BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ginjal memiliki peranan penting dalam tubuh manusia terutama dalam proses metabolisme, menjaga keseimbangan cairan tubuh, dan pembentukan sejumlah vitamin serta mineral (Falvo, 2005). Kerusakan ginjal tentu saja dapat menganggu mekanisme biologis dalam tub uh. Salah satu bentuk kerusakan ginjal adalah gagal ginjal. Gagal ginjal merupakan salah satu penyakit kronis yang kini berkembang pesat di Indonesia. Pada tahun 2005, Pernefri (Perhimpunan Nefrologi Indonesia) mencatat sebanyak 118.750 kasus gagal ginjal. Jumlah ini berkembang pesat di tahun 2012 menjadi 300.000 kasus (dalam http:// 25 Juta Orang Indonesia Alami Gangguan Ginjal _ Nasional - Kabar24.com.htm). Pernefri melaporkan kasus gagal ginjal di Indonesia dapat meningkat hingga 200.000 kasus setiap tah unnya (dalam http:// Pasien Cuci Darah Terus Meningkat - Kompas.com Health.htm). Penyakit gagal ginjal terbagi dua yaitu gagal ginjal akut dan gagal ginjal kronik. Penyakit gagal ginjal akut menimbulkan kerusakan ginjal yang sifatnya temporer dan terjadi dalam waktu singkat, sedangkan penyakit gagal ginjal kronis menimbulkan kerusakan ginjal permanen yang terjadi secara menahun. Kerusakan ini menyebabkan menurunnya fungsi ginjal manusia dan mencapai tahap akhir bila fungsi ginjak yang tersisa hanya 15% saja . Kondisi ini disebut sebagai gagal ginjal terminal (Suwitra, 2009).
Universitas Sumatera Utara
Pasien gagal ginjal terminal umumnya tidak menyadari kerusakan ginjal yang terjadi di stadium awal sebab pasien tidak menyadari bahwa gejala -gejala fisik yang dirasakan terjadi akibat adanya gangguan fungsi ginjal. Sayangnya sampai saat ini belum ditemukan teknik pengobatan yang dapat mengembalikan fungsi ginjal. Satu-satunya pilihan pasien adalah menjalani terapi pengganti ginjal (Suwitra, 2009). Terapi pengganti ginjal terbagi tiga , yakni: transplantasi ginjal, CAPD, dan hemodialisa. Metode transplantasi ginjal dapat mengembalikan kapasitas fungi ginjal pasien sehingga meminimalisir ketergantungan pasien terhadap layanan medis. Metode ini merupakan terapi pengganti ginjal terbaik bagi pasien gagal ginjal terminal (dalam http://kompasiana/ Aspek Psikososial Pasien Gagal Ginjal.htm). Meski begitu metode ini juga sulit dilakukan karena menemukan donor ginjal yang dapat diterima tubuh pasien tidaklah mudah. Teknik CAPD merupakan teknik dialisa yang dapat dilakukan oleh pasien sendiri. CAPD menawarkan fleksibilitas dan kelonggaran melakukan diet dan pembatasan cairan dibanding pasien yang menjalani hemodialisa. Akan tetapi bila tidak dilakukan dengan steril, pasien CAPD rentan mengalami infeksi yang malah memperburuk kondisi kesehatan. Sebaliknya k ondisi pasien yang menjalani hemodialisa dapat lebih dipantau oleh tenaga medis sebab terapi dilakukan di rumah sakit/klinik. Kekurangannya pasien mudah terinfeksi ba kteri dan berisiko mengalami komplikasi pada pembuluh darah (dalam http:// RSUD Indramayu - Terapi pengganti ginjal Penyakit ginjal... _ Facebook.htm). Pasien gagal ginjal terminal yang menjalani terapi hemodialisa sering disebut pasien HD.
Universitas Sumatera Utara
Di Indonesia terdapat lebih banyak pasien yang memilih terapi hemodialisa dibanding dua bentuk terapi pengganti ginjal lainnya. Prodjosudjadi dan Suhardjono (2009) mendata bahwa di tahun 2006 jumlah pasien HD di Indonesia berjumlah 4.656 orang dan sebanyak 378 orang pasi en HD berada di pulau Sumatera. Biaya terapi HD rata -rata berkisar dari Rp 500.000. Saat ini pemerintah telah menyediakan jaminan kesehatan bagi pasien HD yang membantu meringankan beban pasien HD, terutama bagi pasien dengan kelas ekonomi menengah ke bawa h (dalam http:// Universitas Gadjah Mada RSA UGM Buka Layanan Hemodialisa.htm). Tenaga medis tidak hanya menganjurkan pasien HD menjalani hemodialisa secara teratur. Pasien juga dianjurkan untuk meminum obat, membatasi konsumsi cairan, dan mengawasi pola makan (Denhaerynck, dkk., 2007). Pembatasan konsumsi cairan dilakukan untuk membatasi kadar air dalam tubuh sebab ginjal tidak lagi mampu mengeluarkan air dari dalam tubuh. Pengawasan pola makan dilakukan terhadap makanan yang utamanya mengandung kalium dan natrium yang tidak dapat lagi disaring ginjal. Konsumsi obat-obatan berfungsi sebagai supply vitamin dan mineral yang tidak lagi dihasilkan ginjal dan menekan faktor risiko komplikasi HD (Suwitra, 2009). Informasi tersebut biasanya diberikan tenaga medis selama proses penanganan pasien HD (Altilo, Ois-Green, Hedlund, & Fineberg, 2006). Kesesuaian perilaku pasien terhadap anjuran yang diuraikan di atas disebut sebagai kepatuhan (Rappof, 1999). Kepatuhan pasien terhadap anjuran medis dapat memperpanjang usia pasien, mengurangi risiko terjadinya komplikasi, dan
Universitas Sumatera Utara
efek samping. Hal ini memiliki pengaruh terhadap kualitas hidup pasien HD (Denhaerynck,dkk., 2007). Tenaga medis menilai kepatuhan pasien dengan mengukur frekuensi pasien melakukan anjuran medis, misa lnya menghitung jumlah tablet yang diminum. Pengukuran biologis juga dapat digunakan untuk mengukur tingkat kepatuhan pasien, seperti menghitung penambahan berat badan di periode antarsesi dialisa (Kim, Evangelista, Philips, Linda, Pavlish, & Kopple, 2010) . Sangat disayangkan pengukuran kepatuhan pasien hanya melibatkan perilaku motorik. Padahal, proses kognitif juga memiliki pengaruh terhadap kemauan pasien melakukan anjuran medis (Berry, 2004). Ada dua fungsi kognitif yang memiliki pengaruh terhadap tingk at kepatuhan pasien yakni kemampuan memahami dan mengingat informasi. Pemahaman pasien terhadap anjuran medis yang diinformasikan oleh tenaga medis membantu pasien mengetahui cara melakukan anjuran medis. Kemampuan pasien mengingat informasi membantu pasie n melakukan anjuran medis dengan benar ketika pasien berada di luar seting klinis (Ley dalam Pitts, 2003; Ogden, 2005). Pemahaman pasien terhadap anjuran medis ditambah tingginya kesesuaian perilaku pasien dengan anjuran medis menunjukkan tingginya kepat uhan pasien terhadap anjuran medis. Tingkat kepatuhan pasien dapat berbeda -beda bergantung pada tingkat pemahaman pasien dan frekuensi kesesuaian perilaku pasien. Semakin tinggi pemahaman pasien terhadap anjuran medis dan semakin tinggi
Universitas Sumatera Utara
kesesuaian perilaku pasien dengan anjuran medis, maka tingkat kepatuhan pasien akan semakin tinggi (Kim, Evangelista, Philips, Linda, Pavlish, & Kopple, 2010). Kondisi emosional pasien dapat mempengaruhi proses kognitif yang terjadi. Pasien penyakit kronis, termasuk pasien H D memiliki kemungkinan mengalami kecemasan dan rasa takut seiring dengan berjalannya proses adaptasi pasien terhadap perubahan kondisi kesehatannya (Ogden, 2005). Distres ini dapat mempengaruhi kepatuhan pasien terhadap anjuran medis. Pasien bisa saja memahami informasi yang disampaikan tenaga medis, tetapi informasi yang telah dipahami tersebut juga dapat dilupakan pasien terlebih bila pasien sudah berada di luar lingkungan (setting) klinis. Kesulitan pasien dalam mengingat informasi yang disampaikan dipengaruhi oleh distres psikologis yang dialami (Wroe, 2001). Kepatuhan pasien tidak hanya dipengaruhi oleh proses kognitif. Faktor demografis seperti usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan faktor sosial budaya juga dapat mempengaruhi kepatuhan pasien te rhadap anjuran medis (Sarafino & Smith, 2011). Selain faktor demografis, faktor yang berkaitan dengan anjuran medis seperti durasi dan kompleksitas anjuran medis juga memiliki pengaruh terhadap anjuran medis. Faktor tersebut bisa saja memiliki pengaruh terhadap kepatuhan khususnya bagi pasien HD. Ketidakpatuhan pasien terhadap anjuran medis dapat memberikan serangkaian dampak negatif bagi diri pasien. Ketidakpatuhan pasien dapat memperburuk kondisi kesehatan bahkan kematian. Dari segi psikologis, ketidakpatuhan pasien terhadap anjuran medis dapat menurunkan kualitas hidup pasien, munculnya frustasi, rasa marah, dan tidak berdaya. Ketidakpatuhan juga
Universitas Sumatera Utara
menyebabkan menurunnya efektivitas terapi serta meningkatnya biaya pengobatan pasien (Bosworth, Weinberger, & Oddone, 2008). Berdasarkan fenomena di atas, peneliti ingin mengetahui gambaran kepatuhan pasien gagal ginjal terminal yang menjalani terapi HD di kota Medan terhadap empat anjuran medis yang telah dijabarkan. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelit ian ini adalah: a. Bagaimana gambaran kepatuhan pasien gagal ginjal terminal yang menjalani terapi hemodialisa di kota Medan secara umum? b. Bagaimana gambaran kepatuhan pasien gagal ginjal terminal yang menjalani terapi hemodialisa di kota Medan bila ditinjau d ari faktor sosiodemografis? C. Tujuan Penelitian Tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kepatuhan terhadap anjuran medis pada pasien gagal ginjal terminal yang menjalani terapi hemodialisa
di kota Medan , baik secara umum maupun
berdasarkan pada faktor demografis. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis Hasil penelitian dapat berguna untuk menambah wawasan dan pengembangan kajian Psikologi Kesehatan, khususnya mengenai kepatuhan
Universitas Sumatera Utara
terhadap anjuran medis pada pasien gagal ginjal terminal yang menjalani terapi hemodialisa. 2. Manfaat Praktis a. Memberikan informasi deskriptif mengenai gambaran kepatuhan pasien gagal ginjal terminal yang menjalani terapi hemodialisa terhadap anjuran medis b. Membantu pasien gagal ginjal terminal yang menjalani terap i hemodialisa lebih memahami pentingnya mematuhi anjuran medis yang direkomendasikan untuk dapat mencapai kondisi kesehatan yang stabil c. Memberikan informasi pada tenaga medis dan pihak rumah sakit tentang kepatuhan pasien gagal ginjal terminal yang menjala ni terapi hemodialisa terhadap anjuran medis yang dapat dijadikan sebagai salah satu
rujukan
dalam
menetapkan
rancangan -rancangan
guna
meningkatkan kepatuhan pasien terhadap anjuran medis E. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut: Bab I:
Pendahuluan Menjelaskan latar belakang permasalahan penelitian, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan
Bab II:
Landasan Teori Menguraikan tinjauan teoritis yang menjadi acuan pembahasan
Universitas Sumatera Utara
masalah, yakni teori yang berhubungan dengan kepatuhan pasien terhadap anjuran medis Bab III:
Metode Penelitian Menjelaskan rumusan pertanyaan penelitian, identifikasi dan definisi operasional variabel penelitian, subjek, metode pengambilan sampel, alat ukur yang digunakan, uji reliabilitas dan validitas alat ukur, serta metode analisis data yang digunakan
Bab IV:
Analisa Data dan Pembahasan Memuat hasil pengolahan data, gambaran umum subjek penelitian, dan hasil penelitian berdasarkan acuan teori
Bab V:
Kesimpulan Kesimpulan dan saran untuk penyempurnaan penelitian
Universitas Sumatera Utara