BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi suatu negara berubah, tentunya kehidupan masyarakat juga akan berubah sesuai dengan pemenuhan kebutuhan rumah tangga dalam bangsa dan Negara tersebut. Untuk mengimbangi fenomena roda perekonomiansaat ini diperlukan kontribusi dari para wirausaha, sehingga penelitian mengenai minat wirausaha telah berkembang, berbagai variabel dapat dijadikan untuk memprediksi niat berwirausaha.Begitupun metodologi yang digunakan agar dapat mempelajari wirausahawan telah berubah sepanjang beberapa tahun.kewirausahaan merupakan kunci untuk sejumlah sosial yang dinginkan. Seperti pengangguran yang lebih rendah, stabilisasi ekonomi, peningkatan lapangan pekerjaan, modernisasi teknologi dan pertumbuhan eokonomi. Upaya pemerintah untuk mengembangkan kewirausahaan dan meningkatkan kuantitas wirausahawan di Timor Leste dianggap pilihan tepat mengingat fakta yang sangat memprihatinkan mengenai tingginya jumlah pengangguran di Timor-Leste. Data terakhir yang dipublikasikan oleh Directorat Nasional Statistik menyebutkan bahwa angkatan kerja pada bulan Desember tahun 2013 mencapai 360.453orang, dengan pengangguran terbuka 23.436.3atau dengan persentasenya sebesar 11.0% sedangkan tingkat pengangguran terbuka berdasarkan pendidikan adalah sebagaimana
1
2
dijelaskan
dalam
Tabel
1.1
(publikasi
melalui
www.statistics.gov.tl
dan
[email protected]ção Geral de Estatística, Timor Leste 2014). Tabel 1.1 KondisiPengangguran Berdasarkan Tingkat Pendidikan Timor-Leste Tahun 2013 Pendidikan yang ditamatkan
Tingkat Pengangguran (%)
TK
1.1 12.9 12.3
SD SMP SMA Sekolah kejuruan Kursus Professional
15.2 29.7 3.0
Diploma 1.1 Universitas 4.7 None 5.2 Total 11.0 Sumber : Statistik Nasional, Kementerian Keuangan, 2014
Berdasarkan data tersebut diatas, pengangguran terdidik Sekolah Kejuruan 29,7%. Angka yang begitu besar dan memunculkan keprihatinan yang begitu besar bagi kita sebagai generasi penerus bangsa mengingat mereka yang menganggur adalah mereka yang terdidik dan memiliki pendidikan yang relatif menengah. Peringkat kedua ditempati oleh lulusan Sekolah Menengah Atas 15,2%, kemudian diikuti oleh mereka yang lulusan Sekolah Dasar 12,9%, Sekolah Menengah Pertama 12,5%, lulusan Diploma adalah sebesar 1,1% dan universitas sebesar 4,7. Jika
3
dijumlahkan pengangguran terdidik (lulusan diploma dan universitas) adalah sebesar 5,8%, None 5%, Kursus Profesional 3%, dan TK 1,1%. Mereka penganggur terdidik menimbulkan keprihatinan yang teramat dalam bagi penulis secara pribadi dan masyarakat pada umumnya.Melihat angka tersebut.Maka wajar saja jika kemudian pendidikan di Timor Leste pada umumnya dipertanyakan. Apakah sudah tepat pendidikan dikatakan sebagai sebuah investasi jika kita konfrontasikan dengan fakta getir pengangguran terdidik kita dan sisi lain pendidikan tidak bisa dijadikan kambing hitam, satu-satunya institusi yang disalahkan atas problem kebangsaan ini karena tentu saja kita maklum bersama, bahwa banyak parameter lainnya yang memiliki kontribusi dalam keberhasilan sebuah bangsa. Namun setidaknya menyadarkan kita tentang pentingnya membangun sebuah pendidikan yang memberikan jaminan bagi seluruh masyarakat Timor-Leste untuk menjadi masyarakat sejahtera. Karena walaupun menjadi satu diantara berbagai parameter keberhasilan sebuah bangsa, pendidikan atau institusi pendidikan dan institusi lain yang masih berkaitan peranannya seharusnya bertanggung jawab atas problema kebangsaan ini. Selain pendidikan, data pengangguran pada umumnya memberikan gambaran sekaligus membuktikan pada kita akan terbatasnya lapangan pekerjaan. Sehingga pemerintah sebagai stake holders segera membuat aksi untuk memecahkan problem ini.Sehingga masyarakat Timor-Leste mayoritas mendapatkan pendidikan yang seharusnya dan peluang untuk berwirausaha dan juga pendidikan kita memiliki
4
orientasi membentuk sumber daya manusia pencari kerja bukan pencipta kerja.Kemudian masyarakat cenderung memilih pekerjaan sebagai pegawai swasta atau pegawai negeri. Secara tidak langsung,pendidikan formal maupun non formal masih belum berorientasi pada kewirausahaan.Hal ini sangat dimungkinkan karena wirausaha belum menjadi alternatif pilihan negara dalam memecahkan krisis multidimensional yang melanda. Masyarakat di Timor Leste cenderung lebih percaya diri bekerja pada orang lain daripada memulai usaha, selain itu juga kecenderungan untuk menhindari resiko gagal dan penhasilan yang tidak tetap.Di pihak lain upaya pemerintah senantiasa digalakkan untuk mendorong penciptaan wirausahawan.
Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dalam negeri masyarakat menyiapkan sikap atau mentalitas yang tangguh melalui ketertarikan dengan peluang usaha, Pandangan positif,
kegagalan usaha, dan suka menghadapi resiko serta
didukung oleh keyakinan individu untuk mematuhi arahan atau anjuran untuk turut dalam aktivitas berwirausaha yang mengacu pada keyakinan peran keluarga dalam memulai usaha, keyakinan dukungan dalam usaha dari orang yang dianggap penting dan keyakinan dukungan teman dalam usaha. Seseorang wirausaha harus didukung dengan kontrol keperilakuan dimana kondisi individu percaya bahwa suatu perilaku mudah atau sulit untuk dilakukan harus diacuh dengan Kepercayaan diri akan kemampuan mengelola wirausaha, memilih jalur wirausaha daripada bekerja pada orang lain, dan kepemimpinan sumber daya manusia handal.
5
Perguruan tinggi peran penting membantu pemerintah dalam meningkatkan niat generasi muda agar menjadi wirausaha.Niat untuk berwirausaha juga ingin dikembangkan
dikalangan
mahasiswa
Fakultas
Ekonomi
Universidade
da
Paz.Untukitu maka penelitian ini dilakukan atas dasar theory of planned behavior. Theory of planned behavior (Ajzen, 1991) merupakan perluasan dari theory of reasoned action (Ajzen dan Fishbein, 1980). Keduanya menempatkan niat seseorang untuk melakukan perilaku tertentu (intention to perform a given behavior) sebagai fokus sentral dan menunjukkan bahwa niat tersebut akan menjadi prediktor bagi perilaku nyata (actual behavior). Keduanya juga menyatakan bahwa niat seseorang terhadap perilaku tertentu ditentukan oleh sikapnya terhadap perilaku tersebut dan norma subyektif yang dipegangnya. Theory of Reasoned Action telah secara luas digunakan untuk menjelaskan niat seseorang untuk berperilaku. Aplikasi teori ini kebanyakan digunakan untuk menjelaskan niat konsumen untuk membeli atau mengkonsumsi produk yang berorientasi bisnis, namun tidak sedikit juga digunakan untuk memprediksi niat seseorang untuk melakukan perilaku sosial atau bahkan perilaku politik. Studi Cheah dan Phau (2011) menggunakan teori ini untuk menggambarkan sikap konsumen terhadap penggunaan produk-produk ramah lingkungan yang dihubungkan dengan tingkat kemelekan konsumen (ecoliteracy), pengaruh antar pribadi (interpersonal), dan orientasi nilai (value orientation).
6
Dalam perkembangannya kemudian Ajzen (1991) menambahkan satu variabel lain ke dalam Theory of Reasoned Action untuk menjelaskan niat seseorang berperilaku yaitu variabel perceived behavioral control. Variabel ini menunjukkan peluang dan sumber daya yang tersedia atau dimiliki oleh seseorang sehingga memungkinkan dirinya untuk mewujudkan perilaku tersebut. Dengan kata lain, variabel ini menunjukkan seberapa mudah atau seberapa sulit seseorang akan mampu mewujudkan perilaku tertentu. Theory of planned behavior merupakan sebuah kerangka kerja yang sangat berguna untuk memahami bagaimana sikap, norma subyektif, dan perceived behavioral control sebaiknya dikombinasi untuk menentukan niat maupun perilaku itu sendiri. Ditambahkannya variabel laten atau konstruk perceived behavioral control telah membuat teori ini mampu mengatasi keterbatasan yang terdapat dalam theory of reasoned action. Meskipun theory of planned behavior merupakan salah satu dari beberapateori atau model sikap perilaku dan memiliki beberapa keterbatasan, namun teori ini telah terbukti sangat berguna sebagai kerangka kerja yang dapat diterapkan (Bansal dan Taylor, 2002). 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka masalah penelitian akan dirumuskan dalam rumusan masalah sebagai berikut:
7
1. Bagaimanakah pengaruh sikap dalam membangkitkan niat mahasiswa Fakultas Ekonomi Unpaz untuk berwirausaha ? 2. Bagaimanakah pengaruh norma subyektif dalam membangkitkan niat mahasiswa Fakultas Ekonomi Unpaz untuk berwirausaha ? 3. Bagaimanakah pengaruh persepsi kontrol keperilakuandalam membangkitkan niat mahasiswa Fakultas Ekonomi Unpaz untuk berwirausaha ?
1.3 Tujuan Penelitian Dalam penelitian ini secara umum peneliti ingin menguji teori perilaku terencana yang digagas oleh Ajzen (1991) yang kemudian dikembangkan oleh Linan dan Chen (2009) sebagai model minat berwirausaha (Entrepreneurial Intention Model). Tujuan khusus dari penelitian ini yaitu: 1. Untuk menjelaskan pengaruhsikap dalam membangkitkan niat mahasiswa berwirausaha. 2. Untuk menjelasakan pengaruh norma subyektif dalam membangkitkan niat mahasiswa berwirausaha. 3. Untuk
menjelaskan
pengaruh
persepsi
membangkitkan niat mahasiswa berwirausaha.
kontrol
keperilakuan
dalam
8
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1
ManfaatTeoritis 1) Penelitian ini bermanfaat dalam memberikan informasi dan rekomendasi bagi pemerintah tentang sikap, norma subyektif dan kontrol perilaku dalam membangkitkan niat berwirausaha, sehinga pemerintah selaku pemegang
kebijakan
dalam
memformulasikan
kebijakan
dalam
mendorong penciptaan wirausahawan dan juga bagi akademisi yang bergelut dalam pengembangan kewirausahaan sebagai bahan rujukan yang memadai. 2) Penelitian ini dapat membantu para akademisi lainnya yang akan melakukan penegembangan penelitian lebih lanjut mengenai tentang sikap, norma subyektif dan kontrol perilaku dalam membangkitkan niat berwirausaha, 1.4.2
Manfaat Praktisi 1) Hasil penelitian ini nantinya akan bermanfaat bagi pihak manajemen Fakultas Ekonomi Unpaz. 2) Teridentifikasinya variabel-variabel yang berkontribusi pada minat berwirausaha dapat mengarahkan mahasiswa fakultas ekonomi tersebut pada aktivitas yang spesifik terkait dengan variabel-variabel yang berperan signifikan tersebut.Tentunya didukung dengan terbentuknya mentalitas yang mampu mendorong kearah pembentukan wirausahawan yang memiliki minat berwirausaha yang tinggi.