BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Masalah Kecenderungan kecurangan akuntansi telah menarik banyak perhatian media
dan menjadi isu yang menonjol serta penting di mata pemain bisnis dunia. Kecurangan (fraud) merupakan bentuk penipuan yang sengaja dilakukan sehingga dapat menimbulkan kerugian tanpa disadari oleh pihak yang dirugikan tersebut dan memberikan keuntungan bagi pelaku kecurangan. Kecurangan umumnya terjadi karena tekanan untuk melakukan penyelewengan atau dorongan untuk memanfaatkan kesempatan/peluang yang ada (Rahmawati dan Idjang, 2012). Sistem kerja yang tidak transparan (terbuka) merupakan peluang emas bagi pelaku kecurangan (fraud). Kecurangan dengan cara menyiasati sistem justru dimungkinkan karena pelaku adalah “orang dalam” atau melibatkan orang yang memiliki otoritas atas sistem tersebut. Sistem yang tidak transparan menutup kesempatan bagi banyak orang untuk melakukan pengawasan dan memberi masukan terhadap sistem yang sedang berjalan (Kumaat, 2011:158). Menurut Wilopo (2006) menyatakan bahwa pada umumnya kecurangan akuntansi berkaitan dengan korupsi. Dalam korupsi, tindakan yang lazim dilakukan adalah memanipulasi pencatatan, penghilangan dokumen, dan mark-up yang merugikan keuangan atau perekonomian negara. Kecenderungan menunjukan adanya indikasi untuk melakukan tindakan yang mengarah adanya kecurangan atau penipuan.
1
2
Kecenderungan kecurangan akuntansi dapat dikatakan sebagai tendensi korupsi dalam definisi dan terminologi karena keterlibatan beberapa unsur yang terdiri dari fakta-fakta menyesatkan, pelanggaran aturan atau penyalahgunaan kepercayaan, dan omisi fakta kritis. Kecurangan (fraud) yang terungkap merupakan bagian kecil dari seluruh kecurangan yang sebenarnya terjadi. Seperti menangani penyakit, lebih baik mencegah daripada mengobati. Kecurangan dapat dikurangi bahkan dicegah dengan menciptakan iklim budaya jujur, keterbukaan, dan saling membantu satu sama lain. Karena itu, upaya utama seharusnya adalah pada pencegahannya. Upaya mencegah kecurangan dimulai dari pengendalian intern. Pengendalian intern itu sendiri adalah suatu sistem yang terdiri dari berbagai unsur dan tidak terbatas pada metode pengendalian yang dianut oleh bagian akuntansi dan keuangan, tetapi meliputi pengendalian anggaran, biaya standar, program pelatihan pegawai dan staf pemeriksa intern. Jika pengendalian intern suatu perusahaan lemah, maka kemungkinan terjadinya kesalahan dan kecurangan akan sangat besar. Sebaliknya, jika pengendalian intern suatu perusahaan kuat, maka kemungkinan terjadinya kesalahan dan kecurangan dapat diperkecil. Disamping pengendalian intern, dua konsep penting lainnya dalam pencegahan kecurangan, yakni menanamkan kesadaran tentang adanya kecurangan (fraud awareness) dan upaya menilai risiko terjadinya kecurangan (fraud risk assessment) (Sofianingsih,2014).
3
Seperti halnya yang terjadi pada PT. “X”. Menurut sumber yang terpercaya, pada bulan Juli 2013 lalu dalam perusahaan ini telah terjadi tindakan yang tidak etis yang dilakukan oleh karyawannya yaitu terjadinya pencurian uang hasil penjualan dalam bentuk cek sebesar 350 juta rupiah. Dalam menjalankan aksinya, karyawan tersebut bekerja sama dengan atasannya, yaitu Sales Manager dari cabang lain dimana bertugas untuk memberikan arahan kepada karyawan tersebut untuk mencairkan cek dan membawa pergi seluruh uang tersebut. Fenomena lain yang terjadi yaitu ditemukannya bukti penjualan fiktif yang dilakukan oleh seorang manajer bagian persediaan. Peristiwa ini terjadi pada awal tahun 2014, dimana pada saat itu perusahaan mulai merasakan kecurigaan akan adanya kecurangan yang terjadi di dalam perusahaan. Saat perusahaan melakukan pemeriksaan, ditemukanlah beberapa bukti penjualan yang total nilainya mencapai ratusan juta rupiah yang tidak dimasukkan ke dalam penerimaan kas perusahaan. Dalam menjalankan aksinya, manajer tersebut mengambil persediaan penjualan perusahaan kemudian di jual di luar perusahaan atas nama pribadi bukan perusahaan. Fenomena-fenomena di atas termasuk kecurangan akuntansi yang disebabkan karena adanya peluang untuk melakukan kecurangan, adanya tekanan yang diberikan seorang atasan kepada bawahannya, dan adanya sikap atau rasionalisasi untuk membenarkan tindakan kecurangan yang dilakukan oleh seorang atasan tersebut. Hal ini juga disebabkan karena lemahnya pengawasan internal yang dapat membuka keleluasaan karyawan untuk melakukan tindakan yang dapat merugikan perusahaan.
4
Dengan dibangun dan diimplementasikannya pengendalian intern, diharapkan akan meminimalisir kecurangan (fraud) pada perusahaan yang dilakukan oleh karyawan perusahaan tersebut. Dan dengan diterapkannya pengendalian intern pada perusahaan yang berorientasi pada laba maupun non laba, dapat melindungi aset perusahaan
dari
kecurangan
dan
tentunya
membantu
manajemen
dalam
melaksanakan segala aktivitasnya. Untuk itu setiap organisasi bertanggung jawab untuk berusaha mengembangkan suatu perilaku organisasi yang mencerminkan kejujuran dan etika yang dikomunikasikan secara tertulis dan dapat dijadikan pegangan oleh seluruh pegawai. Kultur tersebut harus memiliki akar dan memiliki nilai-nilai luhur yang menjadi dasar bagi etika pengelolaan suatu organisasi atau suatu entitas (Amrizal, 2004). Studi penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Randa dan Meliana (2009) menunjukkan bahwa keefektifan pengendalian internal berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Artinya semakin tinggi tingkat keefektifan pengendalian internal, maka semakin kecil kemungkinan terjadinya kecenderungan kecurangan akuntansi. Dan juga ketaatan aturan akuntansi berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Artinya semakin tinggi tingkat ketaatan aturan akuntansi, maka tingkat kecenderungan kecurangan akuntansi akan semakin rendah. Hasil yang tidak signifikan menunjukkan bahwa ketaatan aturan akuntansi tidak memiliki pengaruh yang kuat untuk mempengaruhi kecenderungan kecurangan akuntansi. Artinya, walaupun ketaatan aturan akuntansi berpengaruh negatif, tetapi ada kemungkinan
5
manajer tidak sepenuhnya mengikuti aturan-aturan tersebut sehingga akan muncul kemungkinan terjadinya kecenderungan kecurangan akuntansi. Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Soeharmono (2012) menunjukkan bahwa auditor harus bisa menjadi pihak yang independen, dengan fungsi mengawasi jalannya perusahaan dan menelaah apakah operasional perusahaan berjalan baik. Auditor harus berperan secara aktif dan kooperatif dengan berbagai pihak membantu semua anggota manajemen dalam melaksanakan tanggung jawab mereka secara baik dengan memberikan kepada mereka analisis, penilaian, rekomendasi, dan komentar yang obyektif mengenai kegiatan yang telah direview. Mendeteksi risiko dimulai dengan membagi bisnis-bisnis dalam suatu fungsi/bagian tersendiri, seperti bagian perencanaan manufaktur, fungsi pembelian, departemen pengumpulan, dan sebagainya. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian sebelumnya oleh Sari (2010) dengan judul Peranan Audit Internal Dalam Pencegahan Kecurangan. Variabel yang diteliti yaitu audit internal sebagai variabel independen, sedangkan variabel dependennya yaitu pencegahan kecurangan. Penelitiannya dilaksanakan di PT. Bank Tabungan Pensiun Nasional, Tbk. Hipotesis dalam penelitian ini menyatakan bahwa audit internal berperan positif dalam pencegahan kecurangan. Dalam penelitian ini Sari melakukan studi kasus, penulis hanya meneliti satu perusahaan saja dan tidak melakukan perbandingan dengan perusahaan lain yang sejenis. Salah satu cara pengumpulan data primer yaitu dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner disebarkan kepada 6 (enam) orang responden di lingkungan kantor cabang pembantu
6
PT. Bank Tabungan Pensiun Nasional Tbk Jalan Ujung Berung No. 32 Bandung. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sari yaitu peranan audit internal berpengaruh terhadap pencegahan kecurangan. Adapun perbedaan yang dilakukan penulis atas penelitian ini yaitu penelitian dilaksanakan pada PT. “X” Bandung. Data yang digunakan adalah data pada tahun 2014, berbeda dengan penelitian terdahulu yang menggunakan data pada tahun 2010 dan penelitian dilaksanakan di PT. Bank Tabungan Pensiun Nasional, Tbk. Adapun perbedaan variabel dimana Sari menggunakan variabel independennya audit internal sedangkan penulis menggunakan variabel indenpendennya pengendalian intern karena penulis ingin mengetahui apakah dengan adanya pengendalian intern yang efektif, maka kecurangan (fraud) bisa dicegah. Berdasarkan
fenomena
dan
uraian
tersebut
diatas
dan
pentingnya
Pengendalian Intern dan Pencegahan Kecurangan (Fraud) dalam setiap kegiatan perusahaan, maka
mendorong
penulis
untuk
melakukan penelitian dengan
mengambil judul: “Pengaruh Pengendalian Intern Terhadap Pencegahan Kecurangan (Fraud)”
1.2
Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian diatas, maka penulis mengidentifikasikan masalah dan
sekaligus membatasi permasalahan yang akan dibahas sebagai berikut:
7
1. Apakah pelaksanaan pengendalian intern yang diterapkan oleh PT. “X” Bandung sudah efektif? 2. Bagaimana pelaksanaan pencegahan kecurangan (fraud) yang diterapkan oleh PT. “X” Bandung? 3. Bagaimana pengaruh pengendalian intern terhadap pencegahan kecurangan (fraud) di PT. “X” Bandung?
1.3
Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengumpulkan data,
mengolah, menganalisis, dan menginterpretasikannya. Hasilnya akan penulis gunakan sebagai bahan penyusunan skripsi yang akan diajukan sebagai salah satu syarat untuk menempuh ujian sidang sarjana lengkap fakultas Ekonomi jurusan Akuntansi di Universitas Widyatama Bandung. Dari perumusan masalah yang telah penulis uraikan sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui efektivitas pelaksanaan pengendalian intern di PT. “X” Bandung. 2. Untuk mengetahui pelaksanaan pencegahan kecurangan (fraud) di PT. “X” Bandung. 3. Untuk
mengetahui
pengaruh
pengendalian
kecurangan (fraud) di PT. “X” Bandung.
intern
terhadap
pencegahan
8
1.4
Kegunaan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut: 1. Penulis Penelitian ini diajukan untuk memenuhi dan melengkapi salah satu syarat dalam menempuh ujian sidang sarjana lengkap fakultas Ekonomi jurusan Akuntansi di Universitas Widyatama Bandung. Penelitian ini merupakan implementasi ilmu pengetahuan, pengembangan wawasan dan penerapan ilmu pengetahuan yang selama ini telah dipelajari dalam mata kuliah di jurusan akuntansi sehingga dapat melakukan perbandingan terhadap ilmu yang dipelajari dibangku kuliah dengan kenyataan dilapangan yang diperoleh dari penelitian langsung. 2. Perusahaan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi perusahaan mengenai pengaruh pengendalian intern terhadap pencegahan kecurangan. Sehingga diharapkan dapat memberikan manfaat bagi perusahaan dalam mengambil keputusan untuk menjalankan perusahaan. 3. Pihak Lain Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi pembaca, serta dapat dijadikan sebagai salah satu referensi bagi penelitian lebih lanjut mengenai masalah-masalah yang berkaitan dengan pengendalian intern dan pencegahan kecurangan.
9
1.5
Lokasi dan Waktu Penelitian Untuk memenuhi informasi yang dibutuhkan dalam penyusunan skripsi ini,
maka penulis melakukan penelitian di PT. “X” Bandung. Penelitian ini dilakukan selama bulan Maret tahun 2014 sampai dengan selesai.