1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pencemaran lingkungan terjadi bila daur materi dalam lingkungan hidup mengalami perubahan sehingga keseimbangan dalam hal struktur maupun fungsinya terganggu. Ketidakseimbangan struktur dan fungsi daur materi terjadi karena proses alam atau juga karena perbuatan manusia. Dalam abad modern ini banyak kegiatan atau perbuatan manusia untuk memenuhi kebutuhan biologis dan kebutuhan teknologi sehingga banyak menimbulkan pencemaran lingkungan. Dalam usaha merubah lingkungan hidup manusia untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya dapat menimbulkan masalah yang disebut pencemaran.1 Diantara komponen-komponen yang berada di alam ini, air merupakan bahan esensial bagi organisme oleh karena itu air selalu penuh dengan benda-benda hidup. Air memegang peranan penting dalam kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. hal ini dibuktikan dalam sejarah bahwa perkembangan peradaban pada zaman dahulu manusia dan makhluk hidup yang hidup di darat senantiasa mencari tempat tinggal dekat air supaya mudah mengambil air untuk keperluan hidupnya, maka desa atau kota zaman dulu tumbuh di sekitar sumber air, di tepi sungai, atau di
1
Wisjachudin Faisal dan Elin Nuraini, 2010, Validasi Metode AANC Untuk Pengujian Unsur Mn, Mg dan Cr Pada Cuplikan Sedimen di Sungai Gajahwong, Jurnal Badan Tenaga Nuklir Nasional, Yogyakarta
2
tepi danau. Di Indonesia sungai dapat dijumpai di setiap tempat dengan kelasnya masing-masing. Pada masa lampau, sungai dimanfaatkan untuk memenuhi keperluan sehari-hari, baik transportasi; mand;, mencuci; dan sebagainya, bahkan di wilayah tertentu sungai dapat dimanfaatkan untuk menunjang makan dan minum2. Saat ini banyak sekali kita temui sungai-sungai di sekitar kita sudah tercemar. Pencemaran sungai terjadi karena pergeseran paradigma dan kebudayaan masyarakat. Nilai-nilai perlindungan alam yang eksis dalam berbagai bentuk seperti pantangan dan pamali tidak lagi dipandang oleh masyarakat3. Air dapat menjadi sumber malapetaka apabila tidak dijaga, baik dari segi manfaatnya maupun pengamanannya. Misalnya dengan tercemarnya air oleh zat-zat kimia selain mematikan kehidupan yang ada disekitarnya juga merusak lingkungan, dan apabila dari segi pengamanan tidak dilakukan pengawasan dapat mengakibatkan banjir, tanah longsor dan sebagainya. Kesimpulan dari beberapa kutipan diatas menunjukkan bahwa pencemaran air merupakan masalah yang serius dan sudah seharusnya mendapatkan perhatian dari Pemerintah serta instansi yang terkait. Peran dari masyarakat juga penting dalam mengurangi pencemaran air pada sungai-sungai yang ada disekitar kita. Dapat dikatakan pula bahwa pencemaran air adalah suatu perubahan keadaan dimana air danau atau sungai terkontaminasi oleh berbagai kegiatan manusia. Seperti kita
2
Subagyo, P. Joko, 1999, Hukum Lingkungan: Masalah dan Penanggulangannya, PT Rineka Cipta, Jakarta, Hlm. 38 3 Sulastriyono, 2008, “Pembangunan Hukum Sumber Daya Air Sungai yang Berbasis Kearifan Lokal:Peluang dan Tantangannya”. Mimbar Hukum. Volume 20. Nomor 3.
3
ketahui sungai merupakan perairan terbuka yang kondisinya sangat dipengaruhi oleh alam sekitar. Salah satu sungai yang akan di bahas adalah Sungai Gajahwong yang merupakan salah satu Sub Daerah Aliran Sungai Opak yang berada di Daerah Istimewa Yogyakarta yang meliputi wilayah Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul. Sungai Gajahwong merupakan sungai historis karena mempunyai nilai-nilai kebudayaan dan cerita tentang asal-usul tercetusnya nama Gajahwong yang konon terjadi karena peristiwa dahsyat berupa banjir besar pada zaman Kerajaan Mataram yang pada masa itu diperintah oleh Raja Sultan Agung. Bukti adanya peradaban di sekitar aliran Sungai Gajahwong adalah adanya Keraton Yogyakarta Hadiningrat di sekitar aliran Sungai Gajahwong.4 Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai daerah tujuan wisata dan sebagai kota pendidikan sudah seharusnya dapat meningkatkan mutu status lingkungan hidup. Tidak saja hanya sebatas pada jenis pelayanan yang ditentukan dalam Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang lingkungan hidup, tetapi lebih luas cakupannya dan meliputi berbagai aspek, termasuk untuk merespon berbagai isu-isu global lingkungan hidup seperti pemanasan global dan penipisan lapisan ozon. Saat ini Sungai Gajahwong telah tercemari oleh berbagai limbah seperti limbah rumah tangga, limbah pertanian, limbah UKM, limbah Pabrik Susu SGM, dan limbah masyarakat.
4
Syahriar Reza, „’Asal-usul Sungai Gajahwong’’, http://sangatjelas.wordpress.com, dikutip pada 05 maret 2014
4
Limbah dari aktivitas masyarakat terdiri dari limbah cair organis dari jambangan, dapur, dan limbah rumah tangga lainnya seperti deterjen dan sampah. Selanjutnya limbah pertanian sisa pestisida, limbah UKM misalnya logam berat dari penyepuhan perak dan residu sabun dari usaha pencucian mobil. Limbahlimbah tersebut menimbulkan penurunan kualitas air di sekitaran Sungai Gajahwong.5 Hal ini sangat berbahaya bagi kesehatan masyarakat di sekitar Sungai Gajahwong apabila air Sungai Gajahwong dikonsumsi, padahal masyarakat memiliki hak untuk mengakses air bersih yang merupakan hak-hak ekonomi, sosial, dan budaya sebagaimana telah dijamin dalam The International Covenant on Economic, Social, and Cultural Rights. Di dalam The International Covenant on Economic, Social, and Cultural Rights menjelaskan tentang penjabaran mengenai hak-hak dan kebebasan dasar yang dinyatakan oleh Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM) ke dalam instrument internasional yang bersifat mengikat secara hukum yang bertujuan agar terjaminnya pengakuan dan penghormatan hak-hak dan kebebasan dasar secara universal dan efektif, baik di kalangan masyarakat anggota PBB sendiri maupun kalangan rakyat yang berada di wilayah yurisdiksi mereka.6 Pada Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air telah di jelaskan mengenai pengertian pencemaran air. Pasal 1 ayat 11 berbunyi: “Pencemaran air adalah masuknya atau 5
Wiwiek Susilo dan Mardianto. “Pencemaran Sungai Gajah Wong Semakin Parah”. http://www.berita.liputan6.com, diakses pada 10 Oktober 2012 6 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2005 tentang Pengesahan International Covenant on Economic, Social, and Cultural Rights
5
dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya”7. Tujuan pengelolaan kualitas air adalah untuk menjamin kualitas air yang diinginkan sesuai dengan peruntukannya, sedangkan tujuan pengendalian air adalah untuk menjamin kualitas air agar sesuai dengan baku mutu air melalui upaya pencegahan dan penanggulangan pencemaran air serta pemulihan kualitas air8. Dengan uraian di atas dapat dikatakan bahwa peraturan tersebut dirancang untuk mencegah pencemaran air. Pada penelitian yang dilakukan oleh Rini Nurhayati, Anindita Hapsari, Ryan Setiawan, Rizky Wirastomo, Rifian Ernando L., Ali Akbar Nugroho, dan Ananda Prima Yurista pada Tahun 2009 mengenai tingkat pencemaran Sungai Gajahwong dengan studi kasus di sekitar segmen Kebun Binatang Gembira Loka dan Pabrik Susu SGM, disimpulkan bahwa di sekitar Pabrik Susu SGM, nilai resistivitas air menurun secara signifikan dari 13.000 Ω menjadi 6.500 Ω.9 Fakta hasil penelitian di area Kebun Binatang Gembira Loka-pun mengalami penurunan kualitas air di sebabkan karena saluran limbah dari hasil pembuangan pabrik dekat dengan aliran Sungai Gajahwong sehingga hasil pembuangan sisa-sisa limbah tersebut ikut mengalir di sungai. Kesimpulan dari penelitian tersebut membuktikan bahwa kualitas air di segmen ini juga menurun drastis. Di samping itu hasil penelitian organoleptik 7
Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air 8 Sukanda Husin, Penegakan Hukum Lingkungan Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, Hlm. 62 9 Rini Nurhayati, dkk, 2009, Tingkat Pencemaran Sungai Gajahwong, Makalah, Fakultas Geografi UGM, Yogykarta, Hlm. 3
6
(pengecapan melalui panca indera) juga menunjukkan bahwa air sungai berasa, berbau, dan berwarna keruh.10 Berdasarkan uraian di atas, maka penulis merasa tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang kondisi pencemaran yang ada di Sungai Gajahwong dengan judul “KAJIAN YURIDIS PENGARUH LIMBAH RUMAH TANGGA TERHADAP KUALITAS AIR SUNGAI GAJAHWONG. Adapun batasan wilayah studi dilakukan pada Daerah Aliran Sungai Gajahwong di Padukuhan Papringan, Caturtunggal, Kecamatan Depok, Sleman, DIY.
B.
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti ingin meneliti sesuai dengan
rumusan masalah di bawah ini: 1.
Apa sajakah macam-macam atau persebaran aktivitas rumah tangga sebagai sumber limbah yang ada di Padukuhan Papringan, Kabupaten Sleman?
2.
Bagaimanakah dampak pencemaran limbah rumah tangga di Sungai Gajahwong terhadap kesehatan warga sekitarnya terutama di wilayah Padukuhan Papringan, Sleman?
3.
Bagaimanakah peran serta Pemerintah Kabupaten Sleman dan warga sekitar dalam menangani pencemaran limbah rumah tangga terhadap kesehatan lingkungan?
10
Ibid Hlm. 33
7
C.
Tujuan Penelitian 1.
Tujuan Obyektif Tujuan diadakannya penelitian tersebut adalah untuk: a.
Mengetahui apa saja persebaran aktivitas rumah tangga yang menjadi sumber limbah di Sungai Gajahwong.
b.
Mengetahui dampak pencemaran limbah rumah tangga di Sungai Gajahwong terutama dalam masalah kesehatan terhadap warga sekitarnya.
c.
Mengetahui peran Pemerintah Kabupaten Sleman serta warga sekitar dalam menangani dampak pencemaran limbah rumah tangga di Sungai Gajahwong terhadap kesehatan lingkungan.
2.
Tujuan Subyektif Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data dan informasi yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan dalam menyusun penulisan hukum sebagai salah satu syarat memperoleh gelar kesarjanaan dalam bidang ilmu hukum di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada.
D.
Manfaat Penelitian 1.
Secara Praktis a.
Bagi Peneliti: Agar peneliti dapat mengetahui dan mengaplikasikan ilmu yang didapat
dari
penelitian
ini
khusunya
mengenai
dampak
8
pencemaran limbah rumah tangga di Sungai Gajahwong terhadap kesehatan warga sekitar dilihat dari aspek hukum lingkungan. b.
Bagi Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta Agar dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan koreksi mengenai dampak pencemaran yang terjadi di Sungai Gajahwong serta bagaimana tentang cara menanggulanginya agar tidak memperburuk kualitas air serta dampak bagi kesehatan warga di sekitar Sungai Gajahwong.
c.
Bagi Masyarakat Agar masyarakat dapat lebih menjaga kebersihan Sungai Gajahwong sehingga dapat menciptakan kekuatan memiliki rasa yang kuat terhadap Sungai Gajahwong dan menjadikan Sungai Gajahwong menjadi semakin indah serta nyaman untuk di huni.
2.
Secara Akademis Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan hukum secara umum dan hukum lingkungan yang mengatur tentang pencemaran air secara khusus.
E.
Keaslian Penelitian Berdasarkan hasil penelusuran kepustakaan yang dilakukan di perpustakaan
Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada oleh penulis, ditemukan beberapa penelitian terkait dengan Sungai Gajahwong. Pada penelitian sebelumnya yaitu Iwan
9
Herlambang (2009) yang berjudul “Pelaksanaan Program Kali Bersih sebagai Perwujudan Komitmen Pemerintah Daerah, dalam Menanggulangi Pencemaran Sungai di Yogyakarta”, penelitian ini lebih menitiberatkan pada pembahasan PROKASIH (Program Kali Bersih), kebijakan pemerintah Yogyakarta terhadap PROKASIH, hambatan yang di hadapi Pemerintah Kota Yogyakarta dalam pelaksanaan PROKASIH, serta cara menangani dan mencari solusi dari hambatan yang di hadapi Pemerintah Kota Yogyakarta dalam pelaksanaan PROKASIH. Penelitian yang menyangkut topik serupa adalah penelitian yang dilakukan oleh Rini Nurhayati, Anindita Hapsari, Ryan Setiawan, Rizky Wirastomo, Rifian Ernando L., Ali Akbar Nugroho, dan Ananda Prima Yurista pada Tahun 2009, yaitu berjudul “Tinjauan Aspek Legal Kasus Pencemaran Limbah di Sungai Gajahwong‟‟ penelitian ini lebih menitiberatkan pada kasus pencemaran limbah secara umum yang terjadi di Sungai Gajahwong yang berdampak dari aktifitas masyarakat dan kegiatan usaha yang ada di sekitar Sungai Gajahwong khususnya warga sekitar Kebun Binatang Gembira Loka dan Pabrik Susu SGM. Dari kedua penelitian tersebut terdapat perbedaan
mendasar dengan
penelitian yang penulis ajukan. Perbedaan tersebut dilihat dari studi kasus masingmasing, dimana penulis melakukan studi kasus di Padukuhan Papringan, Caturtunggal, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman dan terfokus pada limbah rumah tangga sedangkan kedua penelitian sebelumnya meneliti keseluruhan limbah yang ada di Sungai Gajahwong. Atas dasar tersebut penulis menjamin dan menyatakan keaslian dari penelitian ini.