BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang Menurut kodrat alam, manusia dimana-mana dan pada zaman apapun juga selalu hidup bersama, hidup berkelompok-kelompok. Manusia adalah makhluk sosial dan makhluk budaya. Manusia selalu ingin melakukan kerjasama dala berinteraksi sosial. Interaksi itu tidak hanya dipacu oleh dorongan kebutuhan ekonomis, biologis, emosional dan sebagainya yang mengikat dirinya, melainkan suatu hal yang tidak terbantahkan pada dirinya. Dengan demikian, ungkapan yang mengatakan bahwa manusia sebagai makhluk sosial adalah substansial dan bukan hanya sloganitas. Dalam sejarah perkembangan manusia tidak dapat hidup menyendiri, terpisah dari kelompok manusia yang lainnya, kecuali dalam keadaan terpaksa dan itu pun hanya sementara waktu saja. Sejak manusia itu ada sudah terdapat hasrat untuk berkumpul dengan sesamanya dalam satu kelompok yaitu masyarakat. Pada hakekatnya manusia merupakan pribadi yang utuh dan memiliki sifat-sifat sebagai makhluk sosial. Kehidupan pribadi seorang individu merupakan kehidupan yang utuh, lengkap, memiliki ciri khusus dan unik yang menyangkut berbagai aspek antara lain emosional, sosial psikologis dan sosial budaya serta kemampuan intelektual yang terpadu secara integratif dengan faktor lingkungan kehidupan yang ada. Lingkungan kehidupan sosial budaya yang mempengaruhi pribadi seseorang amatlah kompleks, baik itu lingkungan alami atau lingkungan yang alami untuk pembentukan pribadi anak remaja namun masing-masing memiliki ciri-ciri yang berbeda.
Universitas Sumatera Utara
Dua orang anak yang dibesarkan dalam suatu keluarga dapat menunjukkan sifat pribadi yang berbeda, karena hal itu ditentukan bagaimana mereka berinteraksi dan menginteraksikan dirinya dengan lingkungannya. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa perkembangan setiap individu berbeda-beda sesuai dimana tempat mereka berkembang dan dibesarkan seperti halnya agama dan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan adanya agama akan sangat mempengaruhi pola pembentukan sikap anak, apalagi yang berada di lingkungan akademik yang didalamnya terdapat individu-individu yang berbeda agama dan keyakinan. Dalam sejarah perjalanan manusia, agama acapkali tidak selalu artikulatif, suasana paradok seringkali menyertai kehidupan beragama terlebih lagi jika agama tadi telah mempolitir agamanya demi kepentingan pribadi. Bila demikian yagn terasa adalah agama sangat rentan dalam memicu timbulnya prahara. Dengan demikian dapat digambarkan bahwa ide dasar agama diturunkan oleh Tuhan seolah-olah tidak sesuai dengan harapan, sebab sarat dengan sentimen-sentimen yang memburamkan tujuan dari agama tadi yakni pembawa kedamaian. Secara sederhana dapat di gambarkan bahwa agama yang dianut oleh manusia memiliki tujuan pokok, antara lain terpenuhinya kebutuhan spritual dan terwujudnya kedamaian ditengah masyarakat. Al-Ghazali mengatakan bahwa agama itu pada hakikatnya untuk kepentingan manusia, bukan untuk kepentingan Tuhan, sebab Tuhan tidak memperoleh keuntungan dari penerimaan manusia terhadap agama. Sebaliknya tidak juga menderita kerugian karena penolakan manusia terhadap ajakan agama. Jadi, semua keuntungan kerugian dari penolakan terhadap agama justru kembali kepada diri manusia itu sendiri ( Faridi, 2002 :2001 ).
Universitas Sumatera Utara
Manusia yang tidak bisa dipungkiri adalah kecenderungan menerima agama karena agama mempunyai implikasi yang sangat di butuhkan oleh setiap manusia. Dengan penganut agama yang berbeda-beda dapat dibina kerukunan hidup antara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sehingga dapat meningkatkan potensi dan kemajuan manusia untuk melaksanakan pembangunan yang berkembang saat ini khususnya ruang lingkup pendidikan. Seperti yang kita ketahui di negata Republik Indonesia, terdapat berbagai macam agam. Diantaranya adalah agama islam, kristen protestan, kristen katolik, hindu dan budha. Semua penganutnya bebas memeluk agama dan kepercayaannya masing-masing sesuai dengan UUD 1945 pasal 29 ayat 2 yang berbunyi ” Negara menjamin tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadah menurut agama dan kepercayaannya. Ditengah-tengah kehidupan bermasyarakat manusia sebagai mahluk sosial tidak bisa lepas dari pendidikan yaitu pendidikan yang didapat secara formal dan non formal. Pendidikan formal merupakan pendidikan formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah-sekolah pada umumnya. Jalur pendidikan ini mempunyai jenjang pendidikan yang jelas, mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, sampai pendidikan tinggi yang dikelola pihak swasta maupun negeri, sedangkan pendidikan
informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan berbentuk
kegiatan belajar secara mandiri yang dilakukan secara sadar dan bertanggung jawab dan biasanya dikelola pihak swasta. Sekolah sebagai salah satu lembaga pendidikan yang bersifat formal terdiri dari siswa-siswi yang mungkin berasal dari status sosial, etnis, budaya dan agama yang
Universitas Sumatera Utara
berbeda-beda dan perbedaan tersebut membuat mereka harus bergaul dan bebaur dalam mendapatkan dan mengecap pendidikan dalam hal ini si peneliti melihat dari segi perbedaan agama yang mereka anut. Sekolah merupakan tempat dimana terjadi proses sosialisasi yang kedua setelah keluarga, sehingga mempengaruhi pribadi anak dan perkembangan sosialnya. Sekolah diselenggarakan secara formal. Di sekolah anak akan belajar apa yang ada di dalam kehidupan, dengan kata lain sekolah harus mencerminkan kehidupan sekelilingnya. Oleh karena itu, sekolah tidak boleh dipisahkan dari kehidupan dan kebutuhan masyarakat sesuai dengan perkembangan budayanya. Dalam kehidupan modern seperti saat ini, sekolah merupakan suatu keharusan, karena tuntutan-tuntutan yang diperlukan bagi perkembangan anak sudah tidak memungkinkan akan dapat dilayani oleh keluarga. Materi yang diberikan di sekolah berhubungan langsung dengan pengembangan pribadi anak, berisikan nilai moral dan agama, berhubungan langsung dengan pengembangan sains dan teknologi, serta pengembangan kecakapan-kecakapan tertentu yang langsung dapat dirasakan dalam pengisian tenaga kerja. Dunia pendidikan baik jalur sekolah maupun jalur luar sekolah menyediakan berbagai jenis program yang relevan dengan jenis tenaga kerja yang ada di lingkungn masyarakat, karena pada umumnya mereka akan melihat kondisi beragamnya lapangan pekerjaan di masyarakat yang penuh dengan persaingan dan hal ini akan sangat mempengaruhi pembentukan sikap anak dalam menentukan pilihan yang pada gilirannya akan mempengaruhi pemikirannya dalam menentukan jenis pendidikan dan karir yang di inginkannya.
Universitas Sumatera Utara
Pada umumnya terjadinya suatu interaksi sosial berhubungan erat dengan status sosial, yaitu status sebagai seorang siswa yang bersekolah didalam lingkungan sekolah yang sama. Dapat diketahui bahwa interaksi sosial merupakan suatu konsep yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam interaksi sosial, individu yang bertemu dengan individu yang lain secara langsung ( tatap muka), atau secara tidak langsung, atau dengan menggunakan suatu media. Dengan begitu dapat diartikan bahwa interaksi sosial adalah hubungan timbal balik yang dinamis secara individu denga individu, antara individu dengan kelompok baik dalam kerjasama, persaingan untuk tujuan tertentu. Dewasa ini di kota Medan dapat kita lihat masyarakat cenderung memilih sekolah yang sesuai dengan agama yang dianutnya ( khusus ) dan sekolah yang didominasi oleh satu agama tertentu supaya hubungan antara mereka dapat berlangsung lancar karena telah memahami pola interaksi dengan sesamanya. Disekolah yang hanya didominasi satu agama ( khusus ) mereka dapat berinteraksi dan bersosialisasi dengan mudah karena mereka beranggapan bahwa mereka sama dan tidak ada perbedaan. Namun beda halnya dengan di sekolah umum seperti si SMA Swasta Rakasana yang siswa-siswinya yang bersifat heterogen harus berbaur dan berinteraksi dengan yang lain agama yang dianutnya berbeda satu dengan yang lainnya. Sebagai contoh jika siswa yang memulai pendidikan dilingkungan sekolah yang bersifat khusus mulai dari tingkat SD sampai dengan tingkat SMP kemudian setelah di tingkat SMU pindah kesekolah yang bersifat umum atau berbaur dengan siswa-siswi yang berbeda agama dan keyakinan, yang menjadi pertanyaan adalah bagimana berinteraksi dan bersosialisasi dengan merubah kebiasaan berbaur dan bergaul dengan yang agama dan keyakinan yang sama?.
Universitas Sumatera Utara
Bila kita lihat dan dibandingkan dengan interaksi sosial yang terjadi dilingkungan masyarakat sekarang ini, dimana banyak terjadi konflik. Persaingan dan pertentanga dimana-mana yang disebabkan berbagai faktor seperti perbedaan agama, keyakinan, suku, kelas dan status sosial. Dengan adanya perbedaan yang sangat mendasar dan relatif sensitif dapat memicu pertikaian, persaingan dan konflik sehingga kesenjangan sosial dan disintegrasi di kehidupan sosial dan kalangan masyarakat, tetapi apakah permasalahan tersebut bisa muncul dan berdampak dalam dalam pergaulan dan interaksi yang terjadi pada siswa-siswi di lingkungan pendidikan seperti sekolah?. Lingkungan akademik seperti sekolah mempunyai peran sebagai media untuk mempengaruhi kehidupan intelektual, sosial dan moral para siswa. Suasana di lingkungan sekolah baik sosial maupun psikologis menetukan proses dan penyesusaian diri. Disamping itu, hasil pendidikan yang diterima anak di sekolah akan merupakan bekal bagi proses penyesuaian diri di lingkungan masyarakat. Interaksi dari siswa-siswi yang berbeda agama dapat terjadi di lingkungan sekolah dapat menimbulkan kesenjangan diantara siswa-siswi tersebut, masing-masing dapat membentuk suatu kelompok sendiri dan komunitas sendiri dan beradapatasi hanya berbaur dengan yang sepaham atau seiman dengan dirinya, nah dalam konteks ini saya sebagai peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana pola interaksi sosial yang terjadi antara siswa-siswi yang berbeda agama di SMU Swasta Raksana Medan yang disatukan dalam suatu lingkungan sosialisasi pendidikan formal yang sama. Sekolah SMU Swasta Raksana merupakan sekolah yang bersifat umum dan siswa-siswanya yang heterogen, dimana terdapat multi etnis dan berbeda-beda agama. Jadi dalam kegiatan dan proses belajar dan mengajar sehari-hari disekolah mereka saling
Universitas Sumatera Utara
bergaul, berbaur, dan berinteraksi satu dengan yang lainnya walau perbedaan agama yang dianutnya maka akan berbeda pula sikap dari masing-masing siswa dalam
hal
menyesuaikan diri denga siswa yang berbeda-beda. Sekolah Menengah Atas ( SMA ) Swasta Raksana Medan terkenal dengan tingkat kedisiplinan, keamanan dan ketertiban di lingkungan sekolah sangat baik, hal ini telah terbukti dalam hasil pra observasi penulis secara langsung dimana para guru-guru bahkan kepala sekolah sendiri turut serta dalam hal meningkatkan kedisiplinan setiap siswasiswinya. Dalam hal ini maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang ”Pola interaksi antara siswa siswi yang berbeda agama di sekolah SMA Swasta Raksana Yayasan Raksana di Jl. Gajah Mada No. 20 Medan.
Universitas Sumatera Utara
1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana pola interaksi antara siswa siswi yang berbeda agama di sekolah SMA Swasta Raksana? 2. Bagaimana bentuk kerukunan antar umat beragama antara siswa siswi di SMA Swasta Raksana? 3. Bagaimana proses penyesuaian diri antara siswa-siswi yang bebeda agamaterhadap pergaulan sehari-hari dilingkungan sekolahnya yaitu SMA Swasta Raksana?
1.3. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah : 1. Mendeskripsikan bentuk interaksi sosial antara siswa-siswi yang berbeda agama di SMA Swasta Raksana. 2. Mendeskripsikan bentuk kerukunan antar umat beragama SMA Swasta Raksana dan, 3. Mengidentifikasikan proses penyesuaian diri antara siswa-siswi yang bebeda agamaterhadap pergaulan sehari-hari dilingkungan sekolahnya SMA Swasta Raksana.
Universitas Sumatera Utara
1.4. Manfaat Penelitian Adapun yang menjadi yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Manfaat Teoritis Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman dan wawasan mengenai hal yang berkaitan dengan interaksi sosial, sehingga dapat memberikan bahan pertimbangan bagi pihak yang bersangkutan khususnya dalam institusi pendidikan. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi peneliti berupa faktafakta temuan di lapangan dalam meningkatkan daya, kritis dan anlisys peneliti sehingga memperoleh pengetahuan tambahn dari peneliti tersebut. Dan khusunya penelitian inidapat menjadi referensi penunjang yang diharapkan dapat berguna bagi bagi penelitian selanjutnya.
Universitas Sumatera Utara