BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Parwa merupakan kesusastraan Jawa Kuna yang berbentuk prosa liris. Parwa berarti bagian buku/cerita (Mardiwarsito, 1986:410). Parwa juga dikatakan sebagai bagian dari Mahabharata atau bisa juga disebut lakon yang mengambil cerita dari Mahabharata (Anom, 2009:512). Parwa merupakan proses yang diadaptasi dari bagian epos-epos dalam bahasa Sanskerta dan menunjukkan ketergantungannya dengan kutipan dari karya asli dalam bahasa Sanskerta; kutipan-kutipan tersebut tersebar di seluruh teks parwa itu (Zoetmulder, 1974:80). Sastra parwa yang dihasilkan pada masa Jawa Kuna kebanyakan merupakan gubahan atau saduran dari parwa-parwa Mahabharata versi Sanskerta yang digubah dalam bahasa Jawa Kuna. Geguritan atau peparikan merupakan karya sastra yang umumnya menggunakan bahasa Bali. Gurit artinya gubah, karang, sadur. Guritan artinya gubahan, saduran, karangan. Geguritan artinya saduran cerita yang berbentuk tembang (pupuh) (Anom, 2009:251), sedangkan parik artinya sadur. Paparikan artinya saduran (Anom, 2009 : 512). Geguritan dan peparikan ini diikat oleh kaidah prosodi metrum (tembang), yakni tembang macapat atau pupuh. Adapun aturan yang mengikat tembang macapat adalah jumlah suku kata dalam satu baris (Guru Wilangan), jumlah baris dalam satu bait (Guru Gatra), rima dan nada akhir setiap baris (Guru Ding-dung) (Suarka, 2007b:11).
1
Perbedaannya antara geguritan dan peparikan adalah jika geguritan itu dalam proses penciptaan unsur ceritanya, tokoh, latar serta alurnya murni dibuat oleh pengarangnya tanpa ada mengambil lakon dari naskah yang lain, sedangkan peparikan unsur ceritanya mengambil dari naskah cerita yang sebelumnya sudah ada dan terkadang dalam proses penciptaannya ada penambahan maupun pengurangan cerita yang sesuai dengan imajinasi pengarang tersebut. Transformasi karya sastra parwa ke dalam bentuk peparikan, dapat di lihat dari hubungan yang terdapat pada kedua naskah tersebut. Pada kesempatan ini, karya yang akan dibandingkan adalah Peparikan Data Candrabhanu (yang kemudian disingkat Pep.DC) dengan Parwa Data Candrabhanu (yang kemudian disingkat Par.DC) yang merupakan naskah hipogramnya. Parwa Data Candrabhanu dikatakan sebagai naskah hipogram dari Peparikan Data Candrabhanu karena naskah parwanya memang lebih dahulu diciptakan daripada naskah peparikannya. Dalam Par.DC pemaparan naskah berawal dari pengenalan tokoh-tokoh yang terlibat dalam parwa tersebut sampai dengan terjadinya peperangan antara Sang Arjuna dengan Diah Somawati dan Patih Murtyawasa, kemudian Sang Arjuna kembali ke Hastina untuk mengajak para prajuritnya menyerang Tasikmalaya, hingga terjadinya peperangan sengit antara Hastina dan Tasikmalaya yang akhirnya dimenangkan oleh Hastina. Dalam Pep.DC diceritakan mulai dari pengenalan tokoh yang terlibat dalam peparikan tersebut sampai Sang Arjuna kalah berperang melawan Diah Somawati dan Patih
2
Murtyawasa, kemudian memutuskan untuk kembali ke Hastina dan akan menyerang negeri Tasikmalaya. Secara keseluruhan, ide cerita, tokoh, jalan cerita, latar cerita parwa dan peparikan tersebut memiliki kemiripan. Kemiripan tersebut menyiratkan adanya benang merah atau hubungan antara cerita parwa dan peparikan tersebut. Hal ini merupakan salah satu bentuk penyesuaian perkembangan norma-norma baru dengan perubahan yang membuktikan pergeseran horizon harapan pembawa melalui jenis sastra baru. Hal ini menunjukkan bahwa karya sastra berkembang atau dinamis. Dalam hal ini cerita lama digarap kembali oleh pengarang agar sesuai dengan konteks kemasyarakatannya (Teeuw, 1984:215). Cerita parwa dan peparikan ini memiliki persamaan yang menonjol dari segi jalan cerita sampai dengan kemiripan nama-nama tokohnya. Persamaan tersebut dapat dilihat dari tokoh utama yang bernama Prabhu Data Candrabhanu yang memiliki istri bernama Sang Dewi Wirasanti dan memiliki putri cantik yang bernama
Diah
Somawati.
Ketiganya
dikatakan
sangat
sakti
karena
keberhasilannya dalam yoga semedi dan diyakini memegang teguh ajaran Buda Bairawa. Selain memiliki persamaan, parwa dan peparikan ini juga memiliki perbedaan. Perbedaannya jika dalam Par.DC diceritakan sampai kemenangan Hastina melawan Tasikmalaya, lain halnya dalam Pep.DC diceritrakan sampai Sang Arjuna kalah berperang, kemudian memutuskan untuk kembali ke Hastina, dan akan menyerang negeri Tasikmalaya.
3
Dari pengamatan yang pernah dilakukan penelitian mengenai hubungan intertekstual antara Par.DC dan Pep.DC memang belum pernah dilakukan, oleh karena itu penelitian ini akan dilakukan sebagai salah satu usaha perbandingan terhadap hubungan antara Par.DC dengan Pep.DC dengan melihat pertalian isi cerita yang terdapat dalam kedua naskah tersebut. Tahap awal yang dilakukan adalah dengan melihat hubungan antara parwa dan peparikan dengan mengungkapkan pertalian cerita dalam Par.DC dan Pep.DC yang meliputi insiden, alur, tokoh dan penokohan, latar, tema serta amanatnya, ini bertujuan untuk melihat dan membandingkan isi dari cerita parwa dan peparikan, serta untuk melihat sejauhmana perbedaan isi cerita dari kedua objek tersebut. Langkah terakhir yang dilakukan dalam penelitian ini adalah mengungkap makna yang terkandung dalam kedua naskah yang menjadi objek dalam penelitian ini. Penelitian terhadap hubungan intertekstual antara cerita Par.DC dengan Pep.DC sangat erat kaitannya dengan bidang ilmu sastra, karena dalam melakukan analisis terhadap naskah menggunakan teori-teori sastra yang relevan dengan objek yang akan diteliti, sehingga nantinya dapat diperoleh hasil yang sesuai dengan yang diharapkan dan dapat bermanfaat bagi pembaca. Melihat adanya relevansi antara penelitian dengan bidang ilmu sastra maka hal tersebut memperlihatkan pentingnya peran penelitian dalam pengembangan ilmu sastra. 1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan pemaparan dari latar belakang di atas, maka permasalahan yang
akan dikaji dapat disusun dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut :
4
1. Bagaimanakah hubungan antara cerita Par.DC dengan Pep.DC ? 2. Makna apa saja yang terkandung dalam Par.DC dan Pep.DC ? 1.3 Tujuan Tujuan merupakan landasan utama yang perlu diperhatikan dalam berbuat sesuatu yang memberi motivasi demi terwujudnya sebuah hasil penelitian. Adapun tujuan penelitian mengenai hubungan intertekstual antara Par.DC dengan Pep.DC ini secara garis besar dibagi menjadi dua yaitu: 1.3.1 Tujuan Umum Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk menggali khazanah yang terkandung dalam suatu karya sastra berupa parwa dan peparikan dengan melihat hubungan dan makna yang terkandung dari kedua karya sastra tersebut. Dengan adanya penelitian terhadap karya sastra ini, diharapkan dapat berguna sebagai salah satu pedoman dalam kehidupan, selain itu tujuannya untuk mencari tahu seberapa besar karya sastra berkembang dan hidup di tengah-tengah masyarakat, serta turut berperan dalam upaya menjaga, melestarikan dan mengembangkan khazanah budaya sastra di Bali yang mempunyai nilai tinggi. 1.3.2 Tujuan Khusus Selain tujuan umum ada juga tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini. Secara khusus tujuan ditulisnya penelitian ini adalah:
5
1. Untuk mendeskripsikan hubungan antara Par.DC dengan Pep.DC. 2. Untuk mengetahui makna-makna yang terkandung dalam Par.DC dengan Pep.DC. 1.4 Manfaat Sebuah karya yang dibuat pastinya mempunyai manfaat tertentu, begitu juga dalam sebuah penelitian akan ada manfaat yang didapatkan, baik itu untuk penelitinya sendiri maupun bagi masyarakat luas. Adapun manfaat yang bisa didapatkan dalam penelitian mengenai Parwa Data Candrabhanu dan Peparikan Data Candrabhanu: Sebuah Kajian Intertekstualitas, di antaranya ada dua manfaat yaitu : 1.4.1 Manfaat teoretis : hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pembaca mengenai hubungan cerita dalam Pep.DC yang memiliki hubungan atau keterkaitan dengan cerita pada Par.DC yang merupakan teks hipogramnya. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat untuk memperkaya penggunaan teori struktur, teori intertekstual, dan teori semiotika secara teknik analisis terhadap karya sastra. 1.4.2 Manfaat praktis : dari hasil penelitian ini diharakan pembaca dapat mengetahui hubungan cerita dan makna yang terkandung dalam Par.DC dan Pep.DC. Manfaat lain yang juga bisa didapatkan dalam penelitian ini yaitu masyarakat dapat mengetahui jenis-jenis karya sastra tradisional berupa parwa dan peparikan yang perlu dilestarikan, serta dapat memperkaya wawasan sastra
6
dan menggali khazanah yang terkandung dalam karya sastra berupa parwa dan peparikan.
7