1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perfilman indonesia memiliki sejarah yang panjang dan sempat menjadi raja di negeri sendiri pada tahun 1980-an ketika film indonesia merajai bioskop-bioskop lokal. Film-film yang terkenal itu antara lain, Catatan Si Boy, Blok M dan masih banyak film lainnya. Dan saat ini dapat dikatakan bahwa dunia perfilman indonesia tengah menggeliat bangun, masyarakat indonesia mulai menganggap film indonesia sebagai sebuah altrenatif film disamping film-film Hollywood. Walaupun variasi genre filmnya masih sangat terbatas, tetapi arah menuju kesana terlihat. 1 Industri perfilman yang ada di Indonesia, dikategorikan sebagai industri kreatif dalam negeri. Apalagi di kota besar seperti Jakarta ini film sudah menjadi kebutuhan animo masyarakat, baik film yang bergenre Action, Drama, Komedy, Action Komedi, dan masih banyak lainnya, seakan telah melekat dihati para penikmat film maka banyak film yang dibuat untuk ditayangkan di Bioskop-bioskop, hal ini dikarenakan agar sebuah karya yang dibuat dapat ditonton pertama kali oleh khalayak penikmat film. Kita terlalu sering menonton sebuah film di layar televisi yang bergenre sinetron, apalagi sinetron stripping yang tayang setiap hari untuk menghibur para pemirsa 1
www.wikipedia.org/sejarah-perfilman-indonesia tanggal 13 April 2011
2
dengan jalan cerita yang sengaja dibuat berbelit-belit dan panjang. Lain halnya dengan film yang ada atau dibuat untuk tayang dibioskop-bioskop, film yang berdurasi 2 hingga 4 jam mampu menciptakan jalan cerita yang bagus sehingga penonton dibuat puas dengan hasil karya sebuah film, meskipun setelah tayangan perdana sebuah judul film sering berlanjut untuk sebuah judul yang sama dengan jalan cerita yang berbeda, hal ini dibuat karena mungkin film yang diputar pertama mempunyai respon yang bagus dimata khalayak. Indonesia sendiri setiap tahunnya produksi film nasional meningkat, hanya pada tahun 2001 mengalami penurunan yang drastis hanya ada empat film nasional, hingga bangkit pada tahun 2009 sampai sekarang yang mencapai angka 80 sampai 100 film pertahunnya 2 . Persaingan dari pihak perusahaan pembuat film yang terus berlomba untuk membuat sebuah kreatifitas, baik dari segi pemilihan judul, jalan cerita hingga pemilihan para pemain yang berkualitas untuk bisa tampil difilm tersebut. Akan tetapi yang menjadi pertimbangan dari sebuah film adalah pengkategorian, apakah film itu dibuat untuk Anak-anak, Bimbingan Orang Tua, Dewasa, dan Semua Umur. Industri perfilman yang terus bergejolak membuat para pemilik bioskop meraih laba yang tidak sedikit, apalagi jika film yang ditayangkan memang sudah ditunggutunggu oleh penikmat film. Keuntungan yang besar juga didapat oleh pihak perusahaan yang membuat film. Tanpa mengetahui bahwa film yang dibuat dan 2
http://rairahmanindra.wordpress.com/2011/02/28/apa-jadinya-film-asing-tanpa-bioskop-sebuah-sekuel/ tanggal 16 maret 2011
3
ditayangkan kadang mengandung sebuah unsur negatif, baik dari segi akting, jalan cerita, adegan kekerasan non verbal sampai kekerasan verbal yang tanpa disadari sering terucap oleh pemain dalam film tersebut. Film merupakan media komunikasi elektronik, dan ada juga yang secara mekannik. Film yang dijadikan komunikasi massa adalah film bioskop. 3 Film yang akan dibahas pada penelitian ini adalah sebuah film lokal atau film Indonesia yang sudah tayang dibioskop pada tahun 2009. Film yang diberi judul “Perjaka Terakhir”. Film Perjaka Terakhir yang bergenre Action Komedi dan dikategorikan untuk Dewasa
ini menceritakan tentang sebuah perjalanan hidup
Ramya (yang diperankan oleh Aming) seorang cowok gemulai yang berprofesi sebagai instuktur penari salsa, dan hidup Ramya menjadi berubah drastis pada saat dia bertemu Sigi (diperankan oleh Fahrani) cewek tomboy yang berprofesi sebagai dept kolektor. Kehidupan sigi yang keras menjadikan sigi selalu dikejar oleh sekelompok Genk penjahat, saat sigi terdesak ia ditolong oleh Ramya yang sebenarnya tidak tahu apa-apa, disamping itu ibunya Sigi memaksa dia untuk segera menikah karena ibunya menganggap bahwa Sigi sudah cukup umur, alhasil Ramya pun menjadi sasaran untuk dijadikan suami oleh Sigi. Alhasil Ramya dan Sigi pun menikah, tetapi Ramya yang gemulai ingin membuktikan kepada semua orang kalau dirinya bukanlah seorang yang memiliki 3
Elvinaro Ardianto dan Lukiati K.Erdinaya, komunikasi Masa suatu pengantar, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2004, hal 3
4
kelainan seksual seperti yang disebutkan oleh banyak orang ketika melihat dia. Sigi yang sebenarnya mencintai seseorang yang ia tunggu selama Sigi masih dalam bangku sekolah. Pria yang sebenarnya dia tunggu-tunggu itu adalah Ramya lelaki yang sudah dinikahinya. Ramya baru mengetahui kalau Sigi itu merupakan pimpinan sebuah Genk Rentenir bernama “Black Rose” anggota genk yang sering melakukan kekerasan jika menagih hutang kepada orang-orang yang dihutanginya. Sebenarnya Ramya tidak ingin Sigi menjadi orang yang jahat dan berhenti untuk menjadi kepala genk Black Rose. Ramya pun mengikuti Sigi untuk membantu genk Black Rose untuk tidak menggunakan kekerasan dalam setiap menagih hutang. Semula Sigi yang menggunakan kekerasan dalam setiap aksinya menagih hutang ke penghutang, lama kelamaan Sigi pun merasa iba karena tidak tega melihat penderitaan orang-orang kecil di aniaya menggunakan kekerasan lagi. Dan sigi pun tidak menggunakan kekerasan dalam setiap menagih hutang walaupun hal ini dianggap tidak sejalan dengan prinsip genk di luar Black Rose. Hingga pada akhirnya mantan pimpinan genk Black Rose Toro mengkhianati Sigi dalam merebut kekuasaan wilayah. Toro ingin menyingkirkan Sigi karena sigi dianggap gagal dalam menggantikan tugasnya sebagai pimpinan genk Black Rose menggantikan Toro dengan cara mengadu domba antara genk Black Rose dengan genk musuhnya genk Pirates.
5
Dari tayangan film Perjaka Terakhir pula banyak ditemukan kekerasan Verbal yang sering terucap oleh para pemain dalam film tersebut. Kekerasan Verbal adalah bentuk lain dari kekerasan yang sering juga terjadi dalam hubungan. Situasi-situasi kekerasan verbal seringkali lebih dikenali dan dianggap sebagai permasalahan 'biasa' dalam hubungan. Pelaku kekerasan biasanya tidak menyadari kecenderungan sikap mereka dan justru menyalahkan pasangannya sebagai penyebab mengapa dia bersikap seperti itu. Korban kekerasan verbal sering berpikir bahwa perlakuan yang ia terima disebabkan oleh sesuatu pada dirinya atau yang ia lakukan yang mengakibatkan pasangannya menjadi marah, kasar, menjauh, kehilangan kepercayaan dsb. Para pemain dalam film Perjaka Terakhir sering menyebutkan kata-kata yang sebenarnya tidak pantas diucapkan karena kekerasan verbal yang diucap oleh pemain dalam film ini ditampilkan oleh media massa. Apalagi tayang di Bioskop yang dimana banyak penikmat film ingin menonton dan tidak jarang ingin mendapatkan antrian pertama, entah sebagai kebutuhan informasi atau juga sebagai suatu hiburan dari kejenuhan aktifitas kehidupan manusia. Program film yang berjudul Perjaka Teakhir memang film yang bergenre action komedi, banyak adegan lucu yang dibuat oleh sebagian pemain yang membuat penonton tertawa terbahak-bahak dan durasi dalam film ini tidak sampai dua jam. Sebuah analisa menyatakan bahwa sensasi menonton di bioskop bersifat permanen, sebab menonton film ditelevisi dengan di bioskop akan sangat berbeda sensasinya. 4
4
http://www.dkj.or.id/articles/film/apa-kabar-bioskop-indonesia tanggal 16 maret 2011
6
Kekerasan verbal yang terucap dalam film Perjaka Terakhir ini tidak di sensor dengan efek suara pada penyuntingan gambar, terdengar jelas dan kadang berteriak dengan kata-kata kasar yang pada tujuan utamanya adalah menjatuhkan orang lain. Meskipun ini adalah program film yang bergenre action komedi, kekerasan verbal yang sering terucap oleh para pemain dibuat untuk menambah kejenakaan karakter pemain. Sebenarnya film perjaka terakhir sendiri memiliki pesan moral yangbagus dimana dalam film ini mengajarkan untuk tidak menggunakan kekerasan dalam setiap memecahkan masalah, karena dari jalan cerita yang dibuat yaitu menceritakan tentang sosok Sigi yang sadar untuk tidak menggunakan kekerasan lagi dalam setiap beraksi menagih hutang kepada orang bawah, suatu kesadaran yang mungkin sangat jarang sekali di temukan dalam kehidupan nyata. Alasan inilah yang menjadikan penulis tertarik untuk meneliti film Perjaka Terakhir ini. Seringkali komentar-komentar yang kental akan kekerasan verbal diatasnamakan humor dan disampaikan dengan sangat cantik. Tetapi pada intinya komentarkomentar
itu
ditujukan
untuk
menyerang
dan
menjatuhkan
pertahanan
seseorang.khalayak yang menonton acara yang berkonteks komedi akan tertawa terpingkal-pingkal
dengan
kelucuan
yang
dibawakan
oleh
pemain
acara
tersebut.tetapi kebanyakan dari mereka yang menonton menjadi tidak sadar akan pesan kekerasan verbal apa yang telah diucapkan oleh oleh para pemain. Tentunya dari pesan kekerasan verbal yang telah diucapkan akan membawa suatu dampak bagi khlayak yang menonton. Karena suatu pesan yang telah diucapkan akan sangat
7
mudah di interpretasikan oleh khalayak yang mendengar sehingga menimbulkan suatu respon dan kemudian menjadi suatu encorder atas apa yang telah di interpretasikan oleh otak mereka. 5 Dalam pengamatan yang akan diteliti adalah program film Perjaka Terakhir yang dirilis pada tahun 2009 di teater bioskop. Ini merupakan sebuah film yang bergenre action komedi yang memberikan nuansa drama, kehebatan akting para pemain dan juga unsur komedi didalamnya sebagai hiburan bagi para penikmat film Dalam frame yang ditayangkan film ini tidak jarang pemain yang tampil mengucapkan kata-kata yang menjadi kekerasan verbal untuk tujuan membuat lucu atau menghibur penonton yang sebenarnya membawa dampak signifikan bagi khalayak yang menontonnya. Pengucapan kekerasan verbal yang diucap sering kali menyamakan seseorang dengan sesuatu, seperti menyamakan orang dengan hewan, hal seksualitas dan lain sebagainya. Serta tidak sedikit kekerasan verbal yang terucap oleh pemain dalam film ini yang bersifat menjatuhkan khalayak penonton yang mudah terpengaruh, terutama adalah anak-anak yang apabila menonton film Perjaka Terakhir, hal ini dikarenakan bahwa anak-anak selalu mencontohkan atas apa yang mereka ketahui. Apalagi dari media massa mekanik dan elektronik yang membawa dampak besar kepada khalayak penonton.
5
Severin j. Werner-Tnakard,jr james W.Teori komunikasi.sejarah,metode,dan terapan didalam media massa.edisi kelima.kencana prenada media group:Jakarta hal 314
8
Sejumlah hipotesis lain telah diajukan sehubungan dengan kemungkinan dampak tayangan kekerasan di media massa yang diputar secara mekanik maupun elektronik pada perilaku manusia. Salah satu hipotesis
kataris (catharis hypotesis) yang
menyatakan bahwa menyaksikan tayangan kekerasan dimedia massa secara mekanik, non elektronik atau elektronik menyebabkan pengurangan dorongan agresif melalui ekspresi perilaku bermusuhan yang dialami orang lain. Beberapa hipotesis rangsangan (stimulation hypotesis) memprediksikan bahwa menyaksikan tayangan kekerasan menyebabkan peningkatan dalam perilaku agresif yang sesungguhnya. Salah satu hipotesis ini adalah hipotesis menirukan dan mencontoh (imitation modeling hypotesis) yang menyatakan bahwa orang mempelajari perilaku agrresif dari televisi dan kemudian memproduksi perilaku itu. Sebuah hipotesis yang berbeda adalah hipotesis kehilangan kendali diri (dishibution hypotesis) yang menyatakan bahwa media massa mekanik atau elektronik menurunkan rasa segan orang untuk berperilaku agreseif terhadap orang lain. Apabila hipotesis ini benar, maka tayangan kekerasan di media massa baik kekerasan non verbal dan verbal mungkin mengajarkan norma umum bahwa kekerasan adalah cara yang dapat diterima untuk berhubungan dengan orang lain. 6
Dampak dari semua tayangan yang telah ditampilkan oleh media massa elektronik merupakan keterbukaan ke pesan-pesan yang sama menghasilkan apa yang oleh para peneliti ini disebut Kultivasi. 6
Ibid. hal 339
9
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka peneliti merumuskan masalah penelitian, yaitu :
“Bagaimana kecenderungan kekerasan Verbal dalam program film Perjaka Terakhir ?”
1.3 Tujuan Penelitian
Dari rumusah masalah diatas, maka peneliti ini bertujuan untuk :
“Penelitian ini bertujuan Ingin mengetahui kecenderungan kekerasan Verbal dalam program film Perjaka Terakhir”
1.4 Manfaat Penelitian
Melalui penelitian yang akan dilakukan, peneliti berharap hasil dari penelitian ini akan mendatangkan manfaat positif, baik secara akademis maupun praktis.
1.4.1
Secara Akademis
1.Penelitian yang membahas tentang kekerasan verbal diharapkan dapat dapat menjadi suatu kajian yang bermanfaat di bidang ilmu komunikasi agar kedepannya dapat menjadi suatu perubahan ke arah yang lebih baik.
10
1.4.2 Secara Praktis
1. Diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan, informasi, serta pertimbangan bagi insan perfilman khususnya pada pihak yang memproduksi program film Perjaka Terakhir agar kedepan dapat memberikan sajian pesan dan film yang lebih baik lagi, bermanfaat, dan dapat menghibur masyarakat.
2.
Memberikan suatu informasi pada setiap khalayak penonton tentang
kekerasan verbal yang terucap dalam dialog film Perjaka Terakhir agar tidak di praktekan dalam kehidupan sehari-hari.