1
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Permasalahan Dalam kehidupan, setiap individu akan selalu berupaya untuk menghasilkan dan
membelanjakan uang. Terkadang disaat pendapatan kita melebihi pengeluaran, kita mempunyai uang lebih untuk ditabung atau diinvestasikan, dengan harapan untuk memperoleh peningkatan kekayaan. Tapi adakalanya kita menginginkan suatu konsumsi melebihi uang yang kita miliki, dengan kata lain pendapatan kita melebihi pengeluaran. Keadaan ini menyebabkan kita harus meminjam uang, di mana jika hal ini tidak dikelola secara bijaksana, maka akan menyebabkan menurunnya tingkat kekayaan kita. Untuk itu, setiap individu selalu berusaha untuk dapat memaksimumkan pendapatannya dan menghemat pengeluarannya, sehingga tersedia dana lebih yang dapat digunakan untuk memaksimumkan kekayaannya. Ketika pendapatan kita melebihi pengeluaran, kita akan menyimpannya atau menginvestasikannya dengan harapan untuk memperoleh hasil yang lebih besar di masa datang, dengan memperhatikan tingkat inflasi dan ketidakpastian. Menurut Reilly Brown (2003:28) investasi didefinisikan sebagai : “The current commitment of these savings for a period of time to derive a rate of return that compensates for the time involved, the expected rate of inflation, and the uncertainty”. Pihak yang menginvestasikan dananya dengan harapan untuk memaksimumkan kekayaannya disebut sebagai investor. Investor sendiri dapat berupa perorangan, pemerintah, dana pensiun atau sebuah perusahaan. Sedangkan wahana untuk berinvestasi
2 dapat berbentuk berbagai macam, seperti investasi oleh suatu perusahaan di tanah dan perlengkapan kantor, dan investasi perorangan pada saham, obligasi, reksadana, komoditas atau real estate. Dalam melakukan investasi, seorang investor harus melakukan perhitunganperhitungan yang cermat dalam membentuk portofolio investasinya. Seorang investor seharusnya mengetahui harga yang wajar dari aset yang hendak dimilikinya. Apabila harga di pasar masih lebih murah dibandingkan harga wajar dari aset tersebut, maka seorang investor dapat segera membelinya. Namun apabila harga di pasar sudah lebih mahal dibandingkan dengan harga wajarnya, maka tindakan yang tepat bagi investor itu adalah dengan tidak memilih aset tersebut. Hal ini berlaku pada semua pasar, baik itu pada pasar riil, pasar uang maupun pada pasar modal. Pada pasar modal (saham), ketepatan dan kecepatan dalam bertindak memegang peranan penting dalam keberhasilan pemilihan saham. Seorang investor saham harus dapat menilai apakah saham suatu perusahaan masih murah atau sudah terlampau mahal untuk dimiki. Sejalan dengan tujuan dari perusahaan yaitu memaksimumkan kekayaan para pemegang sahamnya, yang tercermin dari harga saham perusahaan tersebut di bursa, maka tujuan seorang investor untuk melakukan investasi disaham suatu perusahaan, adalah mengharapkan kenaikan harga dan dividen dari saham tersebut. Untuk memilih suatu saham, investor dapat menggunakan analis tehnikal dan atau fundamental. Tehnikal analisis merupakan suatu analisis yang berdasarkan atas pergerakan harga saham dan volume perdagangan di masa lampau untuk mengestimasi harga saham di masa datang. Analisis tehnikal menggunakan asumsi-asumsi bahwa harga saham semata-mata ditentukan oleh faktor penawaran dan permintaan, di mana
3 penawaran dan permintaan didorong oleh perilaku baik yang rasional maupun irasional, harga saham cenderung bergerak dengan kecenderungan (trend) yang tertentu untuk jangka waktu yang cukup lama. Penyebab terjadinya perubahan pada penawaran dan permintaan sulit ditentukan, namun perubahan ini telah terefleksi dalam perilaku harga saham. Keuntungan dari menggunakan analisis tehnikal adalah investor tidak harus menganalisis laporan keuangan suatu perusahaan. Kelebihan dari menggunakan tehnikal analisis adalah cepat dan mudah karena tidak perlu terlibat dengan data-data keuangan yang rumit, telah memperhitungkan faktor-faktor psikologis selain faktor ekonomi yang turut mendorong perubahan harga pasar serta memberitahukan saat yang tepat untuk melakukan investasi. Dalam melakukan anlisis tehnikal, investor dapat menerapkan strategi contrary opinion atau smart money. Untuk strategi contrary opinion, investor melakukan transaksi berlawanan dengan investor-investor lainnya karena menganggap investor lain kurang cakap, sedangkan strategi smart money menganggap investor lain lebih cakap, sehingga kita melakukan investasi sejalan dengan investor-investor lainnya. Indikator yang dapat digunakan dalam melakukan analisis tehnikal seperti moving average, relative strengh dan grafik yang mana seluruhnya penting untuk memperhatikan volume transaksi, support level dan resistance level. Indikator yang lain yaitu Dow theory di mana teori ini mengatakan bahwa harga saham bergerak dengan kecendrungan tertentu, yaitu jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek. Dalam perkembangannya, analisis tehnikal menghadapi berbagai macam tantangan, yaitu pertama, analisis tehnikal memerlukan pasar yang tidak efisien, yakni pasar yang memberikan reaksi yang lambat dalam melakukan penyesuaian harga saham. Kedua, pola pergerakan harga atau hubungan antara variabel-variabel tertentu di pasar
4 dan harga saham mungkin tidak terulang kembali dimasa mendatang, dan ketiga, analisis tehnikal terlalu subjektif. Sedangkan
untuk
analisis
secara
fundamental,
seorang
investor
harus
menganalisis secara mendalam laporan keuangan suatu perusahaan. Laporan keuangan terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas dan laporan laba ditahan. Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu perusahaan pada satu periode tertentu, laporan laba rugi menggambarkan pendapatan dan biaya dari suatu perusahaan dalam suatu periode tertentu. Sedangkan laporan pergerakan uang kas dapat dilihat pada laporan arus kas. Dalam menganalisis laporan keuangan suatu perusahaan, investor berusaha untuk membuat perhitungan sehingga dapat membandingkan satu perusahaan dengan perusahaan lainnya. Analisis rasio yang menggunakan laporan keuangan yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi dan laporan arus kas, mencakup tentang metode perhitungan dan menginterpretasikan rasio keuangan untuk mengetahui performa suatu perusahaan. Analisis rasio suatu laporan keuangan mempunyai kegunaan bagi banyak pihak, seperti para pemegang saham, kreditur dan pihak manajemen perusahaan. Pemegang saham merupakan pihak yang sangat menaruh perhatian kepada tingkat resiko dan imbal hasil dari perusahaan di masa sekarang dan yang akan datang. Pihak kreditur sangat memperhatikan tingkat likuiditas perusahaan dan kemampuan dalam membayar bunga dan pokok pinjaman. Juga sangat menaruh perhatian kepada profitability perusahaan; mereka ingin memastikan bahwa bisnis tersebut sehat dan akan berlangsung baik. Sedangkan pihak manajemen, seperti para pemegang saham, sangat memperhatikan segala aspek dari situasi keuangan perusahaan (Gitman 2000:125-126).
5 Rasio keuangan dapat dibagi menjadi empat kategori dasar, yaitu rasio likuiditas yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek, rasio aktivitas yang mengukur kecepatan suatu perusahaan untuk menghasilkan uang tunai, rasio hutang yang mengukur jumlah hutang yang digunakan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dan rasio profitabilitas yang mengukur keuntungan yang didapatkan oleh perusahaan. Return on Equity (ROE) yang merupakan salah satu rasio yang digunakan dalam mengukur profitabilitas memberikan peranan yang penting. Nilai ROE yang tinggi, dapat disebabkan oleh tingginya nilai laba bersih dibandingkan dengan penjualan, yang tercermin dalam rasio net profit margin, efisiensi penggunaan aset yang dimiliki (seperti tercermin dalam total asets turnover), atau peningkatan leverage (diukur dengan financial leverage multiplier). ROA (return on asets) yang mengukur tingkat efektivitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan aset yang dimiliki perusahaan, biasa juga dikenal dengan return on investment (ROI). Di mana peningkatan ROA dapat dilakukan dengan melakukan peningkatan pada net profit margin dan total asets turnover, sehingga peningkatan ROA diharapkan dapat meningkatkan nilai ROE suatu perusahaan. Buat pemegang saham, informasi mengenai performa manajemen dalam meningkatkan kemakmurannya, jelas sangat penting. Dengan metode economic value added (EVA), pemegang saham akan mengetahuinya. EVA yang positif menunjukkan adanya tambahan value added buat pemegang saham (creating value). Sementara EVA yang negatif, menunjukkan value added pemegang saham yang selalu tergerus (destructing value) oleh kebijakan manajemen perusahaan (seperti disebutkan dalam
6 majalah Prospektif edisi 46 tanggal 13-19 Oktober 2003 hal 9). Pendek kata, EVA mengukur laba usaha (operating profit) yang dihasilkan relatif terhadap total biaya atas modal perusahaan. Menurut Steward : EVA = [NOPAT – (CAPITAL x COST OF CAPITAL)], di mana NOPAT adalah Net Operating Profit After Taxes ( laba usaha setelah pajak) dan Capital (modal) adalah posisi awal tahun dari total aktiva dalam neraca perusahaan dikurangi utang yang tidak dibebani bunga (non-interest bearing debt). Sementara itu, Cost of Capital adalah biaya modal tertimbang (Weighted Average Cost of Capital/WACC) yaitu sama dengan [(biaya modal saham x proporsi saham terhadap total modal) + (biaya modal hutang x proporsi utang terhadap total modal)]. Selanjutnya, jika tingkat imbal hasil investasi (ROI) didefinisikan sebagai NOPAT dibagi CAPITAL, formula di atas menjadi EVA = [(ROI – WACC) x CAPITAL]. Implikasi dari formula tersebut, jika ROI perusahaan lebih tinggi dari biaya modal (WACC) artinya telah terjadi penciptaan nilai dan sebaliknya jika ROI lebih kecil dari biaya modal, maka telah terjadi penghancuran nilai bagi pemegang saham. Menurut http://www.eva.com Economic Value Added adalah : “Economic Value Added is the financial performance measure that comes closer than any other to capturing the true economic profit of an enterprise. EVA® also is the performance measure most directly linked to the creation of shareholder wealth over time”. Berdasarkan konsep EVA, nilai pasar dari perusahaan adalah merupakan nilai bukunya plus nilai sekarang (present value) dari nilai EVA secara periodik di masa depan. Nilai sekarang dari nilai EVA secara periodik di masa depan ini yang dikenal dengan Market Value Added (MVA). Berdasarkan teori, dengan meningkatnya EVA dari tahun ke tahun berarti suatu perusahaan telah meningkatkan MVA atau dengan kata lain perusahaan telah meningkatkan nilai pasar perusahaan terhadap nilai bukunya. Hal ini
7 mengimplikasikan bahwa EVA mengendalikan nilai pasar saham perusahaan. Lebih dalam, konsep ini sangat didukung perusahaan yang telah mengadopsi EVA, bahwasanya penerapan EVA akan memperbaiki kinerja sahamnya. Sebagai contoh Coca Cola telah membukukan imbal hasil saham sebesar 200% pada periode 1987 (saat mulai menggunakan EVA) sampai 1993. “In the first half of 1996…we have created $135 million in market value for our shareholders, a 67% increase”, petikan pernyataan John Blystone, CEO dari SPX Corporation pada iklan Stern Stewart & Co (Fortune, October 1996). “Forget about EPS, ROE and ROI. EVA is what drives stock price”, bunyi salah satu iklan lainnya dari Stern Stewart & Co pada Harvard Business Review, Nov-Dec 1995. Bahkan Zarowin (1995) memprediksi bahwa EVA akan mengantikan EPS (Earning Per Share) dalam loporan saham yang secara reguler muncul di Wall Street Journal. Betulkah EVA telah terbukti secara empiris merupakan faktor yang secara signifikan mempengaruhi imbal hasil suatu saham perusahaan dan mendominasi alat ukur tradisional yang lainnya ? Dari uraian di atas tersebut dapat diketahui bahwa seharusnya tujuan setiap perusahaan adalah berusaha dengan sebaik-baiknya untuk dapat memaksimumkan kekayaan para pemegang sahamnya. Penulis akan meneliti faktor-faktor fundamental yang paling dominan dalam mempengaruhi return suatu saham. Faktor-faktor fundamental yang dipilih, berdasarkan teori pendukungnya, yaitu, return on asets, return on equity, earnings before interest and tax, price earnings ratio, dan economic value added. Hipotesis yang diuji menggunakan metode analisis korelasi dan regresi linier berganda. Selanjutnya, tesis ini diberi judul :
8 “Analisis Pengaruh Return on Assets, Return on Equity, Earnings Before Interest and Tax, Price Earnings Ratio dan Economic Value Added Terhadap Return Saham”.
1.2
Rumusan Permasalahan Dalam memilih suatu saham secara fundamental, seorang investor akan
menggunakan berbagai macam variabel. Dengan adanya hal tersebut, maka timbul pokok permasalahan yang ingin dikaji lebih lanjut, yaitu untuk mengetahui hubungan dan pengaruh dari return on asets, return on equity, earnings before interest and tax, price earnings ratio dan economic value added terhadap return saham, sehingga dapat diketahui variabel yang paling dominan terhadap return suatu saham.
1.3
Tujuan dan Manfaat Penelitian Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui : 1. Hubungan dan pengaruh return on asets terhadap return saham. 2. Hubungan dan pengaruh return on equity terhadap return saham. 3. Hubungan dan pengaruh earnings before interest and tax terhadap return saham. 4. Hubungan dan pengaruh price earnings ratio terhadap return saham. 5. Hubungan dan pengaruh economic value added terhadap return saham. 6. Menentukan faktor (variabel) paling dominan dari return on asets, return on equity, earnings before interest and tax, price earnings ratio dan economic value added yang sangat mempengaruhi return dari saham-saham tersebut.
Manfaat yang diharapkan dari penulisan tesis ini adalah :
9 1. Memberikan informasi kepada investor (pelaku pasar) tentang hasil analisis untuk mengetahui apakah ada hubungan dan pengaruh dari
faktor-faktor
fundamental tertentu dalam pembelian saham. 2. Memberikan referensi awal kepada kalangan akademis, sebagai bahan untuk melakukan penelitian lebih lanjut secara lebih mendalam dan akurat. 3. Bagi penulis, selain penulisan tesis ini sebagai syarat untuk menyelesaikan program pascasarjana, juga dapat memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengaplikasikan ilmu yang telah didapat selama kuliah dalam kehidupan nyata.
1.4
Ruang Lingkup Pembahasan Penulisan tesis ini menggunakan saham dari 5 perusahaan yang berada pada
industri barang konsumsi makanan dan minuman. Pemilihan saham lima perusahaan pada industri barang konsumsi ini dikarenakan saham tersebut merupakan saham defensive, di mana saham tersebut tidak terpengaruh oleh pergerakan pasar secara keseluruhan. Jika return pasar sedang menurun, maka saham tersebut tidak mengalami penurunan atau jikapun turun, maka penurunannya akan lebih kecil, demikian pula sebaliknya. Data-data keuangan perusahaan yang dipakai menggunakan data laporan keuangan tahunan selama 5 tahun, dari tahun 1997-2001.
1.5
Sistematika Pembahasan
10 Sistematika pembahasan studi ini dibagi dalam lima bab untuk memberikan gambaran yang jelas dalam penyusunannya, yaitu dengan rincian masing-masing bab sebagai berikut :
BAB I
: Pendahuluan Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang permasalahan, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, ruang lingkup pembahasan serta sistematika pembahasan tesis ini.
BAB II
: Landasan Teori Dalam bab ini akan dibahas mengenai teori-teori yang digunakan untuk pembahasan masalah dalam tesis ini. Kerangka teori meliputi, pengertian dari faktor-faktor fundamental dalam memilih saham, Du Pont System dan return saham.
BAB III
: Metodologi Penelitian Dalam bab ini akan diuraikan mengenai metodologi penelitian yang akan dilakukan pada penelitian ini, termasuk
pemilihan
objek
penelitian,
tehnik
pengumpulan data, dan tehnik pengolahan data 5 perusahaan yang digunakan dalam tesis ini.
BAB IV
: Analisis dan Pembahasan Dalam bab ini akan dibahas mengenai
perhitungan
return on asets, return on equity, earnings before interest
11 and tax, price earnings ratio dan economic value added dari masing-masing perusahaan, kemudian hasil dari perhitungan rasio tersebut, digunakan penulis untuk melakukan uji signifikansi dan analisa korelasi-regresi terhadap return saham.
BAB V
: Kesimpulan dan Saran Dalam bab ini memuat kesimpulan yang dapat ditarik dari pembahasan pada BAB IV yang disertai dengan saran-saran yang bermanfaat bagi para investor dalam memilih saham.