BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Organisasi Konferensi Islam (OKI) merupakan organisasi internasional non militer yang didirikan di Rabat, Maroko pada tanggal 25 September 1969. 1 Dipicu oleh peristiwa pembakaran Masjid Al Aqsha yang terletak di Kota Al Quds (Yerussalem) pada tanggal 21 Agustus 1969 telah menimbulkan reaksi keras dunia. Terutama dari kalangan umat Islam. Saat itu dirasakan adanya kebutuhan yang mendesak untuk mengorganisir dan menggalang kekuatan dunia Islam serta mematangkan sikap dalam rangka mengusahakan pembebasan kota Al Quds. Atas prakarsa Raja Faisal dari Arab Saudi dan Raja Hassan II dari Maroko, dengan Panitia Persiapan yang terdiri dari Iran, Malaysia, Nigeria, Pakistan, Somalia, Arab Saudi, dan Maroko, Terselenggaranya Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Islam yang pertama pada tanggal 22-25 September 1969 di Rabat, Maroko. untuk membicarakan pembebasan kota Yerussalem dan Masjid Al Aqsha dari cengkraman Israel. Konferensi ini merupakan titik awal bagi pembentukan Organisasi Konferensi Islam (OKI). Secara umum tujuan didirikannya Organisasi Konferensi Islam (OKI) adalah untuk mengumpulkan bersama sumber daya dunia Islam dalam
1
https:/elmisbah.wordpress.com/2008/07/15/organisasi-konferensi-Islam-oki/
Page |1
mempromosikan kepentingan mereka dan mengkonsolidasikan segenap upaya negara tersebut untuk berbicara dalam satu bahasa yang sama guna memajukan perdamaian dan keamanan dunia muslim. Namun hingga saat ini belum menemui titik terang untuk masalah kedaulatan Palestina. Nama Palestina berasal dari terjemahan Bahasa Hebrew Pelesheth atau dalam Bahasa Yunani disebut Philistine Bangsa Romawi menyebutnya Palestina.2 Kata itu ditemukan dalam catatan Filsuf Yunani bernama Herodotus pada tahun 450SM. Philistine adalah area yang terbentang di sebelah selatan Canaan berbatasan dengan Lautan Aegean dan Kepulauan Yunani. Wilayah di dekat Gaza dulu bernama Philistia atau rumah para Philistine. Bangsa Philistine asli adalah para pelaut Eropa yang berasal dari Yunani. Jimmy Carter memberikan sebuah penjelasan singkat terhadap sejarah Palestina hingga munculnya Israel sebagai berikut: “Pada tahun 638 Kerajaan Arab menguasai Palestina selama 461 tahun. Pada tahun 1099 The Crusader menguasai Palestina tapi pada tahun 1244 Arab kembali mengambil alih Palestina selama 250 tahun, Selama total sekitar 800 tahun menguasai Palestina, Arab menjadi bangsa mayoritas di Palestina disamping Bangsa Yahudi. Pada tahun 1500 kerajaan Ottoman Turki menyerang kerajaan Arab dan menguasai Palestina selama lebih dari 400 tahun, untuk pertama kali dalam sejarah Bangsa Arab dan Yahudi bersama-sama menjadi korban penjajahan bangsa lain. Pada tahun 1917 Inggirs mengalahkan Turki dan menguasai Palestina hingga 1948. Pada tanggal 14 Mei 1948 pihak Israel menerima jatah yang diberikan oleh PBB yaitu Bangsa Yahudi memproklamirkan Negara Israel di Palestina. Walaupun pihak Arab Palestina gagal melakukan revolusi di Palestina, mereka tetap tidak ingin ada negara Israel di Palestina. Beberapa negara Arab bersekutu untuk menyerang Israel dan merebut Palestina. Akhirnya terjadi perang 2
http://www.m.kompasiana.com/anniesabri/konflik-palestina-ditinjau-daari-sejarahii_551994dd81331107799de0b2
Page |2
antara Israel melawan koalisi Negara Arab (Mesir, Irak, Jordan, Sudan, Yaman, Arab Saudi, Lebanon, Liga Arab, pasukan Mujahidin). Perang itu berlangsung dari 15 Mei 1948 hingga 10 Maret 1949 dan berakhir dengan kemenangan Israel tapi perang itu merenggut ribuan korban jiwa dikedua pihak, konon Israel kehilangan 1% dari populasinya saat itu. Tapi akibat perang itu, ribuan penduduk Yahudi yang diusir dari Negara-negara Arab akhirnya bermigrasi ke Israel. Kekalahan pihak Arab dari Israel mengakibatkan Israel berhasil memperbesar wilayahnya dari yang diberikan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebelumnya hingga saat ini.”3 Palestina adalah sebuah negara yang berbentuk Republik Parlementer dan merupakan salah satu negara yang berusaha menjadi anggota Perserikatan BangsaBangsa (PBB).4 Usahapun dilakukan oleh Palestina demi mendapatkan keanggotaan PBB. Untuk memulai proses ini, Palestina yang dipimpin oleh Mahmoud Abbas harus mengajukan Proposal Permohanan resmi kepada sekretaris Jendral PPB, Ban Ki Moon. Proposal yang diberikan Abbas kepada Sekjen PBB Ban Ki Moon berjudul, ”Proposal untuk pengakuan Palestina berdasarkan garis batas 4 Juni 1967 dengan Yerusalem sebagai Ibu Kota Palestina.” Dan dia sudah mengatakan akan melakukannya setelah menyampaikan pidato di depan Majelis Umum PBB pada tanggal 23 September 2011. Sekjen PBB kemudian akan meneruskan permohonan itu kepada Dewan Keamanan (DK) yang akan membentuk sebuah komite. Namun ternyata komite yang dibentuk oleh Dewan Keamanan (DK) tidak mendapat keputusan akhir, karena kurangnya suara dari
3
Ibid. Jimmy Carter.“Palestine Peace Not Aphartheid ( Palestina Perdamaian Bukan Perpecahan)”.Jakarta. PT Dian Rakyat. 2010. Hal. 65 4
Page |3
anggota tetap Dewan Keamanan. Sampai saat ini sudah 126 negara anggota PBB yang telah mengakui keberadaan negara Palestina.5 Keadilan terus disuarakan oleh Bangsa Palestina untuk menjadi anggota PBB. Mereka ingin memiliki kedudukan yang sama dengan yang dimiliki oleh Israel. Mempunyai hak yang sama dan mempunyai suara untuk menyuarakan ketidakadilan yang terjadi di negara mereka. Menekankan dan menegaskan kembali identitas nasional mereka yang diabaikan, untuk memulihkan sejarah yang ditindas, untuk membangun warisan masyarakat, untuk membangun kembali kelembagaan yang dihancurkan, untuk mendapatkan kembali tanah yang telah terampas serta hak-hak kebangsaan yang diabaikan, sehingga mereka dapat memperoleh kehidupan bernegara yang lebih layak.6 Perkembangan Palestina secara De facto yakni menjadi Entitas Pengamat (Negara Pengamat) tetap PBB. Yang berarti Palestina hanya diakui sebagai suatu kumpulan orang yang menempati suatu wilayah, tetapi bukan negara. Namun secara De Jure Palestina belum menjadi negara anggota PBB tetap karena belum ada pengakuan sebagai sebuah negara dari beberapa negara anggota PBB dengan alasan belum memenuhi persyaratan untuk menjadi negara anggota PBB. Perwakilan Palestina yang menjadi entitas pengamat tetap di PBB adalah Organisasi Pembebasan Palestina, (PLO). Otoritas Palestina ingin meningkatkan status sehingga negara Palestina menjadi anggota penuh PBB, Palestina meminta
5
Tanya jawab seputar Palestina. Laporan Khusus BCC Indonesia, dalam http://www.bbc.co.uk/indonesia 6 Pasal 27 ayat 3 Piagam PBB Tentang Pengambilan Suara
Page |4
pengakuan berdasarkan perbatasan 1967, mencakup tepi barat, Jerussalem Timur, dan Jalur Gaza. Pernyataan ini menjadi peristiwa bersejarah yang dihormati oleh banyak negara di dunia sekaligus menjadi hal yang paling tidak menyenangkan bagi Amerika Serikat (AS) dan Israel. AS yang dahulu menjanjikan Palestina merdeka pada 2011, justru menjadi penghalang terbesar bagi negeri yang mendambakan kemerdekaan itu. AS menilai, Palestina sudah mengabaikan upaya solusi dua negara dengan meminta pengakuan secara sepihak (Unilateral) ke PBB. Mayoritas negara di dunia, bahkan Sekjen PBB Ban Ki Moon menyetujui langkah pengakuan Palestina. Hanya segelintir negara yang menolaknya, terutama Israel, (mungkin) AS dan sedikit sekutu mereka di Eropa Barat. Jika Palestina memiliki status sebagai sebuah negara resmi dunia, maka Palestina juga berhak untuk mengirim duta besarnya ke seluruh dunia dan menerima duta besar asing di negaranya dengan status penuh. Kondisi ini jelas merupakan hal yang “sangat mengerikan” bagi Israel. Tak heran jika Negara Yahudi ini pun melakukan kampanye globalnya sendiri untuk mencegah keanggotaan PBB Palestina ini terwujud.7 Kota Yerussalem merupakan Kota Suci bagi umat Islam, Kristen, dan Yahudi. Tidak berlebihan bila Kota Yerussalem mendapat julukan Kota Tuhan,8 sebab hampir seluruh bangsa di muka bumi ini berkiblat ke sana. Dengan demikian semua merasa memiliki kota Yerussalem, baik umat Islam, Kristen, dan Yahudi, sehingga gerak kegiatan keagamaan dari tiga agama besar dunia dapat saling hidup
7 8
http://www.analisadaily.com/news/read/2011/09/19/13525/kursi_pbb_untuk_palestina/ http://digilib.uin-suka.ac.id/2508/
Page |5
berdampingan biarpun perang tetap berjalan di wilayah itu. Yerussalem merupakan Kota Suci umat Islam, sebab di sana ada tempat di kawasan Old City yang bernama Bukit Moriah atau Haram Es-Sharief.9 Selanjutnya di bukit Moriah ada dua masjid besar, yaitu Dome of the Rock atau Kubah Batu Karang dan Masjidil Aqsha. Masjidil Aqsha juga merupakan tempat suci ketiga sesudah Makkah dan Madinah di Saudi Arabia. Pada masa permulaan Islam, yang menjadi kiblat solat ialah Masjidil Aqsha di Baitul Maqdis, juga menjadi kiblat bagi orang Yahudi. Baitul Maqdis adalah salah satu tempat yang bersejarah bagi kaum muslimin di penjuru dunia. Arti penting Kota Yerussalem bagi umat Islam terutama terkait dengan keberadaan tempat suci Agama Islam, yaitu Masjidil Aqsha. Di Masjidil Aqsha, Nabi Muhammad menunaikan shalat ketika Beliau melakukan Isra’ miraj. Bangsa Yahudi atau Israel ingin menguasai sepenuhnya sebagai pemilik tunggal Tanah Suci Yerussalem, mereka mengganggap bahwa mereka adalah satu-satunya pemilik tanah leluhur dan tempat kelahiran sejumlah Nabi. Orang-orang Yahudi yang mayoritas dan penguasa Israel banyak melakukan perbuatan-perbuatan yang semena-mena terhadap penduduk Arab Palestina yang semula berdiam di Yerussalem kemudian diusir oleh Israel tanpa ganti rugi serta diperlakukan semenamena, maka tidak heran jika sampai dewasa ini kota Yerussalem sering terjadi pergolakan. Perlawanan rakyat Palestina yang dipelopori oleh Pejuang Palestina dalam Gerakan Fedayen yang terkenal antara lain : al-Fatah, al-Saiqoh yang kemudian membentuk Organisasi Pembebasan Palestina (PLO). Pada tahun 1969, PLO dengan pimpinannya Yasser Arafat mulai bangkit untuk merebut kembali
9
Ibid
Page |6
Yerussalem dari cengkraman Israel dengan jalan diplomasi dengan diabantu negara-negara Islam yang tergabung dalam Organisasi Konferensi Islam (OKI).
B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dan pemaparan yang melatar belakangi permasalahan diatas, maka dapat ditarik suatu kerangka pikiran atau permasalahan sebagai berikut: Bagaimana peran Organisasi Konferensi Islam (OKI) terhadap upaya membantu kemerdekaan Negara Palestina pada tahun 2008 sampai 2014?
C. Tujuan Penelitian Penelitian ini sangat penting karena kita melihat bahwa betapa menderitanya rakyat Palestina yang selalu mendapat serangan-serangan yang mengerikan dari Israel. Harus ada solusi dan jalan keluar terbaik agar Palestina dapat menikmati kemerdekaan dan kedaulatan secara penuh oleh dunia. Tujuan utama dari penelitian ini adalah agar Organisasi Internasional seperti Organisasi Konferensi Islam (OKI) lebih bisa mementingkan kepentingan yang seharusnya diselesaikan. Bukan malah diabaikan bertahun-tahun dan hanya kesepakatan dan tanda tangan diatas kertas saja. Disamping itu tujuan lain dari penelitian ini agar Negara Israel bisa diberikan sanksi sesuai dengan yang dilakukan terhadap rakyat
Page |7
Palestina dan bisa mengurangi korban di Palestina yang setiap harinya bertambah karena kebuasan Israel. Setiap hal yang berhubungan dengan aktivitas penelitian ilmiah pastilah mempunyai tujuan sebagai acuan atau jalan, yakni untuk apa sebuah penelitian itu dibuat sehingga fokus daripada penelitian tidaklah kabur atau abstrak. Adapun penelitian karya tulis ilmiah ini bertujuan sebagai berikut :
1. Tujuan Subyektif a) Mencari bahan-bahan dalam penyusunan karya tulis ilmiah sebagai pemenuhan kewajiban tugas akhir dan syarat memperoleh gelar sarjana Strata Satu di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta b) Sebagai pendalaman materi tentang organisasi internasional untuk upaya dalam membantu mendapatkan Kemerdekaan utuh Negara Palestina dan keingintahuan lebih lanjut kerja sama antara negara anggota OKI dengan negara lainnya dengan tujuan yang ditentukan 2. Tujuan Obyektif a. Mencari tahu sejauh mana peran Organisasi Konferensi Islam (OKI) terhadap upaya kemerdekaan Negara Palestina b. Menganalisis sejauh mana keberhasilan Organisasi Konferensi Islam (OKI) dalam mewujudkan Kedaulatan utuh bagi Negara Palestina Tujuan- tujuan tersebut berkaitan erat dengan latar belakang masalah yang penulis paparkan sedemikian rupa sehingga tampak jelas persoalan yang akan
Page |8
diangkat oleh penulis. Tanpa menambahkan lebih jauh paparan penulis yang notabene mahasiswa fakultas ilmu sosial dan politik karena mengambil sudut pandang sejarah karena hal ini dirasa perlu. Untuk memahami yang terjadi saat ini perlulah memahami sejarah masa lampau sebagai pengalaman dan refleksi yang terjadi sekarang.
D. Kerangka Teori Teori
dalam
ilmu-ilmu
sosial
senantiasa
bermanfaat
untuk
menyederhanakan realitas sosial yang rumit agar mudah dipahami dan diaplikasikan untuk menjelaskan kenyataan itu sendiri. Berbagai pendekatan teoritik antara penulis yang satu berbeda dengan penulis yang lain. Dalam menyikapi
keragaman
epistemologis
tersebut
penulis
memilih
untuk
menginventarisasi semuanya untuk memetakan evolusi teoritis tersebut. Selain itu untuk setiap teori akan disertai dengan studi kasus yang konkrit sehingga memudahkan pembaca untuk melihat sejauh mana teori tersebut relevan dengan tema yang diambil penulis. Dengan demikian, sesuai topik yang diambil, penulis menggunakan teori rezim International. Oran R. Young berpendapat bahwa rezim internasional adalah seperangkat aturan, prosedur pembuatan keputusan, dan atau program yang membutuhkan praktek sosial, menetapkan peranan bagi partisipan dalam praktek tersebut dan
Page |9
mengelola interaksi-interaksi mereka.10 Teori rezim internasional memiliki tiga tingkatan, yang pertama adalah realism, dimana teori ini berfokus pada kekuatan hubungan. Teori yang kedua adalah neoliberalism, yaitu teori ini dijelaskan berdasarkan analisis konstelasi kepentingan. Dan yang terakhir adalah kognitivism, dimana teori ini menekankan dinamika pengetahuan, komunikasi dan identitas. Table 1. Tingkatan pemikiran dalam kasus rezim internasional. Realism Neoliberalism Cognitivism
(especially
“strong cognitivism”) Central variable
Power
Interest
Knowledge
“intitutionalism” Weak
Medium
Strong
Meta-theoritical
Rasionalistic
Rationalistic
Sociological
Behavioral
Concerned
Absolute gains Role-player
Model
with relative maximizer
orientation
gains
Dari Tabel diatas kita bisa melihat bahwa perspektif neoliberalis hadir untuk mengkritik bagaimana kaum realis menempatkan power sebagai sesuatu yang paling utama dalam rezim internasional. Kaum neoliberalis yang terpengaruhi oleh metodologi behavioralisme dan sudah melunak dari induknya yakni perspektif liberalisme memang menyetujui adanya sistem anarki namun bukan berarti dalam sebuah rezim power dijadikan sebagai kunci yang paling utama untuk keberhasilan
10
Hasenclever, Mayer Peter, and Rittberger, Theories of International Regimes,New York : Cambridge University Press, 2006. Hal. 9
P a g e | 10
suatu rezim. Bercermin pada fungsi rezim yakni sebagai alat penyelesaian suatu masalah yang mencakup issue area tertentu, maka dalam sebuah rezim terdapat model interaksi yang lebih mengacu pada kerjasama antar negara. Kerjasama antar negara inilah yang menjadikan rezim sebagai alat pencapaian interest anggota – anggotanya, tidak hanya mementingkan pencapaian satu negara saja, namun pencapaian dari semua negara agar sama-sama saling mendapatkan keuntungan. Jadi menurut kaum neoliberalis karena interest merupakan pencapaian utama dalam rezim internasional, maka interest ditempatkan pada posisi utama dalam rezim internasional. Neoliberalisme juga memiliki asumasi, dalam rezim internasional pengarakterisasian dirasa penting. Perspektif ini dalam kaitannya dengan problem yang penulis ambil yaitu adanya interest Negara-negara anggota Organisasi Konerensi Islam (OKI) untuk mengumpulkan bersama sumber daya dunia Islam dalam mempromosikan kepentingan mereka dan mengkonsolidasikan segenap upaya negara tersebut untuk berbicara dalam satu bahasa yang sama guna memajukan perdamaian dan keamanan dunia muslim, termasuk didalamnya membantu Palestina memerdekakan diri, sesuai dengan tujuan dibentuknya. Untuk institusionalism nya sendiri medium karena perspektif neoliberalism menganggap bahwa dalam kerjasama antar negara harus memiliki keuntungan satu sama lain. Jadi dalam kerjasama yang diciptakan oleh negara-negara anggota OKI dalam membantu Palestina ini diupayakan OKI sendiri bisa mendapatkan pandangan dari dunia internasional bahwasanya dapat menyelesaikan konflik yang terjadi di Palestina dengan kemajuannya saat ini Palestina menjadi member state di PBB. Dalam
methateoritical
P a g e | 11
orientation
memandang
bahwa
kerjasama
harus
rasionalistik yaitu saling mendapatkan keuntungan antar negara, dan behavioral model ini adalah penerapan perspektif ini sendiri dengan jalan melobi negaranegara yang bisa membantu Palestina.11 Dari sini juga kita bisa melihat terciptanya jaringan-jaringan baru dalam interaksi antar negra yang memungkinkan negara bisa melakukan kerjasama lain selain membantu Palestina ini sendiri.
Dari pemaparan diatas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa rezim internasional merupakan suatu wadah dalam penyelesaian permasalahan suatu issue area tertentu. Maka dari itu perspektif sangat perlu digunakan untuk menilai suatu permasalahan dalam sudut pandang yang berbeda. Perspektif memang terkadang menyajikan asumsi yang berbeda namun jika kita mengkaji suatu masalah maka pengkotak – kotakan perspektif dilarang dilakukan karena pada dasarnya setiap perspektif memiliki ciri khasnya sendiri.
E. Hipotesis Dari kerangka pemikiran di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Organisasi Konferensi Islam (OKI) melakukan perannya dengan cara : 1.
Langkah diplomasi Organisasi Konferensi Islam (OKI) yang mempunyai bargaining position melalui beberapa pertemuan seperti KTT Luar Biasa untuk memperjuangkan pengakuan kedaulatan dan kemerdekaan Palestina. Peran Organisasi Konferensi Islam (OKI) sangat penting dan strategis untuk membangun solidaritas dan soliditas
11
Bennet, Leroy, International Organization, Principle and Issue , Eaglewood, New Jersey,Prenctice HallInc. 1995. Hal. 3
P a g e | 12
Negara-negara Islam yaitu Negara Anggota OKI sendiri. Langkah ini merupakan bagian dari Multi-Track diplomasi. Selain itu juga OKI melukan summit diplomasi yaitu pertemuan antara presiden negara anggota OKI dan minister diplomasi yaitu pertemuan para Menteri Luaar Negeri Negara Anggota OKI. 2. OKI juga melakukan pendekatan terhadap Negara-negara berpenduduk mayoritas Muslim guna mendesak Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk melakukan penindak lanjutan terhadap permasalahan kedaulatan Palestina. OKI melakukan berbagai Konferensi untuk permasalahan Palestina. Dalam setiap Konferensi yang berlangsung diharapkan menemukan titik terang bagi Palestina. Sehingga Palestina bisa diakui kemerdekaanya dalam Dunia Internasional.
F. Metode Penelitian 1. Obyek Penelitan
Peran Organisasi Konferensi Islam (OKI) terhadap upaya kemerdekaan Negara Palestina. Berdasarkan data yang penulis peroleh berbagai macam hal yang menjadikan problem sebenarnya yaitu, bagaimanakah peran OKI ini. Terlihat dari sejarah panjang OKI yang beridiri sejak 47 tahun lalu menunjukkan organisasi itu tak lebih dari ‘talking doll’ alias boneka bicara yang tak mampu bergerak. Sejak didirikan pada 12 Rajab 1389 H/25 September 1969 OKI telah terbukti gagal mewujudkan tujuan pendiriannya. OKI didirikan dengan latar belakang reaksi para pemimpin Dunia Islam terhadap penyerobotan Israel atas Masjid al-Aqsha. Namun,
P a g e | 13
sejak saat itu pula umat Islam bisa menyaksikan betapa minimnya keterlibatan OKI membela kepentingan Muslim Palestina.
Benar, Negara-negara Teluk anggota OKI kerap mengirimkan donasi dan bantuan medis kepada penduduk Palestina. Namun, mereka tak melakukan apa-apa terhadap Israel yang menjajah Palestina sekaligus mengusir dan membunuhi warga Muslim Palestina. OKI lebih banyak mendorong apa yang dikatakan sebagai ‘dialog perdamaian’ Palestina dengan Israel. Padahal akar konflik Palestina-Israel adalah penjajahan Zionis Israel atas Tanah Palestina, bukan masalah perdamaian.
Keseriusan OKI untuk menyelesaian konflik Palestina-Israel, juga keberpihakan mereka kepada rakyat Palestina dan pembebasan al-Aqsha, makin dipertanyakan. Beberapa anggota OKI malah menjalin persahabatan dengan Israel. Yordania, Turki, dan Mesir adalah sebagian anggota OKI yang telah menjalin kerjasama dengan Israel. Presiden Mesir, Abdul Fatah as-Sisi, September 2015 malah menyerukan Negara-negara Arab untuk bekerjasama dengan Israel dengan dalih untuk memerangi ancaman terorisme. Sebagian negara yang lain berhubungan dengan Israel secara sembunyi atau melalui pihak ketiga. Banyak anggota OKI lainnya—meski secara resmi tidak berhubungan dengan Israel—menjadi sekutu dekat Amerika Serikat yang merupakan induk semang dan pelindung Israel, atau menjadi sekutu dekat Eropa khususnya Inggris yang menjadi bidan dan sekaligus pengasuh Israel.
OKI pun tidak melakukan aksi nyata untuk menghalangi terus menyusutnya wilayah Palestina yang terus diduduki oleh penjajah Israel. OKI hanya mengecam,
P a g e | 14
menggiring Israel ke meja perundingan, atau mengirim bantuan medis, obat-obatan, makanan dan uang ‘takziyah’ kepada warga Palestina. Mereka sudah merasa cukup melakukan itu. Dengan demikian, siapa pun niscaya bisa membaca ketidakseriusan OKI dan anggotanya dalam menyelesaikan berbagai krisis Dunia Islam, terutama kasus Palestina yang menjadi alasan pendiriannya. Hal itu telah terbukti selama 47 tahun sejarahnya.
2. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang penulis gunakan adalah studi pustaka, yakni mengumpulkan data-data dari sumber-sumber baik tertulis maupun tidak tertulis yang kemudian mengkaji dan menyeleksi data-data tersebut sesuai dengan konteks dan ruang lingkup penelitian. Data-data yang telah didapat dan diseleksi kemudian di interpretasikan baik dalam bentuk komparasi maupun argumentasi. Alat ukur juga akan penulis buat guna menggeneralisir data-data sehingga mudah untuk dipahami.
3. Analisis Data Metode analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif, yakni menggambarkan data sesuai dengan sumbernya. Data-data tersebut kemudian diolah atau dianalisis lebih lanjut secara logis.
P a g e | 15
4. Jangkauan Penelitian Untuk membatasi analisis, jangkauan penelitian ditentukan oleh waktu. Yaitu pada tahun 2008 sampai 2014 dan berfokus pada proses pencapaian Organisasi Konferensi Islam (OKI) terhadap kedaulatan utuh Negara Palestina.
G. Sistematika Penulisan Skripsi ini disusun dengan sistematika sebagai berikut : BAB I Pendahuluan, yang memuat uraian tentang latar belakang, ruang lingkup, rumusan masalah, tujuan penelitian, kerangka teori, hipotesa, metode penelitian, dan sistematika pembahasan yang akan digunakan dalam meniliti peran Organisasi Konferensi Islam terhadap upaya kemerdekaan Negara Palestina sejak tahun 2008 sampai 2014. BAB II Dinamika Organisasi Konferensi Islam (OKI), membahas sejarah kelanjutan OKI, Kepentingan OKI dalam membantu Palestina dan permasalahanpermasalahan OKI dalam membantu kemerdekaan Palestina, serta sistem pengambilan keputusan OKI. BAB III Dinamika Problem Kemerdekaan Palestina, membahas sejarah Palestina, problem kemerdekaan Palestina serta membahas perjanjian-perjanjian yang berkaitan dengan kemerdekaan Palestina.
P a g e | 16
BAB IV Analisis Peran OKI terhadap upaya Kemerdekaan Negara Palestina dan dukungan OKI terhapad Palestina untuk menjadi member state di PBB, yang akan menjelaskan apakah sudah mencapai titik terang peran OKI dalam membantu Negara Palestina. BAB V Kesimpulan, akan menjelaskan kesimpulan dari skripsi ini.
P a g e | 17