BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Menurut data Riskesdas (2013), prevalensi obesitas dewasa (>18 tahun) di Indonesia mencapai 19,7% untuk laki-laki dan 32,9% untuk perempuan. Obesitas memicu masalah sindroma metabolik. Sindroma metabolik merupakan sekumpulan faktor risiko penyakit jantung dan diabetes melitus tipe 2. Sindroma metabolik ditandai dengan resistensi insulin, peningkatan tekanan darah, dislipidemia, dan obesitas viseral (Liliany, 2013). Mayoritas penduduk Indonesia adalah muslim. Puasa merupakan kewajiban setiap muslim saat bulan Ramadhan. Puasa dilakukan sebelum fajar sampai terbenamnya matahari selama satu bulan penuh. Puasa Ramadhan berbeda dengan puasa yang dilakukan pada studi eksperimental. Puasa Ramadhan tidak hanya melarang makan dan minum, tetapi membatasi mata, telinga, mulut, dan seluruh tubuh untuk melakukan hal-hal negatif. Dibandingkan dengan puasa studi eksperimental, pembatasan saat puasa Ramadhan mempengaruhi perubahan fisiologi (Azizi, 2002). Selama Ramadhan terjadi perubahan gaya hidup. Perubahan gaya hidup ini salah satunya yaitu perubahan pola makan. Terjadi penurunan frekuensi makan utama menjadi dua kali yaitu saat sahur dan iftar (berbuka). Jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi berbeda. Pada beberapa daerah, jenis makanan saat puasa biasanya mengandung lemak, protein dan gula sederhana lebih tinggi dibandingkan makanan pada hari biasa (El
1
ati, 1995; Shalaei et al., 2013). Kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi tergantung dari kebiasaan masyarakat masing-masing (Roky et al., 2004). Belum ada penelitian di Indonesia yang mengkaji perubahan gaya hidup selama puasa. Satu-satunya penelitian yang pernah dilakukan yaitu mengkaji konsumsi pangan, status gizi dan aktifitas fisik terbatas pada mahasiswi yang berpuasa Ramadhan. Dalam penelitian tersebut disebutkan bahwa selama Ramadhan tidak terdapat perbedaan konsumsi energi, tetapi terjadi peningkatan konsumsi sayur, buah, dan susu (Riawanti, 2008). Penurunan
asupan
makanan
selama
Ramadhan
menyebabkan
penurunan berat badan. Setelah empat minggu melakukan puasa terjadi penurunan berat badan berkisar 0,5-6,0 kg dengan rata-rata 3,2 ± 1,7 kg (Khan et al., 2002). Norouzy et al. (2013) dan Trepanowsky dan Bloomer (2010) menyebutkan hal yang sama, puasa Ramadhan menyebabkan penurunan berat badan, indeks massa tubuh (IMT), dan persen lemak tubuh. Penelitian di Suriah menunjukkan asupan energi selama Ramadhan cenderung menurun sehingga mengakibatkan penurunan berat badan (Hallak, 1988). Perubahan asupan makanan yang terjadi pada puasa Ramadhan disebabkan oleh penurunan frekuensi makan. Dengan latar belakang Indonesia sebagai negara muslim terbesar di dunia dengan masalah obesitas yang tinggi, maka perlu dilakukan studi lebih lanjut apakah terjadi penurunan asupan makanan selama Ramadhan. Apabila memang terjadi penurunan asupan makanan, puasa Ramadhan menjadi salah satu solusi bagi individu dengan overweight dan obesitas untuk menurunkan berat badan (Khan et al., 2002).
2
Penurunan asupan makanan menyebabkan penurunan leptin. Hal tersebut dibuktikan dalam penelitian puasa jangka pendek. Dalam penelitian tersebut, puasa jangka pendek dilakukan selama 36 jam dan 60 jam. Puasa jangka pendek ini hanya diperbolehkan mengkonsumsi air putih. Puasa jangka pendek 36 jam dan 60 jam menyebabkan terjadinya penurunan leptin masing-masing mencapai 84% dan 88%. Selain itu, pembentukan mRNA dari gen ob menurun masing-masing mencapai 15% dan 21% (Kolaczynski et al., 1996). Sementara itu, pada puasa jangka panjang selama 5 minggu dan diet rendah energi plasma leptin mengalami penurunan mencapai 66%. Penurunan plasma leptin berhubungan dengan konsentrasi glukosa (Wisse et al., 1999). Kadar leptin dan ritme sirkadian leptin pada individu dengan obesitas berbeda dengan individu dengan berat badan normal. Pada individu dengan obesitas, kadar leptin lebih tinggi karena tingginya simpanan lemak pada jaringan adiposa. Pada individu dengan obesitas, perubahan ritme leptin tidak signifikan karena pada pagi hari plasma leptin sangat tinggi. Pada individu dengan berat badan normal, kadar leptin pada pagi hari tinggi kemudian turun setelah sarapan dan kembali meningkat pada sore hari (Radi et al., 2003) Leptin merupakan produk gen ob atau protein ob yang berperan dalam keseimbangan energi (Zhang et al., 1994). Cara kerja leptin dengan menekan produksi neuropeptida Y (NPY) pada hipotalamus. NPY berperan dalam menstimulasi asupan makanan, menurunkan termogenesis, dan meningkatkan hormon insulin dan kortikosteroid. Ketika NPY ditekan oleh leptin terjadi penurunan asupan energi, peningkatan aliran saraf simpatik,
3
peningkatan penggunaan energi, dan perubahan milieu dari metabolik perifer (Caro et al., 1996; Schwartz ,1997). Beberapa studi telah membuktikan, leptin tidak hanya berperan dalam homeostasis energi tetapi juga berperan dalam sistem kardiovaskuler. Leptin meningkatkan aktivitas saraf
simpatetik. Peningkatan aktivitas saraf
simpatetik menyebabkan peningkatan tekanan arteri dan denyut jantung yang berakibat pada peningkatan tekanan darah. Oleh karena itu, leptin dikaitkan dengan hipertensi terkait obesitas. Hal tersebut disebabkan pada orang obese cenderung memiliki tekanan darah tinggi sebagai akibat kadar leptin yang tinggi (Rahmouni et al., 2002). Perubahan pola makan yang unik selama puasa diduga mempengaruhi plasma leptin. Di Indonesia belum ada penelitian yang spesifik mengkaji pola makan selama puasa. Pola makan dan aktivitas fisik telah diteliti sebelumnya tetapi sampelnya masih terbatas pada mahasiswi dan tidak mengkaitkan dengan leptin. Mengingat pentingnya peran leptin terhadap sistem kardiovaskuler terutama hipertensi terkait obesitas, perlu dilakukan penelitian tentang hubungan perubahan asupan makanan selama Ramadhan dengan kadar leptin. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu Apakah terdapat hubungan perubahan asupan makanan selama puasa Ramadhan dengan kadar leptin pada individu dengan overweight dan obesitas di Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada?
4
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Meneliti hubungan perubahan asupan makanan selama puasa dengan kadar leptin pada individu dengan overweight dan obesitas 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui perubahan asupan makanan, perubahan indeks massa tubuh, perubahan kadar leptin pada individu dengan overweight dan obesitas saat puasa Ramadhan b. Menganalisis hubungan antara asupan makanan dengan IMT, IMT dengan kadar leptin, dan asupan makanan dengan kadar leptin selama Ramadhan pada individu overweight dan obesitas di Fakultas Kedokteran. D. Manfaat Penelitian 1. Untuk peneliti Menambah
pengetahuan
dan
meningkatkan
keterampilan
dalam
melakukan penelitian di lapangan dan analisis di laboratorium. 2. Untuk subjek penelitian Mengetahui status gizi dan jumlah asupan makanan per hari sehingga bisa dijadikan dasar untuk mengatur pola makan yang lebih baik. 3. Untuk masyarakat a. Memberi informasi mengenai hubungan asupan makanan pada saat puasa Ramadhan dengan kadar leptin b. Meningkatkan informasi tentang manfaat puasa Ramadhan untuk individu overweight dan obesitas
5
4. Untuk peneliti lain Hasil penelitian dapat menjadi sumber informasi untuk penelitian selanjutnya.
6
E. Keaslian Penelitian Belum adanya peneliti yang melakukan penelitian di Indonesia yang mengkaji hubungan asupan makanan selama Ramadhan pada individu overweight dan obesitas menjadi keaslian penelitian ini. Setelah dilakukan pencarian di Pubmed dengan kata kunci Ramadan, leptin, dan energy intake penelitian yang paling mirip adalah No 1.
Penulis Alzoghaibi et al.
Judul Tahun Diurnal 2014 Intermittent Fasting during Ramadhan: The Effects on Leptin and Ghrelin Levels
2.
Kassab et Interactions 2004 al. between leptin, neuropeptide -Y and insulin with chronic diurnal fasting during Ramadhan
Persamaan Perbedaan Meneliti Frekuensi pengambilan data 3 pengaruh puasa kali terhadap kadar Waktu pengambilan data leptin 22:00, 02:00, 04:00, 06:00, 11:00 Subjek penelitan pada orang dewasa normal. Penelitian berfokus pada ritme sirkadian leptin dan pola tidur. Meneliti pengaruh puasa terhadap kadar leptin
Frekuensi pengambilan data 4 kali Subjek penelitan pada orang dewasa normal Penelitian berfokus pada interaksi antar hormon yang mengatur keseimbangan energi pada orang yang berpuasa.
Hasil Rata-rata konsentrasi dan ritme sirkadian leptin tidak berbeda signifikan. Selama Ramadhan terjadi penurunan plasma leptin pada jam 22:00. Perubahan plasma leptin pada malam hari dikarenakan perubahan jam makan saat puasa. Selama Ramadhan, serum leptin meningkat 41% dan neuropeptida-Y menurun 30,4%. Peningkatan serum leptin dan insulin disebabkan oleh keseimbangan energi positif karena peningkatan asupan makanan pada saat puasa.
7
No 3.
Penulis Khoshdel et al.
Judul Tahun The effect of 2014 Ramadhan fasting on serum leptin, neuropeptide Y and insulin in pregnant women
Persamaan Perbedaan Hasil Meneliti Frekuensi pengambilan data 5 Peningkatan serum leptin pengaruh puasa disebabkan oleh peningkatan kali terhadap kadar Subjek penelitan pada wanita asupan makanan pada leptin malam hari. Peningkatan hamil Peneliti ingin mengetahui serum leptin juga berkorelasi pengaruh puasa Ramadhan positif dengan IMT pada terhadap kadar serum leptin, minggu kedua dan keempat neuropeptida-Y, dan insulin Ramadhan. pada wanita hamil. Setelah dilakukan pencarian di mesin pencari google dengan kata kunci Ramadhan, leptin, Ramadan fasting, dan energy
intake maka didapatkan dua jurnal yang paling mirip yaitu No 1.
Penulis Judul Tahun Mesci et Effect of 2012 al. intended fasting on Serum Leptin, Adiponectin and Ghrelin levels
Persamaan Perbedaan Meneliti Frekuensi pengambilan data 2 pengaruh puasa kali terhadap kadar Subjek penelitan pada orang leptin dewasa normal Penelitian berfokus pada apakah ada perbedaan antara puasa Ramadhan dan puasa biasa terhadap kadar leptin, adiponektin dan ghrelin.
Hasil Tidak terjadi perubahan pada hormon leptin. Terjadi penurunan hormon ghrelin dan adiponektin. Tidak dijelaskan mengapa leptin tidak signifikan berubah.
8
No 2.
Penulis Judul Tahun Kassab et Changes in 2000 al. Serum Leptin Concentratio ns During Ramadhan Fasting in Lean and Obese Individuals
Persamaan Perbedaan Meneliti Frekuensi pengambilan data 3 pengaruh puasa kali terhadap kadar Subjek penelitan pada orang leptin dewasa normal dan obese Penelitian berfokus untuk membandingkan perubahan leptin yang terjadi pada individu normal dan individu yang obese selama puasa Ramadhan.
Hasil Terjadi peningkatan kadar leptin pada individu normal dan individu yang obese. Perubahan kadar leptin tidak berkorelasi dengan perubahan indeks massa tubuh melainkan berkorelasi dengan peningkatan asupan makanan yang menyebabkan terjadinya keseimbangan energi positif.
9