BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber daya strategis yang sangat penting bagi makhluk hidup dan bagi negara di seluruh dunia. Ketersediaan sumber daya air yang baik dan mencukupi akan menunjang pertumbuhan dan kesejahteraan sebuah negara, karena air berperan besar dalam berbagai aspek kehidupan. Air berperan penting dalam menjaga keberlangsungan hidup dan menunjang pertumbuhan ekonomi, militer serta pertahanan negara.1 Hal ini membuat ketersediaan sumber air (suplai air) seringkali menjadi agenda kebijakan negara serta menjadi kepentingan nasional bahkan dihubungkan dengan isu keamanan nasional suatu negara. Terdapat beberapa negara di dunia yang menjadikan isu air sebagai agenda keamanan, misalnya negara Yaman yang dilanda krisis air yang menimbulkan ancaman serius terhadap berbagai sektor dan keamanan negara Yaman sendiri. Kondisi ini membuat Yaman sadar akan ancaman serius yang diakibatkan oleh krisis air dan berupaya untuk menjadikan isu air sebagai sebuah agenda keamanan.2 Selain itu, negara Cina,3 Spanyol, Mesir dan Sudan juga mengalami
1
Diane Segal, “Singapore’s Water Trade with Malaysia and Alternative” (Harvard University, 2004), 7. 2 Susanne Hartmann, “Yemen’s Water Scarcity as a Threath to National Security,” 6 April 2014, http://www.e-ir.info/2014/04/06/yemens-water-scarcity-as-a-threat-to-national-security/ (diakses pada tanggal 2 Desember 2016). 3 Yunnan Chen, “The Securitization of Non-Traditional Threats: Water Security In China,” 23 Juni 2012, http://www.e-ir.info/2012/06/23/the-securitization-of-non-traditional-threats-watersecurity-in-china/ (diakses pada tanggal 2 Desember 2016).
krisis air dan menjadikan krisis air sebagai agenda keamanan karena kekhawatiran akan dampak yang ditimbulkan terhadap keamanan negara.4 Munculnya agenda krisis sumber air menjadi agenda keamanan dalam sebuah negara dipengaruhi oleh kondisi negara yang minim akan sumber air, selain itu agenda ini juga muncul karena terjadinya lonjakan pertumbuhan populasi yang tidak terbendung serta keadaan geografis dan iklim sebuah negara yang mempengaruhi besar kecilnya ketersediaan dan konsumsi air sebuah negara. Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran dan ancaman yang serius terhadap eksistensi
sebuah
negara,
karena
air
memiliki
peran
penting
dalam
keberlangsungan dan perkembangan sebuah negara. Kondisi yang sama juga dialami oleh negara Singapura, di mana negara Singapura bahkan tidak memiliki sumber air tanah yang memadai untuk memenuhi kebutuhan airnya. Singapura merupakan sebuah negara dengan luas wilayah kurang lebih 718,3 km2 dan jumlah populasi sebanyak 5.469,7 jiwa, yang terkenal sebagai salah satu negara di kawasan Asia Tenggara atau bahkan di dunia yang memiliki keunggulan di bidang industri, bisnis, dan servis keuangan yang maju. 5 Singapura juga dikenal sebagai global city-state6 yang mampu mengungguli negara-negara tetangganya, terbukti dengan pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat dari 4
“Conflicts about Water: Securitizations In a Global Context,” Vol. 46, No. 4, 441-459, Desember 2011. 5 Department of Statistics Singapore, Singapore In Figures, 2015, 1. 6 Menurut Prof. Susan Fainstein, seorang Senior Research Fellow di Harvard Graduate School of Design, global city-state memiliki karakterisitik sebagai sebuah negara yang kompetitif. Di samping itu juga dikenal sebagai negara di mana keuangan dan layanan produsen yang maju (advanced producers) bekerja beriringan, misalnya lembaga keuangan dan hukum yang menonjol karena dampaknya pada bagian lain dari dunia. Global city juga mempengaruhi budaya produsen, misalnya seperti di London, Mumbai, Hollywood, yang terkenal dengan pasar dan ekonomi pariwisata yang besar, sehingga mendorong lebih banyak pembeli ke aspek budaya seperti seni dan mode (fashion). Selain itu, global city juga memiliki karakteristik keberagaman, baik dari segi orang-orangnya maupun ide. (Centre for Liveable Cities Lecture Series, Singapore’s Dilemma as a City- State: Just City or Global City?, (2014), 3).
tahun ke tahun. Namun sebagai negara urban, Singapura juga tidak luput dari berbagai permasalahan, khususnya permasalahan lingkungan seperti kekurangan sumber air. Singapura memiliki ketersediaan sumber air yang tergolong kecil, sehingga terjadi ketimpangan yang besar antara ketersediaan (suplai) air dengan kebutuhan air. Keterbatasan sumber air ini membuat Singapura hanya mampu memenuhi setengah saja dari total kebutuhan air dalam negeri. Kondisi ini diperparah dengan tingginya tingkat konsumsi dan kebutuhan Singapura akan sumber air karena selain angka pertumbuhan populasi yang terus meningkat dari tahun ke tahun, kondisi perekonomian Singapura yang sedang tumbuh pun membutuhkan suplai air dalam jumlah yang tidak sedikit. Berdasarkan sektornya, persentase penggunaan air di Singapura pada tahun 2013 didominasi oleh penggunaan domestik sebesar 53%, diikuti oleh sektor perdagangan dan industri sebesar 39,9%, kemudian sektor pemerintahan dan hukum sebesar 6,74%, serta sektor perkapalan dan ekspedisi sebesar 0,4%.7 Pertumbuhan populasi yang terus meningkat diiringi dengan industrialisasi dan pertumbuhan ekonomi membuat kebutuhan negara akan sumber air menjadi semakin besar. Hal ini seperti yang tertera dalam tabel di bawah ini.
7
Su Liu dan Jessica William, Liquid Assets V: The Water Tales of Hong Kong and Singapore: Divergent Approaches to Water Dependency (Hong Kong: Su Liu dan Jessica William, 2014), 22.
Tabel 1.1 Perbandingan Tingkat Pertumbuhan Populasi dan Konsumsi Air Tahun
Jumlah Populasi (juta)
Konsumsi Air Per Kapita (liter/hari)
4.115
Total Konsumsi Air Tahunan (juta m3 ) 447
2003 2004
4.167
439
162
2005
4.266
440
160
2006
4.401
519
158
2007
4.589
534
157
2008
4.839
552
156
2009
4.988
562
155
2010
5.077
597
154
2011
5.184
603
153
2012
5.312
628
152
165
Sumber: Su Liu dan Jessica William, Liquid Assets V: The Water Tales of Hong Kong and Singapore: Divergent Approaches to Water Dependency, 2014, 23.
Tabel di atas memperlihatkan bahwa terjadi pertumbuhan jumlah populasi negara Singapura dari tahun ke tahun. Pertumbuhan populasi ini juga berbanding lurus dengan jumlah konsumsi air tahunan, di mana semakin bertambah jumlah populasi maka jumlah konsumsi air tahunan juga semakin meningkat. Kondisi ini membuat suplai air Singapura harus tetap memadai dan mampu memenuhi kebutuhan airnya, namun di sisi lain Singapura sendiri tidak memiliki sumber air yang memadai. Kondisi ini menimbulkan krisis sumber air yang serius karena Singapura memiliki tingkat kebutuhan air yang besar, sedangkan negara tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan air tersebut.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya krisis sumber air di Singapura, diantaranya luas wilayah negara yang relatif kecil sehingga mengakibatkan terjadinya keterbatasan lahan. Kemudian kondisi ini juga diperparah dengan kurangnya basis pertanian yang membuat kemampuan lahan untuk menyerap dan menyimpan air menjadi tidak efektif. Selain itu pertumbuhan populasi yang terus meningkat setiap tahunnya diiringi dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat menambah tekanan dalam penggunaan lahan, di mana lahan yang seharusnya berperan sebagai lahan penyerap dan penyimpan air beralihfungsi menjadi lahan perumahan, transportasi, industri, perkantoran, dan lain sebagainya. Keterbatasan lahan yang berperan penting untuk menangkap dan menyimpan air hujan juga mengakibatkan keterbatasan sumber air tanah yang manjadi faktor penting dalam menyediakan sumber air bagi suatu negara dan Singapura memiliki kedua hal tersebut. Kondisi ini membuat Singapura menempati posisi ke-170 dari 190 negara dalam hal ketersediaan air bersih.8 Di samping itu, tingginya konsumsi air oleh berbagai sektor, seperti sektor industri, perdagangan, dan kebutuhan rumah tangga membuat kebutuhan negara akan sumber air semakin meningkat.9 Selain keterbatasan lahan, polusi lingkungan dan air juga turut berperan dalam
menimbulkan
krisis
sumber
air
di
Singapura.
Sejak
sebelum
kemerdekaannya, perairan dan navigasi sudah menjadi sumber kehidupan dan pusat kegiatan komersial bagi Singapura. Perairan dan navigasi menjadi sarana 8 9
Clean, Green and Blue, Ensuring Water Sustainability: The Supply Side, 127. Leadership Academy for Development, Growing Singapore’s Water Industry: From Water Scarcity To Global Hydrohub, 2.
bisnis dan perdagangan yang berperan penting dalam menunjang pertumbuhan ekonomi Singapura di masa sekarang. Namun dengan kehadiran sungai dan perairan sebagai pusat kegiatan komersial membuat tingginya tingkat polusi tidak bisa dihindari. Misalnya saja seperti kasus tahun 1960an, di mana pada masa itu Sungai Singapura menjadi pusat kegiatan ekonomi sekaligus menjadi tercemar oleh berbagai sampah dan limbah hasil aktivitas manusia.10 Sungai Singapura dan sumber Aliran Air Kallang mencakup seperlima dari luas wilayah negara Singapura dan meskipun tidak terlalu luas, kedua aliran sungai ini berperan penting dalam perkembangan ekonomi, sosial, dan lingkungan Singapura pada masa itu. Seiring dengan perannya sebagai pusat kegiatan ekonomi Singapura membuat kedua aliran sungai ini tercemar polusi yang serius karena semakin banyak pembangunan di sekitar aliran sungai, seperti industri rumahan, peternakan babi dan bebek, pemukiman liar, pedagang kaki lima, pusat perbaikan kapal, dan berbagai aktivitas lainnya yang mengalirkan limbah dan sampah yang dihasilkan ke sungai.11 Limbah dan sampah yang dialirkan tidak hanya mengotori Sungai Singapura saja, namun juga mengotori seluruh aliran sungai yang ada di Singapura karena setiap sungai saling terhubung satu sama lain. Kondisi ini membuat seluruh aliran air menjadi kotor serta mengeluarkan bau yang tidak sedap dan mengakibatkan tidak ada satupun biota air yang mampu hidup di sana.12 Selain itu polusi juga mengakibatkan air sungai tidak dapat dimanfaatkan 10
Yugal Joshi, “Cleaning of the Singapore River and Kallang Basin in Singapore: Economic, Social, and Environmental Dimensions,” (Lee Kuan Yew School of Public Policy, NUS, Singapore), 2. 11 Ibid., 3. 12 Ibid.
untuk kegiatan apapun dan juga menimbulkan polusi udara karena bau tidak sedap yang ditimbulkan. Setelah melakukan berbagai upaya dan kerja sama yang terpadu serta koordinasi yang baik dalam kebijakan Singapore River Clean-Up yang berlangsung dari tahun 1977 hingga tahun 1987, akhirnya mampu membuat sungai dan sumber air yang ada di Singapura bebas polusi. 13 Namun meskipun sungai dan sumber air Singapura sudah terbebas dari polusi, Singapura masih belum mampu memenuhi kebutuhan sumber airnya sendiri. Keterbatasan lahan dan curah hujan per tahun yang dinilai rendah masih belum cukup untuk memenuhi kebutuhan air Singapura, sehingga Singapura harus menemukan jalan keluar dalam memenuhi ketersediaan air dalam negerinya. Salah satunya yaitu melalui perjanjian kerja sama dengan kerajaan Johor, Malaysia. Singapura telah melakukan perundingan dan kerja sama dengan Kerajaan Johor sejak tahun 1910 yang dilakukan oleh Robert Pierce dan Stephen G. William. Langkah ini diambil karena munculnya kesadaran Majlis Perbandaran Singapura (MPS) akan ketersediaan air bersih jangka panjang karena tingginya tingkat konsumsi oleh sektor ekonomi dan pelabuhan. Perundingan ini dilakukan pertama kali oleh Pierce dan William dengan Setiausaha Kerajaan Johor yang meliputi sumber air di Lengghiu dan Sisik Bharu. 14 Selanjutnya ditanda-tangani perjanjian antara Singapore City Council dengan Sultan Johor yang memperbolehkan Singapura untuk mengimpor air dari Sungai Pulai secara bebas. Kemudian dibentuk beberapa perjanjian kerja sama 13
Cecilia Tortajada dan Yugal K. Joshi, Water Demand Management in Singapore: Involving the Public, (Singapore: Springer, 2013), 2740. 14 Ruhana Padzil, “Analisis Isu Air Singapura-Johor: Permintaan Dan Bekalan”, Jati Vol. 12, 57.
yang terus diperbarui hingga perjanjian yang ditanda-tangani pada tahun 1961 yang telah berakhir pada tahun 2011 silam dan perjanjian tahun 1962 yang akan berlaku hingga tahun 2061 mendatang.15 Melalui perjanjian-perjanjian ini, Singapura berhak untuk mendapatkan air dari Malaysia sebanyak 86 juta galon per hari yang diambil dari sumber air Pontian dan Gunung Pulai, Tebrau dan Sungai Skudai yang dikenakan harga tiga sen (0,03 RM) per 1.000 galon. Hal ini berdasarkan kepada perjanjian yang ditanda-tangani pada tahun 1961 dan telah berakhir pada tahun 2011 silam. Selanjutnya berdasarkan perjanjian yang ditanda-tangani pada tahun 1962, Singapura berhak mengimpor air sebanyak 250 juta galon per hari dari Sungai Johor dengan harga yang sama.16 Singapura memiliki ketergantungan air yang besar terhadap Malaysia. Sekitar setengah dari total keseluruhan konsumsi harian air di Singapura dipenuhi oleh Malaysia,17 sedangkan setengahnya lagi berasal dari kolam penampungan air domestik.18 Hal ini seperti yang tertera dalam diagram lingkaran di bawah ini.
15
Diane Segal, 15. Ruhana Padzil, 61. 17 IDSS, “Beyond Vulnerability? Water in Singapore-Malaysia Relations,” (RSiS Nanyang Technological University, 2002), 35. 18 Ibid., 4. 16
Diagram 1.1 Sumber Air Singapura
Sumber Air Singapura
10% 20% 30%
Penampungan lokal Air impor Air daur ulang (NEWater)
40%
Air desalinasi
Sumber: Civic Exchange, Liquid Assets V: The Water Tales of Hong Kong and Singapore: Divergent Approaches to Water Dependenc,y 20
Berdasarkan diagram di atas, terlihat bahwa 40 persen dari kebutuhan air Singapura berasal dari luar negeri yang dipenuhi oleh negara Malaysia dan Indonesia. Namun di antara kedua negara tetangga ini, negara Malaysia memegang peranan yang lebih besar dalam memenuhi kebutuhan air Singapura, sehingga sampai saat ini Malaysia masih menjadi importir air serta sumber air terbesar bagi Singapura. Besarnya ketergantungan air Singapura terhadap Malaysia juga mempengaruhi kestabilan ekonomi, politik, bahkan keamanan negara Singapura, karena jika 40 persen impor air dari Malaysia terganggu maka Singapura akan kekurangan air dan mengakibatkan kelumpuhan berbagai sektor bahkan dapat mengancam kelangsungan hidup masyarakat. Di samping itu, jika sumber air Singapura terganggu maka juga akan berimbas buruk kepada kondisi ekonomi dan bisnisnya yang sedang tumbuh dan berkembang. Kekurangan air akan berdampak buruk kepada kondisi bisnis dan juga akan meningkatkan biaya
produksi karena membutuhkan biaya yang lebih besar untuk mendapatkan air dari sumber daya lainnya.19 Kondisi ini menjadikan kerja sama air dengan Malaysia sebagai jalan keluar yang tepat untuk memenuhi kebutuhan air Singapura. Namun walaupun sudah diatur oleh perjanjian kerja sama, ketergantungan air Singapura terhadap Malaysia masih rentan dan mengancam. Hal ini disebabkan oleh dinamika hubungan politik antara kedua negara yang sering kali mengalami pasang surut. Tingginya tingkat ketergantungan air Singapura terhadap Malaysia dipandang sebagai sebuah kelemahan dan dijadikan instrumen politik untuk menekan Singapura jika sewaktu-waktu hubungan kedua negara tidak kondusif, sehingga setiap kali ketegangan meningkat antara kedua negara maka Malaysia akan mengancam untuk menghentikan suplai air ke Singapura. 20 Kondisi ini terus berlangsung setidaknya hingga tahun 2004 silam, di mana pada masa itu konflik air antara kedua negara sedang memanas dan hal ini merambah kepada masalah lainnya. Selain membentuk kerja sama air dengan Malaysia, Singapura juga melakukan berbagai upaya domestik seperti membangun waduk-waduk dan daerah penangkap air hujan, melakukan penyaringan terhadap air laut atau dikenal dengan desalinasi air laut, serta melakukan proses daur ulang terhadap air yang telah digunakan yang kemudian dikenal dengan nama NEWater. Dalam upaya memenuhi kebutuhan air hariannya, Singapura melakukan empat upaya ini.
19
Justin Teo, “The Impact of Water On Business in Singapore,”14 Januari 2015, diakses di http://csr-asia.com/csr-asia-weekly-news-detail.php?id=12447 pada 3 Desember 2016. 20 Rusdi Omar, Malaysia-Singapore Relations: Issues and Strategies, Universiti Utara Malaysia/Adelaide University, 1-2.
Empat sumber air Singapura ini juga dikenal dengan nama four national taps (empat keran nasional). Four national taps sendiri merupakan sebuah kebijakan yang di bentuk untuk memenuhi kebutuhan sumber air Singapura yang terdiri dari tiga sumber air domestik dan satu sumber air dari hasil kerja sama dengan Malaysia. Meskipun Singapura telah melakukan berbagai upaya domestik untuk memenuhi kebutuhan harian airnya, namun pengiriman air dari Malaysia masih menjadi sumber air utama bagi Singapura. Hampir setengah dari total kebutuhan harian air Singapura dipenuhi oleh Malaysia. Tiga upaya domestik yang dilakukan juga telah menunjukkan peningkatan dalam memenuhi kebutuhan air Singapura, namun Singapura masih belum bisa memenuhi kebutuhan airnya sendiri tanpa bergatung kepada pengiriman air dari Malaysia. Kondisi domestik negara Singapura yang mengalami kekurangan sumber air pada dasarnya tidak menimbulkan ancaman serius terhadap eksistensi dan keamanan nasional Singapura karena hal ini murni keterbatasan sumber daya airnya saja.
Di sisi
lain, ketergantungan air yang besar terhadap negara tetangga terutama Malaysia menimbulkan ancaman terhadap keamanan negara Singapura karena adanya ancaman pemutusan pengiriman air yang berimbas buruk kepada lumpuhnya berbagai sektor di Singapura. Hal ini disebabkan karena posisi Malaysia sebagai importir sekaligus sumber air utama bagi Singapura. Berangkat dari kondisi ini, maka Singapura berupaya untuk mengamankan sumber airnya karena minimnya sumber air tanah yang dimiliki dan berbagai upaya domestik yang dilakukan masih belum mampu memenuhi kebutuhan air Singapura serta tingginya tingkat ketergantungan air terhadap Malaysia. Pada
akhirnya hal ini menimbulkan kekhawatiran bagi Singapura karena masih belum mampu memenuhi kebutuhan airnya sendiri dan posisi Malaysia sebagai sumber air utama bagi Singapura yang selalu dibayangi oleh ancaman pemutusan pengiriman air semakin membuat kondisi sumber air Singapura menjadi terancam dan tidak aman. Oleh karena itu, Singapura membawa isu sumber air menjadi sebuah isu penting yang dapat digolongkan kepada isu keamanan karena air merupakan komoditas penting yang menunjang keberlangsungan hidup manusia dan posisi Singapura sendiri yang mengalami krisis sumber air dan masih bergantung kepada Malaysia.
1.2 Rumusan Masalah Singapura mengalami krisis sumber air yang serius yang membuatnya tidak mampu memenuhi kebutuhan airnya sendiri. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, seperti luas wilayah negara yang kecil dan keterbatasan lahan, pencemaran dan polusi lingkungan, serta ketergantungan air yang besar terhadap Malaysia. Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran dan ancaman terhadap keamanan sumber air Singapura sekaligus mengancam keamanan nasional negara Singapura karena hubungan dua negara yang tidak stabil yang seringkali berujung kepada ancaman pemutusan pengiriman air ke Singapura. Munculnya ancaman terhadap keamanan nasional ini membuat isu air menjadi sebuah agenda penting dan berangkat dari kondisi ini Singapura berupaya untuk mengangkat isu dan permasalahan air menjadi sebuah agenda keamanan yang potensi ancaman yang ditimbulkannya.
1.3 Pertanyaan Penelitian Berangkat dari rumusan masalah di atas, maka pertanyaan yang diangkat dalam penelitian ini adalah: Bagaimana Proses Pengagendaan Isu Air Menjadi Isu Keamanan Terkait Krisis Dan Ancaman Pemutusan Pengiriman Air di Singapura?
1.4 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan dan menganalisis proses sekuritisasi isu air di Singapura.
1.5 Manfaat penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: a. Menambah pengetahuan penulis mengenai krisis air di Asia Tenggara dan proses sekuritisasi isu yang dapat ditimbulkan oleh kelangkaan sumber air. b. Menambah referensi dan kepustakaan Ilmu Hubungan Internasional tentang krisis sumber air dan proses sekuritisasi isu air yang terdapat di kawasan Asia. c. Secara
akademis,
penelitian
ini
dapat
memberikan
sumbangan
pengetahuan dan masukan yang bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan secara umum dan studi ilmu sosial secara khusus.
1.6 Studi Pustaka Dalam mendukung penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa bacaan dan literatur yang digunakan sebagai rujukan. Bacaan dan literatur ini diharapkan dapat mendukung dan menjadi pelengkap bagi penelitian ini dan dapat dijadikan sebagai acuan seterusnya. Pertama, penulis menggunakan buku karangan Scott D. Watson yang berjudul The Securitization of Humanitarian Migration. 21 Dalam buku ini Watson menjelaskan tentang bagaimana permasalahan migrasi, pengungsian dan kemanusiaan disekuritisasi hingga bisa dimasukkan dan berubah menjadi isu keamanan. Migrasi dan pengungsi dianggap dapat menimbulkan ancaman yang serius, karena migrasi memiliki keterkaitan dengan masalah keamanan dalam berbagai cara mulai dari kontribusinya dalam konflik dan kekerasan hingga degradasi lingkungan. Dalam menjelaskan masalah ini, Watson menggunakan konsep sekuritisasi yang dipopulerkan oleh Barry Buzan, Ole Waever, dan Jaap de Wilde. Fokus peneliti dalam menggunakan buku karangan Watson ini adalah berhubungan dengan konsep sekuritisasi yang digunakan oleh Watson. Dalam buku ini Watson menjelaskan lebih dalam tentang konsep sekuritisasi yang dipopulerkan oleh Barry Buzan. Watson menjelaskan tentang hubungan antara intersubjektivitas dengan sekuritisasi dan juga bagaimana media memegang peran penting dalam melancarkan proses sekuritisasi terhadap sebuah isu. Selain itu dalam buku ini Watson juga menjelaskan lebih lanjut tentang kondisi-kondisi yang melatarbelakangi keberhasilan dan kegagalan sebuah proses sekuritisasi.
21
Scott D. Watson, The Securitization of Humanitarian Migration (USA:Routledge, 2009).
Referensi kedua mengacu kepada tulisan Lee Poh Onn yang berjudul Water Management Issues In Singapore. 22 Dalam tulisan ini Onn menjelaskan bahwa air menjadi isu keamanan nasional bagi Singapura karena tingginya tingkat kebutuhan akan air tetapi mereka tidak memiliki sumber air yang memadai. Hal ini membuat Singapura harus bergantung dan mengimpor air dari wilayah Johor, Malaysia, sebagaimana yang telah tertuang dalam perjanjian yang telah disepakati sebelumnya. Selanjutnya dalam tulisan ini Onn menjelaskan lebih lanjut tentang upaya Singapura dalam memenuhi suplai air dalam negerinya melalui sebuah kebijakan yang dikenal dengan the four taps strategy. Tulisan ini membantu penulis dalam memperkaya referensi dan analisis penulis terkait upaya Singapura dalam mengamankan sumber airnya. Singapura sangat serius dalam mengambil kebijakan yang berhubungan dengan ketersediaan dan ketahanan air dalam negeri. Hal ini dapat dilihat dari dibentuknya lembaga khusus yang bertanggung jawab dalam urusan pengadaan serta suplai air dalam negeri yang dikenal dengan nama The Water Department of The Public Utilities Board (PUB). Selain itu, kebijakan four taps strategy (strategi empat keran) merupakan sebuah strategi pengadaan suplai air di Singapura yang berasal dari empat cara yang berbeda, di antaranya membentuk daerah resapan, mengimpor dari Malaysia, membangun teknologi daur ulang air yang dikenal dengan nama NEWater, dan membangun teknologi desalinasi air laut.23
22 23
Lee Poh Onn, “Water Management Issues in Singapore,” Institute of Southeast Asian Studies. Ibid, 5-12.
Tulisan ketiga yang menjadi referensi adalah tulisan Diane Segal yang berjudul Singapore’s Water Trade with Malaysia and Alternatives. 24 Dalam tulisan ini Diane menjelaskan bagaimana air menjadi sangat penting dan menjadi isu strategis karena ketidakmampuan Singapura untuk menjaga ketersediaan air dalam negerinya. Kerja sama dengan negara tetangga dianggap sebagai salah satu jalan keluar yang tepat untuk memenuhi kebutuhan air dalam negeri, di samping melalukan berbagai upaya mulai dari upaya dalam negeri. Tulisan ini dilengkapi dengan data dan analisis yang membantu penulis dalam mengkaji topik yang diangkat. Segal mengkaji semua yang berhubungan dengan ketahanan air, dimulai dari negara-negara ASEAN yang dilengkapi dengan data-data sumber daya air di negara anggota ASEAN hingga disempitkan kepada ketahanan air dan harga air di Singapura. Selain itu, tulisan ini juga membahas tentang perjanjian kerja sama antara Malaysia dan Singapura dari awal terbentuk, hingga mulai terjadi konflik. Referensi keempat mengacu kepada sebuah jurnal yang ditulis oleh Cecilia Tortajada dengan judul Water Management in Singapore.25 Tulisan ini lebih fokus dalam membahas peranan Public Utility Board (PUB) dalam mengatur segala sesuatu tentang air di Singapura, seperti supply dan demand, penetapan tarif, serta membahas tentang rencana baru Singapura dalam meningkatkan keamanan air dan kemandirian
Singapura
dalam
menjaga
ketersediaan
air
dalam
negeri
pascaberakhirnya perjanjian 1961. Dalam rencana ini, Singapura berharap bisa
24
Diane Segal, “Singapore’s Water Trade with Malaysia and Alternative” (Harvard University, 2004). 25 Cecilia Tortajada, “Water Management In Singapore,” Water Resources Development, Vol. 22, No.2, 227-240, 2006.
mengurangi sedikit ketergantungan mereka terhadap impor air dari Johor, Malaysia. Tulisan ini menjadi acuan penting bagi penulis dalam membahas tema yang diangkat, karena memberikan banyak sumbangsih baik dalam memperkaya sumber bacaan maupun data penulis, khususnya terkait usaha Singapura untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor air dari Malaysia. Tulisan kelima yang menjadi referensi dalam tulisan ini adalah laporan yang ditulis oleh World Bank Analytical and Advisory Assistance (AAA) Program China: Addressing Water Scarcity dengan judul Dealing with Water Scarcity in Singapore: Institutions, Strategies, and Enforcement. 26 Laporan ini terbagi atas empat bagian yang masing-masingnya menjelaskan tentang strategi pembangunan sumber daya air nasional, institusi dan instrumen kebijakan, prestasi yang telah diraih dan target selanjutnya, dan penyimpulan komentar penulis. Tulisan ini membahas tentang ketahanan air di Singapura dalam lingkup yang lebih luas, termasuk peningkatan kepedulian publik terhadap air melalui pendidikan di sekolah-sekolah, pengajaran kepada anak-anak tentang kepedulian terhadap lingkungan dan air sejak dini, pembahasan tentang kebijakan-kebijakan yang dibentuk oleh pemerintah dan Menteri Lingkungan Hidup, dan lain-lain. Tulisan-tulisan di atas berkontribusi dalam menambah serta melengkapi data dan analisis penulis dalam membahas tentang kelangkaan sumber daya air di Singapura dan berbagai upaya yang dilakukan untuk menjaga ketersediaan air. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah penulis akan mengkaji tentang isu kelangkaan sumber air di Singapura dari segi 26
World Bank Analytical And Advisory Assistance (AAA) Programe, Dealing With Water Scarcity In Singapore: Institutions, Strategies, And Enforcement (Washington DC: The World Bank, 2006).
keamanan. Dalam penelitian ini penulis akan membahas bagaimana hubungan kerja sama air dengan Malaysia membuat suplai air ke Singapura menjadi tidak aman karena dinamika hubungan kedua negara yang sering mengalami ketegangan. Oleh karena itu, penting bagi Singapura untuk mengambil langkah sekuritisasi untuk mengamakan pasokan airnya.
1.7 Kerangka Konseptual 1.7.1 Konsep Keamanan dan Sekuritisasi Berakhirnya Perang Dingin membawa banyak perubahan dalam dunia internasional serta studi Hubungan Internasional sendiri. Selain merubah arah perhatian dunia dari hal-hal yang berbau hard issue menjadi soft issue, juga merubah paradigma dan konsep keamanan dari keamanan tradisional yang berbau militer kepada keamanan non-tradisonal. Keamanan tradisional yang dipelopori oleh para realis mendefinisikan keamanan sebagai kekuatan dan kekuasaan yang besar (power). 27 Hal ini dibantah kuat oleh penstudi post-realis, di mana keamanan tidak lagi hanya berkutat seputar kekuatan militer semata, namun terjadi pergantian paradigma terhadap konsep keamanan itu sendiri yang tidak lagi hanya berbicara perihal kekuatan militer, ancaman keamanan dan perang, namun juga kemanan dalam hal lingkungan, kesehatan, kemiskinan, kemanusiaan dan ketidakstabilan sosial yang menjadi faktor ancaman terhadap keamanan itu sendiri.28
27
Niloy Ranjan Biswas, “Is The Environment A Security Threat? Environmental Security Beyond Securitization”, Internastional Affairs Review, Vol. XX, No. 1: Winter 2011, 2. 28 Ibid.
Copenhagen School merupakan sebuah Pusat Studi yang fokus dalam studi keamanan dan melahirkan pendekatan-pendekatan baru yang berpengaruh dalam melawan arah pendekatan realis. Barry Buzan dan Ole Weaver telah mengembangkan sebuah kerangka berfikir tentang konsep keamanan. Konsep sekuritisasi sendiri berangkat dari keamanan (security) yang disebut dengan sekuritisasi. Keamanan (security) menurut Barry Buzan bisa diartikan sebagai mencari kebebasan dari ancaman dan kemampuan negara dan masyarakat untuk mempertahankan identitas kemerdekaan mereka dan integritas fungsional mereka dalam melawan kekuatan perubahan yang mereka lihat sebagai musuh. Sedangkan konsep sekuritisasi (securitization) sendiri diartikan sebagai sebuah kondisi di mana suatu masalah atau isu dipandang dan berubah menjadi isu keamanan. 29 Pendekatan ini mengemukakan bagaimana sebuah permasalahan sosial, seperti masalah lingkungan, politik, ekonomi, dan budaya dapat diangkat dan dipandang sebagai sebuah isu keamanan. Sekuritisasi diartikan dengan setiap isu publik dalam setiap spektrum, mulai dari isu yang tidak dipolitisasi di mana negara tidak berurusan dengan hal itu, melibatkan politisasi di mana isu menjadi bagian dari kebijakan publik dan membutuhkan keputusan pemerintah, hingga dapat diubah menuju sekuritisasi yang menimbulkan ancaman eksistensi, membutuhkan tindakan emergensi dan membenarkan tindakan di luar batas prosedur politik normal. Secara keseluruhan, sekuritisasi bisa dipandang sebagai versi yang lebih ekstrim dari politisasi.30
29
Barry Buzan, Ole Weaver, Jaap De Wilde, “Security: A New Framework For Analysis”, (1998), 24-27. 30 Ibid., 23.
Sekuritisasi juga berarti pemberian label (labelling) terhadap sebuah isu dan merubahnya menjadi isu keamanan. Dalam hal ini terjadi proses pemberian label atau cap terhadap sebuah fenomena atau isu, dan melalui proses yang terus dilakukan berulang-ulang maka fenomena tersebut berubah menjadi sebuah isu keamanan. Dalam kajian keamanan, analisis tekstual menjelaskan bahwa sebuah fenomena atau isu dapat dianggap sebagai isu keamanan internasional karena isu tersebut dianggap lebih penting dibandingkan isu lain, sehingga menjadi prioritas utama. Selain itu, sebuah isu dapat diangkat menjadi isu keamanan walaupun tidak selalu disebabkan oleh sebuah permasalahan yang mengancam eksistensi negara, namun bisa juga karena isu tersebut dimunculkan sebagai sebuah ancaman.31 Barry Buzan menganalisis keamanan berdasarkan sektor dan levelnya. Dalam salah satu tulisannya, Buzan mengungkapkan bahwa dalam mengkaji keamanan berdasarkan kepada tiga tingkatan level analisis yang terdiri atas individu, negara, dan sistem internasional. Selain itu, Buzan juga membedakan isu ke dalam lima sektor yang berbeda, yaitu militer, politik, ekonomi, sosial,dan lingkungan.32 Dalam mengembangkan teori sekuritisasi, Copenhagen School juga memperkenalkan konsep Speech-Act (tutur tindak). Speech-Act dipahami sebagai sebuah proses pengulangan terhadap suatu kejadian dalam ruang publik, sehingga melalui proses ini suatu permasalahan menjadi sebuah agenda penting bagi
31 32
Ibid., 24-25. Barry Buzan, “New Patterns of Global Security in The Twenty-First Century”, 439.
keamanan nasional dan internasional. 33 Sebuah fenomena sosial atau isu yang dianggap penting dan mengancam eksistensi serta keamanan nasional, kemudian hal ini dilakukan atau disampaikan terus-menerus dan berulang-ulang sehingga menumbuhkan pandangan dan nilai baru bahwa sebuah fenomena yang sebelumnya dianggap biasa saja dapat menimbulkan ancaman serius terhadap keamanan nasional. Speech-act sendiri memiliki peranan yang besar dalam proses sekuritisasi serta berpengaruh dalam menentukan keberhasilan atau kegagalan sebuah sekuritisasi. Hal ini dikarenakan speech-act dapat dikatakan sebagai inti dari sekuritisasi. Speech-act dapat dikatakan sebagai sebuah alat atau instrumen untuk mempengaruhi dan mengajak audiens untuk mau menerima ide maupun kebijakan yang ditawarkan oleh aktor sekuritisasi. Melalui speech-act ini aktor sekuritisasi akan mengajak dan mempengaruhi audiens (warga negara dan publik) untuk menerima sebuah ide yang ditawarkan untuk melancarkan kebijakan yang dibentuk oleh aktor sekuritisasi. Speech-act akan disampaikan secara terusmenerus dan berulang-ulang sehingga mampu membuat audiens menerima maksud yang ditawarkan oleh aktor sekuritisasi. Speech-act dapat terlihat melalui penyampaian
maksud
melalui
pidato
resmi,
argumen
yang
bersifat
mempengaruhi, penyampaian secara langsung dan verbal, maupun melalui media. Scoot D. Watson merumuskan tiga persyaratan kerangka berfikir untuk mempelajari proses sekuritisasi yang dikaji dari umum hingga khusus, yaitu:34
33
John L. Austin, “How to Do Things With Words,” in Is The Environment A Security Threat? Environmental Security Beyond Securitization, ed. Niloy R. Biswas (International Affair Review, Vol. XX, No. 1, 2011), 3. 34 Scott D. Watson, The Securitization of Humanitarian Migration (USA:Routledge, 2009), 30-32.
a. Mengidentifikasi bidang isu. Persyaratan pertama yang harus dipenuhi yaitu konseptualisasi bidang isu yang jelas. Dalam mengidentifikasi bidang isu, hubungan antar unit menjadi elemen penting dalam mengkaji sekuritisasi. Mengidentifikasi unit akan memberikan gambaran yang jelas tentang dua elemen lain dalam bidang isu, yaitu bentuk hubungan normal antar unit dan diskursus dominan yang membangun hubungan antar unit tersebut. Oleh karena itu penting untuk memperjelas hubungan antar unit karena tidak semua bidang isu memiliki hubungan antar unit yang jelas. Biasanya hubungan antar unit akan terlihat jelas dalam bidang isu militer, di mana hubungan antar dua negara atau lebih yang menjadi hubungan antar unitnya. Sedangkan bidang isu non militer memiliki hubungan antar unit yang tidak jelas, sehingga diperlukan identifikasi unit-unit yang mempengaruhi bidang isu. b. Mengidentifikasi episode-episode atau tahapan sekuritisasi. Mengidentifikasi episode sekuritisasi membutuhkan dua indikator, yaitu kontestasi diskursif dan implementasi langkah-langkah darurat, karena sekuritisasi
membutuhkan aksi
komunikatif
dan legitimasi
yang
membutuhkan pembenaran orang lain atas posisi seseorang. Dalam kasus ini peneliti bisa mengidentifikasi pergerakan sekuritisasi dengan cara mengamati seberapa sering sebuah isu muncul dalam forum-forum publik. c. Mengidentifikasi kondisi mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan sekuritisasi.
Menurut Watson terdapat enam kondisi yang memfasilitasi keberhasilan atau kegagalan sekuritisasi, yaitu komponen gramatikal dari klaim, posisi sosial aktor sekuritisasi, tujuan klaim sekuritisasi, fitur dari dugaan ancaman, konteks sosial ketika klaim terjadi, dan strategi argumentasi. Pendekatan
Speech-act
dalam
proses
sekuritisasi
membutuhkan
pembedaan dari tiga unit analisis sekuritisasi, yaitu:35 1. Referent object, yaitu hal-hal yang dipandang mengancam eksistensi dan memiliki klaim yang sah untuk keberlangsungan hidup. Dalam pandangan tradisional yang menjadi referent object adalah negara, akan tetapi dalam pandangan Copenhagen School semua spektrum memungkinkan untuk menjadi referent object. Semua itu tergantung kepada aktor sekuritisasi, karena aktor bisa mengkonstruksi dan membangun masalah apapun menjadi referent object. Referent object berupa sebuah isu yang menjadi objek sekuritisasi, sehingga yang akan menjadi referent object dalam penelitian ini adalah masalah kelangkaan dan krisis sumber air; 2. Securitizing
actors,
yaitu
aktor
yang
men-sekuritisasi
isu
dengan
mendeklarasikan atau menyatakan sesuatu (referent object) yang dapat mengancam
eksistensi.
Securitizing actor merupakan seseorang atau
sekelompok orang yang membawa sebuah isu politik menjadi keamanan. Aktor yang memainkan peranan penting dalam masalah ini biasanya melibatkan pimpinan politik, birokrat, pemerintah, pelobi, dan kelompok penekan. Dalam penelitian ini aktor yang berperan dalam proses sekuritisasi air adalah negara Singapura. 35
Barry Buzan, Ole Weaver, Jaap De Wilde, “Security: A New Framework For Analysis,” 35.
Securitizing actors dapat dikelompokkan lagi ke dalam tiga bagian, yaitu:36 a.
Lead actor yaitu aktor yang memiliki komitmen kuat dalam menyuarakan
isu lingkungan yang spesifik di level internasional. Dalam penelitian ini yang menjadi lead actor adalah negara Singapura; b.
Veto actor yaitu aktor di samping negara bangsa juga bisa jadi lembaga
sosial masyarakat (LSM), sektor pertanian dan industri di mana melalui lobi mereka berusaha untuk memperlemah sebuah isu. Dalam penelitian ini yang menjadi veto actor adalah negara Malaysia; c.
Veto coalition yaitu aktor berupa kelompok negara yang membentuk
perjanjian mengenai isu penting dan memiliki kekuatan untuk melawan rezim jika dibutuhkan. 3. Functional actors, yaitu aktor yang memiliki efek dinamis terhadap suatu sektor. Tanpa menjadi referent object atau securitizing actor, aktor ini memiliki peranan penting dalam mempengaruhi keputusan dalam ranah keamanan. Dalam penelitian ini yang mejadi functional actor adalah negara Malaysia dan Indonesia, karena dua negara ini memiliki hubungan kerja sama air dengan Singapura. Namun Malaysia lebih dominan dibandingkan Indonesia, sehingga Malaysia dapat mempengaruhi keputusan dan kebijakan Singapura dalam ranah keamanan. Sekuritisasi tidak muncul begitu saja. Walaupun terdapat sebuah diskursus yang menjelaskan sesuatu sebagai sebuah ancaman eksistensi terhadap referent object, tidak serta merta akan membentuk sekuritisasi. Sekuritisasi membutuhkan
36
David Potter, “NGOs and Evironmental Policies: Asia and Africa,” London: Frank Cass & Co. Ltd (1996): 92 dikutip dalam Apriwan, The Securitization of Environmental Issues (Andalas Journal of International Studies, Vol I, 2012), 28.
pergerakan sekuritisasi (securitizing move), dan isu hanya akan ter-sekuritisasi apabila audience (publik) menerima pandangan tersebut. 37 Hal ini membuat publik menjadi salah satu aktor penting lainnya di samping aktor sekuritisasi dalam proses sekuritisasi isu.38 Menurut Buzan dan Weaver, pergerakan sekuritisasi akan berhasil jika publik menerima bahwa terdapat ancaman terhadap eksistensi negara yang ditimbulkan oleh nilai-nilai yang berkembang. Biasanya pemerintah memainkan peranan penting dalam proses sekuritisasi. Pemerintah dapat berperan sebagai pembicara (speaker for) dan promotor keamanan terhadap masyarakat dan negara. Hal ini menjadi bagian dari tanggung jawab negara yang dijalankan oleh pemerintah sebagai pemegang mandat penuh terhadap kemanan negara dan warganya.39 Untuk menghubungkan semua bagian-bagian penting ini dibutuhkan adanya komunikasi. Komunikasi merupakan sebuah klaim yang tepat bagi aktor atau elit politik dalam menyampaikan atau melancarkan kepentingannya. Salah satu bentuk komunikasi yang bisa mencapai seluruh lapisan masyarakat luas adalah media. 40 Media merupakan bagian penting dalam proses sekuritisasi. Media memiliki cakupan yang sangat luas, tidak hanya terbatas pada satu isu saja. Selain itu biasanya media didominasi oleh klaim aktor atau elit politik. Media berperan penting dalam membangun atau mengkonstruksi peristiwa
37
tertentu,
Barry Buzan, Ole Weaver, Jaap De Wilde, “Security: A New Framework For Analysis,” 25. Niloy Ranjan Biswas, 3-4. 39 Niloy Ranjan Biswas, ibid. 40 Scott D. Watson, 21. 38
berdasarkan identitas aktor yang relevan dalam melegitimasi sebuah tindakan darurat yang menjadi fokus penting dalam praktek keamanan.41 Berdasarkan kerangka berfikir yang dirumuskan oleh Watson di atas, maka penulis akan menggunakan kerangka berfikir sebagai berikut: a. Mengidentifikasi bidang isu akan fokus kepada masalah krisis dan kelangkaan air di Singapura yang salah satunya dipengaruhi oleh hubungannya dengan Malaysia. Mengidentifikasi hubungan antar-unit aktor dalam proses pengagendaan isu kelangkaan air yang berujung kepada bentuk tindakan dan kebijakan yang dihasilkan. b. Mengidentifikasi episode-episode sekuritisasi mencakup penjelasan tentang pergerakan sekuritisasi dalam bentuk kemunculan isu dalam forum-forum publik, media, pidato resmi pemerintah, hubungan diplomatik dengan negara lain, serta kemunculan kebijakan yang berkaitan dengan ketahanan air dalam periode waktu tertentu. c. Mengidentifikasi kondisi yang mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan sekuritisasi yang dihubungkan dengan prinsip dan strategi pemerintah dalam pengagendaan isu dan menjaga ketahanan air nasional.
41
Ibid., 21-22.
1.8 Metodologi Penelitian 1.8.1 Metode dan Jenis Penelitian Metode penelitian sosial adalah cara sistematik yang digunakan peneliti dalam pengumpulan data yang diperlukan dalam proses identifikasi dan penjelasan fenomena sosial yang tengah ditelisiknya. 42 Metodologi penelitian berguna untuk membantu penulis dalam melakukan penelitian secara sistematis sehingga dapat membantu dalam mendekati permasalahan yang diteliti dan mencari jawaban yang diharapkan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif. Metode kualitatif dipengaruhi oleh paradigma naturalistik-interpretatif Weberian, yang membuat penelitian ini berusaha untuk mengkonstruksi realitas dan memahami maknanya. Sehingga penelitian kualitatif sangat memperhatikan proses, peristiwa dan otentitas yang diteliti.43 Dalam penelitian ini digunakan metode kualitatif, dengan maksud untuk memperoleh pemahaman yang mendalam mengenai konstruksi ide dan pembentukan isu kelangkaan sumber air di suatu negara menjadi sebuah isu keamanan. Penelitian ini berusaha menjelaskan dan menggambarkan tentang upaya dan proses yang dilalui oleh pemerintah Singapura dalam membawa isu kerentanan dan kelangkaan air dalam negeri menjadi sebuah isu kemananan yang layak dan menjadi perhatian dunia internasional.
42
Gumilar Rusliwa Somantri, “Memahami Metode Kualitatif,” Makara, Sosial Humaniora, Vol. 9, No. 2, 57. 43 Ibid.
Selain itu penelitian ini menggunakan tipe deskriptif-analitis yaitu analisis yang dilakukan dengan mengkaji fenomena yang diangkat menjadi lebih rinci dengan mendeskripsikan ucapan, tulisan, atau perilaku dari suatu individu, kelompok, organisasi maupun negara.44 Tipe deskriptif-analitis digunakan untuk menjelaskan suatu fenomena sosial dengan lebih teliti dan dikaji secara mendalam. Pendekatan ini dipilih agar penulis dapat menggambarkan tentang pengagendaan isu kelangkaan air di Singapura menjadi sebuah isu keamanan, sehingga diharapkan dapat menemukan bukti-bukti konkret dan faktor-faktor pendukung yang dapat menunjang penelitian penulis. 1.8.2 Batasan Penelitian Batasan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah hingga tahun 2015. Hal ini dilakukan guna menganalisis proses sekuritisasi isu air yang sudah mulai dilakukan sejak kemerdekaan Singapura dan proses sekuritisasi ini akan dilihat dan dianalisis dari setiap episode pemerintahan Singapura. Sekuritisasi isu air di Singapura muncul karena krisis sumber air yang dialami dan tingginya tingkat ketergantungan airnya terhadap negara lain khususnya Malaysia. Penelitian ini fokus kepada hubungan Singapura keluar, di mana tingginya tingkat ketergantungan air Singapura terhadap Malaysia membuat kondisi sumber airnya menjadi tidak aman. Di samping mengandalkan pengiriman air dari Malaysia, Singapura juga membentuk hubungan kerja sama air dengan Indonesia. Namun, diantara kedua hubungan keluar ini Malaysia tetap menjadi sumber air utama bagi Singapura. Hubungan kerja sama air yang dijalin dengan Malaysia dan Indonesia sangat 44
Deddy, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Pt Remaja Rosdakarya, 2001).
penting bagi Singapura, karena hampir setengah dari kebutuhan air Singapura berasal dari luar dan dipenuhi oleh negara lain, khususnya Malaysia. Berangkat dari kondisi ini Singapura menjadikan air sebagai sebuah agenda penting, karena di satu sisi krisis sumber air yang dialaminya mampu dipenuhi dengan pengiriman air dari Malaysia dan Indonesia yang telah diatur dengan perjanjian kerja sama air, namun di sisi lain hal ini membuat kondisi sumber airnya menjadi tidak aman karena kondisi hubungan Singapura dengan negara pemasok air, khususnya Malaysia yang tidak stabil. 1.8.3 Unit dan Level Analisis Unit analisis merupakan objek kajian yang perilakunya akan dijelaskan, dideskripsikan, dan dianalisis atau sering disebut sebagai variabel dependen. 45 Sedangkan unit eksplanasi merupakan unit yang dapat mempengaruhi perilaku unit analisis atau sering disebut dengan variabel independen. Kedua variabel ini saling mempengaruhi satu sama lainnya, atau secara umum variabel independen dikenal sebagai variabel penyebab dan variabel dependen dikenal sebagai variabel akibat.46 Selanjutnya, level analisis atau tingkat analisis merupakan area dimana unit-unit yang akan dijelaskan berada. Level analisis berguna untuk menjelaskan di tingkat atau area mana penelitian akan dijelaskan.47 Menurut Barry Buzan, Ole Weaver, dan Jaap De Wilde, level analisis digunakan untuk memposisikan aktor, objek kajian, dan interaksi dinamis yang beroperasi dalam ruang lingkup kemananan. Sehingga berdasarkan level analisis,
45
Mochtar Mas’oed, Ilmu Hubungan Internasional, Disiplin dan Metodologi, (Pusat Antar Universitas Studi Sosial Universitas Gajah Mada, LP3E), 108. 46 Ibid., 108. 47 Ibid., 35.
yang menjadi objek analisis dalam penelitian bisa dijelaskan dalam lingkupan skala tertentu, mulai dari skala kecil ke skala luas. 48 Dalam studi hubungan internasional, terdapat lima level analisis yang sering digunakan, yaitu:49 1. Sistem internasional, yang merupakan level terluas dan tidak ada interaksi ataupun ketergantungan antar unit yang berada di atas level analisis ini. Level ini meliputi seluruh isi planet. 2. Sub sistem internasional, yaitu kelompok unit dalam sistem internasional yang bisa dibedakan dari seluruh sistem dengan sifat-sifat tertentu atau intensitas mereka dalam berinteraksi atau saling ketergantungan satu sama lain. Sub sistem bisa jadi dalam bentuk teritorial yang jelas, seperti kawasan (ASEAN) atau tidak (The Organization for Economic Cooperation and Development). 3. Unit, aktor yang berasal dari berbagai sub grup, seperti organisasi, komunitas, dan banyak individu yang memiliki kecukupan kohesif dan mandiri untuk dibedakan dari orang lain. 4. Sub-unit, yaitu kelompok individu yang terorganisasi dengan unit yang mempengaruhi (atau mencoba mempengaruhi) tingkah laku unit, misalnya seperti birokrasi dan lobbies. 5. Individu, garis bawah dari kebanyakan analisis dalam ilmu sosial. Berdasarkan penjelasan di atas, maka unit analisis dari penelitian ini adalah negara Singapura, dan unit eksplanasinya adalah krisis sumber air dan pengaruh negara Malaysia. Sedangkan penelitian ini akan berbicara di tingkat 48
Barry Buzan, Ole Waever, Jaap De Wilde, “Security: A New Framework For Analysis”, (1998), 5. 49 Ibid.
negara. Di mana penelitian ini melihat bagaimana upaya Singapura dalam mengangkat masalah kelangkaan air bersih di negaranya menjadi sebuah isu keamanan dan mengamankan sumber daya airnya. Berikut kerangka analisa yang akan digunakan dalam penelitian ini.
Berdasarkan kerangka analisa di atas, penelitian ini akan dianalisis dengan menggunakan kerangka berfikir yang dirumuskan oleh Scoot D. Watson dan konsep sekuritisasi yang dikembangkan oleh Buzan dan Waever, di mana proses sekuritisasi dapat dilihat melalui tiga persyaratan yaitu mengidentifikasi bidang isu, mengidentifikasi episode-episode sekuritisasi dan mengidentifikasi kondisi yang dapat mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan sekuritisasi. Tiga persyaratan ini juga akan dihubungkan dengan konsep speech-act di mana speechact akan dilihat dan dianalisa dari securitizing actor yang terdiri atas lead actor, veto actor, dan veto coalition. Speech-act ini akan dilihat melalui berbagai media, baik pidato dan pernyataan resmi, maupun pernyataan aktor sekuritisasi yang
disampaikan melalui media cetak dan elektronik. Melalui proses speech-act yang dilakukan oleh securitizing actor ini akan terlihat apakah isu sosial dapat berubah menjadi isu keamanan. 1.8.4 Teknik Pengumpulan Data Salah satu metode pengumpulan data yang umum bagi jenis penelitian kualitatif yaitu dengan melakukan studi literatur dan tinjauan kearsipan serta catatan-catatan yang ada. Dalam penelitian ini, jenis metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan mengolah data sekunder dengan melakukan studi dokumen dan literatur berupa penelitian-penelitian terdahulu, buku-buku, jurnaljurnal ilmiah, serta artikel-artikel yang berhubungan dengan topik dan permasalahan yang diangkat. 1.8.5 Teknik Pengolahan dan Analisis Data Data dapat diolah dengan cara mengklasifikasikan atau mengkategorikan data berdasarkan beberapa tema sesuai dengan fokus penelitian.
50
Teknik
pengolahan data dalam penelitian ini akan dibagi dalam beberapa bagian. Pada bagian awal akan dijelaskan tentang keadaan air di Singapura secara keseluruhan, meliputi suplai dan kebutuhan, serta upaya pemerintah dalam memenuhi kebutuhan air. Selanjutnya akan masuk dalam tahap analisis yaitu bagaimana upaya pemerintah dalam membawa masalah kelangkaan air ini ke dalam ranah keamanan. Dalam melihat upaya ini akan digunakan konsep sekuritisasi yang dipopulerkan oleh Barry Buzan dan Ole Weaver.
50
Emy Susanti Hendrarso, “Penelitian Kualitatif: Sebuah Pengantar” dalam Metode Penelitain Sosial, ed. Bagong Suyanto dan Sutinah (Jakarta: Prenada Media Grup, 2006), 173.
Penelitian ini akan membahas tentang bagaimana proses sekuritisasi isu air di Singapura. Melalui penelitian ini peneliti berupaya dalam melihat proses sekuritisasi isu air menjadi sebuah agenda keamanan yang akan dilihat melalui media-media yang memunculkan dan membahas tentang masalah air di Singapura. Kemudian penelitian ini akan mengkaji bagaimana proses sekuritisasi isu air di Singapura, apakah telah memasuki tahap sekuritisasi atau bahkan masih dalam tahap securitizing move yang akan dibuktikan dengan pernyataanpenyataan media, baik berupa kebijakan, klausul, atau peraturan lain yang berkaitan dengan isu air.
1.9 Sistematika Penulisan Penelitian ini akan dibagi menjadi lima bab, yaitu: BAB I: PENDAHULUAN Bagian pendahuluan terdiri atas latar belakang terjadinya masalah, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, studi pustaka, kerangka konseptual, metodologi penelitian, unit analisis, dan metode pengumpulan data. BAB II: KEADAAN SUMBER AIR SINGAPURA Bab ini akan menjelaskan tentang keadaan air di Singapura yang meliputi suplai atau ketersediaan air di Singapura, sumber air domestik, tingkat konsumsi air, tingkat kebutuhan dan ketersediaan air di Singapura, serta sumber air Singapura dalam memenuhi kebutuhannya.
BAB III: DINAMIKA HUBUNGAN KERJA SAMA AIR SINGAPURA DENGAN MALAYSIA Bagian ini akan membahas tentang dinamika hubungan kerja sama air antara Singapura dengan Malaysia. Meliputi perjanjian kerja sama yang telah disepakati serta dinamika hubungan ketiga negara tersebut terkait perjanjian kerja sama air. Pada bagian ini juga akan membahas bagaimana dinamika hubungan kerja sama air yang terjalin antara Singapura dan Malaysia mempengaruhi kemanan sumber air Singapura. BAB IV: SEKURITISASI ISU AIR DI SINGAPURA Bab ini menjadi bagian analisis dalam penelitian ini, di mana dalam menganalisis akan digunakan konsep sekuritisasi yang dipopulerkan oleh Barry Buzan. Proses sekuritisasi ini meliputi upaya sekuritisasi (securitizing move) yang diambil oleh pemerintah Singapura. BAB V: PENUTUP Pada bagian bab penutup akan berisi kesimpulan dan saran penulis mengenai penelitian yang dilakukan.