1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang. Cuka adalah suatu cairan asam yang diperoleh dari proses fermentasi bahan bergula atau berpati menjadi alkohol dan kemudian diubah menjadi asamasetat (cuka). Cuka biasanya dimanfaatkan dalam industri pengolahan pangan, industri kimia, dan industri farmasi. Selain itu, cuka juga bermanfaat untuk mengatasi berbagai gangguan kesehatan. Manfaat cuka untuk kesehatan antara lain membantu program penurunan berat badan, meredakan atritis, menurunkan kadar kolesterol jahat, melawan kanker, dan mencegah penuaan. Kandungan mineral, enzim, serta asam didalam cuka juga bisa membantu menghancurkan lemak. Menurut Andrew Weil, MD, Direktur Program Pengobatan Integratif di college of Medicine, University of Arizona (2009), pada studi terhadap manusia cuka dapat menurunkan kadar gula dalam darah. Sedangkan penelitian terhadap hewan menunjukkan bahwa cuka dapat menurunkan kadar kolesterol dan tekanan darah. Produksi cuka kesehatan yang beredar di Malang Raya selama ini yaitu cuka apel. Cuka apel (Apple Cider Vinegar) sudah digunakan sejak ribuan tahun yang lalu karena sifatnya yang dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit dan infeksi.Berbagai penelitian yang sudah ada berkaitan dengan kegunaan dan khasiat cuka apel telah terbukti, namun pengujian ilmiah mengenai khasiat cuka apel dalam penyembuhan luka sejauh ini belum pernah diteliti.Cuka apel dapat
2
menyembuhkan luka dengan cara mencegah penyebaran bakteri diatas luka karena luka rentan terhadap bakteri karena udara. Cuka apel juga mempercepat proses penyembuhan luka dan mengurangi rasa gatal yang biasanya timbul saat luka mulai sembuh. Pada proses penyembuhan luka secara empiris tentara dan masyarakat zaman dahulu menggunakan cuka apel yang diencerkan dengan air terlebih dahulu kemudian dioleskan pada bagian yang luka ( Bambang, 2010).Cuka apel memiliki sifat pembersih dan dapat digunakan sebagai antiseptic.Selain itu di dalam cuka apel juga mengandung senyawa tannin, flavonoid, dan vitamin C. Beberapa sumber menyebutkan bahwa tannin mempunyai efektifitas sebagai hermostatis yaitu menghentikan perdarahan dari pembuluh darah yang terluka, dengan cara tannin akan mengendapkan protein darah sehingga terjadi gumpalan yang dapat menghambat aliran darah.Tannin juga bertugas pada fase poliferatif. Beberapa kandungan lain seperti flavonoid memiliki sifat antiinflamasi sehingga tugas flavonoid sebagai penyembuhan luka adalah pada fase peradangan atau fase inflamasi dan flavonoid juga bertugas sebagai antibakteri. Vitamin C diperlukan untuk menjaga struktur kolagen. Vitamin C bertugas pada fase maturasi atau fase penyembuhan. Tujuan fase ini adalah menyempurnakan terbentuknya jaringan baru menjadi jaringan penyembuhan yang kuat dan bermutu (Markham, 1988). Penyembuhan luka merupakan proses dalam merupakan proses dalam tubuh yang sebisa mungkin memperbaiki bagian luka menjadi bentuk yang paling mendekati kondisi normal sebelumnya(Karakata, 1996). Proses penyembuhan luka ada tiga fase yaitu: fase peradangan, fase poliferasi, dan fase pematangan
3
jaringan. Proses penyembuhan luka iniharus diatasi untuk mencegah timbulnya infeksi baru akibat luka yang tidak terawat. Luka sayat adalah luka yang disebabkan oleh benda tajam.Luka ini dapat menembus
kulit
dan
menyebabkan
perdarahan
(Bachinar,1996).Tingkat
kedalaman luka dan banyaknya perdarahan tergantung pada alat penyebab luka, besarnya trauma atau bisa fatal.Saat ini pengobatan luka menggunakan pividone iodine tetapi pada penelitian ini penyembuhan luka menggunakan cuka apel. Penelitian efektivitas cuka apel untuk proses penyembuhan luka menggunakan metode eksperimen pada hewan uji atau animal model. Animal model yang digunakan pada penelitian ini adalah hewan mencit putih (mus muscullus). Pengujian cuka apel dengan hewan uji mencit ini diberi beberapa varian dosis terapi yang akan digunakan sebagai obat luka sayat. Penggunaan dosis terapi ini, dilakukan untuk mengetahui dosis yang paling efektif atau paling baik dari hasil cuka apel yang bisa dipergunakan untuk mengobati luka sayat pada mencit putih.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu: Apakah cuka apel memiliki efektivitas dalam proses penyembuhan luka sayat.
1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : untuk mengetahui efektifitas cuka apel sebagai penyembuhan luka sayat
4
1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Manfaat bagi peneliti Untuk menambah ilmu pengetahuan serta mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dari hasil studi. 2. Manfaat bagi peneliti Memberikan informasi kepada masyarakat tentang penggunaan cuka apel sebagai penyembuhan luka.
1.4 Asumsi Penelitian Cuka apel mengandung senyawa tanin, flavonoid, vitamin C yang dapat menyembuhkan luka sayat pada mencit.
1.5 Ruang Lingkup Dan Keterbatasan Penelitian Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah mempersiapkan cuka apel, melakukan pengenceran cuka apel menggunakan air, mempersiapkan hewan uji mencit putih (mus muscullus), melakukan pembuatan luka dengan cara diberi sayatan pada punggung mencit putih (mus muscullus). Parameter pembekuan darah tidak boleh lebih dari sekitar 3 menit. Melakukan pengamatan patologi anatomi kulit pada mencit dan observasi hasil sampai dengan pembuatan pembahasan dan kesimpulan. Adapun keterbatasan dalam penelitian ini adalah penelitian hanya melakukan pengamatan patologi anatomi terhadap mencit pada proses penyembuhaan luka. Dan pembagian mencit setiap kandang hanya diisi 3 ekor
5
mencit setiap kandang dikarenakan pada hasil penelitian invivo sebelumnya, mencit dalam satu kandang harus ganjil.
1.6 Definisi Istilah Untuk menghindari adanya kemungkinan perbedaan presepsi didalam penulisan proposal ini yang kurang difahami, maka ada bebrapa hal dapat dijelaskan di bawah ini: 1. Efektifitas adalah dosis terendah yang sudah mempunyai kemampuan aktifitas tertentu. 2. Cuka apel adalah cairan dari proses fermentasi buah apel yang diperoleh dari pembelian. 3. Merk X adalah nama brand dari cuka apel yang tidak ditunjukkan dalam penelitian ini. 4. Mencit yang disayat adalah mencit putih yang di sayat pada daerah punggungnya. 5. Penyembuhan luka adalah proses, cara, perbuatan menyembuhkan, pemulihan.
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Tentang Cuka Apel 2.1.1 Pengertian Cuka Apel Cuka adalah salah satu hadiah besar dari alam bagi umat manusia, dan sejarah cuka menunjukkan kepada kita mengapa ini bisa terjadi.Cuka adalah produk yang benar-benar alami. Setiap minuman beralkohol, apakah itu terbuat dari apel, anggur, kurma, beras atau gula putih, sekali terkena udara, akan berubah secara alami menjadi cuka. Bakteri yang selalu ada di udara yang mengubah alkohol dalam sari apel beralkohol, anggur, dan bir, menjadi asam asetat, yang memberikan rasa khas asam cuka yang tajam.Jadi pada dasarnya manusia telah mengenal cuka sejak sebelum sejarah cuka dikenal. Cuka apel (apple cider vinegar) merupakan cairan berwarna coklat yang terbuat dari fermentasi buah apel.Cuka apel sudah digunakan sejak ribuan tahun yang lalu karena sifat-sifatnya yang dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit dan infeksi, seperti sinusitis, demam, dan flu. Meminum cuka apel setiap hari akan membantu memperbaiki pencernaan dan menyembuhkan banyak penyakit kronis, seperti depresi, kelelahan, arthritis, serta dapat menurunkan tekanan darah dan kadar kolesterol. Cuka apel telah digunakan selama ribuan tahun untuk mengobati berbagai keluhan penyakit.Sejak itu, cuka apel terus digunakan untuk mengobati
7
berbagai penyakit termasuk nyeri. Cuka apel juga digunakan oleh tentara Romawi dan para pendekar samurai Jepang sebagai ramuan untuk kesehatan, kekuatan, dan vitalitas. Cuka apel juga digunakan pada perang saudara Amerika sebagai antiseptik untuk membersihkan luka tentara dan terus digunakan untuk tujuan yang sama pada Perang Dunia I. 2.1.2 Kandungan Cuka Apel Cuka apel memiliki sifat membersihkan dan dapat digunakan sebagai antiseptik.Cuka apel mengandung asam asetat yang membantu menyingkirkan bakteri berbahaya dan jamur pada saluran pencernaan.Hal ini membantu kerja pencernaan dan penyerapan nutrisi dari makanan oleh usus. Cuka apel juga mengandung pectin, merupakan serat yang larut dalam air, sehingga membantu menyerap air,lemak, racun, dan kolsterol dari saluran pencernaan dan membuangnya keluar dari tubuh. Cuka apel juga memililiki kandungan kimia lain yaitu tannin, flavonoid, dan vitamin C. 2.1.3 Kandungan kimia Dalam buah apel terkandung senyawa tannin, flavonoid, serat, vitamin A,B1, B2, B3, B5, B6 dan vitamin C. Terdapat pula sejumlah mineral seperti potassium, magnesium, kalsium, zat besi, zinc.
8
2.2 Tinjauan Tentang Kandungan Kimia 2.2.1 Tanin
Gambar 2.1 Struktur kimia Tanin Tanin secara umum didenifisikan sebagai senyawa polifenol yang memiliki berat molekul cukup tinggi dan dapat membentuk kompleks dengan protein.Tannin dapat mengendakan protein hingga mengkhelat logam, tannin dapat mempercepat terbentuknya kolagen dan anti oksidan.Tannin merupakan senyawa polifenol yang artinya senyawa yang memiliki bagian berupa gugus fenolik. Senyawa tannin dibagi menjadi dua yaitu: tannin yang terhidrolisis dan tannin yang terkondensasi. 1. Tanin Terhidrolisis Tannin terhidrolisis biasanya berikatan dengan karbohidrat dengan membentuk jembatan oksigen, maka dari itu tannin dapat dihidrolisis dengan asam sulfat atau asam klorida
9
2. Tannin Terkondensasi Tanin jenis ini tidak dapat dihidrolili, tetapi dapat terkondensasi menghasilkan asam klorida.Tannin terkondensasi terdiri dari polimer flafonoid yang merupakan senyawa fenol.
Sifat Fisika dan Kimia Tanin
1. sifat fisika tannin : 1. Jika dilarutkan dalam air akan membentuk koloid dan memiliki rasa asam dan sepat 2. Apabila dicampur dengan alkaloid dan gelatin akan terjadi endapan. 3. Tidak dapat mengkristal. 4. Mengendapkan protein dari larutannya dan bersenyawa protein tersebut sehingga tidak dipengaruhi oleh enzim probiotik. 2. Sifat kimia tannin : 1. Merupakan senyawa kompleks dalam bentuk campuran polifenol yang sukar dipisahkan sehingga sukar mengkristal. 2. Tannin dapat diidentifikasi dengan kromatografi. 3. Senyawa fenol dari tannin mempunyai antiseptic dan pemberi warna.
Aktifitas tannin sebagai hermostatik yakni menghentikan pendarahan dari pembuluh darah yang terluka, dengan cara tannin akan engendapkan protein darah sehingga terjadi gumpalan yang dapat menghambat aliran darah. Tannin dapat digunakan sebagai obat luka karena tannin dapat mempercepat pembentukan kolagen , dengan terbentuknya kolagen maka maka proses penyembuhan lua dapat
10
terjadi secara cepat. Tannin juga memiliki aktifitas antibakteri, dengan mekanisme kerja merusak membrane sel bakteri.
2.2.2 Flavonoid
Gambar 2.2 Struktur Kimia Flavonoid Flavonoid merupakan senyawa fenol cenderung golongn terbesar dan senyawa fenol yang dapat bersifat koagulator protein (Dwidjoeseputro,1994). Senyawa fenol cenderung mudah larut dalam air karena umumnya mereka sering kali berkaitan dengan gula sebagai glikosida, dan biasanya terdapat dalam vakuolasel.Flavonoid terutama berupa senyawa yang larut dalam air.Semua flavonoid menurut strukturnya merupakan turunan senyawa induk flavon. Beberapa kelas flavonoid antara lain antosianin, flavonol, glikovlavon, isoflavon, flavon, dan khalkon. Kebanyakan flavonoid merupakan senyawa antioksidan yang paten. Beberapa flavonoid mempunyai sifat antiinflamasi, antimkroba, antitumor, dan antifirus. Flavonoid juga berfungsi sebagai antibakteri dengan cara membentuk senyawa kompleks terhadap protein ekstraseluler yang mengganggu integritas membrane sel bakteri (Dwidjoseputro, 1994). Flavonoid yang terkandung dalam cuka apel adalah flavonoid jenis quercetin.
11
2.2.3 Vitamin C (Asam Askorbat)
Gambar 2.3 Struktur Kimia Vitamin C Asam askorbat atau lebih dikenal dengan nama vitamin C adalah vitamin untuk jenis primat tetapi tidak merupakan vitamin bagi hewan-hewan lain. Asam askorbat adalah suatu reduktor kuat (Winarno,1997). Vitamin C tergolong vitamn yang mudah larut dalam air.
Sifat Fisik Dan Sifat Kimia Vitamin C Vitamin C berbentuk kristal kuning keputihan yang larut dalam air dan
memiliki sifat antioksidan. Vitamin C termasuk golongan antioksidan karena sangat muda teroksidasi oleh panas, cahaya, dan logam, oleh karena itu penggunaan vitamin C sebagai anti oksidan semakin sering dijumpai. Oksdasi akan terlambat bila vitamin C dibiarkan dalam keadaan asam atau pada suhu rendah. Kelenjar adrenalin mengandung vitamin C yang sangat tinggi.Vitamin C atau asam askorbat memiliki berat molekul 176 dengan rumus molekul C6H8O6.Bentuk Kristal tidak berwarna.Vitamin memiliki titik cair 190-192 bersifat larut dalam air dan sedikit larut dalam aseton atau alcohol yang
12
mempunyai berat molekul rendah. Akan tetapi vitamin C sukar larut dalam pelarut organic yang umumnya dapat melarutkan lemak Bentuk teroksidasinya, asam dehidroaskorbat, mudah direduksi lagi dengan berbagai reduktor seperti glutation dipastikan karena asam ini tidak dapat berikatan dengan protein yang manapun. Sifat fisik dan kimiawi asam askorbat adalah merupakan derivat monosakarida yang mempunyai gugus enediol dan mempunyai 2 rumus bangun yang erat, yaitu sebagai asam askorbat dan dehidro asam askorbat (Wahjudi 2003).Dehidro asam askorbat terjadi karena oksidasi spontan dari udara.Keduanya merupakan bentuk aktif yang terdapat dalam cairan tubuh. Merupakan kristal putih tidak berbau yang larut dalam air (tetapi kurang stabil), tidak larut dalam lemak. Stabil dalam larutan dan penyimpanan dingin, peka terhadap pemanasan dan oksidasi (terutama bila ada Cu, maka vitamin C adalah pereduksi yang kuat). Kebutuhan vitamin C dewasa 45 mg/hari, anak-anak 35 mg/hari, bumil & buteki : 60 mg/hari (Hawab 2005). Vitamin C sangat mudah dirusak oleh pemanasan, karena ia mudah dioksidasi. Dapat juga hilang dalam jumlah yang banyak pada waktu mencincang sayur-sayuran
seperti
kol
atau
pada
menumbuk
kentang
(Lehninger
1982). Vitamin C dapat hilang karena hal-hal seperti: Pemanasan yang menyebabkan rusak atau berbahayanya struktur, pencucian sayuran setelah dipotong-potong terlebih dahulu, adanya alkali atau suasana basa selama pengolahan, dan membuka tempat berisi vitamin C, sebab oleh udara akan terjadi
13
oksidasi yang tidak reversible. Penambahan tomat atau jeruk nipis dapat mengurangi kadar vitamin C. Vitamin C mudah teroksidasi dan proses tersebut dipercepat oleh panas, sinar atau enzim oksidasi, serta oleh katalis lembaga dan besi. Oksidasi akan terhambat bila vitamin C dibiarkan dalam keadaan asam atau suhu rendah. Buah yang masih muda (mentah) lebih
Peranan vitamin C dalam tubuh: Vitamin C diperlukan untuk menjaga struktur kolagen, yaitu sejenis
protein yang menghubungkan semua jaringan serabut, kulit, urat, tulang rawan, dan jaringan lain di tubuh manusia. Struktur kolagen yang baik dapat menyembuhkan patah tulang, memar, pendarahan kecil, dan luka ringan.
2.3 Mekanisme Penyembuhan Luka 1. Tannin Pada proses peradangan tannin berfungsi untuk menghentikan perdarahan dari pembuluh darah yang terluka, dengan cara tannin akan mengendapkan protein darah sehingga terjadi gumpalan yang dapat menghambat aliran darah. Tannin juga bertugas pada fase poliferatif, dimana fase ini adalah fase perbaikan dan fase persiapan menghasilkan peoduk struktur protein yang akan digunakan selama proses rekonstruksi jaringan atau kolagen, karena tannin dapat mempercepat pembentukan kolagen, dengan terbentuknya kolagen maka proses penyembuhan luka dapat terjadi secara cepat karena kolagen adalah sejenis protein yang
14
menghubungkan semua jaringan serabut, kulit, urat, tulang rawan, dan jaringan lain di tubuh manusia sehingga luka lebih cepat menutup. Tannin juga memiliki aktifitas antibakteri dengan mekanisme kerja merusak membrane sel bakteri sehingga tannin dapat membantu pada fase peradangan agar tidak terjadi infeksi pada luka. 2. Flavonoid Flavonoid memiliki sifat antiinflamasi sehingga tugas flavonoid sebagai penyembuhan luka adalah pada fase peradangan atau fase inflamasi dan flavonoid juga bertugas sebagai antibakteri. Pada fase peradangan luka sayat yang terbuka sangat rentan terhadap timbulnya bakteri sehingga luka semakin melebar, bernanah, berbau busuk dan menghambat proses penyembuhan. Fungsi flavonoid sebagai antibakteri dengan cara membentuk senyawa kompleks terhadap protein yang mengganggu integritas membran sel bakteri, maka bakteri tidak akan berkembang biak pada luka sehingga tidak terjadi infeksi pada luka sayat. 3. Vitamin C Vitamin C diperlukan untuk menjaga struktur kolagen. Vitamin C bertugas pada fase maturasi atau fase penyembuhan. Tujuan fase ini adalah menyempurnakan
terbentuknya
jaringan
baru
menjadi
jaringan
penyembuhan yang kuat dan bermutu. Pada fase ini tugas vitamin C menjaga struktur kolagen adalah agar kolagen dapat bekerja dengan baik dan lebih kuat sehingga serat fibrin dari kolagen bertambah banyak untuk memperkuat jaringan parut. Dengan adanya jaringan parut maka luka dikatakan sembuh.
15
2.4 Pengguaan Cuka Apel Cuka apel banyak sekali kegunaanya.Cuka apel memiliki sifat pembersih yang kuat dan membantu penyembuhan banyak penyakit.Cuka apel
dapat
digunakan
untuk
membersihkan
usus
dan
saluran
pencernaan.Cuka apel juga memiliki kemampuan menurunkan tekanan darah dan kolesterol, serta mempu membuang lemak dan racun dari tubuh.Cuka apel juga bermanfaat sebagaiMenyembuhkan Luka, cuka apel bisa dipakai untuk menyembuhkan luka. Cuka apel dapat menyembuhkan luka dengan cara mencegah penyebaran bakteri di atas luka. Selain itu, cuka apel juga mempercepat proses penyembuhan dan mengurangi rasa gatal yang biasanya timbul saat luka mulai sembuh.
2.5 Tinjauan Tentang Kulit 2.5.1 Anatomi kulit Kulit merupakan suatu organpembungkus seluruh permukaan luar tubuh, dan merupakan organ terbesar.Kulit mempunyai peranan penting yang dapat menjaga kita agar tetap sehat. Peranan kulit terpenting antara lain sebagai pengatur suhu tubuh dan berfungsi sebagai pelindung. Fungsi perlindungan ini terjadi melalui sejumlah mekanisme biologis, seperti pembentukan lapisan induk secara terus menerus, respitasi dan pengaturan suhu tubuh, produksi sebum dan keringat, dan pembentukan pignen melanin untuk melindungi kulit dari bahaya sinar UV matahari, sebagai
16
peraba dan perasa, serta pertahanan terhadap tekanan dan infeksi dari luar (Anonim,2008). Kulit terdiri dari 3 lapisan utama yaitui: lapisan epidermis atau kulit ari (sebagai lapisan paling luar), lapisan dermis dan subkutis yang mempunyai bentuk dan fungsi yang spesifik.
Gambar 2.4 Struktur Kulit 2.5.1.1 Lapisan Epidermis Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler.Terdiri dari epitel berlapis gepeng bertanduk, mengandung sel melanosit, Langerhans dan merkel.Tebal epidermis berbeda-beda pada berbagai tempat di tubuh, paling tebal pada telapak tangan dan kaki.Ketebalan epidermis hanya sekitar 5 % dari seluruh ketebalan kulit (syukurni, 2013). Lapisan epidermis terdiri dari beberapa lapisan yaitu: 1. Stratum corneum (lapisan tanduk). Stratum corneum merupakan lapisan kulit yang paling luar. Stratum korneum paling tebal pada telapak kaki dan paling tipis pada pelupuk mata, pipi dan dahi. 2. Stratum lucidum (daerah rintangan). Stratum lucidum menunjukkan
17
berbagai daerah sawar hanya terlihat pada telapak kaki dan telapak tangan 3. Stratum
granulosum
(lapisan
seperti
butir).
Stratum
granulosum
berpartisipasi aktif dalam proses keratinisasi, hanya mekanismenya belum diketahui jelas. 4. Stratum spinosum (lapisan sel duri). Stratum spinosum (stratum malpighi) terdiri dari beberapa lapis sel yang berbentuk poligonal yang besarnya berbeda-beda karena adanya proses mitosis. 5. Stratum germinativum (lapisan sel basal). Lapisan ini merupakan lapisan epidermis yang paling bawah. Disini ditemukan sel-sel yang membelah diri dan membentuk sel kulit baru yang selanjutnya bergeser ke lapisan lebih atas sehingga suatu saat menjadi lapisan cornium (Bayu,2008). 2.5.1.2 Lapisan Dermis Dermis adalah lapisan kulit di bawah epidermis yang terdiri dari jaringan ikat dan bantal tubuh dari stres dan ketegangan.Dermis erat terhubung ke epidermis dengan membran dasar.dermis juga merupakan pelabuhan banyak ujung saraf yang menyediakan indera peraba dan panas. dermis berisi folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebaceous, kelenjar apokrin, pembuluh limfatik dan pembuluh darah. Pembuluh darah di dermis menyediakan makanan dan pembuangan sampah dari sel sendiri serta dari basale Stratum dari epidermis. Dermis secara struktural dibagi menjadi dua daerah: daerah yang dangkal berbatasan dengan epidermis, yang disebut daerah papiler, dan area dalam tebal dikenal sebagai wilayah reticular.
18
Daerah papiler terdiri dari jaringan ikat longgar areolar. Ini adalah nama untuk proyeksi fingerlike yang disebut papila, yang memperpanjang ke arah epidermis. Papila menyokong dermis dengan permukaan "bergelombang" yang interdigitates dengan epidermis, memperkuat hubungan antara dua lapisan kulit.Di telapak tangan, jari, telapak, dan jari kaki, pengaruh papila memproyeksikan ke epidermis membentuk kontur di permukaan kulit.Ini disebut pegunungan gesekan, karena mereka membantu tangan atau kaki untuk memahami dengan meningkatkan gesekan. Pegunungan Gesekan terjadi pada pola (lihat: sidik jari) yang secara genetik dan epigenetically ditentukan dan karenanya unik untuk individu, sehingga memungkinkan untuk menggunakan sidik jari atau jejak kaki sebagai alat identifikasi. Wilayah reticular terletak jauh di daerah papiler dan biasanya lebih tebal.Ini terdiri dari jaringan ikat padat tidak teratur, dan menerima namanya dari padatnya konsentrasi serat kolagen, elastis, dan retikuler yang menenun sepanjang itu. Serat-serat protein memberikan dermis sifat kekuatan, dan elastisitas,.Selain ini juga yang terletak di wilayah retikuler adalah akar rambut, kelenjar sebaceous, kelenjar keringat, reseptor, kuku, dan pembuluh darah.Tinta tato ada di dermis.Tanda peregangan dari kehamilan juga terletak di dalam dermis. 2.5.1.3 Lapisan Subkutis (Hipodermis) Lapisan subkuitis merupakan lapisan di bawah dermis atau hipodermis yang terdiri dari lapisan lemak.Lapisan ini terdapat jaringan
19
ikat yang menghubungkan kulit secara longgar dengan jaringan di bawahnya.Jumlah dan ukurannya berbeda-beda menurut daerah di tubuh dan keadaan nutrisi individu.Fungsinya untuk menempelkan kulit ke tulang dan otot yang mendasarinya serta menyuplai dengan pembuluh darah dan saraf.Ini terdiri dari jaringan ikat longgar dan elastin.Jenis sel utama adalah fibroblast, makrofag dan sel lemak (hipodermis mengandung 50% lemak tubuh).Lemak berfungsi sebagai bantalan dan isolasi untuk tubuh. 2.5.2 Fungsi Kulit 1. Mencegah terjadinya kehilangan cairan tubuh yang esensial. 2. Melindungi diri dari masuknya zat-zat kimia yang beracun dari lingkungan dan mikroorganisme. 3. Fungsi-fungsi imunologi. 4. Melindungi dari kerusakan akibat radiasi UV. 5. Mengatur suhu tubuh. 6. Sintesis vitamin D. 7. Berperan penting dalam daya tarik seksual dan interaksi sosial.
2.6 Tinjauan Tentang Luka Luka adalah sesuatu kerusakan pada struktur atau fungsi tubuh yang dikarenakan suatu paksaan atau tekanan fisik maupun kimiawi (wikipedia). Sedangkan menurut
Taylor (1997) Luka adalah suatu gangguan dari
kondisi normal pada kulit. Menurut Kozier ( 1995) luka adalah kerusakan
20
kontinyuitas kulit, mukosa membran dan tulang atau organ tubuh lain. Luka juga dapat merujuk pada luka batin atau perasaan. Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul : 1. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ 2. Respon stres simpatis 3.Perdarahan dan pembekuan darah 4.Kontaminasi bakteri 5. Kematian sel 2.6.1
Mekanisme terjadinya luka sayat : Luka gores atau luka sayat (Lacerated Wound), terjadi akibat benda yang tajam seperti oleh kaca atau oleh kawat.
2.6.2 Tinjauan Tentang Penyembuhan Luka Penyembuhan adalah proses, cara, perbuatan menyembuhkan, pemulihan (Depdikbud, 1999 : 905). Luka adalah belah (pecah, cidera, lecet) pada kulit karena kena barang yang tajam (Depdikbud, 1999 : 605). Jadi penyembuhan luka adalah panjang waktu proses pemulihan pada kulit karena adanya kerusakan atau disintegritas jaringan kulit. Penyembuhan luka dibagi menjadi 3 fase yaitu: 1. Fase Inflamasi atau peradangan Fase inflamasi adalah adanya respon vaskuler dan seluler yang terjadi akibat perlukaan yang terjadi pada jaringan lunak. Tujuan yang hendak dicapai adalah menghentikan perdarahan dan membersihkan area
21
luka dari benda asing, sel-sel mati dan bakteri untuk mempersiapkan dimulainya proses penyembuhan. Pada awal fase ini kerusakan pembuluh darah akan menyebabkan keluarnya platelet yang berfungsi sebagai hemostasis. Platelet akan menutupi vaskuler yang terbuka (clot) dan juga mengeluarkan “substansi vasokonstriksi” yang mengakibatkan pembuluh darah kapiler vasokonstriksi. Selanjutnya terjadi penempelan endotel yang akan menutup pembuluh darah. Periode ini berlangsung 5-10 menit dan setelah itu akan terjadi vasodilatasi kapiler akibat stimulasi saraf sensoris (Local sensory nerve endding), local reflex action dan adanya substansi vasodilator (histamin, bradikinin, serotonin dan sitokin). Histamin juga menyebabkan peningkatan permeabilitas vena, sehingga cairan plasma darah keluar dari pembuluh darah dan masuk ke daerah luka dan secara klinis terjadi oedema jaringan dan keadaan lingkungan tersebut menjadi asidosis.Secara klinis fase inflamasi ini ditandai dengan : eritema, hangat pada kulit, oedema dan rasa sakit yang berlangsung sampai hari ke-3 atau hari ke-4. 2. Fase Proliferatif Proses kegiatan seluler yang penting pada fase ini adalah memperbaiki dan menyembuhkan luka dan ditandai dengan proliferasi sel. Peran fibroblas sangat besar pada proses perbaikan yaitu bertanggung jawab pada persiapan menghasilkan produk struktur protein yang akan digunakan selama proses reonstruksijaringan.Pada jaringan lunak yang normal (tanpa perlukaan), pemaparan sel fibroblas sangat jarang dan biasanya bersembunyi di matriks jaringan penunjang. Sesudah terjadi luka,
22
fibroblas akan aktif bergerak dari jaringan sekitar luka ke dalam daerah luka, kemudian akan berkembang (proliferasi) serta mengeluarkan beberapa substansi (kolagen, elastin, hyaluronic acid, fibronectin dan proteoglycans) yang berperan dalam membangun (rekontruksi) jaringan baru. Fungsi kolagen yang lebih spesifik adalah membentuk cikal bakal jaringan baru (connective tissue matrix) dan dengan dikeluarkannya substrat oleh fibroblas, memberikan pertanda bahwa makrofag, pembuluh darah baru dan juga fibroblas sebagai kesatuan unit dapat memasuki kawasan luka. Sejumlah sel dan pembuluh darah baru yang tertanam didalam jaringan baru tersebut disebut sebagai jaringan “granulasi”.Fase proliferasi akan berakhir jika epitel dermis dan lapisan kolagen telah terbentuk, terlihat proses kontraksi dan akan dipercepat oleh berbagai growth faktor yang dibentuk oleh makrofag dan platelet. 3. Fase Maturasi Fase ini dimulai pada minggu ke-3 setelah perlukaan dan berakhir sampai kurang lebih 12 bulan. Tujuan dari fase maturasi adalah ; menyempurnakan
terbentuknya
jaringan
baru
menjadi
jaringan
penyembuhan yang kuat dan bermutu. Fibroblas sudah mulai meninggalkan jaringan granulasi, warna kemerahan dari jaringa mulai berkurang karena pembuluh mulai regresi dan serat fibrin dari kolagen bertambah banyak untuk memperkuat jaringan parut. Kekuatan dari jaringan parut akan mencapai puncaknya pada minggu ke-10 setelah perlukaan.Untuk mencapai penyembuhan yang optimal diperlukan keseimbangan antara kolagen yang diproduksi dengan yang dipecahkan. Kolagen yang berlebihan akan terjadi
23
penebalan jaringan parut atau hypertrophic scar, sebaliknya produksi yang berkurang akan menurunkan kekuatan jaringan parut dan luka akan selalu terbuka. Luka dikatakan sembuh jika terjadi kontinuitas lapisan kulit dan kekuatan jaringan parut mampu atau tidak mengganggu untuk melakukan aktifitas normal. Meskipun proses penyembuhanluka sama bagi setiap penderita, namun outcome atau hasil yang dicapai sangat tergantung pada kondisi biologis masing-masing individu, lokasi serta luasnya luka. Penderita muda dan sehat akan mencapai proses yang cepat dibandingkan dengan kurang gizi, diserta penyakit sistemik (diabetes mielitus).
Gambar 2.5 Proses Penyembuhan Luka
2.7 Tinjauan Tentang Povidone Iodine 2.7.1 Devinisi Menurut Wibawati (2012) povidone iodine merupakan penggabungan senyawa yodium dengan polivinil pirolidon (PVP) untuk menghasilkan povidon yodium yang digunakan secara luas untuk antiseptik kulit.Senyawa ini merupakan
24
zat antibakteri lokal yang efektif tidak hanya untuk bakteri tetapi juga spora dan dapat digunakan pada perawatan topical dan sistemik. Menurut Katzung (1998) dalam wibawati (2012), penggunaan zat povidone iodine sangat efektif untuk mematikan, akan tetapi disisi lain akan menimbulkan iritasi pada luka karena zat-zat yang terkandung dalam bahan antiseptic akan dianggap sebagai benda asing oleh tubuh karena komponen dan susunannya berbeda dengan sel-sel tubuh. Penggunaan povidone iodine untuk mengobati luka dapat dilakukan dengan cara mengoleskan zat tersebut secukupnya langsung pada kulit, karena dengan kontak langsung pada kulit maka penyerapan iodine akan menjadi lebih mudah sehingga kesembuhan menjadi lebih cepat (Robert, 1998 dalam wibawati 2012). Karena povidone iodine termasuk obat luka yang efektif, sederhana dan murah maka penggunaanya cukup dianjurkan megoleskan obat 2-3 kali sehari pada kulit luka. Mekanisme kerja povidone iodine bersifat bakteriostatik dengan kadar 640 ug/ml dan bersifat bakterisid pada kadar 960 ug/ml. Mikrobakteri tuberkolosa bersifat resisten terhadap bahan ini. Povidone iodine memiliki toksisitas rendah pada jaringan, tetapi detergen dalam larutan pembersih akan lebih meningkatkan toksisitasnya (Peter, 1992). Dalam 10% povidone iodine mengandung 15 iodiyum yang mampu membunuh bakteri dalam waktu 1 menit dan membunuh spora dalam waktu 15 menit (Ganswara, 1995). 2.7.2 Manfaat Povidone iodine
25
Menurut Tjay dan Rahardja (2002), manfaat penggunaan povidone iodine 10% sebagai antiseptic solution adalahUntuk pengobatan pertama dan mencegah timbulnya infeksi pada luka-luka lecet seperti:lecet, terkelupas, tergores, terpotong,dan tersayat.Untuk mencegah timbulnya infeksi pada luka khitan, Untuk melindungi luka-luka operasi terhadap kemungkinan timbulnya infeksi, Sebagai pencuci tangan sebelum operasi, dapat mengurangi populasi kuman hingga 85% dan kembali ke posisi normal setelah 8 jam. Penggunaan povidone iodine dalam prosentase lain sebagai berikut : 1.Sebagai obat kumur dengan konsetrasi 1%. 2.Sebagai larutan pembersih dengan konsetrasi 2%. 3.Salep dengan konsetrasi 2%. 4.Sebagai lotion dengan konsetrasi 0,75%
2.8 Tinjauan Tentan Eter Eter merupakan cairan tidak berwarna, mudah menguap, berbau khas, mengiritasi saluran nafas, mudah terbakar atau meledak, tidak bereaksi dengan soda lime absorber, dan dapat terurai oleh udara serta cahaya. Eter merupakan obat anastesi yang sangat kuat. Eter dapat digunakan dengan berbagai metode anastesi.Keuntungan eter ini adalah harganya lebih mudah, mudah di dapatkan, tidak perlu digunakan
26
bersama obat-obat lain karena telah memenuhi trias anestesi, cukup aman dengan batas keamanan yang lebar, dan alat yang digunakan cukup sederhana. Kerugian penggunaan eter ini adalah mudah meledak atau tebakar, bau tidak enak, mengiritasi jalan nafas, menimbulkan hipersekresi kelenjar ludah, menyebabkan mual, dan muntah, serta dapat menyebabkan hiperglikema (Mansjuer arief, 2000).
2.9 Tinjauan Tentang Hewan Uji Mencit digunakan sebagai hewan model hidup dalam berbagai kegiatan penelitian terutama yang akan diterapkan pada manusia. Hewan ini mudah didapat, mudah dikembangbiakkan dan harganya relative murah, ukurannya kecil sehingga mudah di tangani.Sebagaimana makhluk hidup lainnya selama pertumbuhan dan perkembangannya mencit tidak dapat lepas dari berbagai factor lingkungan hidupnya.Sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi khususnya dalam bidang biomedis, kebutuhan hewan percobaan terutama mencit semakin meningkat kualitas maupun kuantitasnya, kali ini berhubungan dengan semakin banyaknya ilmu pengetahuan yang menggunakan hewan uji di dalam pengamatan peneliti. 2.9.1 Asal usul Mencit Mencit (Mus musculus) adalah anggota Muridae (tikus-tikusan) yang berukuran kecil. Berikut data taksonomi mencit: Kerajaan
:Animalia
27
Filum
:Chordata
Kelas
:Mamalia
Ordo
:Rodentia
Famili
:Muridae
Upafamili
:Murinae
Genus
:Mus
Spesies
:Mus musculus Penyebaran sangat luas dan semua jenis (strain) yang dapat dipakai di
laboratorium sebagai hewan percobaan berasal dari mencit liar yang melalui seleksi. Masing-masing jenis dicirikan melalui warna, perangai, susunan anatomi, dan fisiologi. 2.9.2 Karakteristik Mencit Karakteristik dan keutamaan dari mencit ini adalah: 1. Pembauannya sangat peka yang memiliki fungsi untuk mendeteksi pakan, deteksi predator dan deteksi signal (feromon). 2. Penglihatan jelek karena sel conus sedikit sehingga tidak dapat melihat warna. 3. Sistem social: soliter atau berkelompok. 4. Tingkah laku: jantan dewasa dengan jantan dewasa akan berkelahi, betina dewasa dengan jantan dewasa akan damai, dan betina dewasa dengan betina dewasa akan damai
28
Tabel 2.1 Tabel Data Karakteristik Mencit Karakteristik
Mencit (Musculus)
Pubertas (dewasa)
35 hari
Masa beranak
Sepanjang tahun
Hamil
19-20 hari
Jumlah sekali lahir
4-12 ( biasanya 6-8)
Lama hidup
2-3 tahun
Masa laktasi
21 hari
Frekuensi kelahiran/tahun
4
Suhu tubuh
37,9-39,2oC
Berat badan dewasa
20-40 gr jantan
Berat lahir
0,5-1,0 gr
Volume darah
7,5% BB
Tekanan darah
130 - 160 sistol, 80 diasatol dengan anastesis
kecepatan respirasi
149-160/ menit, turun menjadi 80 dengan anastesis, naik sampai 230 dalam stres.
Denyut jantung
600-650/menit, turun menjadi 350 dengan anastesis, naik sampai 750 dalam stres.
2.9.3 Sifat-sifat mencit Mencit merupakan hewan jinak, lemah, mudah ditangani, takut cahaya dan aktif pada malam hari.Mencit yang dipelihara sendiri makannya lebih sedikit dan bobotnya lebih ringan disbanding yang dipelihara bersama-sama dalam satu kandang.
29
2.9.4 Siklus Dewasa Mencit mencapai dewasa kelamin 3.5-4 minggu, menurut Collin, dewasa kelamin dicapai pada umur 35-40 hari, menurut Mitruka pada umur 6-8 minggu. 2.9.5 Perkembangan Hidup Pertumbuhan berbeda dengan perkembangan, pertumbuhan dilukiskan sebagai proses pertambahan bobot dengan bertambahnya waktu (umur) sedangkan perkembangan adalah penggantian bentuk, penyusunan komponen tubuh, panca indra, dan fungsi organ tubuh. Pada umumnya berat lahir mencit sekitar 1 gram, berat lahir tergantung pada jenis (strain) mencit.Setelah 4 hari rambut mulai tumbuh di sekujur tubuhnya, terutama misai yang terlihat jelas, pada 5 hari seluruhnya sudah terlihat putih. Pada umur 13-14 hari, mencit selain minum susu induk juga mulai memakan makanan pada (pellet) dan mulai belajar minum dari botol. Pada umur 16 hari sudah dapat disapih tetapi penyapihan sebaiknya dilakukan umur 21 hari pada saat ini berat mencit sekitar 8-12 gram dan 20-25 gram pada kondisi dewasa serta perbedaan (strain). Cuka apel merupakan minuman herbal yang dapat digunakan sebagai obat. Cuka apel ini memiliki berbagai manfaat diantaranya untuk mengobati penyakit diabetes, asam urat, kanker, darah tinggi, hemostatis (pendarahan). Secara empiris cuka apel ini terbukti memiliki khasiat sebagai obat untuk hemostatis (pendarahan) dan mengobati luka. Kemampuan cuka apel sebagai obat luka dikarenakan mengandung tannin, flvanoid, vitan C, dan senyawa-senyawa lain.
30
Beberapa kajian ilmiah menyebutkan bahwa tannin mempunyai efektivitas sebagai hemostatik yakni menghentikan pendarahan dari pembuluh darah yang terluka, dengan cara tanin akan mengedapkan protein darah sehingga terjadi gumpalan yang dapat menghambat aliran darah. Selain itu tanin dapat digunakan sebagai obat luka dikarenakan tanin dapat meningkatkan proses granuloma, memecah kekuatan granulasi jaringan, mempercepat masa epitelisasi. Beberapa kandungan lain seperti saponin berperan dalam penyembuhan luka dengan cara memacu pembentukan kolagen, yakni protein struktur yang berperan dalam proses kesembuhan luka. Pada penelitian efektivitas cuka apel pada proses penyembuhan luka pada mencit menggunakan metode eksperimen pada hewan uji atau animal model . Animal model yang digunakan pada penelitian ini adalah hewan mencit putih jantan (Mus musculus ). Pengujian cuka apel akan dibagi dalam 3 dosis terapi (dosis 1, dosis 2,dan dosis 3) yang akan digunakan sebagai obat luka sayat. Penggunaan dosis terapi ini, dilakukan untuk mengetahui dosis yang paling efektif atau paling baik dari hasil cuka apel yang bisa dipergunakan untuk mengobati luka sayat pada mencit putih. Pengamatan hasil akhir dari penelitian ini dilakukan secara Anova dengan cara mengamati ada atau tidak nya perubahan gambaran patologi anatomi luka pada mencit putih yang telah diberikan cuka apel dan yang telah diberikan terapi dari Povidone Iodine.
31
2.10 Kerangka Teori Cuka apel (Apple Cider Vinegar) sudah digunakan sejak ribuan tahun yang lalu karena sifatnya yang dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit dan infeksi.Rasa asam dari cuka apel membuatnya memiliki sifat pembersih dan dapat digunakan sebagai antiseptic.Cuka apel mengandung asam asetat yang membantu menyingkirkan bakteri berbahaya dan jamur. Selain itu di dalam cuka apel juga mengandung senyawa tannin, flafonoid, dan vitamin C. Cuka apel dapat menyembuhkan luka dengan cara mencegah penyebaran bakteri diatas luka. Selain itu, cuka apel juga mempercepat proses penyembuhan luka dan mengurangi rasa gatal yang biasanya timbul saat luka mulai sembuh. Proses penyembuhan luka secara empiris tentara dan masyarakat zaman dahulu menggunakan cuka apel yang diencerkan dengan air terlebih dahulu kemudian dioleskan pada bagian yang luka ( Bambang, 2010). Beberapa sumber ilmiah menyebutkan bahwa tannin mempunyai efektifitas sebagai hermostatis yaitu menghentikan perdarahan dari pembuluh darah yang terluka, dengan cara tannin akan mengendapkan protein darah sehingga terjadi gumpalan yang dapat menghambat aliran darah. Beberapa kandungan lain seperti flavonoid berperan sebagai antibakteri dengan cara membentuk senyawa kompleks terhadap protein enzim seluler yang mengganggu integritas membrane sel bakteri. Vitamin C mempunyai peran sebagai membentuk jaringan ikat kolagen (Markham, 1988). Pada penelitian efektivitas cuka apel pada proses penyembuhan luka menggunakan metode eksperimen pada hewan uji atau animal model. Animal
32
model yang digunakan pada penelitian ini adalah hewan mencit putih jantan (mus muscullus) dikarenakan harganya yang relative murah dan perawatannya pun mudah. Dalam praktikum ini mencit putih yang digunakan berjenis kelamin jantan karena jika berjenis kelamin betina proses pengamatan hasil praktikum akan rancu atau tidak valid dikarenakan mencit betina ada masa menstruasi dan hal tersebut akan mempengaruhi hasil praktikum. Pengujian cuka apel dengan hewan uji mencit ini diberi atas beberapa varian dosis terapi yang akan digunakan sebagai obat luka sayat. Penggunaan dosis yang paling efektif atau paling baik dari hasil cuka apel yang bisa dipergunakan untuk mengobati luka sayat pada mencit putih. Cuka apel (Apple Cider Vinegar) diperlakukan di encerkan terlebih dahulu dengan menggunakan air sebanyak 2 sendok makan cuka apel di encerkan dalam air sebanyak 150 ml. Cuka apel ini mempunyai mekanisme kerja sebagai pembentuk jaringan baru dan mencegah penyebaran bakteri di atas luka dan mempercepat proses penyembuhan luka. Pengujian cuka apel pada mencit akan dibagi dalam 3 dosisi terapi ( dosis 1, dosis 2, dosis 3) yang akan digunakan sebagai obat luka sayat. Penggunaan dosis terapi ini, dilakukan untuk mengetahui dosis yang paling efektif atau paling baik dari hasil cuka apel yang bisa dipergunakan untuk mengobati luka sayat pada mencit putih. Pengamatan hasil akhir dari penelitian ini dilakukan dengan metode Anova dengan cara mengamati ada atau tidaknya perubahan gambaran patologi anatomi luka pada mencit putih yang telah diberikan cuka apel (Apple Cider Vinegar) dan yang telah diberikan terapi pividone iodine.
33
2.11 Hipotesis Penelitian Hipotesis yang ada dalam penelitian ini yaitu: Cuka apel memiliki efektivitas sebagai penyembuh luka pada mencit putih.
34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian Penelitian yang dilakukan untuk mengetahui efektivitas cuka apel terhadap proses penyembuhan luka mencit putih, maka metode yang dilakukan yaitu menggunakan metode eksperimental. Metode eksperimental atau metode percobaan merupakan salah satu bentuk rancangan penelitian yang dilakukan untuk mengungkapkan hubungan sebab akibat dua variabel atau lebih dengan mengendalikan pengaruh variabel yang lain. Metode ini dilaksanakan dengan memberikan variabel bebas secara sengaja kepada objek penelitian untuk diketahui akibatnya didalam variabel terikat. Penelitian ini meliputi tiga tahap kerja yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan penelitian, dan pengumpulan data.Pertama, tahap persiapan meliputi pengenceran cuka apel.persiapan alat dan bahan. Kedua, tahap pelaksanaan dalam penelitian ini meliputi kegiatan pemilihan hewan coba berupa mecit putih. Perlakuan uji akan dilakukan dengan pemberian cuka apel kedalam mencit putih yang sudah dalam keadaan terluka. Parameter yang diamati adalah adanya pembekuan darah, tanda-tanda inflamasi, penutupan luka, ukuran luka.Ketiga, tahap pengumpulan data, menganalisa data dan membuat kesimpulan dari data yang diperoleh.
35
3.2 Sampel. 3.2.1 Sampel Penelitian Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah cuka apel.
3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboraturium Farmakognosi Akademi Farmasi Putra Indonesia Malang. 3.3.2 Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai penyusunan proposal sampai dalam kurun waktu terselesaikan karya tulis ilmiah ini, mulai bulan oktober sampai januari 2014
3.4 Definisi Operasional Variabel Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat.Variabel bebas dalam penelitian ini adalah dosis cuka apel, Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan cuka apel dalam penyembuhan luka sayat meliputi adanya pembekuan darah, tanda-tanda inflamasi, penutupan luka, dan ukuran luka. Adapun tabel difinisi Operasional variabel sebagai berikut:
36
Tabel 3.1 Tabel Difinisi Operasional Variabel No
Variabel
Sub Variabel
1.
Dosis Apel
2.
Penyebuhan Inflamasi Luka sayat (kemerahan, pada mencit pembengkakan) putih yang di sayat
Cuka
Penutupan ukuran luka
Devinisi Operasional Dosis 1 sebanyak 0,039 ml, dosis 2 sebanyak 0,078 ml, dosis 3 sebanyak 0,117 ml. Pengamatan timbulnya nanah, tanda-tanda kemerahan, dan pembengkakan. Inflamasi tidak boleh lebih dari 3 hari. Penutupan ukuran luka harus berkurang sekiar 2%.
Alat Ukur Pipet volum
Hasil Ukur Nominal
Visual
Penutupa n ukuran luka
Penggaris
Nominal
3.5 Instrument Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian aktivitas cuka apel terhadap proses penyembuhan luka adalah sebagai berikut : 3.5.1 Alat Penelitian Labu ukur Gelas ukur Kater Kassa Plat tetes Pipet tetes Botol semprot
37
Batang pengaduk 3.5.2 Bahan Penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi, cuka apel tahesta, aquadest, povidone iodine sebagai kontrol positif.
3.6 Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan langkah kerja sebagai berikut : 3.6.1 Tahap persiapan 3.6.2 Tahap Pelaksanaan Tahap pelaksanaan meliputi : Pemeliharaan hewan uji, pembuatan sampel, analisa kualitatif, pembuatan luka, perawatan terhadap hewan uji. 3.6.2.1 Pemilihan hewan uji Hewan uji dibagi menjadi lima kelompok dan setiap kelompok terdiri dari tiga ekor mencit, yaitu kelompok kontrol positif yang diberi povidone iodine, dan kontrol negative diberi aquades. Tiga kelompok uji diberikan terapi cuka apel dengan dosis masing-masing kelompok sebesar 1 sdm, 2 sdm, 3 sdm. Mencit putih yang dipilih dalam penelitian ini adalah mencit putih yang dalam keadaan baik, berjenis kelamin jantan karena jika yang digunakan mencit betina akan mengganggu proses penelitian dikarenakan adanya proses menstruasi dan kehamilan, disiapakan tempat untuk adaptasi selama 1 minggu sebelum dilakukan penelitian. Sebelum diberi perlakuan mencit ditimbang berat badannya dan diamati gerakannya.
38
Setiap kelompok diletakkan dalam kandang yang terpisah, kandang percobaan dibersihkan setiap hari untuk mencegah infeksi dari kotoran mencit putih.Kandang ditempatkan pada suhu kamar dan mendapatkan sinar matahari yang cukup.Makanan hewan uji berupa crambel yang diberikan dengan takaran 5g/ekor/hari dan aquades dengan jumlah secukupnya.
3.6.2.2 Persiapan sampel 1. Dosis cuka apel dibagi menjadi 3, yaitu dosis 1, dosis 2, dan dosis 3. 2. Dosis 1, 0,039 ml cuka / 1 kali pemakaian olesan. 3. Dosis 2, 0,078 ml cuka / 1 kali pemakaian olesan. 4. Dosis 3, 0,117 ml cuka / 1 kali pemakaian olesan. 3.6.2.3 Identifikasi cuka apel secara kualitatif 1. Identifikasi senyawa tanin 1.
Ekstrak dimasukkan ke dalam dua tabung reaksi
2.
Pada tabung pertama ditambahkan 1-2 mL akuades dan 2 tetes larutan FeCl3, bila larutan menghasilkan warna hijau kebiruan, maka ekstrak positif mengandung tanin.
3.
Pada tabung reaksi kedua ditambahkan larutan gelatin, bila terbentuk endapan putih, maka ekstrak positif mengandung tanin.
39
2. Identifikasi senyawa flavonoid 1.
Ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi 1-2ml
2.
Ekstraksi ditambahkan dengan 1-2 mL air panas dan sedikit serbuk Mg.
3.
Kemudian ditambahkan 4-5 tetes HCl 37 %dan etanol 95 % dengan volume yang sama kemudian dikocok.
3.6.2.4 Proses Pembuatan Luka Pada proses pembuatan luka terhadap mencit putih, terlebih dahulu mencit putih diadaptasikan di kandang yang telah disiapkan. Adapun beberapa langkah pembuatan luka pada mencit yaitu: 1. Disiapkan APD (alat perlindungan diri) praktikum. 2. Disiapkan mencit putih yang akan dilakukan perlukaan. 3. Dilakukan anastesi perinhalasi terhadap mencit putih dengan menggunakan eter. 4. Ditentukan terlebih dahulu daerah yang akan dilukai. 5. Dipasang alas dibawah tubuh mencit putih yang akan dilukai. 6. Dilakukan pencukuran dan disinfeksi area kulit bagian punggung mencit yang telah dicukur dengan menggunakan alcohol 70%. 7. Dilakukan penyayatan kulit dengan menggunakan skalpel yang steril dengan ukuran panjang 1cm. 8. Diberikan perawatan luka dengan menggunakan cuka apel encer. 9. Diberikan dengan cara dioleskan cuka apel encer ke bagian luka pada mencit. 10. Dimasukkan kedalam kandang, mencit yang sudah dilukai. 11. Merapikan kembali peralatan yang telah digunakan.
40
3.6.2.5 Perawatan Luka Terhadap Hewan Uji. Perawatan luka dilakukan untuk menjaga luka pada mencit tetap baik, dan mencegah adanya infeksi lain. Adapun beberapa langkah dalam perawatan luka sebagai berikut: 1. Di siapkan APD dan disiapkan peralatan lainnya. 2. Atur posisi mencit putih dan periksa bagian luka mencit apakah ada cairan darah atau nanah pada luka. 3. Diamati apakah ada perubahan pada luka mencit seperti adanya pembekuan darah, tanda-tanda inflamasi, penutupan luka dan dilakukan pengukuran luka. 4. Di bersihkan luka dengan menggunakan kasa yang telah dibasahi dengan aquades, dibersihkan luka dari arah atas kebawah. 5. Dikeringkan luka dengan menggunakan kasa. 6. Dioleskan cuka apel sesuai dengan konsentrasi yang telah ditentukan terhadap masing-masing mencit putih, 1. Kontrol positif
( Piviodine iodine)
2. Kontrol negatif
( Aquades )
3. Dosis 1
( cuka 1 sdm )
4. Dosis 2
( cuka 2 sdm )
5. Dosis 3
( cuka 3 sdm )
7. Dilakukan pengobatan ini setiap hari 3 kali pengobatan atau perawatan selama 7 hari. Perawatan dimulai dari hari 1 sampai hari ke 17.
41
3.7 Analisis Data Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mengamati ada atau tidaknya perubahan gambaran patologi anatomi luka pada mencit putih yang telah diberikan cuka apel dan yang telah diberikan terapi pividone iodine. Hasil pengamatan dilakukan dengan melihat adanya perubahan pada luka seperti pembekuan darah, tanda-tanda inflamasi, ukuran luka, dan penutupan luka.Pada kelompok yang mendapat terapi dilihat berapa banyak perbaikan pada mencit. Apabila sudah didapatkan data dari hasil pengamatan, dilanjutkan dengan analisa data menggunakan One-Way Anova dengan alat bantu program SPSS.
42
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Data Kuantitatif Pelaksanaan penelitian yang telah dilakukan pada bulan maret sampai dengan juni 2013, memberikan data penelitianyang bias digunakan sebagai tolak ukur didalam pengamatan cuka apel terhadap proses penyembuhan luka sayat pada mencit putih. 4.1.1
Hasil Uji Organoleptis dan Uji Fitokimia Tabel 4.1 Tabel Hasil Uji Organoleptis No 1 2 3 4
Parameter Uji Warna Bau Bentuk Rasa
Hasil Uji Coklat muda Bau khas cuka Larutan Asam
Tabel 4.2 Tabel Hasil Uji Fitokimia
4.1.2
No
Parameter Uji
Reagen
Literatur
Hasil uji
1
Tannin
FeCl3
Hijau tua
2
Flavonoid
HCl
Merah tua
Hijau kekuningan Orange kemerahan
Hasil Pengamatan Menghilangnya Inflamasi Pengamatan menghilangnya inflamasi dilakukan untuk mengetahui berapa lama inflamasi menghilang, karena semakin lama inflamasi menghilang maka dapat di simpulkan adanya gangguan lain seperti
43
adanya bakteri yang ada dalam luka. Tetapi jika inflamasi cepat menghilang maka tidak ada bakteri yang berkembang di dalam luka. Rata-rata inflamasi menghilang pada normalnya menghilang dalam 4 hari. Tabel 4.3 Tabel Pengamatan Menghilangnya Inflamasi pada Mencit Tabel Pengamatan menghilangnya inflamasi (dalam hitungan hari) No Mencit 1 2 3 Rata – Rata
Kontrol (+) 3 hari 4 hari 4 hari 4 hari
Kontrol (-) 6 hari 7 hari 7 hari 7 hari
Dosisi 1 3 hari 5 hari 4 hari 6 hari
Dosis 2 5 hari 5 hari 4 hari 5 hari
Dosis 3 5 hari 6 hari 6 hari 3 hari
Pada tabel diatas, diketahui bahwa waktu yang dibutuhkan untuk melihat tanda-tanda inflamasi pada mencit putih terdapat perbedaan antara kontrol positif, kontrol negatif, dosis 1, dosis 2, dosis 3. Grafik Pengamatan Menghilangnya Inflamasi dalam hitungan hari
8 6 4 2 0
kontrol (+) kontrol (-)
dosis 1
dosis 2
dosis 3
Gambar 4.1 Grafik Rata-Rata Inflamasi Menghilang 4.1.3
Hasil Pengamatan Penutupan Ukuran Luka Pengamatan penutupan ukuran luka dilakukan pengamatan apakah ada pelebaran luka, pengamatan kedalaman luka secara visual dan
44
pengamatan luka sudah mulai mengering atau belum. Pengamatan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat kesembuhan lukanya. Semankin luka cepat mengering maka semakin cepat pula terbentuknya keropeng pada luka. Rata-rata penyembuhan luka terjadi sekitar 2 minggu. Tabel 4.4 Tabel Pengamatan Penutupan Ukuran Luka Sayat Tabel Pengamatan Penutupan Ukuran Luka Sayat (dalam hitungan hari) No Mencit 1 2 3 Rata – Rata
Kontrol (+) 5 hari 6 hari 6 hari 6 hari
Kontrol (-) 9 hari 10 hari 9 hari 10 hari
Dosisi 1 8 hari 8 hari 7 hari 8 hari
Dosis 2 7 hari 7 hari 5 hari 7 hari
Dosis 3 4 hari 5 hari 5 hari 5 hari
Pada tabel diatas, diketahui bahwa waktu yang dibutuhkan untuk melihat penutupan luka sayat pada mencit putih terdapat perbedaan antara kontrol positif, kontrol negatif, dosis 1, dosis 2, dosis 3. Menutupnya luka sayat paling cepat ditunjukkan pada kelompok dosis 3 selama 5 hari, dan paling lama ditunjukkan pada kelompok kontrol negatif selama 10 hari.
Grafik Pengamatan Penutupan Ukuran Luka
dalam hitungan hari
12 10 8 6 4 2 0 kontrol (+) kontrol (-)
dosis 1
dosis 2
dosis 3
Grafik 4.2 Grafik Rata-Rata Penutupan Luka Sayat Mencit
45
4.1.4
Hasil Pengamatan Ukuran Luka Sayat Pada Mencit Pengamatan ukuran luka dilakukan secara visual dengan menggunakan mistar untuk mengukur panjang luka. Rata-rata luka dikatakan sembuh jika ukuran luka berkurang sekitar 2% dari luka awal.
Tabel 4.5 Tabel Pengamatan Ukuran Luka Sayat pada Mencit (dalam hitungan mm) Tabel Pengamatan Ukuran Luka Sayat (dalam hitungan mm) No Mencit 1 2 3 Rata – Rata
Kontrol (+) 5 mm 5 mm 7 mm 5 mm
Kontrol (-) 8 mm 8 mm 7 mm 8 mm
Dosisi 1 7 mm 6 mm 7 mm 7 mm
Dosis 2 6 mm 6 mm 7 mm 6 mm
Dosis 3 4 mm 5 mm 4 mm 4 mm
Pada tabel diatas, diketahui bahwa ukuran luka sayat pada mencit putih terdapat perbedaan antara kontrol positif, kontrol negatif, dosis 1, dosis 2, dosis 3. ukuran luka sayat yang paling terlihat berkurang ditunjukkan pada kelompok dosis 3 sebesar 4 mm.
Grafik Pengamatan Ukuran Luka dalam hitungan mm
10 8 6 4 2 0 kontrol (+) kontrol (-)
dosis 1
dosis 2
dosis 3
Gambar 4.3 Grafik Pengamatan Ukuran Luka dalam (mm)
46
4.2 Analisis Data Dari hasil penelitian yang dilakukan, akan dilanjutkan dengan melakukan analisis data, analisis data yang digunakan didalam penelitian ini menggunakan analisis program SPSS ver. 13. Tabel 4.6 Tabel Perhitungan Anova
Hipotesis Ho = keempat dosis memiliki pengaruh yang sama terhadap penyembuhan luka sayat pada mencit putih. Ha = keempat dosis memiliki pengaruh yang berbeda terhadap penyembuhan luka sayat pada mencit putih. Dasar Pengambilan Keputusan Jika Fhitung< Ftabel atau probabilitas > 0,05 maka Ho diterima Jika Fhitung> Ftabel atau probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak Fhitung = 13,000 Ftabel = 3,47805 Dari pengambilan keputusan didapatkan bahwa Fhitung > Ftabel (13,000>3,47805) maka Ho tolak, artinya keempat dosis memiliki pengaruh yang berbeda terhadap penyembuhan luka sayat pada mencit putih.
47
Pada tabel anova yang dianalisis, kelima perlakuan Fhitung yang lebih besar sehingga kelima perlakuan memiliki hasil perbedaan yang signifikan. Untuk mengetahui dosis mana yang berbeda maka dilakukan analisa selanjutnya dengan menggunakan post hoct test.
48
BAB V PEMBAHASAN
4.1 Pembahasan Penelitian yang sudah dilakukan pada uji efektifitas cuka apel terhadap proses penyembuhan luka sayat (Vulnus Scissum) pada mencit putih, menghasilkan data yang beragam sehingga untuk melihat data yang signifikan diperlukan analisis data selanjutnya dengan menggunakan SPSS. Diharapkan dari data penelitian tersebut cuka apel dapat digunakan sebagai obat dalam penyembuhan luka. Sebelum dilakukan perlakuan pada hewan uji mencit putih, dilakukan uji kualitatif zat aktif seperti tanin, flavonoid, dan vitamin C pada cuka apel. Tujuan dari pengujian kualitatif tersebut adalah untuk membuktikan ada atau tidaknya zat aktif tersebut. Dari hasil pengamatan uji kualitatif diperoleh hasil pada uji tanin sampel cuka apel diteteskan reagen FeCl3 memberikan hasil yang positif terbentuk warna hijau kekuningan dikarenakan pada tannin terdapat gugus aromatic dan gugus OH sebagai pemberi warna yang bereaksi positif dengan FeCL3 . Sedangkan untuk pengujian flavonoid, sampel cuka apel di teteskan dengan reagen HCl pekat memberikan hasil yang positif terbentuk warna kuning keorangean. Penambahan HCl dalam uji ini berguna sebagai penghidrolisis flavonoid menjadi aglikonnya yaitu dengan menghidrolisis O-glikosil. Glikosil akan tergantikan oleh H+ dari asam, karena sifatnya yang elektrofilik. Setelah dilakukan uji kualitatif, dilakukan perlakuan
49
pada hewan uji mencit putih selama 10 hari dikarenakan proses penyembuhan luka pada umumnya sekitar 2 minggu, tetapi jika penyembuhan luka lebih dari 2 minggu maka ada faktor lain yang memperlambat proses penyembuuhan luka seperti penyaikit diabetes. Perlakuan diawali dengan melakukan adaptasih mencit selama satu minggu. Mencit dibagi menjadi 5 kandang dimana setiap kandang berisi 3 ekor mencit. Alasan setiap kandang berisi 3 ekor mencit yaitu agar pada saat pengamatan dan pengambilan data hasil yang 1 sebagai penguat dan memudahkan dalam pengamatan. Dari hasil
pengamatan
yang dilakaukan
sekitar
10
hari
menunjukkan adanya efektivitas penyembuhan luka sayat pada mencit. Pengamatan proses penyembuhan luka dilihat dari beberapa parameter, yaitu menghilangnya inflamasi, menutupnya ukuran luka, dan pengamatan ukuran luka. Menghilangnya inflamasi paling cepat pada hewan uji terlihat pada dosis 3 dikarenakan pada dosis 3 cuka apel yang digunakan semakin pekat oleh karena itu zat aktif yang ada didalam cuka apel juga semakin banyak sehingga inflamasi semakin cepat menghilang. Jaringan merah disebabkan oleh adanya peningkatan aliran darah ke arteri ke jaringan yang rusak. Tujuan dari peradangan sendiri adalah menarik protein plasma dan sel-sel fagosit kepermukaan luka untuk dapat menghancurkan benda asing
yang
masuk
dan
mempersiapkan
jaringan
untuk
proses
penyembuhan dan perbaikan luka. Setelah terjadi fase peradangan atau inflamasi selesai, dilanjutkan adanya fase poliferasi. Proses poliferasi selesai dengan ditandai
50
terbentuknya keropeng pada luka. Kecepatan terbentuknya keropeng pada proses poliferasi ini menandakan kecepatan penyembuhan luka pada mencit sehingga proses penutupan luka bisa terjadi secara cepat. Terbentuknya keropeng lebih cepat terbentuk pada kelompok perlakuan cuka apel dosis 3, yaitu antara hari ke 4 dan ke 5. Kecepatan terbentuknya keropeng pada luka yang diobati dengan cuka disebabkan oleh adanya kandungan flavonoid, tannin, dan vitamin C yang ada pada cuka apel. Flavonoid telah diketahui dapat berfungsi melancarkan aliran darah. Tannin bersifat sebagai anseptik yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri sehingga luka cepat kering dan membentuk keropeng, sedangkan untuk kandungan vitamin C dapat memicu pembentukan kolagen, yaitu protein structural yang berperan dalam proses penyembuhan luka. Permasalahan yang dihadapi dalam penelitian ini adalah sifat mencit jantan suka berkelahi dengan mencit jantan lainnya sehingga luka yang tadinya sudah terbentuk keropeng menghilang karena digigit dan dijilati mencit lain sehingga penyelesaian masalah disini setiap mencit diletakkan ditempat yang berbeda agar pengamatan lebih mudah karena mencit tidak akan saling bertengkar antara mencit satu dengan yang lainnya. Setelah proses poliferasi selesai, dilanjutkan fase remodeling, fase ini merupakan fase terbentuknya jaringan baru yang lebih kuat. Dari proses remodeling proses penutupan luka akan semakin terlihat dan akan berpengaruh juga berkurangnya ukuran luka sayat pada mencit. Data hasil pengamatan pada proses penyembuhan luka sayat untuk ukuran luka yang
51
berkurang sangat banyak yaitu dosis 3 sebesar 6 mm. Pengamatan penyembuhan luka sayat pada praktikum ini dilakukan secara visual dikarenakan pengamatan secara visual lebih cepat sehingga tidak memakan banyak waktu. Tetapi pengamatan penyembuhan luka sayat pada mencit yang dilakuakan secara visual ini kurang efektif dikarenakan tingkat ketelitiannya kurang akurat dan seharusnya dilakukan pengujian imonohisto. Hasil analisa yang telah dilakukan, diketahui data yang diperoleh sangat beragam. Dari data perhitungan dengan menggunakan analisa SPSS dengan metode analisis ANOVA, menunjukkan bahwa semua dosis mempunyai pengaruh yang berbeda dan mengindikasikan hasil yang berbeda dari setiap perlakuan dosis yang dipergunakan. Metode ini mempunyai taraf signifikan sebesar 5% atau tingkat kepercayaan 95%. Jika diperoleh nilai sig < 0,05 berarti diketahui menunjukkan data yang dianalisa berbeda signifikan, akan tetapi apabila sig yang di dapat > 0,05 menunjukkan data tersebut tidak berbeda signifikan dengan kata lain memberikan efek sama. Pada hasil perhitungan menggunakan ANOVA didapatkan bahwa Fhitung> Ftabel (13,000 >3,47805) maka Ho ditolak, artinya keempat dosis memiliki pengaruh yang berbeda terhadap penyembuhan luka sayat pada mencit. Dari hasil uji post hoct test terdapat perbedaan secara bermakna pada dosis 1, dosis 2, dosis 3. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang bermakna pada masing-masing perlakuan.
52
BAB VI PENUTUP
1.1 Kesimpulan Kesimpulan dari penelitian tentang efektivitas cuka apel terhadap proses penyembuhan luka sayat pada mencit putih sebagai berikut: 1. Cuka apel dapat digunakan sebagai obat penyembuhan luka sayat pada mencit yang dikondisikan dalam keadaan terluka pada daerah punggung mencit. 2. Dosis efektif cuka apel dalam proses penyembuhan luka yaitu dosis 3.
1.2 Saran Diharapkan pada penelitian selanjutnya dapat mengeksplorasi lebih jauh cuka apel sebagai penyembuhan luka. Diharapkan pada penelitian selanjutnya dilakukan pengamatan imonohisto.
53
Lampiran 1. Perhitungan dosis. 2 sendok makan cuka dilarutkan dalam 150 ml air. 1. Konversi dosis mencir = 0,0026 x 15 ml (1 sdm) = 0,039 ml 2. Konversi dosis mencit = 0,0026 x 30 ml (2 sdm) = 0,078 ml 3. Konversi dosis mencit = 0,0026 x 45 ml (3 sdm) = 0,117 ml 4. Kontrol positif diberikan betadine. 5. Kontrol negatif diberikan aquades.
54
Lampiran 2. Proses Pembuatan Luka Sayat Pada Mencit Putih
Kelompok mencit yang akan dilakukan perlakuan
Dilakukan desinfektan menggunakan alcohol 70%
Dilakukan penyayatan dengan skalpel
Mencit di anastesi
Dilakukan pencukuran di area punggung mencit
Dilakukan pengobatan menggunakan cuka apel
55
Lampiran 3. Proses Perawatan Mencit
Diatur posisi mencit, untuk memudahkan perawatan
Dioleskan cuka apel sesuai konsentrasi
Diamati adanya perubahan pada luka seperti: pembekuan darah, inflamasi
Luka dibersihkan dengan menggunakan kasa yg telah di basahi dg aquades
56
Lampiran 4. Hasil Pengamatan Patologi Anatomi Perlaku kontrol (+) an Menghi langnya inflama si
Inflamasi terjadi sekitar 4 hari.
kontrol (-)
Dosis 1
Dosis 2
Dosis 3
Inflamasi terjadi sekitar 5 hari.
Inflamasi terjadi sekitar 3 hari.
Penutupan ukuran luka sekitar 7 hari
Penutupan ukuran luka sekitar 5 hari.
Ukuran luka Ukuran luka Ukuran luka sekitar 8 mm. sekitar 7 mm. sekitar 6 mm.
Ukuran luka sekitar 4 mm.
Inflamasi Inflamasi terjadi sekitar terjadi sekitar 7 hari. 6 hari.
Penutu pan ukuran luka
Penutupan ukuran luka sekitar 6 hari.
Penutupan ukuran luka sekitar 10 hari.
Penutupan ukuran luka sekitar 8 hari.
Ukuran luka
Ukuran luka sekitar 5 mm.
57
Lampiran 5. Tabel Perhitungan Descriptives dan Test of Homogenity of Variances
Tabel Perhitungan Post Hoct Test
58