PENGARUH MINYAK JINTAN HITAM DALAM MENCEGAH PENINGKATAN KADAR KOLESTEROL LDL TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus)
SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
Pradipta Arief Pramono G 0006136
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Pengaruh Minyak Jintan Hitam Dalam Mencegah Peningkatan Kadar Kolesterol LDL Tikus Putih (Rattus norvegicus) Pradipta Arief Pramono, G0006136, Tahun 2010 Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta Pada Hari Senin, Tanggal 31 Mei 2010
Pembimbing Utama Nama : Veronika Ika Budiastuti, dr., M.Pd NIP
: 19730312 200212 2 001
(…………………………….)
Pembimbing Pendamping Nama : Kustiwinarni, Dra., Apt. NIP
: 19520308 198503 2 001
(…………………………….)
Penguji Utama Nama : Ida Nurwati, dr., M.Kes NIP
: 19650203 199702 2 001
(…………………………….)
Anggota Penguji Nama : Dian Ariningrum, dr., SpPK, M.Kes NIP
: 19710720 200604 2 001
(…………………………….)
Surakarta,
Ketua Tim Skripsi
Dekan FK UNS
Sri Wahjono, dr., M.Kes.
Prof. Dr.H. AA. Subijanto, dr., MS.
NIP: 19450824 197310 1 001
NIP: 19481107 197310 1 003 ii
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Surakarta, 31 Mei 2010
Pradipta Arief Pramono NIM. G0006136
iii
ABSTRAK Pradipta Arief Pramono, G0006136, Pengaruh Minyak Jintan Hitam dalam Mencegah Peningkatan Kadar Kolesterol LDL Tikus Putih (Rattus norvegicus), Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Peningkatan kadar kolesterol LDL dalam plasma merupakan faktor resiko terjadinya penyakit jantung koroner (PJK). Meningkatkan asupan asam lemak tidak jenuh rantai ganda (polyunsaturated fatty acid; PUFA) dapat mencegah terjadinya peningkatan kadar kolesterol LDL plasma. Minyak jintan hitam diketahui memiliki kandungan PUFA cukup tinggi (84%) terutama asam linoleat. Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh pemberian minyak jintan hitam dalam mencegah peningkatan kadar kolesterol LDL pada tikus putih (Rattus norvegicus). Metode Penelitian: Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik dengan pretest and posttest controlled group design, dilakukan di Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu (LPPT) Universitas Gadjah Mada Yogyakarta (UGM) Yogyakarta. Subjek penelitian adalah tikus putih jantan (Rattus norvegicus) sebanyak 34 ekor, strain Wistar, umur 3 bulan dengan berat badan kurang lebih 200 gram. Tikus-tikus dibagi menjadi 2 kelompok , masing-masing kelompok terdiri dari 17 ekor tikus. Semua kelompok diberi pakan tinggi kolesterol. Kelompok I sebagai kontrol, sedangkan kelompok II diberi minyak jintan hitam sebanyak 0,4 ml/ 200 gram BB/ hari. Seluruh tikus diperiksa kadar kolesterol LDL darahnya sebelum dan setelah 28 hari perlakuan. Hasil Penelitian: Hasil uji t berpasangan pada kelompok I tidak menunjukkan perbedaan kadar kolesterol LDL yang signifikan dengan nilai p= 0,218 (p> 0,05) sedangkan hasil uji t berpasangan pada kelompok II menunjukkan kadar kolesterol LDL yang meningkat secara signifikan dengan nilai p= 0,000 (p<0,05). Simpulan Penelitian: Pemberian oral minyak jintan hitam sebanyak 0,4 ml/200 gram BB/hari selama 28 hari tidak terbukti dapat mencegah peningkatan kadar kolesterol LDL tikus putih (Rattus norvegicus).
Kata kunci: Minyak jintan hitam; Kadar kolesterol LDL; Rattus norvegicus
iv
ABSTRACT
Pradipta Arief Pramono, G0006136, The Effect of Black Cumin Oil on Preventing The Increase of LDL Cholesterol Level of White Rats (Rattus norvegicus), Medical Faculty, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. The increase of LDL cholesterol level in plasma is a predisposing factor of coronary heart disease (CHD). Increasing the intake of polyunsaturated fatty acid (PUFA) can prevent the increase of LDL cholesterol level in plasma. The Black Cumin Oil contains high level of PUFA (84%) especially linoleic acid. Objective: The purpose of this study was to assess the effect of black cumin oil on preventing the increase of LDL cholesterol level of white rats’ (Rattus norvegicus) blood. Methods: This experimental laboratoric study with pre test and post test controlled group design was held in Trial and Research Laboratory Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia. Thirty-four male white rats, Wistar strain, 3 months old, and about 200 gram weights were divided into 2 groups. Both groups were fed by high cholesterol food. The first group was the control group and the second group was fed with black cumin oil 0,4 ml/ 200 gram body weight/day. The LDL cholesterol level of both groups were checked twice, before and after 28 days treatment. Results: The result of paired sample t-test in the first group showed no significant difference in LDL cholesterol level with p= 0,218 (p>0,05). The result of paired sample t-test on second group showed a significant increase in LDL cholesterol level with p= 0,000 (p<0,05). Conclusion: The oral fed of black cumin oil 0,4 ml/ 200 gram body weight/day during 28 days has no effect on preventing the increase of LDL cholesterol level of white rats (Rattus norvegicus). Keywords: Black cumin oil; LDL cholesterol level; Rattus norvegicus
v
PRAKATA Penulis mengucapkan puji syukur kehadirat Allah swt. atas segala kesempatan, nikmat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Minyak Jintan Hitam Dalam Mencegah Peningkatan Kadar Kolesterol LDL Tikus Putih (Rattus norvegicus)”. Skripsi ini disusun dengan maksud untuk memenuhi salah satu syarat dalam proses untuk memperoleh gelar kesarjanaan dalam bidang kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Segala sesuatu yang telah penulis lakukan dalam upaya menyelesaikan skripsi ini tentunya tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan rasa hormat dan tulus, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Prof. Dr. H. AA. Subijanto, dr., MS., selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Sri Wahjono, dr., MKes., selaku Ketua Tim Skripsi beserta Staf Bagian Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Veronika Ika Budiastuti, dr., MPd., selaku Pembimbing Utama yang telah memberikan bimbingan dan saran bagi penulis selama penulisan skripsi ini. 4. Kustiwinarni, Dra., Apt., selaku Pembimbing Pendamping yang telah memberikan bimbingan dan saran bagi penulis selama penulisan skripsi ini. 5. Ida Nurwati, dr., MKes., selaku Penguji Utama yang telah berkenan menguji dan memberi masukan yang berarti dalam penulisan skripsi ini. 6. Dian Ariningrum, dr., MKes., SpPK., selaku Penguji Pendamping yang telah berkenan menguji dan memberi masukan yang berarti dalam penulisan skripsi ini. 7. Staf Laboratorium Biokimia Fakultas Kedokteran UNS yang telah membantu penyelesaian skripsi ini. 8. Kedua orangtuaku tercinta dan adik-adikku yang telah memberikan doa dan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini. 9. Sahabat-sahabatku yang sudah membantu kelancaran dalam proses penyusunan skripsi. 10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharap saran dan kritik yang membangun kedepannya. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi ilmu kedokteran pada umumnya dan bagi para pembaca pada khususnya. Surakarta, Mei 2010 Penulis
vi
DAFTAR ISI
PRAKATA ………………………………………………………………
vi
DAFTAR ISI ……………………………………………………………
vii
DAFTAR TABEL ……………………………………………………….
ix
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………
x
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………
xi
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………...
1
A. Latar Belakang Masalah ……………………………………… 1 B. Perumusan Masalah …………………………………………... 3 C. Tujuan Penelitian ……………………………………………... 3 D. Manfaat Penelitian ……………………………………………. 3 BAB II LANDASAN TEORI ………………………………………….
4
A. Tinjauan Pustaka ……………………………………………… 4 1. Kolesterol LDL ……………………………………………..4 2. Polyunsaturated Fatty Acid (PUFA) …..…………………. 6 3. Minyak Jintan Hitam …..………………………………….. 7 4. Mekanisme Minyak Jintan Hitam dalam Mencegah Peningkatan Kadar Kolesterol LDL ...................................... 9 B. Kerangka Pemikiran …………………………………………... 11 C. Hipotesis ………………………………………………………. 12
vii
BAB III METODE PENELITIAN …………..…………………………
13
A. Jenis Penelitian ……………………………………………... 13 B. Lokasi Penelitian …………………………………………… 13 C. Subjek Penelitian …………………………………………… 13 D. Teknik Sampling …………………………………………… 13 E. Identifikasi Variabel Penelitian ……………………………. 14 F. Definisi Operasional Variabel ……………………………... 15 G. Alur Penelitian ……………………………………………... 21 H. Alat, Bahan dan Cara Kerja ……………………………….. 22 I. Analisis Statistik …………………………………………… 24 BAB IV HASIL PENELITIAN ………………………………………
25
BAB V PEMBAHASAN …………………………………………….
32
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN …………………………………
36
A. Simpulan ………………………………………………...
36
B. Saran …………………………………………………….
36
KELEMAHAN PENELITIAN ………………………………………...
37
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………..
38
LAMPIRAN ……………………………………………………………
41
viii
DAFTAR TABEL
Hal.
Tabel 1. Komposisi fraksi PUFA minyak jintan hitam.
9
Tabel 2. Rerata berat badan tikus putih sebelum perlakuan.
26
Tabel 3. Rerata kadar kolesterol LDL kedua kelompok tikus
28
putih sebelum perlakuan. Tabel 4. Rerata kadar kolesterol LDL tikus putih setelah
29
perlakuan. Tabel 5. Rerata kadar kolesterol LDL tikus putih sebelum
30
dan setelah perlakuan pada kelompok I (kontrol). Tabel 6. Rerata kadar kolesterol LDL tikus putih sebelum dan setelah perlakuan pada kelompok II (perlakuan).
ix
30
DAFTAR GAMBAR Hal. Gambar 1. Metabolisme kolesterol
5
Gambar 2. Struktur asam linoleat dan asam linolenat
7
Gambar 3. Mekanisme PUFA dalam menurunkan kadar kolesterol LDL
9
Gambar 4. Distribusi Data Berat Badan Tikus Putih pada K I (kiri) dan K II (kanan)
25
Gambar 5. Distribusi Data Kolesterol LDL Pretest pada K I (kiri) dan K II (kanan)
27
Gambar 6. Distribusi Data Kolesterol LDL Posttest pada K I (kiri) dan K II (kanan)
29
Gambar 7. Rerata Kadar Kolesterol LDL Tikus Putih sebelum dan setelah Perlakuan
31
x
DAFTAR LAMPIRAN Hal. Lampiran 1 Konversi Perhitungan Dosis untuk Berbagai Jenis Hewan dan Manusia
41
Lampiran 2 Kadar Kolesterol LDL Berdasarkan Umur Tikus Putih
42
Lampiran 3 Cara Pembuatan Pakan Hiperkolesterolemik
43
Lampiran 4 Komposisi Pellet
44
Lampiran 5 Daftar Volume Maksimal Bahan Uji pada Pemberian Per Oral
45
Lampiran 6 Data Biologis Tikus
46
Lampiran 7 Kandungan Nutrisi per 100 gram Jintan Hitam
47
Lampiran 8 Hasil Pengukuran Berat Badan Tikus Putih Sebelum Perlakuan (Gram)
48
Lampiran 9 Hasil Pengukuran Kadar Kolesterol LDL Tikus Putih Sebelum Perlakuan (mg/dL)
49
Lampiran 10 Hasil Pengukuran Kadar Kolesterol LDL Tikus Putih Setelah Perlakuan (mg/dL)
50
Lampiran 11 Grafik Uji Normalitas Berat Badan Tikus Putih Kelompok I
51
Lampiran 12 Grafik Uji Normalitas Kadar Kolesterol LDL Kelompok I Sebelum dan Setelah Perlakuan
52
Lampiran 13 Grafik Uji Normalitas Kadar Kolesterol LDL Kelompok II Sebelum dan Setelah Perlakuan
53
Lampiran 14 Uji Normalitas Berat Badan, Kadar LDL Sebelum dan Sesudah Perlakuan Tikus Putih Lampiran 15 Uji t Berat Badan Tikus Putih Sebelum Perlakuan
54 56
Lampiran 16 Uji t Kadar Kolesterol LDL Tikus Putih Kelompok I dan Kelompok II Sebelum Perlakuan
58
Lampiran 17 Uji t Kadar Kolesterol LDL Tikus Putih Kelompok I dan Kelompok II Sesudah Perlakuan Lampiran 18 Uji t Kadar Kolesterol LDL Tikus Putih Kelompok I Sebelum xi
60
dan Sesudah Perlakuan
62
Lampiran 19 Uji t Kadar Kolesterol LDL Tikus Putih Kelompok II Sebelum dan Sesudah Perlakuan
64
Lampiran 20 Dokumentasi Penelitian
66
Lampiran 21 Surat Ijin Penelitian
69
Lampiran 22 Surat Tanda Selesai Penelitian
70
xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Aterosklerosis koroner merupakan penyebab utama terjadinya penyakit jantung koroner (PJK) (Grundy, 2006). Salah satu faktor risiko utama aterosklerosis
adalah
dislipidemia.
Dislipidemia
merupakan
kelainan
metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang paling utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein), kenaikan kadar trigliserida serta penurunan kadar HDL (High Density Lipoprotein). Dalam proses terjadinya aterosklerosis semuanya mempunyai peran yang penting dan sangat berkaitan satu dengan yang lain. Upaya mengubah gaya hidup (berhenti merokok, memelihara berat badan ideal, membatasi asupan makanan yang mengandung kolesterol dan lemak jenuh) akan menurunkan risiko PJK dan dapat menyebabkan perlambatan bahkan regresi aterosklerosis (Anwar, 2004). Terapi nutrisi medis berperan penting dalam penatalaksanaan dislipidemia. Pasien dengan kolesterol LDL atau kolesterol total tinggi dianjurkan untuk mengurangi konsumsi asam lemak jenuh (saturated fatty acid ; SFA) dan meningkatkan asupan asam lemak tidak jenuh rantai tunggal (monounsaturated fatty acid ; MUFA) dan majemuk (polyunsaturated fatty acid ; PUFA) (Adam, 2007).
1
2
Kandungan MUFA, terutama asam oleat, yang cukup tinggi bisa didapatkan pada minyak zaitun (Masella et al. cit Parthasarathy et al., 2001). Sementara kandungan PUFA, terutama asam linoleat, banyak terdapat pada minyak jagung, kapas, kacang kedelai, wijen, biji jintan hitam, bunga matahari (minyak biji-bijian), sedangkan asam linolenat banyak terdapat pada minyak kacang kedelai, kecambah dan gandum (Almatsier, 2006; Kandil, 2005). Biji jintan hitam atau Nigella sativa termasuk dalam famili Ranunculaceae dan telah lama digunakan sebagai tanaman obat oleh masyarakat di kawasan Timur Tengah dan sekitarnya serta Asia Selatan (Gilani et al., 2004). Kandil (2005) meneliti tentang fraksi lipid dari biji jintan hitam yang ternyata mengandung PUFA yang cukup tinggi (84%) terutama asam linoleat. PUFA ini juga berpengaruh terhadap kadar kolesterol LDL melalui mekanisme yang sama sebagaimana efek MUFA (Botham dan Mayes, 2003c). Diet MUFA dan PUFA telah terbukti efektif dalam mengurangi kadar kolesterol total dan kolesterol LDL (Degirolamo et al., 2008). El Dakha Khani pada tahun 2000 meneliti tentang jintan hitam pada tikus putih selama 4 minggu dan menunjukkan hasil penurunan yang signifikan pada kadar kolesterol total, kolesterol LDL, dan trigliserida serta peningkatan pada kadar kolesterol HDL. Penelitian tentang minyak jintan hitam yang kaya akan PUFA dalam pengaruhnya terhadap penurunan kadar kolesterol LDL telah banyak dilakukan, oleh karena itu peneliti mencoba meneliti tentang pengaruh minyak jintan hitam dari segi pencegahan peningkatan kadar kolesterol LDL.
3
B. Perumusan Masalah Apakah minyak jintan hitam dapat mencegah terjadinya
peningkatan
kadar kolesterol LDL tikus putih (Rattus norvegicus)? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh minyak jintan hitam dalam mencegah peningkatan kadar kolesterol LDL tikus putih (Rattus norvegicus). D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis Untuk memperkaya pengetahuan di bidang biokimia dan berbagai disiplin ilmu terkait penggunaan minyak jintan hitam untuk mencegah peningkatan kadar kolesterol LDL. 2. Manfaat aplikatif Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang kemungkinan penggunaan minyak jintan hitam dalam diet sehari-hari sebagai perlindungan terhadap peningkatan kadar kolesterol LDL.
4
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1. Kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein) Lemak di dalam plasma diangkut sebagai lipoprotein. Terdapat 4 golongan lipoprotein yang penting dalam diagnosis klinis yang telah diidentifikasi sampai saat ini yaitu kilomikron, very low density lipoproteins (VLDL atau pre-β-lipoprotein), low density lipoprotein (LDL atau βlipoprotein), dan high density lipoprotein (HDL atau α-lipoprotein). Lipoprotein terdiri dari inti nonpolar yang terdiri terutama dari triasilgliserol dan ester kolesterol dan dikelilingi lapisan permukaan tunggal dari fosfolipid amfipatik dan molekul kolesterol (Botham dan Mayes, 2003b). Penyusunan molekul yang bersifat hidrofobik di bagian dalam dan molekul hidrofilik di bagian luar memungkinkan lemak diangkut dalam darah (Almatsier, 2006). Setengah bagian dari protein pada lipoprotein dikenal dengan nama apoliporotein. Satu atau lebih apolipoprotein terdapat pada setiap lipoprotein. Apolipoprotein utama pada LDL adalah apolipoprotein B (B100) yang juga terdapat pada VLDL. Hepar dan beberapa jaringan ekstra hepatik mengekspresikan reseptor LDL (B-100, E). Reseptor ini didesain spesifik untuk apo B-100 namun juga dapat menangkap lipoprotein yang banyak mengandung apo E. Kira-kira 30% LDL didegradasi pada jaringan ekstrahepatik dan 70% pada hepar (Botham dan Mayes, 2003b).
5
G a m b a r G ambar 1. Metabolisme kolesterol very low density lipoprotein (VLDL) dan produksi low density lipoprotein (LDL). (A, apolipoprotein A;B100,apolipoprotein B-100; ©, apolipoprotein C;E, apolipoprotein E;HDL, highdensity lipoprotein;TG, triacylglycerol;IDL, intermediate-density lipopotein;C, cholesterol dan cholesteryl ester;P, phospholipid)
(Botham dan Mayes, 2003b) Jalur metabolisme lipoprotein dibagi menjadi 3 yaitu jalur metabolisme eksogen, jalur metabolisme endogen, dan jalur reverse cholesterol transport. Jalur metabolisme endogen inilah yang berhubungan dengan kolesterol LDL. Trigliserid dan kolesterol yang disintesis di hati dan disekresi ke dalam sirkulasi sebagai VLDL. Dalam sirkulasi, trigliserid dalam VLDL akan terhidrolisis oleh enzim lipoprotein lipase (LPL), dan VLDL berubah menjadi intermediate density lipoprotein (IDL) yang juga akan mengalami hidrolisis dan berubah menjadi LDL. LDL adalah lipoprotein yang paling banyak mengandung kolesterol. Sebagian dari kolesterol LDL akan dibawa ke hati dan jaringan steroidogenik lainnya seperti kelenjar adrenal, testis, dan ovarium. Sebagian lagi dari kolesterol LDL akan mengalami oksidasi dan ditangkap oleh reseptor scavenger-A (SR-A) di makrofag dan akan menjadi sel busa (foam cell). Makin banyak
6
kolesterol LDL dalam plasma makin banyak yang akan mengalami oksidasi dan ditangkap oleh sel makrofag (Adam, 2007). 2. Polyunsaturated Fatty Acid (PUFA) Asam lemak tak jenuh ganda (PUFA) merupakan asam lemak yang mengandung dua atau lebih ikatan rangkap. Beberapa dari PUFA merupakan asam lemak esensial yang tubuh tidak dapat mensintesisnya seperti asam linoleat dan asam linolenat. Kedua jenis asam lemak ini dibutuhkan untuk perumbuhan dan fungsi normal semua jaringan. Asam linoleat banyak terdapat pada minyak jagung, kapas, kacang kedelai, wijen, biji jintan hitam, bunga matahari (minyak biji-bijian), sedangkan asam linolenat banyak terdapat pada minyak kacang kedelai, kecambah dan gandum (Almatsier, 2006; Kandil, 2005).
Gambar 2. Struktur asam linoleat dan asam linolenat (Botham dan Mayes, 2003c) 3. Minyak Jintan Hitam Jintan hitam atau Nigella sativa tumbuh di berbagai belahan dunia, termasuk Saudi, Afrika Utara dan sebagian Asia. Nigella sativa merupakan bunga fennel dari keluarga Ranunculaceae. Biji-biji Nigella sativa
7
ukurannya kecil dan pendek (panjang antara 1-2mm), hitam, berbentuk trigonal, memiliki rasa yang kuat dan pedas seperti lada. Jenis Bunga Nigella sativa ada dua macam, satu berwarna ungu kebiru-biruan dan lainnya putih. Pertumbuhan bunga terletak pada bagian cabang, sementara itu daunnya saling tumbuh berseberangan secara berpasangan. Daun dibagian bawah bentuknya kecil dan pendek, sedangkan daun bagian atas lebih panjang (6 - 10 cm). Tinggi batang bunga tersebut bisa mencapai 1218 inchi. Nigella sativa adalah tumbuhan biseksual artinya dapat mengembangbiakkan dirinya sendiri, membentuk sebuah kapsul buah yang mengandung biji. Saat kapsul buah matang, ia akan membuka dan biji yang ada didalamnya akan mengudara dan berubah menjadi hitam, sehingga disebut biji hitam (black seed) (Awan, 2008).
Dalam taksonomi tumbuhan, jintan hitam diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Kingdom : Plantae 2. Divisio
: Magnoliophyta
3. Kelas
: Magnoliopsida
4. Ordo
: Ranunculales
5. Famili
: Ranunculaceae
6. Genus
: Nigella
7. Spesies
: Nigella sativa
(Awan, 2008)
8
Penelitian tentang fraksi lemak biji jintan hitam telah dilakukan oleh Kandil (2005) yang menemukan adanya kandungan PUFA kira-kira sebesar 84% dari total fraksi asam lemak dan kandungan SFA (Saturated Fatty Acid) kira-kira sebesar 16%. Berikut ini merupakan tabel komposisi fraksi asam lemak tidak jenuh yang terkandung dalam minyak jintan hitam.
Tabel 1. Komposisi fraksi PUFA minyak jintan hitam Polyunsaturated Fatty Acid Fraction % by weight in No. IUPAC Name Common fraction 1. cis-9,12-octadecadienoic acid Linoleic acid 60.7-72.6 % 2. cis-9-octadecenoic acid Oleic acid 23.8-29.7 % 3. cis-11,14-eicosadienoic acid 1.2-3.1 % 4. cis-9,12,15-octadecatrienoic Linolenic acid 0.83-2.38 % acid 5. cis-9-hexadecenoic acid Palmitoleic acid 0.36-1.2 % 6. cis-9-tetradecenoic acid Myristoleic acid 0.12-0.25 %
Abbreviated Structure C18:2 C18:1 C20:2 C18:3 C16:1 C14:1
(Kandil, 2005) 4. Mekanisme Minyak Jintan Hitam dalam Mencegah Peningkatan Kadar Kolesterol LDL
9
Gambar 3. Mekanisme PUFA dalam menurunkan kadar kolesterol LDL (Fernandez dan West, 2005) PUFA menginduksi ekspresi reseptor X hepar (liver X receptor ; LXR), yaitu reseptor yang terdapat pada hepar sebagai sensor terhadap kadar sterol yang berfungsi membantu organisme mengatasi tingginya kadar kolesterol (Fernandez dan West, cit Tobin et al., 2005). LXR ini nantinya akan akan mengatur kadar kolesterol intraselular dengan menginduksi ekspresi cholesterol 7α-hydroxylase (CYP7), enzim yang menginisiasi konversi kolesterol menjadi asam empedu. Konversi kolesterol menjadi asam empedu bersifat ireversibel dan merupakan proses akhir dari katabolisme kolesterol. Dengan demikian jumlah kolesterol yang digunakan untuk pembentukan VLDL akan berkurang dan akibatnya VLDL dan LDL yang terbentuk juga akan berkurang. Selain itu PUFA juga memiliki mekanisme peningkatan jumlah reseptor (up regulation) dari kolesterol LDL dan mengurangi konversi VLDL menjadi LDL sehingga nantinya peningkatan kadar kolesterol LDL dalam plasma dapat dicegah (Fernandez dan West, 2005).
10
B. Kerangka Pemikiran
1. PUFA meningkatkan jumlah reseptor LDL Minyak Jintan Hitam Minyak Jintan mengandung PUFA
Hitam Mengandung PUFA
Keterangan:
2. PUFA akan 2. PUFA akan menyebabkan penurunan menyebabkan penurunan konversi VLDL ke LDL konversi VLDL ke LDL 3. PUFA memacu peningkatan ekspresi Liver X Receptor (LXR) yang akan meningkatkan sekresi enzim cholesterol 7αhydroxylase sehinggga terjadi peningkatan konversi kolesterol ke asam empedu
Makanan tinggi kolesterol
Kadar LDL plasma Faktor Lain: 1. Stres 2. Mutasi reseptor LDL
Faktor Lain: 1. Gangguan sintesis kolesterol di hepar 2. Hormon tiroid 3. Kerusakan pankreas
: mekanisme kerja : memacu peningkatan : menghambat peningkatan Makanan tinggi kolesterol akan meningkatkan kadar LDL plasma, sedangkan PUFA melalui peningkatan jumlah reseptor LDL, penurunan konversi VLDL ke LDL dan ekspresi LXR akan menghambat peningkatan kadar LDL plasma.
11
C. Hipotesis Minyak jintan hitam memiliki pengaruh dalam mencegah peningkatan kadar kolesterol LDL tikus putih (Rattus norvegicus).
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
12
Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik dengan pre and post test controlled group design. B. Lokasi Penelitian Pemberian perlakuan dan pengukuran kadar kolesterol tikus putih akan dilakukan di Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu (LPPT) Universitas Gadjah Mada Yogyakarta (UGM). C. Subjek Penelitian Tikus diperoleh dari LPPT UGM berupa Tikus Putih (Rattus norvegicus) Jantan Strain Wistar sehat dan mempunyai aktivitas normal, berumur kurang lebih 3 bulan dengan berat badan 180-200 gram. D. Teknik Sampling Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling. Penentuan besar sampel dilakukan dengan menggunakan rumus Federer (Maryanto dan Fatimah, 2004). Rumus Federer : (n-1) x (t-1) > 15
Keterangan: n= besar sampel tiap kelompok t= banyaknya kelompok (n-1) x (2-1) > 15 (n-1) x 1 > 15 n – 1 > 15 n > 16
13
Dengan demikian, setiap kelompok terdapat minimal 17 ekor tikus putih. Peneliti memilih untuk menggunakan 17 ekor tikus putih tiap kelompok dengan jumlah kelompok sebanyak 2 kelompok sehingga jumlah seluruh subjek penelitian sebanyak 34 ekor. E. Identifikasi Variabel Penelitian 1. Variabel bebas
: minyak jintan hitam
2. Variabel tergantung
: kadar kolesterol LDL
3. Variabel luar : a. Dapat dikendalikan : pakan yang diberikan selama perlakuan, faktor hormonal, stres, umur, dan jenis kelamin b. Tidak dapat dikendalikan : penyakit hepar, penyakit pankreas, mutasi reseptor LDL F. Definisi Operasional Variabel 1. Minyak Jintan Hitam Minyak jintan hitam adalah minyak yang dihasilkan dari ekstraksi biji jintan hitam (Nigella sativa) yang sudah dihancurkan kemudian diproses dengan penguapan, pendinginan dan saponifikasi (Kandil,2005). Minyak jintan hitam yang digunakan pada penelitian kali ini menggunakan merek Al Ghuroba’ dan diperoleh dari toko obat-obatan herbal dengan kadar minyak jintan hitam dalam larutan minyak tidak diketahui. Pada penelitian kali ini minyak jintan hitam yang diberikan menggunakan dosis tunggal sebesar 2 ml/kg berat badan atau setara dengan 0,4 ml/ 200 gram BB (Zaoui et al., 2002). Pemberian minyak jintan hitam
14
pada tikus putih dilakukan dengan dosis terbagi menggunakan sonde lambung pada waktu 1 jam sebelum pemberian pakan hiperkolesterolemik (Sara,2009) yaitu pada pukul 06.00 pagi dan 14.00 sore selama 4 minggu. Penelitian ini menggunakan 2 kelompok yaitu kelompok I sebagai kelompok kontrol dan kelompok II sebagai kelompok perlakuan minyak jintan hitam. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala nominal.
2. Kadar Kolesterol LDL Variabel tergantung berupa kadar kolesterol LDL. Definisi kadar kolesterol LDL dalam penelitian ini adalah kadar kolesterol LDL tikus putih yang diukur setelah 12 jam puasa yang dihitung pada waktu sebelum perlakuan dan sesudah perlakuan. Pengukuran kadar kolesterol LDL ini menggunakan metode Direct Homogenous dengan reagen merk Roche Diagnostic. Variabel ini mempunyai skala pengukuran rasio. 3. Variabel luar yang dapat dikendalikan a. Pakan yang diberikan selama perlakuan Pakan yang diberikan selama perlakuan adalah sama untuk setiap kelompok berupa pakan hiperkolesterolemik dan pakan standar. Pakan hiperkolesterolemik merupakan pakan yang mengandung kolesterol dalam jumlah tertentu yang bertujuan untuk membuat keadaan hiperkolesterolemia pada tikus putih pada penelitian ini tercapai.
15
Komposisi pakan hiperkolesterolemik yang digunakan pada penelitian ini (Phyto Medica, 1993) : 1) Kuning telur itik 2) Minyak babi
5 ml 10 ml
3) Minyak kelapa
1 ml
4) Kristal kolesterol 0,1 gram Pakan hiperkolesterolemik berupa minyak babi, minyak kelapa dan kuning telur itik dapat diperoleh dari LPPT UGM Yogyakarta, sedangkan kristal kolesterol diperoleh dari Laboratorium Biokimia Fakultas Kedokteran UNS. Pemberian pakan hiperkolesterolemik force fed dengan dosis 2,5 ml / 200 gram BB dilakukan pada pukul 07.00 dan pukul 15.00 selama 4 minggu untuk semua subjek penelitian. b. Faktor hormonal Salah satu hormon yang berpengaruh dalam penelitian ini adalah hormon tiroid. Tikus putih normal bersifat hipertiroid (Mokhtar cit Martin et al., 2008). Hormon tiroid adalah hormon yang mengatur metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak (Guyton, 1997). Hormon tiroid, terutama triiodotironin (T3) dapat meningkatkan jumlah reseptor kolesterol LDL di hepar, dengan demikian, hormon ini dapat menurunkan kadar kolesterol dalam darah (Ganong, 2003). Keadaan tikus putih yang hipertiroid dapat diatasi dengan pemberian larutan propiltiourasil (PTU) 0,1 % ad libitum agar
menjadi
eutiroid
(Mokhtar,
2008).
Pemberian
PTU
ini
mempengaruhi sintesis hormon tiroid terutama T3 , sehingga pengaruh
16
penurunan kolesterol LDL yang terjadi bukan disebabkan oleh aktifitas tiroid, melainkan disebabkan oleh minyak jintan hitam. c. Stres Stres pada penelitian ini dapat disebabkan karena gangguan adaptasi tikus putih terhadap kondisi lingkungan di tempat penelitian. Stres dapat meningkatkan
kadar
kolesterol
LDL
plasma.
Keadaan
tersebut
merangsang pelepasan epinefrin. Epinefrin akan merangsang insulin. Insulin yang dikeluarkan akan merangsang pengeluaran enzim lipoprotein lipase yang akan meningkatkan kolesterol remnant, kolesterol remnant ini akan dibawa ke hati dan menghasilkan VLDL yang secara cepat dikonversi menjadi LDL (Botham dan Mayes, 2003a). Peneliti mengendalikan faktor stres dengan mengisi setiap kandang 1 ekor tikus putih dan menjaga suhu kandang tetap 25-27oC (Mokhtar, 2008). d. Umur Umur tikus putih berpengaruh pada penelitian ini. Kolesterol tikus putih meningkat pada umur 4 minggu dan menurun dalam beberapa minggu. Kadar kolesterol lebih stabil pada usia 11-16 minggu (Uchida, 2008), setelah itu kadarnya meningkat terutama setelah berumur 63 minggu. Peneliti memilih umur tikus putih berusia 3 bulan (12 minggu) karena pada usia tersebut kadar kolesterol lebih stabil sehingga memudahkan pemantauan terhadap kadar kolesterol LDL akibat pemberian pakan hiperkolesterolemik (Saap, 2007). Variabel ini mempunyai skala interval.
17
e. Jenis kelamin Jenis kelamin sangat berpengaruh pada penelitian ini yang juga berkaitan terhadap faktor hormonal. Tikus putih jantan memiliki lebih sedikit hormon estrogen dibandingkan dengan betina. Hormon estrogen dapat meningkatkan katabolisme kolesterol LDL sehingga dikhawatirkan akan menurunkan kadar kolesterol LDL di plasma (Ganong, 2003). Oleh karena itu peneliti memilih menggunakan tikus putih jantan, strain Wistar, usia 3 bulan dengan berat badan 180-200 gr sebagai subjek penelitian. Variabel ini mempunyai skala nominal. 4. Variabel luar yang tidak dapat dikendalikan a. Penyakit hepar Kerusakan sel hepar tikus putih merupakan salah satu faktor yang tidak dapat dikendalikan oleh peneliti karena pendeteksian dini yang sulit dan biaya pemeriksaan yang mahal (Saap, 2007). Kerusakan sel hepar akan mengakibatkan defisiensi Microsomal Triacylglycerol Transfer Protein (MTTP) yang dapat mengurangi sintesis VLDL. Sintesis VLDL yang berkurang akhirnya membuat kadar LDL juga berkurang. Dengan demikian, kerusakan sel hepar yang berfungsi mensintesis VLDL dapat menurunkan kadar kolesterol LDL. Namun, jika kerusakan sel hepar mengenai bagian reseptor LDL maka kadar kolesterol LDL justru akan meningkat (Botham dan Mayes, 2003b). b. Penyakit pankreas Penyakit pankreas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
18
kerusakan yang terjadi pada sel beta pulau Langerhans pankreas yang berfungsi memproduksi insulin dan pada penelitian ini merupakan salah satu faktor yang juga tidak dapat dikendalikan karena kesulitan deteksi dini dan biaya pemeriksaan yang mahal (Saap, 2007). Kerusakan ini dapat menyebabkan penurunan produksi insulin. Penurunan produksi insulin dapat mengakibatkan defisiensi lipoprotein lipase sehingga menghambat pembentukan kolesterol remnant VLDL. Penghambatan pembentukan kolesterol remnant VLDL dapat menurunkan kolesterol LDL (Mokhtar cit Kamaluddin, 2008). c. Mutasi reseptor LDL Mutasi reseptor LDL adalah mutasi yang terjadi pada reseptor LDL di permukaan sel yang menyebabkan berkurangnya jumlah reseptor LDL pada membran sel dan fungsinya untuk menangkap molekul LDL. Pemeriksaan adanya mutasi pada reseptor kolesterol LDL pada tikus putih membutuhkan biaya yang mahal sehingga variabel ini termasuk variabel yang tidak bisa dikendalikan oleh peneliti (Halim, 2006).
19
G. Alur Penelitian Tikus Putih 34 ekor Kelompok I (Kontrol) (n=17)
Kelompok II (Perlakuan) (n=17)
Diadaptasikan selama 7 hari dan diberi pakan standar serta larutan PTU 0,1 % ad libitum Pengukuran kadar kolesterol LDL sebelum perlakuan (pre test) Kelompok I Perlakuan kontrol diberikan PTU 0,1 % ad libitum dan pakan hiperkolesterolemik 2,5 ml/ 200 gram BB force fed pada pukul 07.00 dan 15.00 selama 4 minggu
Kelompok II Pemberian PTU 0,1 % ad libitum dan pakan hiperkolesterolemik 2,5 ml / 200 gram BB force fed pada pukul 07.00 dan 15.00 serta minyak jintan hitam sebanyak 0,4 ml / 200 gram BB pada pukul dan 14.00 Pengukuran kadar kolesterol LDL setelah perlakuan 06.00 (post test) selama 4 minggu Uji normalitas untuk menentukan jenis uji statistik yang sesuai
H. Alat, Bahan dan Cara Kerja Analisa data dengan uji statistik 1. Alat yang digunakan : a.
Kandang beserta kelengkapan pemberian makan
b.
Sonde lambung
c.
Tabung mikro kapiler
d.
Spuit needle feeding
20
e.
Timbangan Sartorius
f.
Gelas ukur
g.
Alat dan tabung sentrifugasi
h.
Rak tabung reaksi
i.
Pengaduk
j.
Pipet berskala
k.
Termometer
l.
Spektrofotometer
2. Bahan-bahan yang digunakan : a.
Minyak jintan hitam
b.
Akuades
c.
Larutan propiltiourasil 0,1 %
d.
Pakan standar pellet 21
e.
Pakan hiperkolesterolemik (campuran pakan standar, kuning telur itik, kristal kolesterol, minyak babi, dan minyak kelapa)
f.
Reagen pemeriksaan kolesterol LDL (Roche Diagnostic cat.no. 1489232)
3. Cara Kerja a. Langkah I : Penentuan besar sampel dan adaptasi Sebanyak 34 ekor tikus putih jantan dibagi menjadi 2 kelompok (berdasarkan Rumus Federer) dan diadaptasikan selama 1 minggu di laboratorium dan diberi pakan standar dan PTU 0,1 % yang dicampur dengan akuades ad libitum
21
b. Langkah II : Pengukuran kadar kolesterol LDL pretest Perhitungan kadar kolesterol LDL tikus putih setelah dipuasakan 12 jam setelah 1 minggu adaptasi. Pengambilan darah dilakukan melalui vena orbitalis mata dengan tabung mikrokapiler sebanyak 1 ml setiap ekor, kemudian sampel tersebut dikirim ke LPPT UGM Yogyakarta untuk mengukur kadar kolesterol LDL untuk mendapatkan hasil pengukuran kolesterol LDL sebelum perlakuan (pre test). c. Langkah III : 1) Kelompok I : Pemberian larutan PTU 0,1 % ad libitum dan pakan hiperkolesterolemik sebanyak 2,5 ml/ 200 gram BB force fed pada pagi hari (pukul 07.00) dan sore hari (pukul 15.00) selama 4 minggu. 2) Kelompok II : Pemberian larutan PTU 0,1 % ad libitum dan pemberian minyak jintan hitam 0,4 ml/ 200 gram BB dengan dosis terbagi, pada pagi hari sebanyak 0,2 ml/ 200 gram BB (pukul 06.00) dan sore hari sebanyak 0,2 ml/ 200 gram BB (pukul 14.00) (Sara, 2009) serta pakan hiperkolesterolemik sebanyak 2,5 ml/ 200 gram BB force fed pada pagi hari (pukul 07.00) dan sore hari (pukul 15.00) selama 4 minggu (penimbangan dan analisis rerata berat badan tikus putih juga dilakukan tiap minggu untuk mengetahui perlunya penyesuaian dosis). d. Langkah IV : Pengukuran kadar kolesterol LDL setelah mempuasakan selama 12 jam seluruh subjek dan mendapat hasil kolesterol LDL
22
setelah 4 minggu perlakuan (post test). e. Langkah V : Analisis hasil pengukuran kolesterol LDL pre test dan post test secara statistik.
I. Teknik Analisis Statistik Data berat badan dan kadar kolesterol LDL dari semua subjek penelitian dianalisis secara statistik dengan uji normalitas
data Shapiro Wilk Test
menggunakan program SPSS Window 13.0 yang bertujuan untuk menentukan uji statistik yang sesuai dengan keadaan distribusi data yang diperoleh peneliti. Jika distribusi data sesuai dengan kurva Gaussian (kurva normal) maka uji statistik yang digunakan adalah uji statistik parametrik. Uji statistik parametrik yang digunakan pada penelitian ini yaitu paired sample t-test untuk membandingkan kadar kolesterol LDL pretest dan post test, serta independent t-test untuk menguji perbedaan rata-rata kadar kolesterol LDL dari kedua kelompok sampel (α = 0.05) (Budi, 2006). Namun jika distribusi data tidak sesuai dengan kurva Gaussian, maka uji statistik yang digunakan peneliti adalah uji statistik non-parametrik yaitu uji Wilcoxon (Mokhtar, 2008). BAB IV HASIL PENELITIAN
Pada penelitian ini digunakan tikus putih (Rattus norvegicus) jantan sebanyak 34 ekor dari strain Wistar, berumur kurang lebih 3 bulan dengan berat badan 180-200 gram dibagi menjadi 2 kelompok. Kelompok I merupakan
23
kelompok kontrol dan kelompok II merupakan kelompok perlakuan, masingmasing kelompok terdiri dari 17 ekor tikus putih. Kedua kelompok diadaptasikan dalam lingkungan tempat penelitian selama satu minggu. Setiap kelompok ditempatkan di kandang yang berbeda yang mempunyai faktor lingkungan (suhu dan kelembapan) yang sama agar faktor-faktor luar yang menganggu penelitian dapat dikendalikan seminimal mungkin. Semua tikus putih ditimbang terlebih dahulu sebelum perlakuan untuk mengetahui rerata berat badan tikus putih. Hasil penimbangan berat badan tikus putih diuji normalitasnya dengan Shapiro Wilk Test (lampiran 13) serta Q-Q Plot (gambar 4).
Gambar 4. Distribusi Data Berat Badan Tikus Putih pada K I (kiri) dan K II (kanan)
Dari uji normalitas Shapiro Wilk Test, didapatkan nilai p: 0,918 (p>0,05) pada kelompok I (kontrol) dan p: 0,703 (p>0,05) pada kelompok II (perlakuan). Hal ini menunjukkan bahwa data berat badan tikus putih kedua kelompok dengan kurva Gaussian (kurva normal) tidak berbeda secara signifikan (lampiran 13). Karena data berat badan tikus putih kedua kelompok berdistribusi normal, maka
24
dapat dilanjutkan dengan uji t independen untuk mencari rerata berat badan tikus putih tiap kelompok. Tabel 2. Rerata Berat Badan Tikus Putih sebelum Perlakuan Kelompok
Rerata berat badan sebelum perlakuan (gram)*
I (n=17) II (n=17)
p
196,56 ± 14,9 189,41 ± 16,7 0,519
*rerata ± simpangan baku
Dari hasil uji t indpenden didapatkan nilai p : 0.519 (p>0,05). Hal tersebut menunjukkan bahwa berat badan tikus putih antara kelompok I dan II tidak berbeda secara signifikan (lampiran 14). Setelah berat badan tikus putih ditimbang, semua subjek penelitian diberikan pakan standar serta larutan PTU 0,1 % ad libitum selama 1 minggu untuk masa adaptasi. Setelah 1 minggu, semua subjek penelitian dipuasakan selama 12 jam kemudian kadar kolesterol LDL diperiksa untuk mendapatkan data kadar kolesterol LDL sebelum perlakuan. Sampel darah tikus putih diambil dengan tabung mikrokapiler sebanyak 1 ml melalui vena orbitalis. Pemeriksaan kadar kolesterol LDL sebelum perlakuan sangat penting agar keseragaman kadar kolesterol LDL tikus putih dari kedua kelompok dapat diketahui. Uji normalitas terlebih dahulu dilakukan terhadap data kolesterol LDL pretest yang diperoleh dari kedua kelompok dengan Shapiro Wilk Test (lampiran 13) dan Q-Q Plot (Gambar 5). Dari uji normalitas dengan Shapiro Wilk Test didapatkan nilai p: 0,517 (p>0,05) pada kelompok I (kontrol) dan p: 0,983 (p>0,05) pada kelompok II (perlakuan). Hal ini menunjukkan bahwa data kadar
25
kolesterol LDL tikus putih pretest kedua kelompok dengan kurva Gaussian (kurva normal) tidak berbeda secara signifikan (lampiran 13). Karena distribusi data normal maka dapat dilanjutkan dengan uji t independen untuk mencari rerata kadar kolesterol LDL tikus putih pretest tiap kelompok.
Gambar 5. Distribusi Data Kolesterol LDL Pretest pada K I (kiri) dan K II (kanan).
Rerata kadar kolesterol LDL kedua kelompok sebelum perlakuan dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Rerata Kadar Kolesterol LDL Kedua Kelompok Tikus Putih sebelum Perlakuan Kelompok Rerata Kadar Kolesterol LDL sebelum p Perlakuan (mg/ dL)* I (n=17) II (n=17)
91,79 ± 16,9 86,42 ± 11,9 0,138
*rerata ± simpangan baku
26
Dari hasil uji t independen didapatkan nilai p: 0,138 (p > 0,05). Hal tersebut menunjukkan bahwa kadar kolesterol LDL tikus putih antara kelompok I dan II sebelum perlakuan tidak berbeda secara signifikan (lampiran 15). Kemudian kelompok I diberikan larutan PTU 0,1 % ad libitum dan pakan hiperkolesterolemik sebanyak 2,5 ml/ 200 gram BB force fed pada pagi hari (pukul 07.00) dan sore hari (pukul 15.00) selama 4 minggu. Sedangkan pada kelompok II disamping mendapatkan perlakuan yang sama seperti kelompok I juga diberikan minyak jintan hitam 0,4 ml/ 200 gram BB dengan dosis terbagi, pada pagi hari sebanyak 0,2 ml/ 200 gram BB (pukul 06.00) dan sore hari sebanyak 0,2 ml/ 200 gram BB (pukul 14.00). Perlakuan tersebut dilakukan selama 4 minggu. Kemudian kadar kolesterol LDL diperiksa untuk mendapatkan kadar kolesterol LDL setelah perlakuan (posttest). Uji normalitas terlebih dahulu dilakukan terhadap kadar kolesterol LDL posttest yang diperoleh dari kedua kelompok dengan Shapiro Wilk Test (lampiran 13) dan Q-Q Plot (Gambar 6). Dari uji normalitas Shapiro Wilk Test didapatkan nilai p: 0,051 (p>0,05) pada kelompok I (kontrol) dan p: 0,116 (p>0,05) pada kelompok II (perlakuan). Hal ini menunjukkan bahwa data kadar kolesterol LDL tikus putih posttest kedua kelompok dengan kurva Gaussian (kurva normal) tidak berbeda secara signifikan (lampiran 13). Karena distribusi data normal maka dapat dilanjutkan dengan uji t independen untuk mencari rerata kadar kolesterol LDL tikus putih posttest tiap kelompok.
27
Gambar 6. Distribusi Data Kolesterol LDL Posttest pada K I (kiri) dan K II (kanan).
Rerata kadar kolesterol LDL kedua kelompok setelah perlakuan dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4. Rerata Kadar Kolesterol LDL Tikus Putih setelah Perlakuan Kelompok
Rerata Kadar Kolesterol LDL setelah Perlakuan (mg/dL)*
I (n=17) II (n=17)
p
105,91 ± 39,8 117,63 ± 29,1 0,207
*rerata ± simpangan baku
Setelah didapatkan rerata kadar kolesterol LDL tikus putih sebelum dan setelah perlakuan pada kedua kelompok, dapat dibandingkan rerata kadar kolesterol LDL sebelum dan sesudah perlakuan pada masing-masing kelompok. Uji t berpasangan dilakukan terhadap kelompok I (kontrol) terlebih dahulu (tabel 5). Tabel 5. Rerata Kadar Kolesterol LDL Tikus Putih sebelum dan setelah Perlakuan pada Kelompok I (Kontrol) Rerata Kadar Kolesterol LDL (mg/dL)* Kelompok I Sebelum Perlakuan
Setelah Perlakuan
p
28
n= 17
91,79 ± 16,9
105,91 ± 39,8 0,218
*rerata ± simpangan baku
Dari hasil uji t berpasangan didapatkan nilai p: 0,218 (p > 0,05) pada kelompok I (kontrol) sehingga dapat disimpulkan bahwa rerata kadar kolesterol LDL kelompok I (kontrol) sebelum dan setelah perlakuan tidak berbeda secara signifikan (lampiran 17). Kemudian dilakukan uji t berpasangan terhadap kelompok II (perlakuan) (tabel 6). Tabel 6. Rerata Kadar Kolesterol LDL Tikus Putih sebelum dan setelah Perlakuan pada Kelompok II (Perlakuan) Rerata Kadar Kolesterol LDL (mg/dL)* Kelompok II Sebelum Perlakuan n = 17
86,42 ± 11,9
Setelah Perlakuan
p
117,63 ± 29,1 0,000
*rerata ± simpangan baku Dari uji t berpasangan didapatkan nilai p: 0,000 (p < 0,05) pada kelompok II (perlakuan) sehingga dapat disimpulkan bahwa rerata kadar kolesterol LDL kelompok II (perlakuan) sebelum dan setelah perlakuan berbeda secara signifikan (lampiran 18). Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa pada kelompok I sebenarnya terjadi peningkatan rerata kadar kolesterol LDL dari sebelumnya yaitu 91,79 ± 16,9 mg/dL menjadi 105,91 ± 39,8 mg/dL setelah 4 minggu, namun peningkatan ini secara statistik tidak signifikan (lampiran 17). Sedangkan pada kelompok II
29
juga terjadi peningkatan rerata kadar kolesterol LDL dari sebelumnya yaitu 86,42 ± 11,9 mg/dL menjadi 117,63 ± 29,1 mg/dL. Peningkatan rerata kadar kolesterol LDL pada kelompok II ini secara statistik signifikan (lampiran 18) sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian minyak jintan hitam tidak dapat mencegah peningkatan kadar kolesterol LDL tikus putih.
Rerata Kadar Kolesterol LDL Tikus Putih Kadar Kolesterol LDL (mg/dL)
140 120 100 80 60
Sebelum Perlakuan
40
Setelah Perlakuan
20 0 I
II Kelompok
Gambar 7. Rerata Kadar Kolesterol LDL Tikus Putih sebelum dan setelah Perlakuan
BAB V PEMBAHASAN
Dari hasil pengukuran pada kelompok I sebelum perlakuan (pretest), didapatkan kadar kolesterol LDL tikus putih sebesar 91,79 ± 16,9 mg/dL sedangkan setelah perlakuan (posttest) sebesar 105,91 ± 39,8 mg/dL. Setelah kedua data tersebut dianalisis dengan uji t berpasangan, diketahui bahwa kadar
30
kolesterol LDL pretest dan posttest pada kelompok I tidak berbeda secara signifikan dengan nilai p: 0,218 (p>0,05). Tidak terjadinya peningkatan kadar kolesterol LDL secara signifikan pada kelompok I dapat disebabkan oleh adanya polimorfisme gen promoter CYP7A1. Gen promoter CYP7A1 berperan dalam ekspresi enzim cholesterol 7αhydroxylase, yaitu enzim yang menginisiasi konversi kolesterol menjadi asam empedu (Fernandez dan West, 2005). Polimorfisme gen promoter CYP7A1 dapat mempengaruhi peningkatan enzim cholesterol 7-α-hidroksilase. Enzim tersebut berpengaruh dalam sintesis asam empedu yang sensitif terhadap peningkatan kadar kolesterol LDL. Variasi dimer basa nitrogen yang terjadi pada gen promoter CYP7A1 sangat penting terhadap pengaruh kadar kolesterol LDL saat pemberian pakan hiperkolesterolemik (Hofman, 2005). Tikus putih yang mempunyai dimer CC di gen promoter CYP7A1 mempunyai sensitivitas yang tinggi terhadap peningkatan kadar kolesterol LDL yang diwujudkan dengan peningkatan sintesis enzim 7-α-hidroksilase. Enzim tersebut meningkatkan produksi asam empedu dari kolesterol LDL yang mengakibatkan peningkatan jumlah reseptor kolesterol LDL di hepar sehingga kadar kolesterol LDL plasma menurun (Hofman, 2005). Untuk membuktikan adanya polimorfisme ini diperlukan pemeriksaan lebih lanjut. Pada kelompok II terjadi hal yang berbeda dengan kelompok I. Pada kelompok ini hasil pengukuran kadar kolesterol LDL pretest sebesar 86,42 ± 11,9 mg/dL dan posttest sebesar 117,63 ± 29,1 mg/dL. Dari hasil uji t berpasangan diketahui bahwa terdapat perbedaan signifikan antara kadar kolesterol LDL
31
pretest dan posttest pada kelompok II dengan nilai p: 0,000 (p<0,05). Hal ini tidak sesuai dengan hasil penelitian El Dakha et al. (2000) di Mesir dimana setelah 4 minggu terjadi penurunan kadar kolesterol LDL tikus putih secara signifikan dengan menggunakan jintan hitam sebanyak 800 gram/kg berat badan. Terjadinya peningkatan kadar kolesterol LDL secara signifikan pada kelompok II kemungkinan disebabkan oleh beberapa hal. Antara lain: A. Minyak jintan hitam yang kadar dan kemurniannya tidak diketahui Minyak jintan hitam yang digunakan pada penelitian ini merupakan produk beli jadi dan kadar kemurniannya juga tidak diketahui secara pasti. Komposisi asam lemak jenuh dan tak jenuh juga tidak dapat diketahui dengan pasti apakah sama seperti pada hasil ekstraksi biji jintan hitam yang dilakukan oleh Kandil (2005). Oleh karena itu tidak menutup kemungkinan adanya kadar asam lemak jenuh yang cukup tinggi pada minyak jintan hitam yang digunakan pada
penelitian
ini
serta
jika
dikombinasikan
dengan
pakan
hiperkolesterolemik akan menyebabkan peningkatan kadar kolesterol LDL secara signifikan. B. Efek pakan hiperkolesterolemik Pemberian pakan hiperkolesterolemik dapat meningkatkan aktivitas Acyl CoA Transferase (ACAT) secara signifikan (Asahina et al, 2008; Salter et al, 1991). ACAT berfungsi mengubah kolesterol bebas di retikulum endoplasma menjadi ester kolesterol. Peningkatan aktivitas ACAT berdasarkan penelitian Dolphin (2008) akan menyebabkan peningkatan sintesis ester kolesterol LDL di sisterna golgi, vesikel hepar serta plasma.
32
C. Mutasi reseptor kolesterol LDL Mutasi reseptor kolesterol LDL sangat berpengaruh terhadap kadar kolesterol LDL. Mutasi tersebut dapat meningkatkan kadar kolesterol LDL (Halim, 2006). Menurut Halim (2006) terdapat 5 macam mutasi reseptor kolesterol LDL: 1. Mutasi Null (R0) menyebabkan sintesis protein reseptor kolesterol LDL di retikulum endoplasmik berkurang atau tidak terbentuk 2. Mutasi yang menyebabkan kelainan transpor intraseluler dan kelainan kolesterol LDL di apparatus golgi 3. Mutasi yang menyebabkan kelainan ligan ekstraseluler dan kelainan pengikatan kolesterol LDL 4. Mutasi (R+) menyebabkan kelainan endositosis 5. Mutasi yang menyebabkan kegagalan pelepasan kolesterol LDL dari lisosom (kelainan mutasi resiklus). Dari kelima jenis mutasi tersebut memang sulit dibuktikan berapa jumlah tikus putih di kelompok II yang mengalami mutasi karena biaya pemeriksaan yang mahal. Selain itu juga tidak menutup kemungkinan adanya mutasi reseptor LDL pada kelompok I. Dari ketiga kemungkinan di atas, minyak jintan hitam yang kadar dan kemurniannya tidak diketahui merupakan salah satu alasan yang paling kuat karena bisa saja minyak jintan hitam yang digunakan mengandung asam lemak jenuh
yang
cukup
tinggi
dan
jika
dikombinasikan
dengan
pakan
hiperkolesterolemik akan meningkatkan kadar kolesterol LDL secara signifikan.
33
Selain itu, satu-satunya perlakuan yang berbeda antara kelompok I dan II adalah pemberian minyak jintan hitam, maka kemungkinan pemberian minyak jintan hitam pada kelompok II inilah yang dapat menyebabkan peningkatan kadar kolesterol LDL.
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Pemberian oral minyak jintan hitam sebanyak 0,4 ml/200 gram BB/hari selama 4 minggu tidak terbukti dapat mencegah peningkatan kadar kolesterol LDL tikus putih (Rattus norvegicus).
B. Saran
34
1. Untuk penelitian mendatang perlu digunakan minyak jintan murni, bukan produk kemasan yang kandungan minyak jintan hitamnya tidak diketahui. 2. Dilakukan penelitian dengan menggunakan hewan coba yang mempunyai kondisi kadar hormon tiroid yang normal (eutiroid) agar peningkatan kadar kolesterol LDL akibat pemberian pakan hiperkolesterolemik dapat terlihat secara nyata. 3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui dosis konsumsi minyak jintan hitam yang aman bagi manusia dan tidak menimbulkan efek samping.
KELEMAHAN PENELITIAN
Kelemahan penelitian ini adalah menggunakan minyak jintan hitam yang tidak diketahui kandungan serta kadar kemurniannya dengan jelas. Hal ini menyebabkan komposisi asam lemak jenuh dan tak jenuh juga tidak dapat diketahui dengan pasti apakah sama seperti pada hasil ekstraksi biji jintan hitam yang dilakukan oleh Kandil (2005). Oleh karena itu tidak menutup kemungkinan adanya kadar asam lemak jenuh yang cukup tinggi pada minyak jintan hitam yang digunakan pada penelitian ini serta jika dikombinasikan dengan pakan
35
hiperkolesterolemik akan menyebabkan peningkatan kadar kolesterol LDL secara signifikan.
DAFTAR PUSTAKA
Adam J.M.F. 2007. Dislipidemia. In : Sudoyo A.W., Setiyohadi B., Alwi I., Simadibrata M., Setiati S. (eds). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia, pp: 1927-30 Almatsier S. 2006. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, pp: 52-69 Asahina M., Sato M., and Imaizumi K. 2008. Genetic analysis of diet-induced hypercholesterolemia in exogenously hypercholesterolemic rats. J Nutr Anwar T.B. 2004. Dislipidemia sebagai faktor resiko penyakit jantung koroner. eUSU Repository, p: 2
36
Awan.
2008. Nigella Sativa (Habbatussauda atau Jintan http://www.healindonesia.wordpress.com (4 Maret 2009).
Hitam).
Botham M.K. and Mayes P.A. 2003a. Cholesterol Synthesis, Transport, and Excretion. In : Murray R.K., Granner D.K., Mayes P.A., Rodwell V.W. Harper,s Illustrated Biochemistry. 26th ed. New York : McGraw-Hill, p: 219-27 Botham M.K. and Mayes P.A. 2003b. Lipid Transport and Storage. In : Murray R.K., Granner D.K., Mayes P.A., Rodwell V.W. Harper,s Illustrated Biochemistry. 26th ed. New York : McGraw-Hill, pp: 205-10 Botham M.K. and Mayes P.A. 2003c. Metabolism of Unsaturated Fatty Acids and Eicosanoids. In : Murray R.K., Granner D.K., Mayes P.A., Rodwell V.W. Harper,s Illustrated Biochemistry. 26th ed. New York : McGrawHill, p: 190 Budi T.P. 2006. SPSS 13.0 Terapan Riset Statistik Parametrik. Yogyakarta : Penerbit Andi, p: 177-89 Degirolamo C., Shelness G.S., Rudel L.L. 2008. LDL cholesteryl oleate as a predictor for atherosclerosis: evidence from human and animal studies on dietary fat. J Lipid Res. Dolphin P.J. 2008. Serum and hepatic nascent lipoproteins in normaland hypercholesterolemic rats. J Lipid Res. El Dakha Khani M., Mady N.L and Halim M.A. 2000. Nigella sativa L. oil protects against induced hepatotoxicity and improves serum lipid profile in rats. Arzneimittelforschung. 50(9): 832-6 Fernandez M.L. and West K.L. 2005. Mechanisms by which dietary fatty acids modulate plasma lipids. J Nutr. 135: 2075-8 Ganong W.F. 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 20th ed. Editor Bahasa Indonesia: Wijayakusumah D. Jakarta : EGC, pp: 293-6 Gilani A.H., Jabeen Q., Khan M.A.U. 2004. A review of medicinal uses and pharmalogical activities of Nigella sativa. Pak J Biol Sci. 7: 441 Grundy M.S. 2006. Nutrition in the Management of Disorders of Serum Lipid and Lipoproteins. In : Shils M.E., Shike M., Ross A.C., Cousins R.J. (eds). Modern Nutrition in Health and Disease. 10th ed. Philadelphia : Lippincott William and Wilkins, p: 1077 Gunawan S.G., Setiabudy R., Nafrialdi, Elysabeth (eds). 2007. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta : Gaya Baru, p: 441
37
Guyton A.C., Hall J.E. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 9th ed. Editor Bahasa Indonesia: Setiawan I. Jakarta : EGC, p:1077 Halim H. 2006. Mutasi reseptor LDL penyebab hiperkolesterolemia familier. Majalah Kedokteran Damianus. 5:171-6 Hofman. 2005. Genetic variations in bile metabolism. Implications for lipoproteins homeostasis. p:15 Kandil O. 2005. Lipid fraction of Nigella sativa L. seeds. United States Patent Application Publication, p: 1-2 Maryanto dan Fatimah. 2004. Pengaruh pemberian jambu biji (Psidium guajava L) pada lipidemia serum tikus (Sprague Dawley) hiperkolesterolemia. Media Medika Indonesia. 39: 105-111 Masella R., Giovannini C., Vari R., Di Bendetto R., Coni E., Volpe R., Fraone N., Bucci A. 2001. Effect of dietary virgin olive oil phenols on LDL oxidation in hyperlipidemic patients. Lipids. 36 : 1195 Mokhtar M.U.A. 2008. Pengaruh Pemberian Jus Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) Terhadap Kadar Kolesterol LDL Tikus Putih (Rattus norvegicus). Skripsi FK UNS: Surakarta Ngatidjan. 1991. Petunjuk Laboratorium Toksikologi. Bandung: ITB, p: 152
Metode
Laboratorium
dalam
Phyto Medica. 1993. Anti Hiperlipidemia, Penapisan Farmakologi, Pengujian Fitofarmaka dan Pengujian Klinik. Jakarta, p:38-45 Saap E.M,. 2007. Perbedaan Penurunan Kadar LDL Kolesterol tikus putih (Rattus norvegicus) Pada Pemberian Bawang Putih (Allium sativum Linn.) Mentah dan Dimasak. Skripsi FK UNS: Surakarta Salter A.M., Hayash R., Al-Senni M. and Brown N.F. 1991. Effects of hypothyroidism and high fat feeding on mRNA concentrations for the low density lipoproteins receptor and on acyl-coA : cholesterol acyltransferase activities in rat liver. Biochem J. 276:825-32 Sara. 2009. Re: Side Effects of Black Seed Oil. http://www.curezone.com (21 Mei 2009) Smith J.B and Mangkoewidjojo S. 1988. Pemeliharaan, Pembiakan dan Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis. Jakarta: UI, p: 37-57 Soehardjono D. 1993. Percobaan Hewan Laboratorium. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, p:207
38
Uchida K., Nomura Y., Kodowaki., Takase H., Takano K., Takeuchi N. 2008. Age-Related changes in cholesterol and bile acid metabolism in rats. The J Lipid Res. USDA. 2010. Nutrient Data Laboratory. http://www.nal.usda.gov (6 Juni 2010) Zaoui A., Cherrah Y., Mahassini N., Alaoui K.,Hassar M. 2002. Acute and chronic toxicity of Nigella sativa fixed oil. Phytomedicine. 9 :69-74
41
LAMPIRAN 1 Konversi Perhitungan Dosis untuk Berbagai Jenis Hewan dan Manusia Menci Tiku Marmu Kelinc Kucin Ker Anjin Manusi t s t i g a g a 20 g 200 g 400 g 2 kg 2 kg 4 kg 12 kg 70 kg 1,0 7,0 12,25 27,8 29,7 64,1 124,4 387,9 Mencit 2 20 g Tikus 200 g
0,14
1,0
1,74
3,9
4,2
9,2
17,8
56,0
Marmu t 400 g Kelinci 2 kg
0,08
0,57
1,0
2,25
2,4
5,2
10,2
31,5
0,04
0,25
0,44
1,0
1,08
2,4
4,5
14,2
Kucing 2 kg
0,03
0,23
0,41
0,92
1,0
2,2
4,1
13,0
Kera 4 kg
0,016
0,11
0,19
0,42
0,45
1,0
1,9
6,1
Anjing 12 kg
0,008
0,06
0,10
0,22
0,24
0,52
1,0
3,1
Manusi a 70 kg
0,0026 0,018
0,031
0,07
0,076
0,16
0,32
1,0
(Soehardjono, 1993)
LAMPIRAN 2 Kadar Kolesterol LDL Berdasarkan Umur Tikus Putih No. of Rats Total cholesterol 4 wk 11-16 wk 63-99 wk Phospholipid 4 wk
Chylo
2 6 11
34 14±4.1 12±2.3
2
87
VLDL µg/ml serum
LDL
103 194±21.2 140±12.3
208 113±42.6 351±23.8
464 560±93.4 643±45.1
183
1054
149
HDL
Total
808 881±114.0 1146± 69.8 1472
42
11-16 wk 63-99 wk Triglyceride 4 wk 11-16 wk 63-99 wk
6 11
55±10 48±9.7
354±44.0 239±30.8
120±31.8 350±37.8
2 6 11
46 87±18.0 24±5.9
258 793±72.1 378±40.4
59 40±8.1 50±6.4
1140±46.9 1213±68.4 58 68±26.3 25± 3.3
1655±109.6 1849±92.1 422 989±90.0 477±48.1
(Uchida, 2008)
LAMPIRAN 3 Cara Pembuatan Pakan Hiperkolesterolemik Pembuatan pakan hiperkolesterolemik dilakukan dengan cara mencampur 5 ml kuning telur itik, 10 ml minyak babi, 1 ml minyak kelapa, dan 0,1 gram kristal kolesterol sehingga didapatkan suatu campuran berbentuk cair. Pakan hiperkolesterolemik diberikan secara oral menggunakan sonde lambung dua kali sehari pada pukul 07.00 dan pukul 15.00, masing-masing subjek penelitian sebanyak 2,5 ml.
43
LAMPIRAN 4 Komposisi Pellet No.
Macam Bahan
Konsentrasi (%)
Takaran (kg/L)
1.
Dedak halus (bekatul)
40
10
2.
Tepung ikan
15
15
3.
Bungkil kedelai
25
25
4.
Tepung jagung
20
20
5.
Aquamik
-
0,05
6.
Vitamin C dan B-kompleks
-
0,01
Komposisi per 100 gram Air
: max. 12 %
Protein kasar
: min. 15,5 %
Lemak kasar
: min. 4 %
Serat kasar
: max. 6 %
Abu
: max. 7 %
Fosfor
: 0,6-0,8 %
Antibiotik
:+
Coccistat
:+
LAMPIRAN 5 Daftar Volume Maksimal Bahan Uji pada Pemberian Per Oral Jenis Hewan
Berat Rerata (gram)
Volume Maksimal (ml)
Mencit
20-30
1,0
44
Tikus Putih
100
5,0
Hamster
50
2,5
Marmot
250
10,0
Kelinci
2500
20,0
Kucing
3000
50,0
Anjing
5000
100,0
(Ngatidjan, 1991)
LAMPIRAN 6 Data Biologis Tikus
Lama hidup
2-3 tahun, dapat sampai 4 tahun
Lama produksi ekonomis
1 tahun
Lama bunting
20-22 hari
Siklus kelamin
Poliestrus
Siklus estrus
4-5 hari
Lama estrus
9-20 jam
Ovulasi
8-11 jam setelah estrus
Fertilisasi
7-10 jam setelah kawin
Implantasi
5-6 hari setelah fertilisasi
Suhu (rektal)
36-39o C
45
Pernapasan
65-115/ menit
Denyut jantung
330-480/ menit
Tekanan darah sistolik
90-180 mmHg
Tekanan darah diastolik
60-145 mmHg
Konsumsi oksigen
1,29-2,68 ml/gram/jam
Volume darah
57-70 ml/ kg
Protein plasma
4,7-8,2 gram/100 ml
ALT (SGPT)
17,5-30,2 IU/ liter
AST (SGOT)
45,7-80,8 IU/ liter
Kecepatan tumbuh
5 gram/hari
Aktivitas
Nokturnal
Berat dewasa
300-400 gram jantan; 250-300 gram betina
(Smith dan Mangkoewidjojo, 1988) LAMPIRAN 7 Kandungan Nutrisi per 100 gram Jintan Hitam
Energi
375 kkal
Karbohidrat
44.24 gram
Gula
2.25 gram
Serat
10.5 gram
Lemak total
22.27 gram
Lemak jenuh
1.535 gram
Protein
17.81 gram
Air
8.06 gram
Vitamin A
64 µg (7%)
Riboflavin
0.327 mg (22%)
Niacin
4.579 mg (31%)
46
Vitamin B6
0.435 mg (33%)
Folat
10 µg (3 %)
Vitamin B12
0 µg (0 %)
Vitamin C
7.7 mg (13 %)
Vitamin E
3.33 mg (22 %)
Vitamin K
5.4 µg (5 %)
Kalsium
931 mg (93 %)
Besi
66.36 mg (531 %)
Magnesium
366 mg (99 %)
Fosfor
499 mg (71 %)
Kalium
1788 mg (38 %)
Natrium
168 mg (7 %)
Seng
4.8 mg (48 %)
(USDA, 2010) LAMPIRAN 8 Hasil Pengukuran Berat Badan Tikus Putih Sebelum Perlakuan (Gram) No.
Kelompok I (Kontrol)
Kelompok II (Perlakuan)
1.
208.6
181.2
2.
215.4
191.0
3.
190.4
200.5
4.
193.6
207.2
5.
209.5
199.2
6.
225.7
174.2
7.
204.6
175.6
8.
184.1
216.1
9.
177.9
203.1
10.
207.8
184.4
11.
187.3
182.0
12.
197.6
188.7
47
13.
184.3
208.3
14.
196.6
210.0
15.
170.5
167.8
16.
179.7
171.2
17.
207.9
159.6
Rerata
196.56
189.41
(Data primer, 2009)
LAMPIRAN 9 Hasil Pengukuran Kadar Kolesterol LDL Tikus Putih Sebelum Perlakuan (mg/dL) No.
Kelompok I (Kontrol)
Kelompok II (Perlakuan)
1.
90.0
93.2
2.
87.7
71.4
3.
109.5
78.5
4.
95.8
86.3
5.
98.7
85.7
6.
116.5
92.5
7.
118.9
89.7
8.
62.9
111.4
9.
105.9
87.6
10.
101.5
78.1
11.
74.4
93.7
12.
64.5
88.2
13.
87.4
72.9
14.
96.7
82.3
48
15.
85.6
61.0
16.
97.0
101.3
17.
67.5
95.4
Rerata
91.79
86.42
(Data primer, 2009)
LAMPIRAN 10 Hasil Pengukuran Kadar Kolesterol LDL Tikus Putih Setelah Perlakuan (mg/dL) No.
Kelompok I (Kontrol)
Kelompok II (Perlakuan)
1.
163.8
99.0
2.
183.5
90.9
3.
91.2
113.2
4.
102.7
132.3
5.
90.5
130.7
6.
79.5
157.8
7.
93.9
170.6
8.
51.5
171.7
9.
64.3
131.7
10.
83.0
94.7
11.
86.9
122.8
12.
171.3
98.6
13.
141.5
90.1
14.
103.4
98.7
15.
73.7
93.0
16.
145.1
74.9
17.
74.6
129.0
49
Rerata
105.91
117.63
(Data primer, 2009)
LAMPIRAN 11 Grafik Uji Normalitas Berat Badan Tikus Putih Kelompok I
Grafik Uji Normalitas Berat Badan Tikus Putih Kelompok II
50
LAMPIRAN 12 Grafik Uji Normalitas Kadar Kolesterol LDL Kelompok I Sebelum Perlakuan
Grafik Uji Normalitas Kadar Kolesterol LDL Kelompok I Setelah Perlakuan
51
LAMPIRAN 13 Grafik Uji Normalitas Kadar Kolesterol LDL Kelompok II Sebelum Perlakuan
Grafik Uji Normalitas Kadar Kolesterol LDL Kelompok II Setelah Perlakuan
52
54
LAMPIRAN 14
Uji Normalitas Berat Badan, Kadar LDL Sebelum dan Sesudah Perlakuan Tikus Putih
54
55
LAMPIRAN 15
Uji t Berat Badan Tikus Putih Sebelum Perlakuan
55
56
56
57
LAMPIRAN 16
Uji t Kadar Kolesterol LDL Tikus Putih Kelompok I dan Kelompok II Sebelum Perlakuan
57
58
LAMPIRAN 17
Uji t Kadar Kolesterol LDL Tikus Putih Kelompok I dan Kelompok II Sesudah Perlakuan
58
59
LAMPIRAN 18 Uji t Kadar Kolesterol LDL Tikus Putih Kelompok I Sebelum dan Sesudah Perlakuan
59
60
LAMPIRAN 19 Uji t Kadar Kolesterol LDL Tikus Putih Kelompok II Sebelum dan Sesudah Perlakuan
60
66
LAMPIRAN 20 Dokumentasi Penelitian
66
67
LAMPIRAN 21 Surat Ijin Penelitian
67
68
LAMPIRAN 22 Surat Tanda Selesai Penelitian
68
69
69