BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang Gangguan Akibat Kekurangan Iodium merupakan salah satu masalah gizi masyarakat di Indonesia. GAKI adalah gejala yang terjadi pada tubuh manusia akibat kurangnya unsur iodium secara terus menerus dalam jangka waktu yang cukup lama (Oktariana, 2009). Mutalazimah (2009) menambahkan bahwa GAKI merupakan masalah kesehatan yang memerlukan perhatian dan penanganan serius karena berdampak pada kelangsungan hidup dan kualitas hidup seseorang. Semua gangguan ini dapat menghambat proses tumbuh kembang anak, rendahnya prestasi belajar anak usia sekolah, rendahnya produktivitas kerja pada orang dewasa serta timbulnya berbagai permasalahan sosial ekonomi masyarakat yang dapat menghambat pembangunan (Mirandati, 2007). GAKI dapat disebabkan karena makanan yang dikonsumsi kurang mengandung iodium, adanya kebiasaan keluarga yang tidak menggunakan garam beriodium dan asupan makanan goitrogenik (penghambat penyerapan iodium) (Almatsier S, 2011 dalam Badri 2011). GAKI dapat menyebabkan kretin, keguguran pada ibu hamil, bayi lahir mati, keterbelakangan mental, gangguan pertumbuhan syaraf penggerak, gangguan pertumbuhan dan gangguan kecerdasan yang sangat mempengaruhi kualitas hidup seseorang (Saputri, 2006; Setiarini dkk, 2010). Terdapat dua macam upaya penanggulangan kekurangan GAKI yaitu penanggulangan jangka pendek yang dilakukan dengan pemberian kapsul beriodium
1
2
sedangkan jangka panjang melalui fortifikasi garam dengan iodium atau iodisasi garam (Setriarini dkk. 2010). Iodisasi garam merupakan program nasional yang di kenal dengan sebutan “ Universal Salt Iodization (USI)” yang telah dimulai sejak tahun 1977 dengan target pencapaian 90% atau lebih rumah tangga yang mengkonsumsi garam beriodium sesuai dengan persyaratan yaitu garam beriodium yang mengandung 30-80 mikrogram kalium iodat per kilogram (Yuniati, 2012). Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 target nasional Universal Salt Iodization (USI) adalah 90%, dengan cakupan konsumsi garam yang mengandung cukup iodium (≥30 ppm) sebesar 77,1%. Provinsi Bali merupakan provinsi dengan konsumsi garam beriodium terendah nomor dua di Indonesia dengan cakupan sebesar 50,8%. Berdasarkan hasil survei Rencana Aksi Nasional Kesinambungan Program Penanggulangan GAKI (RAN KPP GAKI) tahun 2003, persebaran GAKI di Indonesia dikelompokkan berdasarkan kabupaten, yaitu terdapat 35,8% kabupaten yang endemis ringan, 13,1% Kabupaten endemis sedang dan 8,2% kabupaten endemis berat yang tersebar di beberapa provinsi di Indonesia (Depkes, 2005). Kabupaten Gianyar adalah salah satu kabupaten di Bali yang tidak termasuk kabupaten endemis GAKI (Parwini, 2013). Meskipun demikian pencapaian konsumsi garam beriodium di tingkat rumah tangga di Kabupaten Gianyar masih dibawah target yang ditetapkan Dinkes Provinsi Bali yaitu sebesar 80%. Menurut data yang diperoleh dari Dinkes Provinsi Bali tahun 2013 dan 2014 Kabupaten Gianyar merupakan kabupaten dengan konsumsi garam beriodium terendah nomor empat dari 9 Kabupaten/Kota yang ada di provinsi Bali (Dinkes Provinsi Bali 2013, 2014).
3
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinkes Kabupaten Gianyar tahun 2013 pencapaian penggunaan garam beriodium di Kabupaten Gianyar berada di bawah target yaitu sebesar 67,0%, sedangkan pada tahun 2014 mengalami penurunan sebesar 4,2% menjadi 62,8%. Hasil ini merupakan rata-rata dari hasil pencapaian ke 13 puskesmas yang ada di kabupaten Gianyar, sedangkan jika dilihat lebih spesifik dari hasil pencapaian setiap puskesmas yang ada di kabupaten Gianyar, Unit Pelayanan Teknis (UPT) Kesehatan Masyarakat Ubud I menunjukkan hasil pencapaian terendah yaitu 39,0% pada tahun 2013 dan pencapaian terendah nomer dua setelah puskesmas Payangan sebesar 50% pada tahun 2014. Berdasarkan data tersebut UPT Kesmas Ubud I mengalami kenaikan sebesar 10,5% namun kenaikan tersebut belum signifikan dan masih termasuk dalam kategori pencapaian rendah. Jika dilihat dari letak geografis dan akses pendistribusian garam beriodium di wilayah Ubud sangat mudah dan dekat, ketersediaan penjualan garam juga termasuk banyak, namun masih sedikit yang mengkonsumsinya. UPT Kesmas Ubud I memiliki lima wilayah kerja salah satunya Desa Petulu. Desa Petulu merupakan desa yang memiliki pencapaian konsumsi garam beriodium paling rendah selama 2 tahun terakhir. Adapun hasil survei pencapaian konsumsi garam beriodium pada tahun 2013 sebesar 23,8%, sedangkan pada tahun 2014 pencapaian sebesar 42,3%. Hasil ini berdasarkan pemantauan yang dilakukan oleh Puskesmas Ubud I dengan cara pemantauan langsung ke rumah tangga (UPT Kesmas Ubud I). Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya oleh Sari (2011) bahwa rendahnya penggunaan garam beriodium di masyarakat disebabkan karena kebiasaan keluarga mengkonsumsi garam non iodium dengan alasan rasa garam beriodium dirasa agak pahit, kurangnya pengetahuan tentang garam beriodium, harga garam, distribusi dan
4
ketersediaan garam dipasar. Pendapat lainnya oleh Sudarto (2012) yang menyatakan bahwa rendahnya tingkat pendidikan masyarakat, kurangnya persediaan dan peredaraan garam beriodium di pasar yang dikarenakan kurangnya produksi dan distribusi oleh sentra garam rakyat. Dari beberapa hasil penelitian di atas dinyatakan bahwa faktor kebiasaan dalam mengkonsumsi garam non iodium masih menjadi faktor internal penghambat penggunaan garam beriodium di masyarakat. Kebiasan tersebut dapat dilihat dari persepsi rasa dari setiap anggota keluarga yang menganggap rasa garam noniodium lebih enak dibandingkan dengan rasa garam beriodium sehingga kebiasaan tersebut menimbulkan persepsi tidak suka pada rasa garam beriodium. Faktor penghambat eksternal penggunaan garam beriodium di tingkat rumah tangga yaitu pendistribusian dan ketersediaan garam beriodium yang dijual di pasar dan di warung-warung sekitar tempat tinggal. Berdasarkan pemaparan diatas diketahui bahwa penggunaan garam beriodium di Desa Petulu wilayah kerja UPT Kesmas Ubud I Tahun 2014 belum memenuhi target puskesmas yaitu sebesr 75%. Maka dari itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui lebih mendalam hubungan antara persepsi rasa, harga, dan kemudahan memperoleh garam dengan perilaku mengkonsumsi garam beriodium di tingkat rumah tangga Desa Petulu Kecamatan Ubud.
Rumusan Masalah Masih rendahnya penggunaan garam beriodium di Desa Petulu yang masih dibawah target Bali dipengaruhi oleh persepsi masyarakat tentang penggunaan garam beriodium. Sehingga perlu diteliti hubungan antara persepsi rasa, harga, dan
5
kemudahan memperoleh garam beriodium dengan perilaku menggunakan garam beriodium di tingkat rumah tangga di Desa Petulu Kecamatan Ubud.
Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimanakah gambaran konsumsi garam beriodium pada rumah tangga di Desa Petulu Kecamatan Ubud? 2. Adakah hubungan antara persepsi rasa garam beriodium, dengan perilaku konsumsi garam beriodium ditingkat rumah tangga desa Petulu Kecamatan Ubud? 3. Adakah hubungan antara persepsi harga garam beriodium dengan perilaku konsumsi garam beriodium ditingkat rumah tangga desa Petulu Kecamatan Ubud? 4. Adakah hubungan antara persepsi kemudahan memperoleh garam beriodium dengan perilaku konsumsi garam beriodium ditingkat rumah tangga desa Petulu Kecamatan Ubud?
Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum Untuk menganalisis hubungan antara persepsi rasa garam beriodium, persepsi harga garam beriodium dan persepsi kemudahan memperoleh garam beriodium dengan perilaku konsumsi garam beriodium di tingkat rumah tangga Desa Petulu Kecamatan Ubud.
6
1.4.2 Tujuan Khusus 1.
Mengetahui gambaran konsumsi garam beriodium ditingkat rumah tangga Desa Petulu Kecamatan Ubud.
2.
Mengetahui hubungan antara persepsi rasa garam beriodium dengan perilaku konsumsi garam beriodium ditingkat rumah tangga Desa Petulu Kecamatan ubud.
3.
Mengetahui hubungan antara persepsi harga garam beriodium dengan perilaku konsumsi garam beriodium ditingkat rumah tangga Desa Petulu Kecamatan ubud.
4.
Mengetahui hubungan antara persepsi kemudahan memperoleh garam beriodium dengan perilaku konsumsi garam beriodium ditingkat rumah tangga Desa Petulu Kecamatan Ubud.
Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi ilimiah di bidang kesehatan masyarakat khususnya gizi kesehatan masyarakat mengenai persepsi masyarakat terhadap konsumsi garam beriodium di rumah tangga.
1.5.2 Manfaat Praktis 1.
Dapat digunakan sebagai sumber data ataupun pedoman bagi UPT Kesmas Ubud I dalam program cakupan konsumsi garam beriodium.
2.
Sebagai data evaluasi program cakupan konsumsi garam beriodium di tingkat rumah tangga UPT Kesmas Ubud I.
7
Ruang Lingkup Penelitian Lingkup penelitian ini adalah gizi kesehatan masyarakat, yaitu persepsi masyarakat tentang garam beriodium di Desa Petulu Kecamatan Ubud.
8