuk di imunisasi di dapatkan 7 orang ibu yang anaknya
4
tidak lengkap diimunisasi terdapat 3 ibu yang beralasan di lingkungannya banyak yang tidak diimunisasi tetapi masih sehat dan tidak terkena penyakit, 2 ibu beralasan yang di tempat tinggalnya diharamkan untuk diimunisasi dan 2 ibu lainnya beralasan tidak diperbolehkan oleh suaminya. Dari 10 ibu yang membawa bayinya untuk diimunisasi terdapat 3 ibu yang anaknya diberi imunisasi lengkap.
B. Rumusan Masalah Masalah yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah adakah Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian Imunisasi Pada Bayi Di Wilayah Kerja Puskesmas Trienggadeng Kec Pidie Jaya?
C. Tujuan 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian Imunisasi Pada Bayi Di Wilayah Kerja Puskesmas Trienggadeng Kec Pidie Jaya 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui pengaruh lingkungan dengan pemberian imunisasi pada bayi di Desa Peuduk Kemukiman Trienggadeng Kabupaten Pidie Jaya b. Untuk mengetahui pengaruh sosial budaya dengan pemberian imunisasi pada bayi di Desa Peuduk Kemukiman Trienggadeng Kabupaten Pidie Jaya
5
c. Untuk mengetahui pengaruh dukungan suami dengan pemberian imunisasi pada bayi di Desa Peuduk Kemukiman Trienggadeng Kabupaten Pidie Jaya
D. Manfaat 1. Bagi Pendidikan Untuk memberikan ibu informasi mengenai imunisasi agar lebih banyak ibu yang sadar akan pentingnya memberikan imunisasi lengkap untuk anaknya. 2. Bagi Tempat Penelitian Untuk memberikan masukan bagi pihak puskesmas agar lebih mengontrol proses pengimunisasian bayi dan balita di wilayah kerjanya. 3. Bagi Peneliti Sebagai sarana mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama perkuliahan dan sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian selanjutnya.
E. Keaslian Penelitian Penelitian ini sebelumnya pernah di teliti oleh Amalia Riswandari dengan judul faktor-faktor yang mempengaruhi kelengkapan pemberian imunisasi pada bayi 0 – 12 bulan di Desa Mangunredjo tahun 2009. Populasi yang digunakan yaitu ibu yang memiliki bayi 0 – 12 bulan di Desa Mangunredjo, sampel yang digunakan sebanyak 69 responden. Sampel yang digunakan menggunakan teknik accidental sampling.
6
Perbedaan antara penelitian yang dilakukan oleh Amalia dan penulis adalah variabel yang digunakan adalah pemberian imunisasi usia 0 – 12 bulan, pengetahuan, pendidikan dan lingkungan sedangkan pada penelitian ini variabel yang digunakan adalah pemberian imunisasi bayi usia 9 – 24 bulan, lingkungan, sosial budaya dan dukungan keluarga.
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Imunisasi Dasar 1. Pengertian imunisasi Imunisasi adalah proses pembentukan daya kekebalan tubuh (antibodi) guna mencegah timbulnya penyakit menular tertentu ( TBC atau tuberculosa, diptheri, pertusis, tetanus, hepatitis B, polio dan campak ), yang dilakukan dengan pemberian vaksin guna membina pembentukan daya tahan tubuh, diberikan melalui suntikan atau melalui suntikan atau melalui mulut. Sedangkan vaksin adalah bagian dari virus atau bakteri yang dilemahkan / dimatikan (UNICEF, 2009). Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten, anak di imunisasi berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit, tetapi belum tentu kebal terhadap penyakit lain (Notoatmodjo, 2007). Imunisasi adalah suatu upaya untuk mendapatkan kekebalan terhadap suatu penyakit dengan cara memasukkan kuman atau bibit penyakit tersebut diharapkan dapat menghasilkan zat anti yang pada saatnya nanti digunakan tubuh untuk melawan kuman atau bibit penyakit yang menyerang tubuh (Hidayat, 2009).
7
8
2. Tujuan Imunisasi Untuk memberikan kekebalan pada bayi agar mencegah penyakit dan kematian bayi serta anak yang disebabkan oleh penyakit tertentu (Surinah, 2009). Menurut Sudarmanto (2006) tujuan imunisasi adalah untuk mencegah penyakit tertentu, apabila terjadi penyakit, tidak akan terlalu parah dan dapat mencegah gejala cacat atau kematian. 3. Sasaran Program imunisasi Sasaran program imunisasi yang meliputi sebagai berikut : a. Mencakup bayi 0 – 1 tahun untuk mendapatkan vaksinasi BCG, DPT, Polio, Campak, dan Hepatitis – B b. Mencakup ibu hamil dan wanita usia suburdan calon pengantin untuk mendapatkan imunisasi TT c. Mencakup anak SD (Sekolah Dasar) anak kelas I, untuk mendapatkan imunisasi DPT d. Mencakup anak SD (Sekolah Dasar) kelas II – VI untuk mendapatkan imunisasi TT (dimulai tahun 2001 – 2003), anak – anak kelas II dan kelas III Mendapatkan Imunisasi TT (Depkes R.I, 2009). 4. Manfaat imunisasi Pemberian imunisasi member manfaat sebagai berikut : a. Untuk anak, bermanfaat mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit menular yang sering berjangkit
9
b. Untuk keluarga, bermanfaat menghilangkan kecemasan serta biaya pengobatan anak jika sakit c. Untuk Negara, bermanfaat memperbaiki derajat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan Negara (Depkes R.I, 2009). 5. Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi Depkes (2009) menetapkan bahwa ada tujuh penyakit yang dapat dicegah
dengan
imunisasi,
yaitu
Tuberculosis,
Diftheri,
Tetanus,
Poliomyelitis, Campak, dan Hepatitis. a. Tuberculosis. TBC adalah penyakit yang dapat menyerang semua umur, biasanya mengenai paru-paru.di indonesia penyakit ini dianggap perlu ditangani secara serius, mengingat cara penularannya yang sangat mudah, yaitu melalui pernafasan. Penyakit TBC dapat menyerang melalui kulit dan kelenjar getah bening. Gejala-gejala seseorang telah mengidap penyakit TBC adalah demam yang tinggi, keringat diwaktu malam, nafsu makan berkurang dan sakit dada dan berat badan menurun b. Difteri Penyakit ini biasanya menyerang anak-anak, mengenai alat pernafasan bagian atas, penyakit ini mudah menular, gejala dari penyakit difteri adalah anak panas, nyeri bila menelan, ada kemungkinan leher bengkak dan nafas berbunyi
10
Adapun tanda khas penyakit ini adalah kerongkongan terdapat selaput yang berwarna abu-abu kotor, bau dan mudah berdarah. c. Pertusis Pertusis dalah penyakit yang diderita anak-anak pada usia muda. Penyakit ini menular melalui jalan pernafasan. Gejala dari penyakit ini antara lain batuk keras menyerupai influenza, terus menerus batuknya bahkan muntah-muntah, jangka waktu bermingguminggu, dapat juga berbulan-bulan, akibat waktu batuknya lama, nafsu makan berkurang dan terjadinya gangguan pada pertumbuhan. d. Tetanus Tetanus adalah penyakit yang terjadi pada bayi yang baru lahir (Tetanus Neonaturum), maupun anak-anak bahkan orang dewasa.Infeksi tetanus dapat terjadi melalui luka kecil akibat tergores paku atau tertusuk duri. Adapun gejala-gejalanya adalah mulut mencucur dan bayi tidak mau menyusui dan tubuh kejang dan kaku e. Campak Campak adalah penyakit yang disebabkan oleh virus campak dan sangat menular,penyebabnya yaitu virus morbili yang menular lewat percikan air liur sewaktu penderita batuk atau kontak kulit. Penyakit ini dapat menyebabkan komplikasi berat yang dapat berakhir pada kematian.campak biasanya menyerang anak usia 6 bulan sampai 5 tahun. Gejala-gejalanya adalah panas tinggi, batuk pilek, mata
11
merah berair dan sakit bila kena cahaya, bercak merah pada kulit yang muncul pada 3 – 4 hari setelah anak menderita demam, yang dimulai dari belakang telinga terus menjalar ke muka kemudian menyebar keseluruh tubuh (UNICEF, 2009 ). f. Polio Poliomyelitis atau infantile paralysis, lebih dikenal dengan sebutan polio, adalah kelainan yang disebabkan infeksi virus (poliovirus) yang dapat mempengaruhi seluruh tubuh, termasuk otot dan saraf.Kasus yang berat dapat menyebabkan kelumpuhan bahkan kematian. Polio terutama menyerang kelompok umur tertentu, yaitu anak- anak berusia di bawah lima tahun (balita). Gejala-gejalanya ada 3 tingkatan : 1) Poliomelitis subklinis Adanya demam tampa gejala lain atau dengan beberapa gejala berikut ini yang berlangsung kurang lebih selama 72 jam. Demam ringan, lemas, anoreksia, mual, muntah, sakit kepala, tenggorokan kering, sembelit, dan nyeri perut yang tidak khas. 2) Poliomelitis nonparalisis Gejalanya hampir sama seperti poliomelitis subklinik. Sakit kepala, mual dan muntah terjadi lebih sering, dan ada rasa perih dan nyeri pada otot leher, badan, dan tungkai.
12
3) Poliomelitis paralisis Manifestasinya seperti pada poliomelitis non paralisis. Lemahnya beberapa kelompok otot, baik otot rangka maupun otot kranial (UNICEF, 2009). 6. Jenis Imunisasi a. Imunisasi dasar Imunisasi dasar adalah imunisasi pertama yang perlu diberikan pada semua orang terutama bayi baru lahir dan anak, untuk melindungi tubuhnya dari penyakit – penyakit yang berbahaya. 1) Imunisasi BCG Biasanya diberikan di lengan kanan bagian atas melalui suntikan intra kutan. Dosis pemberian 0,05 cc. imunisasi TBC dapat melindungi bayi dan anak dari kemungkinan terjadinya penyakit TBC berat. (Depkes RI, 2009). Efek samping/ Kejadian sakit yang timbul setelah di imunisasi yaitu setelah 2 minggu akan terjadi pembengkakan kecil dan merah
di
tempat
suntikan.
Setelah
2-3
minggu
kemudian
pembengkakan menjadi abses kecil dan kemudian menjadi luka dengan garis tengah 10 mm . luka akan sembuh sendiri dengan meninggalkan luka parut kecil. Jika terjadi peradangan agak berat di lokasi penyuntikan, luka benjolan tidak sembuh malah jadi koreng atau pembengkakan kelenjar limfe pada ketiak atau di lipatan paha
13
sebaiknya anak di bawa ke dokter. Untuk mengatasi pembengkakan, kompres bekas suntikan dengan cairan anti septic (Depkes RI, 2009).. 2) Imunisasi Polio Penyakit polio hanya dapat dicegah dengan memberikan imunisasi polio kepada bayi. Imunisasi polio diberikan sebanyak 4 kali, yaitu pada saat bayi berumur 0-7 hari sebeluum bayi pulang kerumah, 2, 3, dan 4 bulan secara oral.selang waktu pemberian imunisasi polio sebaiknya tidak kurang dari 4 minggu (1 bulan) untuk mendapatkan hasil/kekebalan yang optimal. Imunisasi polio sangat aman dan dapat diberikan pada bayi yang sedang batuk, pilek, diare ringan atau demam ringan.pemberian vaksin pada saat bayi dan anak diare berat tidak berbahaya, akan tetapi vaksin tidak akan diserap oleh usus sehingga tidak akan memberikan perlindungan tubuh yang optimal. Imunisasi Polio jarang timbul efek samping (UNICEF, 2009). 3) Imunisasi DPT Diphteri, pertusis, dan tetanus atau biasa disingkat DPT, adalah tiga penyakit yang sering terjadi pada bayi dan anak. Ketiga penyakit ini hanya dapat dicegah dengan pemberian imunisasi DPT yang diberikan secara benar. Imunisasi dasar DPT diberikan 3 kali, yaitu ketika anak berumur 2, 3 dan 4 bulan. Penyuntikan dilakukan secara intra muskuler di paha atas (UNICEF, 2009). Efek samping/kejadian sakit yang timbul setelah di imunisasi berupa reaksi lokal yang mungkin timbul adalah rasa nyeri, merah dan
14
bengkak selama 1-2 hari di bekas suntikan. Untuk mengatasinya beri kompres hangat. Sedangkan reaksi umumnya antara lain demam dan rewel. Demam biasanya akan turun dalam waktu 1-2 hari dan dapat di atasi dengan pemberian obat penurun demam seperti parasetamol. (UNICEF, 2009). 4) Imunisasi Hepatitis B (HB) Imunisasi hepatitis B diberikan sebanyak 4 kali, yaitu pada saat bayi berusia 0-7 hari dan pada usia 2, 3, dan 4 bulan bersamaan dengan imunisasi DPT yang sering disebut dengan imunisasi DPT/HB kombo. Vaksin disuntikan di paha atas sebelah kiri atau kanan.dalam produksi vaksin terkini, untuk kemudahan pelayanan DPT/HB tersedia dalam kemasan kombo (DPT-HB), efek samping yang di timbulkan adalah nyeri di tempat penyuntikan dan demam ringan (Depkes RI, 2009). 5) Imunisasi Campak Pemberian imunisasi rutin campak saat bayi berumur 9 bulan. Imunisasi campak kedua, yang dianjurkan untuk diberikan sesuai dengan jadwal imunisasi anak sekolah, (BIAS campak pada anak sekolah dasar atau SD) atau pada saat imunisasi tambahan (kampanye campak).suntikan campak diberikan pada lengan kiri atas secara subkutan dengan dosis 0,5 cc (Depkes RI, 2009). Efek samping/reaksi sakit yang timbul setelah di imunisasi Campak adalah demam disertai bintik merah halus di kulit yang
15
timbul 5-12 hari setelah penyuntikan. Reaksi ini merupakan normal dan akan hilang dengan sendirinya, dan untuk demam berikan obat penurun demam seperti parasetamol. (Depkes RI, 2009). b. Imunisasi Boster Imunisasi boster adalah imunisasi ulangan (revaksinasi ) dari imunisasi dasar yang diberikan bila terdapat suatu wabah yang berjangkit atau bila terdapat kontak dengan penyakit bersangkutan. Imunisasi ulangan dapat meninggikan secara cepat kadar zat-zat anti body dalam tubuh (Ranuh, 2008). c. Imunisasi yang tidak diwajibkan tapi dianjurkan Selain 5 (lima) jenis imunisasi dasar yang wajib diperoleh bayi sebelum usia 1 tahun, terdapat beberapa jenis imunisasi yang tidak wajib akan tetapi di anjurkan, antara lain : MMR (meales,mump dan rubella), thypoid, HIB (haemophilus influenza tipe B), hepatitis A dan Varicella (cacar air) (Ranuh, 2008).
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Imunisasi 1. Lingkungan Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang. Lingkungan memberikan pengaruh pertama bagi seseorang, dimana seseorang dapat mempelajari hal-hal yang baik dan juga buruk tergantung pada sifat kelompoknya. Dalam lingkungan seseorang akan memperoleh pengalaman yang akan berpengaruh pada cara berfikir seseorang (Notoatmodjo, 2010).
16
Lingkungan menurut definisi umum yaitu segala sesuatu di sekitar subjek manusia yang terkait dengan aktifitasnya. Elemen lingkungan adalah hal-hal yang terkait dengan tanah, udara, air, sumber daya alam, flora, fauna, manusia dan hubungan antar faktor-faktor tersebut. titik sentral isu lingkungan adalah manusia. Jadi, manajemen lingkungan bisa diartikan sekumpulan aktifitas merencanakan, dan menggerakkan sumber daya manusia dan sumber daya lain untuk mencapai tujuan kebijakan lingkungan yang telah ditetapkan (Gunardi, 2008). Dalam pembahasan menajemen tidak lepas pada masalah lingkungan yang dihadapi oleh seorang manajer. Perbedaan dan kondisi lingkungan akan berpengaruh terhadap konsep danteknik serta keputusan yang akan diambil. Ada dua macam faktor lingkungan yaitu : a. Faktor lingkungan internal yaitu lingkungan yang ada di dalam seperti sebuah keluarga terdapat ayah, ibu dan anak. b. Faktor lingkungan eksternal yaitu unsur-unsur yang berada di luar organisasi, dimana unsur-unsur ini tidak dapat dikendalikan dan diketahu terlebih dahulu seperti masyarakat, tetangga, organisasi-organisasi di daerah sekitar (Gunardi, 2008). 2. Sosial Budaya Sosial
mempunyai
pengaruh
pada
pengetahuan
seseorang.
Seseorang memperoleh suatu kebudayaan dalam berhubungan dengan orang lain. Karena hubungan ini seseorang mengalami suatu proses belajar dan memperoleh suatu pengetahuan (Notoatmodjo, 2010).
17
Sosial Budaya terdiri dari 2 kata, yang pertama definisi sosial, menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia milik W.J.S Poerwadarminta, sosial ialah segala sesuatu yang mengenai masyarakat atau kemasyarakatan atau dapat juga berarti suka memperhatikan kepentingan umum (kata sifat). Sedangkan budaya dari kata Sans atau Bodhya yang artinya pikiran dan akal budi. Budaya ialah segala hal yang dibuat oleh manusia berdasarkan pikiran dan akal budinya yang mengandung cinta, rasa dan karsa. Dapat berupa kesenian, pengetahuan, moral, hukum, kepercayaan, adat istiadat ataupun ilmu (Surinah, 2009) Perubahan kebudayaan bisa saja terjadi akibat perubahan sosial dalam masyarakat, begitu pula sebaliknya. Manusia sebagai pencipta kebudayaan dan pengguna kebudayaan, oleh karena itu kebudayaan akan selalu ada jika manusia pun ada (Sudarmanto, 2006) Kebudayaan pun memiliki peran dalam kehidupan social manusia, diantaranya adalah : a. Sebagai pedoman dalam hubungan antara manusia dengan komunitas atau kelompoknya. b. Sebagai simbol pembeda antara manusia dengan binatang c. Sebagai petunjuk atau tata cara tentang bagaimana manusia harus berperilaku dalam kehidupan sosialnya. d. Sebagai modal dan dasar dalam pembangunan kehidupan manusia. e. Sebagai suatu cirri khas tiap kelompok manusia (Surinah, 2009)
18
Tidak berarti pula penciptaan sosial budaya itu kemudian tak memiliki
dampak
negatif.
Bila
kebudayaan
yang
ada
kemudian
menimbulkan akses negatif bagi kehidupan sosial adalah sesuatu yang perlu dipikirkan ulang, jika ingin menciptakan sebuah budaya. Beberapa dampak negative kebudayaan bagi kehidupan sosial manusia, antara lain: a. Menimbulkan kerusakan lingkungan dan kelangsungan ekosistem alam b. Mengakibatkan adanya kesenjangan sosial yang kemudian menjadi penyebab munculnya penyakit-penyakit sosial, termasuknya tingginya tingkat kriminalitas c. Mengurangi bahkan dapat menghilangkan ikatan batin dan moral yang biasanya dekat dalam hubungan sosial antar masyarakat (Surinah, 2009) Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Lia amalia yang berjudul hubungan kelengkapan imunisasi dengan sosial budaya di desa Sukoredjo. Pada penelitian yang dilakukan Lia dijelaskan bahwa sosial budaya mempengaruhi kelengkapan pemberian imunisasi karena sosial budaya berlaku bagi seluruh masyarakat di suatu tempat dan apabila salah satunya ada yang melanggar maka akan dikucilkan oleh masyarakat lainnya (Surinah, 2009).
3. Dukungan Keluarga Keluarga adalah suatu kumpulan individu yang terdiri dari kepala keluarga di satu pihak serta anggota-anggota keluarga di lain pihak yang secara bersama-sama bertempat tinggal dalam suatu rumah (Neisha, 2008).
19
Motivasi berasal dari perkataan boolf (motif) yang artinya rangsangan dengan pembangkit tenaga yang dimiliki seseorang sehingga orang tersebut memperlihatkan perilaku tertentu. Sedangkan yang dimaksud dengan motivasi adalah upaya untuk menimbulakan rangsangan, dorongan sekelompok masyarakat tersebut membuat dan bekerjasama secara optimal melaksanakan suatu tujuan yang telah ditetapkan (Neisha, 2008). Suami merupakan salah satu anggota keluarga yang sangat berpengaruh sehingga perubahan apapun yang terjadi pada suami akan mempengaruhi keluarga. Selama krisis keluarga dan individu dalam keadaan tidak seimbang dan tidak dapat dipecahkan akan mengakibatkan tingkah laku moladatif dalam anggota keluarga dan kemungkinan terjadi perpecahan antara anggota keluarga. Anggota keluarga yang mampu memecahkan krisis, maturasi dengan sukses akan kembali kepada tugas atau fungsi yang maksimalkan dan ini merupakan kekuatan bagi keluarga untuk menciptakan hubungan baik (Neisha, 2008). Menurut Neisha (2008) sistem pendukung dari keluarga terdiri atas dari pasangan, orang tua dan anggota keluarga yang lain, dalam hal ini dukungan pasangan, orang tua dan anggota keluarga yang lain sangat berperan dalam membantu resolusi yang di alami pasien. Peran keluarga menggambarkan seperangkat perilaku internasional sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peran individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat (Sudarmanto, 2006).
20
Neisha (2008) menyatakan bahwa fungsi dasar keluarga antara lain adalah fungsi efektif, yaitu fungsi internal untuk pemenuhan kebutuhan psokososial, saling mengasuh dan memberikan cinta kasih, serta saling menerima dan mendukung. Keluarga berfungsi untuk membimbing dan menangani pemecahan masalah dan bertindak sebagai sumber dan validator identitas dari anggota keluarganya. Keluarga cenderung terlibat dalam pembuatan keputusan serta proses terapetik pada setiap tahap sehat dan sakit dari anggota keluarganya (Sudarmanto, 2006). Hal tersebut juga di kemukakan oleh Neisha (2008), ketika keluarga menyatakan bahwa anggota keluarganya sakit dan membutuhkan pertolongan, maka keluarga mulai mencari informasi tentang penyakit yang di derita, cara penanganan dan penyembuhannya serta mencari nasehat dari tenaga professional yang ada. Berdasarkan
teori di atas, istri merupakan salah satu anggota
keluarga yang sangat berpengaruh sehingga perubahan apapun yang terjadi pada seorang istri akan mempengaruhi keluarga. Maka suami sangatlah berpengaruh dalam pengambilan suatu keputusan istri terhadap pemberian imunisasi anaknya. Disebabkan karena, suami merupakan kepala keluarga dan pengambil keputusan pertama di dalam sebuah keluarga.
C. Kerangka Konsep Faktor-faktor yang mempengaruhi kelengkapan pemberian imunisasi antara lain adalah pendidikan orang tua, dukungan keluarga, pendapatan
21
keluarga, sikap orang tua, lingkungan dan sosial budaya setempat (Gunardi 2008). Untuk mempersingkat
waktu penelitian maka penulis hanya
mengangkat 3 variabel saja, yaitu : V. Independen
V. Dependen
Lingkungan Imunisasi Pada Bayi usia 9 – 24 bulan
Sosial Budaya
Dukungan Keluarga Gambar 2.1 Kerangka Konsep
D. Hipotesa 1. Ada pengaruh antara lingkungan dengan pemberian imunisasi pada bayi di Desa Peuduk Kemukiman Trienggadeng Kabupaten Pidie Jaya 2. Ada pengaruh antara sosial budaya dengan pemberian imunisasi pada bayi di Desa Peuduk Kemukiman Trienggadeng Kabupaten Pidie Jaya 3. Ada pengaruh antara dukungan keluarga dengan pemberian imunisasi pada bayi di Desa Peuduk Kemukiman Trienggadeng Kabupaten Pidie Jaya
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian Desain
penelitian
ini
menggunakan
metode analitik
pendekatan Cross Sectional (Bisri, 2008). Cross sectional
dengan
merupakan
rancangan penelitian dengan melakukan pengukuran atau pengamatan pada waktu penelitian sedang berlangsung (Notoatmodjo, 2007).
B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai bayi usia 9 – 24 bulan pada bulan Januari - Agustus 2013 di Wilayah Kerja Puskesmas Trienggadeng Kec Pidie Jaya sebanyak 248 responden. 2. Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai bayi usia 9 – 24 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Trienggadeng Kec Pidie Jaya Besar sampel ditentukan dengan menggunakan rumus estimasi sebagai berikut :
22
23
Dengan menggunakan rumus slovin (Notoatmodjo, 2010), sebagai berikut: n=
N 1 + N (d2)
Keterangan : N : Besar Populasi n : Besar Sampel d : Tingkat Kepercayaan (ketepatan yang diinginkan) sebesar 90%
n=
N 1 + N (d2)
n=
248 1 + 248 (0,12)
n=
248 1 + 248 (0,01)
n=
248 1 + 2,48
n=
248 3,48
= 71,26
Jadi, jumlah sampel yang digunakan berjumlah 71 responden Teknik pengambilan sampel adalah Random sampling yaitu ibu yang membawa bayi 9 – 24 bulan dan sedang berkunjung ke Puskesmas Trienggadeng pada bulan Juni 2013 (Arikunto, 2006). Dengan kriteria sebagai berikut : a. Ibu yang membawa bayi yang memiliki KMS b. Ibu yang mau menjadi responden
24
C. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di Desa Peuduk Kemukiman Trienggadeng Kecamatan Pidie Jaya pada tanggal 09 – 13 September Tahun 2013.
D. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data di lakukan dengan cara : 1. Untuk variabel Dependen di lihat dari Kartu Menuju Sehat (KMS) responden 2. Untuk Variabel Independen di berikan soal dengan pilihan terpimpin.
E. Definisi Operasional Tabel 3.1 Definisi Operasional No
Variabel
1 Variabel Depenen 1. Imunisasi Pada Bayi 9 – 24 bulan
Definisi Operasional 2
Cara ukur
Alat Ukur
3
4
Dengan melihat kelengkapan imunisasi pada Kartu Menuju Sehat (KMS)
Ditijau dari kelengkapan Kartu Menuju Sehat (KMS) sesuai dengan Usia responden :
KMS dan Wawancara terpimpin
Lengkap bila jawaban benar x ≥ 4,6
Tidak lengkap bila jawaban benar x < 4,6
Skala Ukur 5 Ordinal
Hasil Ukur 6 -Lengkap -Tidak Lengkap
25
No
Variabel
Definisi Operasional
Variabel Independen 1. Lingkungan Suatu tempat atau kelompok tertentu yang mempengaruhi perilaku seseorang
Cara Ukur
Membagikan kuisioner yang terdiri dari 5 pertanyaan dengan kriteria
Alat Ukur
Kuisioner
Skala Ukur Ordinal
Hasil Ukur
-Positif -Negatif
Positif bila jawaban benar x ≥ 3,6
2.
Sosial Budaya
Keadaan atau kebudayaan setempat yang mempengaruhi perilaku seseorang
Negatif bila jawaban benar x < 3,6 Membagikan kuisioner yang terdiri dari 5 pertanyaan dengan kriteri
Kuisioner
Ordinal
-Positif -Negatif
Positif bila jawaban benar x ≥ 4,5
3.
Dukungan Keluarga
Dukungan yang diberikan suami dalam imunisasi
Negatif bila jawaban benar x < 4,5 Membagikan kuisioner yang terdiri dari 5 pertanyaan dengan kriteria
Kuisioner
Ordinal
Mendukung -Tidak mendukung
Mendukung, jika jawaban benar x ≥ 3,7 Tidak Mendukung, jika jawaban benar x < 3,7
F. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang berisikan 15 pertanyaan yang sudah disusun secara terstruktur mulai dari variabel lingkungan 5 pertanyaan, variabel sosial budaya 5 pertanyaan dan variabel dukungan suami 5 pertanyaan dengan jawaban terpimpin.
26
G. Pengolahan dan Analisa Data 1. Pengolahan Data Setelah data terkumpul melalui angket atau kuisioner, maka dilakukan pengolahan data yang melalui berupa tahapan sebagai berikut: a. Seleksi data (Editing) Dimana penulis akan melakukan penelitian terhadap data yang diperoleh dan diteliti apakah terdapat kekeliruan atau tidak dalam penelitian. b. Pemberian kode (Coding) Setelah dilakukan editing, selanjutnya penulis memberikan kode tertentu pada tiap-tiap data sehingga memudahkan dalam melakukan analisis data. c. Pengelompokkan data (Tabulating) Pada tahap
ini,
jawaban-jawaban responden yang
sama
dikelompokkan dengan teliti dan teratur lalu dihitung dan dijumlahkan, kemudian dituliskan dalam bentuk tabel-tabel (Arikunto, 2006). 2. Analisa Data a. Analisa Univariat Analisa univariat dilakukan terhadap tiap variable dari hasil penelitian.Pada umumnya dalam analisa hanya menghasilkan distribusi dari tiap variable (Notoatmodjo, 2010).
27
Selanjutnya data dimasukkan dalam tabel data frekuensi, analisis ini menggunakan rumus sebagai berikut: P
f x100% n
Keterangan : P = Persentase f = frekuensi yang diamati n = jumlah responden yang menjadi sampel. b. Analisa Bivariat Analisa bivariat merupakan analisa hasil dari variable-variabel bebas yang diduga mempunyai hubungan dengan variable terkait.Analisa data yang digunakan adalah tabel silang. Untuk menguji hipotesa dilakukan analisa statistik dengan menggunakan uji Khi Kuadrat(ChiSquare) pada tingkat kemaknaan 95% (p < 0,05) sehingga dapat diketahui ada tidaknya hubungan yang bermakna secara statistik menggunakan program SPSS for windows very 16.00. Melalui perhitungan Khi Kuadrat (Chi-square) tes selanjutnya ditarik kesimpulan bila P lebih kecil dari alpha (P < 0,05), maka Hoditolak dan Ha diterima, yang menunjukkan adanya hubungan bermakna antara variable dependen dan independen dan jika P lebih besar dari alpha (P > 0.05) maka Ho diterima dan Ha ditolak yang menunjukkan tidak adanya hubungan bermakna antara variable dependen dan independen. Aturan yang berlaku untuk uji Khi Kuadrat (Chi-square), untuk program komputerisasi seperti SPSS adalah sebagai berikut :
28
1) Bila pada tabel contingency 2x2 dijumpai nilai e (harapan) kurang dari 5, maka hasil yang digunakan adalah Fisher Exact Test. 2) Bia pada tabel Contingency 2x2 tidak dijumpai nilai e (harapan) kurang dari 5, maka hasil yang digunakan adalah Continuity Correction. 3) Bila tabel Contingency yang lebih dari 2x2 misalnya 3x2, 3x3 dan lain-lain, maka hasil yang digunakan adalah Pearson Chi-Square. 4) Bila pada tabel Contingency 3x2 ada sel dengan nilai frekuensi harapan (e) kurang dari 5, maka akan dilakukan meger sehingga menjadi table Contingency 2x2 (Notoatmodjo, 2010).
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Peuduk Kemukiman Trienggadeng Kabupaten Pidie Jaya menempati areal seluas 70,51 m2, terletak pada garis lintang -3,7861 dan garis bujur 119,625, ketinggian < 500 meter diatas permukaan laut dengan jumlah penduduk sebanyak 1.045 jiwa yang terdiri dari 503 laki-laki dan
542
perempuan. Jumlah KK sebanyak 121. Desa Peuduk Berbatasan dengan : 1. Bagian Utara berbatasan dengan Desa Sagoe 2. Bagian Selatan berbatasan dengan Desa Reuseb 3. Bagian Timur berbatasan dengan Persawahan 4. Bagian Barat berbatasan dengan Desa Sagoe
B. Hasil Penelitian Penelitian dilakukan pada tanggal 09 – 13 September Tahun 2013. Dari data yang dikumpulkan terdapat 71 responden dari seluruh populasi ibu yang memiliki bayi usia 9 – 24 bulan. Data dikumpulkan melalui kuesioner, data dari hasil penelitian ini akan disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi sebagai berikut:
29
30
1. Analisa Univariat a. Imunisasi pada Bayi Usia 9 – 24 bulan Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Imunisasi pada Bayi 9 – 24 bulan di Desa Peuduk Kemukiman Trienggadeng Kabupaten Pidie Jaya No 1 2
Imunisasi pada Bayi 9 – 24 bulan Lengkap Tidak Lengkap Jumlah
Frekuensi 31 40 71
Persentase (%) 43,7 56,3 100,0
Sumber : Data Primer Diolah Tahun 2013 Berdasarkan tabel 4.1 diatas maka dapat dilihat bahwa dari 71 responden yang diteliti ditemukan mayoritas ibu tidak mengimunisasi lengkap anaknya, yaitu sebanyak 40 responden (56,3%). b. Lingkungan Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Lingkungan di Desa Peuduk Kemukiman Trienggadeng Kabupaten Pidie Jaya No 1 2
Lingkungan Positif Negatif Jumlah
Frekuensi 33 38 71
Persentase (%) 46,5 53,5 100,0
Sumber : Data Primer Diolah Tahun 2013 Berdasarkan tabel 4.2 diatas maka dapat dilihat bahwa dari 71 responden yang diteliti ditemukan mayoritas ibu bersikap negatif pada imunisasi, yaitu sebanyak 38 responden (53,5%).
31
c. Sosial Budaya Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Sosial Budaya di Desa Peuduk Kemukiman Trienggadeng Kabupaten Pidie Jaya No 1 2
Sosial Budaya Positif Negatif Jumlah
Frekuensi 32 39 71
Persentase (%) 45,1 54,9 100,0
Sumber : Data Primer Diolah Tahun 2013 Berdasarkan tabel 4.3 diatas maka dapat dilihat bahwa dari 57 responden yang diteliti ditemukan mayoritas ibu bersikap negatif pada imunisasi, yaitu sebanyak 39 responden (54,9%). d. Dukungan Keluarga Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga di Desa Peuduk Kemukiman Trienggadeng Kabupaten Pidie Jaya No 1 2
Dukungan Keluarga Mendukung Tidak Mendukung Jumlah
Frekuensi 30 41 71
Persentase (%) 42,3 57,7 100,0
Sumber : Data Primer Diolah Tahun 2013 Berdasarkan tabel 4.4 diatas maka dapat dilihat bahwa dari 57 responden yang diteliti ditemukan mayoritas keluarga tidak mendukung anaknya diimunisasi, yaitu sebanyak 41 responden (57,7%).
32
2. Analisa Bivariat a. Pengaruh lingkungan terhadap imunisasi pada bayi 9 – 24 bulan Tabel 4.5 Pengaruh Lingkungan terhadap imunisasi pada Bayi 9 – 24 bulan di Desa Peuduk Kemukiman Trienggadeng Kabupaten Pidie Jaya No Lingkungan
1 2
Positif Negatif Jumlah
Imunisasi pada Bayi 9 – 24 bulan Lengkap Tidak Lengkap f % f % 25 75,8 8 24,2 6 15,8 32 84,2 31 43,7 40 56,3
Jumlah
f % 33 100 38 100 71 100
Uji Statistik
p-value P = 0,001
Signifikasi : p > 0,05 Berdasarkan tabel 4.5 diatas, dari 33 responden yang lingkungannya positif terhadap imunisasi terdapat 25 responden (75,8%) yang mengimunisasi lengkap anaknya, dan 8 responden (24,2%) yang tidak mengimunisasi lengkap anaknya. Dari 38 responden yang lingkungannya positif terhadap imunisasi terdapat 6 responden (15,8%) yang mengimunisasi lengkap anaknya dan 32 responden (84,2%) yang tidak mengimunisasi lengkap anaknya. Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chisquare dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai p-value 0,001 yang berarti lebih kecil dari α-value (0,05). Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa ada pengaruh lingkungan terhadap imunisasi pada bayi 9 – 24 bulan di Desa Peuduk Kemukiman Trienggadeng Kabupaten Pidie Jaya.
33
b. Pengaruh sosial budaya terhadap imunisasi pada bayi 9 – 24 bulan Tabel 4.6 Pengaruh Sosial Budaya terhadap Imunisasi pada bayi 9 – 24 bulan di Desa Peuduk Kemukiman Trienggadeng Kabupaten Pidie Jaya No Sosial Budaya
1 2
Positif Negatif Jumlah
Imunisasi pada Bayi 9 – Jumlah 24 bulan Lengkap Tidak Lengkap f % f % f % 23 71,9 9 28,1 32 100 8 20,5 31 79,5 39 100 31 43,7 40 56,3 71 100
Uji Statistik
p-value P = 0,001
Signifikasi p > 0,05 Berdasarkan tabel 4.6 diatas, dari 32 responden yang sosial budayanya positif terhadap imunisasi terdapat 23 responden (71,9%) yang mengimunisasi lengkap anaknya dan 9 responden (28,1%) yang tidak mengimunisasi lengkap anaknya. Dari 39 responden yang sosial budayanya negatif terhadap imunisasi terdapat 8 responden (20,5%) yang mengimunisasi anaknya dan 31 responden (79,5%) tidak mengimunisasi lengkap anaknya. Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chisquare dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai p-value 0,001 yang berarti lebih kecil dari α-value (0,05). Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa ada pengaruh sosial budaya terhadap imunisasi pada bayi 9 – 24 bulan di Desa Peuduk Kemukiman Trienggadeng Kabupaten Pidie Jaya
34
c. Pengaruh dukungan keluarga terhadap imunisasi pada bayi 9 – 24 bulan Tabel 4.7 Pengaruh Dukungan Keluarga terhadap Imunisasi 9 – 24 bulan di Desa Peuduk Kemukiman Trienggadeng Kabupaten Pidie Jaya Imunisasi pada Bayi 9 – Jumlah Uji Statistik 24 bulan Lengkap Tidak Lengkap f % f % f % p-value 1 Mendukung 22 73,3 8 26,7 30 100 P = 0,002 2Tidak Mendukung 9 22,0 32 78,0 41 100 Jumlah 31 43,7 40 56,3 71 100 No
Dukungan Keluarga
Signifikasi p > 0,05 Berdasarkan tabel 4.7 diatas, dari 30 responden yang mendapat dukungan keluarga terdapat 22 responden (73,3%) yang mengimunisasi lengkap anaknya dan 8 responden (26,7%) yang tidak mengimunisasi lengkap anaknya. Dari 41 responden yang tidak mendapat dukungan dari keluarga terdapat 9 responden (22,0%) yang mengimunisasi lengkap anaknya dan 32 responden (78,0%) yang tidak mengimunisasi lengkap anaknya. Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chisquare dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai p-value 0,002 yang berarti lebih kecil dari α-value (0,05). Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa ada pengaruh dukungan keluarga terhadap imunisasi pada bayi 9 – 24 bulan di Desa Peuduk Kemukiman Trienggadeng Kabupaten Pidie Jaya.
35
C. Pembahasan 1. Pengaruh lingkungan terhadap imunisasi pada bayi 9 – 24 bulan Berdasarkan penelitian diatas dapat diketahui bahwa lingkungan merupakansalah satu faktor yang mempengaruhi imunisasi di Desa Peuduk Kemukiman Trienggadeng dapat dilihat dari tabel 4.5 diatas, dari 33 responden yang lingkungannya positif terhadap imunisasi terdapat 25 responden (75,8%) yang mengimunisasi lengkap anaknya, dan 8 responden (24,2%) yang tidak mengimunisasi lengkap anaknya. Dari 38 responden yang lingkungannya positif terhadap imunisasi terdapat 6 responden (15,8%) yang mengimunisasi lengkap anaknya dan 32 responden (84,2%) yang tidak mengimunisasi lengkap anaknya. Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chisquare dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai p-value 0,001 yang berarti lebih kecil dari α-value (0,05). Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa ada pengaruh lingkungan terhadap imunisasi pada bayi 9 – 24 bulan di Desa Peuduk Kemukiman Trienggadeng Kabupaten Pidie Jaya. Hasil penelitian ini selaras dengan penelitian Adisti (2009) yang menunjukkan adanya hubungan antara lingkungan dengan kelengkapan imunisasi pada bayi. Hasil penelitian mereka memperlihatkan bahwa dengan lingkungan yang positif akan berdampah positif juga terhadap kelengkapan imunisasi di suatu daerah. Begitu pula sebaliknya. Nilai pvalue 0,001 (p = 0,05)
36
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang. Lingkungan memberikan pengaruh pertama bagi seseorang, dimana seseorang dapat mempelajari hal-hal yang baik dan juga buruk tergantung pada sifat kelompoknya. Dalam lingkungan seseorang akan memperoleh pengalaman yang akan berpengaruh pada cara berfikir seseorang (Notoatmodjo, 2010). Lingkungan menurut definisi umum yaitu segala sesuatu di sekitar subjek manusia yang terkait dengan aktifitasnya. Elemen lingkungan adalah hal-hal yang terkait dengan tanah, udara, air, sumber daya alam, flora, fauna, manusia dan hubungan antar faktor-faktor tersebut. titik sentral isu lingkungan adalah manusia. Jadi, manajemen lingkungan bisa diartikan sekumpulan aktifitas merencanakan, dan menggerakkan sumber daya manusia dan sumber daya lain untuk mencapai tujuan kebijakan lingkungan yang telah ditetapkan (Gunardi, 2008). Dari literatur dan hasil penelitian yang peneliti temui, peneliti berasumsi bahwa lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi imunisasi pada bayi. Pada penelitian ini timbul masalah pada lingkungan yang positif terhadap imunisasi terdapat 8 responden yang tidak mengimunisasi lengkap anaknya, hal tersebut karena keluarga tidak memberikan izin anaknya diberikan imunisasi.
37
2. Pengaruh Sosial Budaya terhadap Imunisasi 9 – 24 bulan Berdasarkan penelitian diatas dapat diketahui bahwa sosial budaya merupakansalah satu faktor yang mempengaruhi imunisasi di Desa Peuduk Kemukiman Trienggadeng dapat dilihat dari tabel 4.6 diatas, dari 32 responden yang sosial budayanya positif terhadap imunisasi terdapat 23 responden (71,9%) yang mengimunisasi lengkap anaknya dan 9 responden (28,1%) yang tidak mengimunisasi lengkap anaknya. Dari 39 responden yang sosial budayanya negatif terhadap imunisasi terdapat 8 responden (20,5%) yang mengimunisasi anaknya dan 31 responden (79,5%) tidak mengimunisasi lengkap anaknya. Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chisquare dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai p-value 0,001 yang berarti lebih kecil dari α-value (0,05). Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa ada pengaruh sosial budaya terhadap imunisasi pada bayi 9 – 24 bulan di Desa Peuduk Kemukiman Trienggadeng Kabupaten Pidie Jaya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Perwitasari (2006), tentang hubungan pengetahuan, pendidikan dan sosial budaya dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat beberapa daerah yang sosial budayanya tidak mendukung terhadap pemberian imunisasi pada bayi dan hal tersebut berdampak pada kelengkapan imunisasi pada bayi di daerah tersebut. Nilai p-value yang diperoleh adalah p = 0,0025 (p < 0,01).
38
Sosial mempunyai pengaruh pada pengetahuan seseorang. Seseorang memperoleh suatu kebudayaan dalam berhubungan dengan orang lain. Karena hubungan ini seseorang mengalami suatu proses belajar dan memperoleh suatu pengetahuan (Notoatmodjo, 2010). Sosial Budaya terdiri dari 2 kata, yang pertama definisi sosial, menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia milik W.J.S Poerwadarminta, sosial
ialah
segala
sesuatu
yang
mengenai
masyarakat
atau
kemasyarakatan atau dapat juga berarti suka memperhatikan kepentingan umum (kata sifat). Sedangkan budaya dari kata Sans atau Bodhya yang artinya pikiran dan akal budi. Budaya ialah segala hal yang dibuat oleh manusia berdasarkan pikiran dan akal budinya yang mengandung cinta, rasa dan karsa. Dapat berupa kesenian, pengetahuan, moral, hukum, kepercayaan, adat istiadat ataupun ilmu (Surinah, 2009) Dari literatur dan hasil penelitian yang peneliti temui, peneliti berasumsi bahwa sosial budaya merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kelengkapan imunisasi pada bayi. Pada peneelitian ini ditemukan masalah yaitu pada sosial budaya yang positif terdapat 9 responden yang tidak mengimunisasi lengkap anaknya hal tersebut dikarenakan tidak mendapat dukungan keluarga maka sosial budaya dan dukungan keluarga merupakan hal yang saling berkaitan dalam pemberian imunisasi.
39
3. Pengaruh Dukungan Keluarga terhadap Imunisasi pada bayi 9 – 24 bulan Berdasarkan penelitian diatas dapat diketahui bahwa lingkungan merupakansalah satu faktor yang mempengaruhi imunisasi di Desa Peuduk Kemukiman Trienggadeng dapat dilihat dari tabel 4.7 diatas, dari 30 responden yang mendapat dukungan keluarga terdapat 22 responden (73,3%) yang mengimunisasi lengkap anaknya dan 8 responden (26,7%) yang tidak mengimunisasi lengkap anaknya. Dari 41 responden yang tidak mendapat dukungan dari keluarga terdapat 9 responden (22,0%) yang mengimunisasi lengkap anaknya dan 32 responden (78,0%) yang tidak mengimunisasi lengkap anaknya. Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chisquare dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai p-value 0,002 yang berarti lebih kecil dari α-value (0,05). Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa ada pengaruh dukungan keluarga terhadap imunisasi pada bayi 9 – 24 bulan di Desa Peuduk Kemukiman Trienggadeng Kabupaten Pidie Jaya. Penelitian yang dilakukan oleh Nugroho (2008) tentang hubungan pengetahuan dan dukungan keluarga terhadap pemberian imunisasi pada bayi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang yang mendapat dukungan keluarga akan berdampak baik terhadap pemberian imunisasi anaknya. Nilai p-value 0,003 (p < 0,01).
40
Keluarga adalah suatu kumpulan individu yang terdiri dari kepala keluarga di satu pihak serta anggota-anggota keluarga di lain pihak yang secara bersama-sama bertempat tinggal dalam suatu rumah (Neisha, 2008). Motivasi berasal dari perkataan boolf (motif) yang artinya rangsangan dengan pembangkit tenaga yang dimiliki seseorang sehingga orang tersebut memperlihatkan perilaku tertentu. Sedangkan yang dimaksud dengan motivasi adalah upaya untuk menimbulakan rangsangan, dorongan sekelompok masyarakat tersebut membuat dan bekerjasama secara optimal melaksanakan suatu tujuan yang telah ditetapkan (Neisha, 2008). Keluarga
berfungsi
untuk
membimbing
dan
menangani
pemecahan masalah dan bertindak sebagai sumber dan validator identitas dari anggota keluarganya. Keluarga cenderung terlibat dalam pembuatan keputusan serta proses terapetik pada setiap tahap sehat dan sakit dari anggota keluarganya (Sudarmanto, 2006). Dari literatur dan hasil penelitian yang peneliti temui, peneliti berasumsi bahwa sosial budaya merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pemberian imunisasi pada anak. Pada penelitian ini ditemukan masalah yaitu terdapat 8 responden yang mendapat dukungan keluarga namun tidak mnegimunisasi lengkap anaknya, hal tersebut karena sosial budaya dan lingkungan setempat tidak menyetujui adanya pemberian imunisasi
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan data dan hasil penelitian pada BAB sebelumnya, peneliti membuat beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Ada pengaruh lingkungan dengan pemberian imunisasi pada bayi di Desa Peuduk Kemukiman Trienggadeng Kabupaten Pidie Jaya, ditandai dengan nilai p-value 0,001 < α-value (0,05) 2. Ada pengaruh sosial budaya dengan pemberian imunisasi pada bayi di Desa Peuduk Kemukiman Trienggadeng Kabupaten Pidie Jaya, ditandai dengan nilai p-value 0,001 < α-value (0,05) 3. Ada pengaruh dukungan suami dengan pemberian imunisasi pada bayi di Desa Peuduk Kemukiman Trienggadeng Kabupaten Pidie Jaya, ditandai dengan nilai p-value 0,002 < α-value (0,05) B. Saran 1. Bagi Pendidikan Untuk memberikan ibu informasi mengenai imunisasi agar lebih banyak ibu yang sadar akan pentingnya memberikan imunisasi lengkap untuk anaknya. 2. Bagi Tempat Penelitian Untuk memberikan masukan bagi pihak puskesmas agar lebih mengontrol proses
pengimunisasian
bayi
41
dan
balita
di
wilayah
kerjanya.
42
3. Bagi Peneliti Sebagai sarana mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama perkuliahan dan sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian selanjutnya.