BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu. Sedangkan vaksin adalah bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukan zat anti yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui suntikan seperti vaksin BCG, DPT, campak, dan melalui mulut seperti vaksin polio. Di negara Indonesia terdapat jenis imunisasi yang diwajibkan oleh pemerintah dan ada juga yang hanya dianjurkan. Imunisasi wajib di Indonesia sebagaimana telah diwajibkan oleh WHO ditambah dengan Hepatitis B. Imunisasi yang dianjurkan oleh pemerintah dapat digunakan untuk mencegah suatu kejadian yang luar biasa atau penyakit endemik, atau untuk kepentingan tertentu (bepergian) seperti jemaah haji yaitu imunisasi meningitis (Hidayat. AA, 2008: 37) Untuk menunjang pencapain tujuan pemberian imunisasi sangat penting untuk melakukan evaluasi atau pengamatan kualitas pelayanan imunisasi yang sangat erat kaitannya dengan bagaimana cara penyimpanan dan transportasi vaksin,
cara
pemberian
imunisasi,
sterilisasi
peralatan
imunisasi
dan
pemeliharaan cold chain. Penanganan dan pengelolaan yang tidak benar akan menyebabkan vaksin tidak lagi poten, dan bila tetap digunakan akan mengakibatkan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) yang tidak diinginkan serta hilangnya kepercayaan masyarakat dan berpengaruh pada pencapaian target
Universitas Sumatera Utara
imunisasi yang telah ditetapkan oleh Program Imunisasi Nasional (sebesar 90%) (Jakarta, 2009,¶2, http://www.antaranews.com, diperoleh tanggal 4 November 2009). Sesuai telaah laporan KIPI oleh Vaccine Safety Committee, Institute of Medicine (IOM) USA menyatakan bahwa sebagian besar kejadian KIPI tersering adalah akibat kesalahan prosedur dan teknik pelaksanaan (programmatic errors). KIPI yang paling serius terjadi pada anak adalah reaksi anafilaksis. Angka kejadian diperkirakan 2 dalam 100.000 dosis DPT (Ranuh. et. all, 2008: 51). Selama ini masih banyak petugas kesehatan yang beranggapan bahwa bila ada pendingin maka vaksin sudah aman, bahkan ada yang berpikir kalau semakin dingin maka vaksin semakin baik. Faktanya semua vaksin akan rusak bila terpapar panas atau terkena sinar matahari langsung. Tetapi beberapa vaksin juga tidak tahan terhadap pembekuan, bahkan dapat rusak secara permanent dalam waktu yang lebih singkat dibandingkan dengan vaksin yang terpapar panas (Dinas Kesehatan Kota Medan, dalam Waspada, 2009). WHO report on tuberculosis epidemics tahun 1997 memperkirakan terdapat 7.433.000 kasus TB di dunia dan terbanyak di Asia Tenggara. Dalam data jumlah kasus TB, Indonesia merupakan tiga besar di dunia. WHO memperkirakan bahwa di Indonesia setiap tahunnya terjadi 175.000 kematian akibat TB, dan terdapat 450.000 kasus TB baru setiap tahunnya. Untuk hepatitis B Indonesia termasuk daerah sedang-tinggi, saat ini terdapat 350 juta penderita kronis dengan empat juta kasus baru/tahun. Upaya imunisasi di Indonesia telah dilakukan sejak tahun 1970-an pada bayi dan anak. Namun cakupan imunisasi yang wajib diberikan itu menurun, tidak mencapai target yang telah ditetapkan oleh Program Imunisasi Nasional (sebesar 90%) beberapa tahun terakhir ini (Ranuh. et. all, 2008: 46) .
Universitas Sumatera Utara
Dari hasil riset kesehatan dasar tahun 2007 oleh Departemen Kesehatan dan Badan Pusat Statistik, cakupan imunisasi lengkap anak usia 12-23 bulan sebesar 46,2 %. Nilai pencapaian keberhasilan selama tiga bulan pertama tahun 2008 masih di bawah standar pelayanan mutu rata-rata Provinsi Jawa Timur yang mencapai 68,6%, tingkat keberhasilan di Kediri baru mencapai 40,12%. Rendahnya cakupan imunisasi di sejumlah provinsi mencerminkan lemahnya upaya penanggulangan penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi. Hasil studi kasus di Kota Semarang didapatkan kualitas pengelolaan vaksin yang
buruk
terdapat
di
84
UPS
(60.9%),
suhu
lemari
es
>8°C terdapat di 72 UPS (52,2%), VVM C ditemukan di 31 UPS (22,5%), vaksin beku ditemukan di lima belas UPS (10,9%) dan vaksin kadaluwarsa ditemukan di enam UPS (4,5%), yang merupakan faktor dari kurang baiknya pengetahuan dan sikap petugas kesehatan (Tri Dewi kristini, http://www. digilib.undip.ac.id diperoleh tanggal 21 Januari 2010) . Dalam sebuah media masa memberitakan telah meninggal bayi berusia dua bulan di Poso setelah tiga belas hari usai diimunisasi. Menurut Kepala Puskesmas Mapane, Piping Alifah menjelaskan munculnya efek samping setelah pemberian imunisasi dikarenakan vaksin hepatitis yang diberikan sudah rusak akibat lemari pendingin yang menjadi tempat penyimpanannya tidak berfungsi dengan baik (Darlis, 2009, dalam tempointeraktif, 2009). Dari 28 kabupaten yang ada di Sumatera Utara menurut data profil Dinas Kesehatan Provinsi Medan, Kabupaten Nias Selatan merupakan kabupaten yang masih rendah cakupan imunisasinya belum mencapai target yang ditetapkan pemerintah (Dinas kesehatan provinsi Medan, 2009).
Universitas Sumatera Utara
Kesadaran akan peran penting penanganan dan pengelolaan yang benar terhadap vaksin untuk menunjang pencapain tujuan pemberian imunisasi serta mengurangi Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) yang tidak diinginkan serta hilangnya kepercayaan masyarakat ini membuat peneliti merasa tertarik melakukan
penelitian
tentang
pengatahuan
dan
sikap
bidan
terhadap
penyimpanan dan transportasi vaksin di wilayah kerja Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan tahun 2010.
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas dapat dirumuskan masalah penelitian ini adalah bagaimana pengetahuan bidan terhadap penyimpanan dan transportasi vaksin di wilayah kerja Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan Tahun 2010?
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengidentifikasi pengetahuan bidan terhadap penyimpanan dan transportasi vaksin di wilayah kerja puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan tahun 2010. 2. Tujuan Khusus a
Untuk mengidentifikasi karakteristik bidan terhadap penyimpanan dan transportasi vaksin
b
Untuk mengidentifikasi pengetahuan bidan terhadap penyimpanan dan transportasi vaksin
Universitas Sumatera Utara
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Dapat digunakan sebagai informasi untuk proses pembelajaran di pendidikan kesehatan khususnya terhadap vaksin 2. Bagi profesi bidan Sebagai informasi untuk upaya promosi dan peningkatan mutu kesehatan. khususnya tentang vaksin 3. Bagi Institusi Puskesmas Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam menerapkan asuhan kebidanan yang komprehensif dan bermutu dalam penyimpanan dan transportasi vaksin 4. Bagi penelitian selanjutnya Hasil penelitian ini bermamfaat bagi peneliti berikutnya untuk menambah data
dalam meneliti pengetahuan bidan terhadap penyimpanan dan
transportasi vaksin.
Universitas Sumatera Utara