BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia dari sudut pandang geografis terletak di daerah katulistiwa, terletak diantara dua samudra (Hindia dan Pasifik) dan dua benua (Asia dan Australia), jelas ini memberikan keuntungan bagi negara indonesia untuk
mengembangkan
perdagangan
internasional.
sistem
perdagangan
Perdagangan
khususnya
internasional
ini
dilingkup harusnya
berdampak positif bagi perekonomian negara dengan langkah tepat yang diterapkan oleh pemerintah, dampak positifnya terpenuhi kebutuhan akan berbagai macam barang dan jasa, terciptanya kerjasama yang baik atarnegara diberbagai bidang, dan terdorongnya kegiatan ekonomi yang lebih baik dibidang transportasi internasional. Berdasarkan survey bank dunia pada 2014, skor Logistic Performance Index (LPI) Indonesia dalam 4 tahun mengalami ketidakstabilan. Pada tahun 2007 menduduki peringkat 43, turun drastis pada tahun 2010 menjadi peringkat 75. Pada tahun 2012 mengalami peningkatan menjadi 59 dan pada tahun 2014 menjadi peringkat 53 dari 160 negara yang disurvey. Di lingkup negara ASEAN, posisi LPI Indonesia menempati peringkat menengah kebawah. Ada beberapa kriteria penilaian dalam indeks kinerja logistik yaitu efisiensi
proses
kepabeanan,
kualitas
infrastuktur
perdagangan
dan
transportasi, kemudahan dalam mengatur pengiriman barang, kualitas pelayanan logistik, kemampuan jejak lacak kiriman ketika mengirim kesuatu
1
negara, dan ketepatan waktu. Berikut adalah tabel yang menjelaskan posisi negara Indonesia dilingkup ASEAN. Tabel 1.1 Indeks Kinerja Logistik Negara - Negara ASEAN Tahun 2014
Skor LPI Negara-Negara ASEAN Tahun 2014 4,5 4 3,5 3 2,5 2 1,5 1 0,5 0
4,09 3,44
3,29
2,96
2,76
3,14 2,37
2,46
2,33
Sumber: worldbank, 2014
Dalam rangka menuju persaingan pasar bebas Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) sudah seharusnya negara Indonesia memperbaiki indeks kinerja logistik ini, salah satunya adalah melakukan efisiensi dalam segala bidang dan penataan yang lebih baik dan profesional di bidang transportasi. Sarana transportasi merupakan hal yang paling penting dalam rangka meningkatkan kinerja pembangunan dan investasi. Transportasi atau pengiriman barang merupakan hal yang tidak terpisahkan dari sistem perdagangan internasional, yang mana hal tersebut menjadi salah satu penujang kelancaran perdagangan internasional. Penggunaan transportasi yang tepat menunjang pendistribusian supaya barang dari gudang penjual
2
sampai ke gudang pembeli dengan tidak adanya kerusakan barang sedikitpun maka perusahaan harus benar-benar memilih transportasi yang cocok dan berkualitas. Tanpa transportasi, perdagangan internasional tidak akan bisa berjalan. Guna memperlancar arus perdagangan ekspor ataupun impor, maka negara Indonesia harus mempunyai fasilitas-fasilitas ataupun sarana dan prasaran yang mendukung dalam proses ekspor ataupun impor. Pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan sekitarnya, dengan batas batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintah dan kegiatan ekonomi, dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, berlabuh, naik turun penumpang dan bongkar muat barang yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayanan dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat pemindahan intra dan antarmoda transportasi. Indonesia memiliki 3 pelabuhan besar, yaitu Pelabuhan Tanjung Perak di surabaya, Tanjung Priok di Jakarta dan Tanjung Emas di Semarang. Ke-3 pelabuhan tersebut adalah wujud indonesia memfasilitasi untuk melakukan perdagangan internasional melalui transportasi laut. Inpres No.5 tahun 2005 menjelaskankan Departemen Perhubungan dalam kewenangan dan merumuskan kebijakan tentang kepelabuhan diantaranya, menata kembali penyelenggaraan pelabuhan dalam rangka memberikan pelayanan yang efektif dan efisien serta mengembangkan sarana dan prasarana pelabuhan untuk mencapai tingkat pelayanan optimal. Tujuan dari inpres itu sudah jelas untuk peningkatan arus barang ekspor maupun impor yang terjadi di indonesia.
3
Terminal Peti Kemas Semarang (TPKS) merupakan salah satu sarana prasarana
yang
dibangun
untuk
memperlancar
transportasi
dan
pendistribusian barang dari dalam negeri ke luar negeri ataupun sebaliknya. Terminal Peti Kemas Semarang sudah di tetapkan sesuai Keputusan Direksi PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia III Nomor: KEP.46/RP.1.08/P.III-2001 tanggal 29 juni 2001 tentang pembentukan Unit Terminal Petikemas Semarang dimana dilakukan pengumpulan petikemas dari pelabuhan itu sendiri ataupun pelabuhan lainnya untuk selanjutnya diangkut ketempat tujuan ataupun terminal petikemas yang lebih besar lagi. Kegiatan utama TPKS adalah Cargodoring dan Stevedooring, Cargodoring adalah kegiatan memindahkan barang dari dermaga ke gudang/lapangan penumpukan yang masih dalam area pelabuhan, dan Stevedoring adalah kegiatan membongkar barang dari kapal kedermaga atau sebaliknya memuat dari dermaga ke kapal. Penanganan peti kemas yang dilakukan oleh TPKS berbeda-beda antara peti kemas yang akan di ekspor, peti kemas yang impor dan peti kemas yang akan di Behandle. Behandle termasuk dalam penanganan peti kemas impor yang akan keluar dari daerah pabean. Penanganan Behandle adalah fasilitas dari TPKS sedangkan yang melakukan pemeriksaan TPKS menggandeng Bea Cukai, karena setiap pemeriksaan barang yang ada di kawasan pabean dilakukan oleh Bea Cukai. Behandle ini termasuk kedalam jalur merah karena setiap barang yang bersifat impor harus dilakukan pemeriksaan secara fisik untuk mengetahui kondisi barang tersebut layak untuk dikonsumsi atau tidak, selain itu juga karena barang tersebut dicuragai
4
oleh pihak Bea Cukai sehingga harus dilakukan pemeriksaan secara fisik. Pelaksanaan Behandle ini hampir selalu dilakukan oleh pihak Bea Cukai karena mengingat pentingnya pemeriksaan barang-barang impor yang masuk di area pabean harus memiliki dokumen-dokumen yang lengkap serta barang yang layak untuk masuk kearea pabean. Area Behandle impor yang terdapat di Terminal Peti Kemas Semarang terdapat banyak kontainer yang menumpuk, dengan penumpukan yang terlalu banyak itu apakah ada yang terlewatkan dari proses Behandle impor yang di terapkan di Terminal Peti Kemas Semarang atau memang dari pihak pengguna jasa yang membuat proses Behandle impor di Terminal Petikemas Semarang tidak berjalan dengan maksimal. Dengan berlatar belakang tersebut maka penulis akan membahas tentang “EVALUASI PROSES BEHANDLE IMPOR PETIKEMAS DI TERMINAL PETIKEMAS SEMARANG”.
1.2 Keaslian Penelitian Peneliti percaya bahwa penelitian yang dilakukan memiliki keaslian yang tinggi, merupakan penyempurnaan dari penelitian yang sejenis. Penelitian yang terkait dengan penelitian ini adalah:
5
No. 1
Tabel 1.2 Perbandingan Penelitian Dengan Tema Behandle Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian Perbedaan Dion Mochammad Librianto
Penanganan 1. Menyebutkan Behandle Peti perbedaan Kemas di Terminal proses Peti Kemas Behandle di Semarang TPKS sebelum tahun 2012 dan sesudah tahun 2012 2. Meneliti dokumendokumen yang terkait dengan proses Behandle 3. Meneliti kendala yang di alami saat proses Behandle 2 Fitra Evaluasi Prosedur Menjelaskan Krisdianto Pelayanan lamanya jangka Kepabeanan di waktu yang Bidang Impor terjadi saat pembuatan PIB yang melalui Jalur Merah dan sistem pertukaran data elektronik (PDE) belum menggabungkan semua entitas yang terkait dengan proses impor sehingga penanganan dokumen dan pengeluran barang belum berjalan dengan maksimal Sumber: Tugas Akhir Dion Mochammad Librianto, 2013 Skripsi Fitria Krisdianto, 2009
Dalam penelitian Dion Mochmammad Librianto hanya menjelaskan perbedaan setelah pergantian syistem di TPKS dan kendalakendala, sedangkan penelitian ini mengevaluasi sistem dan prosedur yang diterapkan apakah sudah sesuai dan data yang digunakan adalah menurut observasi langsung oleh penulis.
Dalam penelitian Fitra Krisdianto menjelaskan hambatan yang terkait dengan dokumen di Pabean sehingga penulis melakukan evaluasi di pihak Kepabeanan, sedangkan pada penelitian ini menjelaskan evaluasi pada Terminal Petikemas terkait dengan prosedur pemeriksaan Jalur Merah oleh pihak Bea Cukai.
6
1.3 Rumusan Masalah Pergerakan kontainer impor dipelabuhan melalui beberapa tahapan pemeriksaan. Salah satu tahap tersebut adalah Behandle yang dilakukan oleh bea cukai. Proses Behandle merupakan salah satu penentu kecepatan dan pelayanan dibidang logistik, maka perlu dilakukan evaluasi proses Behandle.
1.4 Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimanakah Prosedur Behandle yang ditetapkan oleh TPKS? 2. Apakah pelaksanaan Behandle sudah sesuai dengan sistem dan prosedur yang ditetapkan di TPKS? 3. Bagaimana evaluasi dan perbaikan proses Behandle yang harus dilakukan oleh TPKS? 1.5 Tujuan Penelitian Tujuan penulis melakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah prosedur Behandle impor yang diterapkan oleh TPKS sudah sesuai dengan sistem dan prosedur.
1.6 Manfaat Penelitian 1. bagi penulis Merupakan tambahan ilmu yang bermanfaat tentang perdagangan internasional yang khususnya pada proses Behandle impor, serta sebagi referensi untuk para pembaca yang akan melakukan sebuah penelitian dengan tema sama.
7
2. bagi Instansi Diharapkan dari hasil penulisan ini dapat menggambarkan lebih detail tentang kegiatan Behandle impor serta masukannya bisa dipertimbangkan khususnya penanganan Behandle impor di Terminal Petikemas Semarang.
8