BAB I PENDAHULUAN
2.1 Latar Belakang Mutagen
(mutagene)
adalah
bahan
yang
dapat
menginduksi
deoxyribonucleic acid (DNA) menjadi mutasi. Adapun yang dimaksud dengan mutasi adalah perubahan susunan nukleotida pada DNA baik karena pengurangan (deletion), penambahan (insertion), maupun perpindahan atau pertukaran (translocation). Oleh karena itu, bila terjadi perubahan susunan nukleotida pada DNA, maka asam amino penyusun protein yang dikodenya akan mengalami perubahan, sehingga protein yang bersangkutan menjadi abnormal. Protein yang abnormal tersebut tentunya akan mempunyai fungsi yang abnormal pula (Sudiana, 2008). Uji mikronukleus merupakan salah satu metode untuk meneliti adanya efek mutagenik. Uji tersebut merupakan prosedur skrining secara in vivo untuk mendeteksi adanya kerusakan atau kehilangan kromosom yang disebabkan oleh mutagen (Schmid, 1975). Selain digunakan untuk pengujian efek mutagenik, uji mikronukleus juga dapat digunakan untuk pengujian efek antimutagenik (Kong, et al., 1995). Mikronukleus adalah salah satu indikasi kerusakan pada kromosom yang ditandai dengan terbentuknya gambaran fragmen kromosom atau bagian dari kromosom yang tidak dapat bergabung dengan nukleus (inti) pada saat terjadi pembelahan sel (Lusiyanti, et al., 1996). Jumlah mikronukleus menunjukkan tingkat mutagenisitas suatu mutagen (Sumpena, et al., 2009).
1 Universitas Sumatera Utara
Mutasi merupakan proses perubahan materi genetik suatu organisme yang diketahui sebagai faktor dasar dari karsinogenesis atau pembentukan sel kanker (Kong, et al., 1995). Terjadinya kanker melewati proses yang panjang dan dapat berawal dari setitik kelainan akibat mutasi pada DNA, maka kerusakan sekecil apapun perlu disikapi sebelum setitik kelainan tersebut berubah menjadi kanker yang sangat sulit untuk disembuhkan. Hubungan mutagen pada manusia dalam kehidupan sehari-hari dapat terjadi melalui berbagai hal, antara lain: makanan dan minuman, obat-obatan, kosmetika dan perantaraan lingkungan. Mengingat banyaknya pemaparan mutagen atau karsinogen yang mungkin terjadi, perlu adanya upaya untuk mencegah terjadinya pemaparan tersebut atau dengan menggunakan antimutagen. Oleh karena itu perlu dikembangkan bahan dari obat tradisional yang dapat bersifat antimutagen (Sumpena, et al., 2009). Buah rotan jernang mengandung resin berwarna merah, hasil sekresi dari kulit buah tanaman rotan jernang. Di pasar internasional rotan jernang asal Indonesia umumnya dikenal dari jenis Daemonorops spp (Waluyo dan Pasaribu, 2013). Rotan jernang telah digunakan sebagai pengobatan tradisional yang terkenal sejak zaman dahulu oleh banyak suku sebagai antiseptik, antirematik, antibakteri, antivirus, antitumor, dan obat luka (Gupta, et al., 2008). Drakorhodin merupakan komponen utama jernang yang memberikan warna dan merupakan turunan senyawa flavonoid (Shi, et al., 2009). Senyawa golongan flavonoid cenderung memiliki aktivitas antimutagen (Amin dan Moussa, 2007). Ekstrak metanol jernang dilaporkan memiliki potensi sebagai antioksidan dengan nilai LC50 70 ppm (Wilastra, 2013). Suatu ekstrak dikatakan memiliki potensi antikanker apabila nilai LC50-nya di bawah 1000 ppm (Colegate
2 Universitas Sumatera Utara
dan Molyneux, 2008). Drakorhodin perklorat merupakan senyawa yang diisolasi dari buah rotan jernang (Daemonorops draco) dapat menginduksi kematian sel kanker melanoma dan sel kanker payudara melalui jalur apoptosis dan menghambat proliferasi sel HeLa (Xia, et al., 2005; Yu, et al., 2013; Xia, et al., 2004). Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan pengujian efek antimutagenik ekstrak etanol kulit buah rotan jernang pada mencit jantan yang diinduksi siklofosfamid. Penelitian dilakukan secara in vivo dengan menggunakan metode mikronukleus. Metode tersebut dilakukan karena prosesnya mudah dan tidak memerlukan alat dan biaya yang terlalu mahal serta umum digunakan untuk melihat genotoksisitas suatu senyawa tertentu. 2.2 Perumusan Masalah Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: a. apakah golongan senyawa yang terkandung dalam simplisia kulit buah rotan jernang dan EEKBRJ? b. apakah EEKBRJ memiliki aktivitas antimutagenik? 1.3 Hipotesis Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka hipotesis: a. golongan senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam simplisia kulit buah
rotan
jernang
dan
EEKBRJ
adalah
flavonoid,
tanin,
steroida/triterpenoida, saponin, dan glikosida. b. EEKBRJ memiliki efek antimutagenik.
3 Universitas Sumatera Utara
1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: a. untuk mengetahui golongan senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam simplisia kulit buah rotan jernang dan EEKBRJ. b. untuk mengetahui aktivitas antimutagenik EEKBRJ. 1.5 Manfaat Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. sebagai informasi tentang kandungan golongan senyawa metabolit sekunder kulit buah rotan jernang. b. menambah inventaris tanaman obat yang berkhasiat sebagai antimutagenik.
4 Universitas Sumatera Utara
1.6 Kerangka Pikir Penelitian Kerangka Pikir Penelitian ini adalah sebagai berikut: Variabel Bebas
Variabel Terikat
Karakteristik simplisia
Simplisia kulit buah rotan jernang
Ekstrak etanol kulit buah rotan jernang
Skrining fitokimia
Ekstrak etanol kulit buah rotan jernang dosis 5, 10, dan 15 mg/kg bb Larutan Siklofosfamid 30 mg/kg bb
Penurunan jumlah sel mikronukleus
Parameter 1. Pemeriksaan makroskopik 2. Pemeriksaan mikroskopik 3. Kadar air 4. Kadar sari larut dalam air 5. Kadar sari larut dalam etanol 6. Kadar abu total 7. Kadar abu tidak larut asam 1. 2. 3. 4. 5.
Flavonoid Tanin Glikosida Saponin Steroid/Triterpenoid
Sel yang bermikronukleus pada 200 sel eritrosit polikromatik dari sumsum tulang femur mencit
Suspensi CMC 1%
Gambar 1 Diagram kerangka pikir penelitian
5 Universitas Sumatera Utara