1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Apabila kita teliti materi studi tentang Islam selama ini di negeri kita, ternyata kajian itu ditekankan kepada bidang agama, amat sedikit sekali bidang kemasyarakatan. Dengan meluas dan mendalam serta berpanjangpanjang, orang membincangkan seluk-beluk sampai ke garis yang sekecilkecilnya tentang Rukum Islam, Rukun Iman, orang berhujah tentang fiqh di bidang ibadat, sambil mempertengkari khilafiah, tapi tentang kebudayaan islam yang menyangkut kehidupan sehari-hari dalam masyarakat jarang sekali digubris, apalagi dikaji. Bagaimana prinsip-prinsip Islam tentang sosial ekonomi, bagaimana konsep politik Islam, bagaimana metode pendidikan, bagaimana pandangan Islam tentang kesenian, bagaimana filsafat nilai Islam? Jarang diperbincangkan di dalam Islam. Bentuk kebudayaan yang dilakukan di dalam masyarakat juga jarang diperbincangkan secara detail, baik yang berkenaan dengan deskripsi kebudayaan islam, pemahaman bentuk kegiatannya sendiri dan hal-hal yang bersangkutan dengan kegiatan tersebut. Dari sini kita bisa melihat bahwa sudah perlu diadakannya suatu pengkajian tentang kegiatan kebudayaan islam yang berkembang dalam masyarakat, salah satu contohnya bentuk kegiatan keagamaan yang dilakukan oleh salah satu ormas Nahdotul Ulama’.
1
2
Dalam studi kali ini akan dibahas tentang bentuk perwujudan dari kepercayaan terhadap suatu keyakinan masyarakat yang berkembang saat ini di Desa Sukorejo yaitu kegiatan Dzikir Fida’. Dzikir fida’ adalah salah satu bentuk perwujudan dari kepercayaan terhadap suatu keyakinan, dengan mengadakan ritual-ritual yang bisa menjadikannya semakin yakin. Banyak sekali bentuk ritual dalam masyarakat khususnya yang menyangkut masalah agama, dan memang sudah diakui secara umum oleh para pengkaji bahwa semua masyarakat yang dikenal di dunia ini, sampai batas tertentu, bersifat religius.1 Pengakuan ini merupakan kesepakatan apa sajakah yang membentuk perilaku keagamaan. Banyak hal yang melatarbelakangi seseorang melakukan ritual tertentu. Seperti halnya ritual dzikir fida’ yang ada di desa Sukorejo. Pelaksanaan dzikir fida’ di desa tersebut sudah menjadi hal yang harus dilakukan oleh keluarga yang saudaranya meninggal, bahkan hal ini sudah menjadi wajib. Hal ini terntunya sangat berkaitan erat dengan keluarga yang ditinggal, yang kita tahu bahwa pelaksanaan dzikir fida’ membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Kegaitan ini merupakan bentuk dari tujuan masyarakat agar mempunyai tujuan hidup. Seperti yang dikatakan E. B. Taylor dalam buku perintisnya,
Primitive
Culture,
yang
diterbitkan
pada
tahun
1871,
mengemukakan apa yang dikenal dengan “definisi minimum”. Dia mendefinisikan agama sebagai “kepercayaan terhadap wujud-wujud yang 1
1995), 29.
Betty R. Scharf. Kajian Sosiologi Agama. Terj .(Yogyakarta : PT. Tiara Wacana Yogya,
3
spiritual”2. Yang menjadikan manusia lebih merasa mempunyai tujuan hidup di dunia. Mengakarnya kepercayaan terhadap dzikir fida’ di desa Sukorejo dapat diasumsikan bahwa dzikir fida’ merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dalam konstruk sosial di desa Sukorejo. Hal ini terlihat ketika sesorang tidak melaksanakan kegiatan tersebut sudah barang tentu menjadi perbincangan dalam masyarakat. Sehingga mau-tidak mau seseorang harus mengadakan ritual tersebut demi selamatnya dari pandangan yang negatif oleh masyarakat sekitar, meskipun dalam keadaan yang sangat menyulitkan. Dalam pengamatan sosial dapat dilihat bahwa kegiatan dzikir fida’ di desa Sukorejo merupakan suatu perwujudan ibadah sosial yang sampai bisa mengalahkan ibadah individual. Orang akan lebih mementingkan kerukunan dalam
bingkai kemasyarakatan
sehingga
pelaksanaan ritual tersebut
mempunyai banyak motif. Dalam hal ini bisa jadi seseorang hanya ingin meunjukkan tingkat kelas dalam suatu masyarakat. Manusia dalam masyarakat kapitalis menghadapi realitas “ciptaanya” sendiri (seperti kelas) yang tampil di hadapannya sebagai fenomena alamiah yang terasing dari dirinya sendiri. Manusia menjadi tergantung sama sekali kepada belas kasihan hukum ciptaanya itu, aktivitasnya terbatas pada eksploitasi untuk pemenuhan kebutuhan individual tertentu yang tak dapat ditawar-tawar. Meski berperan aktif ia tetap menjadi objek bukan menjadi subjek aktivitasnya.3
2 3
Ibid., 30. George Ritzer – Douglas J. Goodman. Teori Sosiologi Modern. Terj. (Yogyakarta). 173
4
Dalam pelaksanaan dzikir fida’ banyak kepentingan di dalamnya. Terlihat dari bentuk ritual itu sendiri. Jadi banyak latar belakang yang di jadikan pedoman mengapa seseorang melaksanakan kegiatan dzikir fida’. Dzikir fida’ itu sendiri merupakan bentuk kepedulian sosial masyarakat kepada sesama mahluk hidup yaitu kepada keluarganya yang telah meninggal, dengan tujuan agar saudaranya/kerabatnya dapat hidup di kehidupan manusia selanjutnya dengan tenang dan mendapat berkah dari Tuhan yang Maha Esa dengan cara mengirim doa ataupun amalan-amalan lain kepada orang yang telah meninggal. Dalam hal kegiatan dzikir fida’ itu sendiri telah banyak dikaji dalam Studi Islam baik hukum maupun pelaksanaanya (meskipun masih banyak terdapat khilafiah/perbedaan) di dalam Islam sendiri. Dalam sebuah riwayat dikatakan:
E ِ Gْ Iَ JِK M ُ Gْ Nِ O َ ل َ QَR JِST ُ ْUVُ Wْ اYَ Zْ [ِ Zَ \ِI^ َأ ِ _ْ a ` W اb ِc َ dِ _ْ Kِ QًfZْ َاJ َ gِ h ُ َو b َ jِ ًءlَYKِ dُ Wَ ْMmَ Qَ ٍة آU` jَ q َ Wْ َاb َ _ْ Gِ Sْ O َ r ُ اs ` ِإdَ Wَ ِاs َ ل َ QَR ْbjَ ن ` ِر َأQَwَxْا ِرQ`yWا. Artinya: Diriwayatkan lagi dari Syaikh Abi Yazid al-Qurtubi berkata : saya mendengar dari sebagian atsar (perkataan Shohabat) “ barangsiapa mengucapkan kalimat “Lâ Ilâha Illallâh” sebanyak 70.000 kali, maka kalimat tersebut menjadi tebusan baginya dari api neraka. Dari hadits di atas diterangkan bahwa barang siapa yang membaca kalimat tauhid sebanyak tujuh puluh satu kali maka Allah akan mengampuni dosanya, demikian juga bila dikerjakan untuk orang lain.
5
Dalam hal ini, diyakini bahwa pelaksanaan dzikir fida’ dengan membacakan kalimah tauhid sebanyak tujuh puluh satu ribu kali tidak lain bertujuan untuk mendoakan sang mayit agar dipermudah jalannya menuju ke surga dan diampuni segala dosa-dosanya yang telah dikerjakan semasa hidupnya. Pemaknaan dzikir fida’ itu sendiri masih perlu diperbincangkan lebih mendalam dan melalui proses yang tidak gampang, karena hal ini memerlukan sebuah kajian khusus dan yang bisa disepakati oleh jama’ah yang akan melaksanakan kegiatan tersebut. Meskipun dalam sebuah pengkajian yang terdapat dalam buku-buku tertentu sudah jelas hukumnya, tetapi hal ini tidak lepas dari keyakinan dan pandangan masyarakat sendiri terhadap makna dan pengertian
dzikir
fida’,
sehingga
mereka
dengan
bekal
keyakinan
mendapatkan kesepakatan untuk melaksanakan kegiatan tersebut. Hal ini juga perlu diadakan di Desa Sukorejo yang menjalankan pelaksanaan dzikir fida’ dan sudah menjadi kewajiban bagi setiap keluarga yang ditinggal mati oleh salah satu anggota keluarga mereka. Dari paparan di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan
judul:
PANDANGAN
TERHADAP DZIKIR FIDA’.
MASYARAKAT
DESA
SUKOREJO
6
B. Fokus Penelitian a. Penelitian mengenai Dzikir Fida’ ini dilaksanakan di Desa Sukorejo Kecamatan Sukorejo Kabupaten Ponorogo b. Objek Penelitian ini adalah Masyarakat Desa Sukorejo Kecamatan Sukorejo Kabupaten Ponorogo c. Penelitian ini mengenai pandangan masyarakat desa Sukorejo terhadap dzikir fida’ dan dalil yang mendasari masyarakat Desa Sukorejo melaksanakan kegiatan dzikir fida’ serta pelaksanaan Dzikir Fida’ di Desa Sukorejo.
C. Rumusan Masalah Masalah utama penelitian ini adalah pandangan masyarakat Desa Sukorejo terhadap dzikir fida’ yang dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagaimana berikut: a. Bagaimana pandangan masyarakat desa Sukorejo terhadap dzikir fida’? b. Apa dalil yang mendasari masyarakat desa Sukorejo melaksanakan kegiatan dzikir fida’? c. Bagaimana implementasi dzikir fida’ di desa Sukorejo?
D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan: a. Untuk mengetahui pandangan masyarakat Desa Sukorejo terhadap dzikir fida’.
7
b. Untuk mengetahui dalil yang mendasari masyarakat Desa Sukorejo melaksanakan kegiatan dzikir fida’. c. Untuk mengetahui implementasi dzikir fida’ di Desa Sukorejo.
E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan memiliki arti akademis (academic significance) yang menambah informasi dan dipertimbangkan dalam memperkaya teori tentang permasalahan yang berkaitan dengan dzikir fida’. Hasil penelitian ini disamping mempunyai arti akademis (academic significance), juga mempunyai arti kemasyarakatan khususnya bagi umat Islam yang sudah lama terjebak dalam perdebatan tentang dzikir fida’. Benrmanfaat bagi masyarakat desa Sukorejo dan peneliti pada khususnya serta setiap pembaca skripsi ini terutama jama’ah Nahdhiyyin pada umumnya.
F. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian dalam skripsi ini termasuk jenis penelitian lapangan (field Research) dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang
8
dapat diamati.4 Ciri khas penelitian ini tidak dapat dipisahkan dengan pengamatan yang berperan serta, sebab peran yang menentukan keseluruhan sekenarionya. Pengamatan berperan serta adalah sebagai penelitian yang bercirikan interaksi social yang memakan waktu yang lama antara peneliti dengan subyek dalam lingkungan subyek, dan selama ini data dalam bentuk cacatan lapangan dikumpulkan secara sistematis dan catatan tersebut berlaku tanpa adanya gangguan. Untuk itu dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai instrumen kunci, berpartisipasi penuh sekaligus pengumpul data , sedangkan instrument yang lain sebagai penunjang. Dalam pengumpulan data, peneliti mengambil sampel Nonprobabilitas, disebut juga dengan rancangan pengambilan sampel yang tidak menggunakan teknik random, dan karena itu, tidak didasarkan atas hukum probabilitas. Dalam teknik tersebut, secara khusus peneliti menggunakan pengambilan sampel purposif (purpusial sampling), sampel ditetapkan secara sengaja oleh peneliti. Dalam hal ini, lazimnya didasarkan atas kreteria atau pertimbangan tertentu; jadi tidak melalui proses pemilihan sebagaimana yang dilakukan dalam teknik random.5 2. Kehadiran Peneliti Dalam penelitian ini dilakukan oleh penulis di masyarakat Desa Sukorejo dengan Responden Masyarakat Desa Sukorejo itu sendiri dan 4
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif ( Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2000), 40. dan Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997), 108. 5 Sanapiah Faisal, Format-Format Penelitian Sosial (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001), 67.
9
beberapa orang yang mempunyai pengaruh terhadap adanya kegiatan dzikir fida’ di Desa Sukorejo. 3. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukorejo Kecamatan Sukorejo Kabupaten Ponorogo Jawa Timur. 4. Sumber Data Dalam penelitian ini menggunakan sumber-sumber data sebagai berikut : a. Sumber data lapangan (sumber data primer) Responden ialah orang yang menjawab pertanyaan yang diajukan peneliti untuk tujuan peneliti itu sendiri, dalam hal ini informan yang peneliti ambil terdiri dari sebagian masyarakat yang berpengaruh di Desa Sukorejo. b. Sumber Data Sekunder 1) Khazînatu al-Asrôr karya Sayyid Muhammad Hakki al-Nazali 2) Nashâikh al-‘Ibâd karya Muhammad Nawawi Ibn Umar al-Jawi 3) Al-Dâsukî ‘alâ Ummi al-Barâhîn karya Muhammad Imam Sayyidî 4) Irsyâd al-‘Ibâd karya Zainuddin Ibn ‘Abdi al-‘Aziz 5) Kajian Sosiologi Agama karya R. Betty Scharf 5. Prosedur Pengumpulan Data Dalam penelitian ini digunakan tiga teknik penggalian data yang mendukung dalam pengumpulan data dari lapagangan (masayarakat), yaitu:
10
1)
Teknik Wawancara Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Maksud
digunakannya
menkonstruksi
wawancara
antara
lain
adalah
(a)
mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi,
perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain;
(b)
merekonstruksi kebulatan-kebulatan demikian sebagai yang dialami masa lalu; (c) memproyeksikan kebulatan-kebulatan sebagai yang telah diharapkan untuk dialami pada masa yang akan datang; (d) memverifikasi, mengubah dan memperluas informasi yang diperoleh dari orang lain baik manusia maupun bukan manusia; dan (e) memverifikasi, mengubah dan memperluas
konstruksi
yang
dikembangkan oleh peneliti sebagai pengecekan anggota.6 Teknik
wawancara
ada
bermacam-macam
jenisnya,
diantaranya adalah (a) wawancara pembicaraan informal; (b) pendekatan menggunakan petunjuk umum wawancara; dan (c) wawancara buku terbuka.7 Disamping itu juga ada macam-macam wawancara yang lain, diantaranya adalah (a) wawancara oleh tim atau panel, (b)wawancara tertutup dan wawancara terbuka; (c) wawancara riwayat secara lisan. Sedangkan dalam penelitian ini teknik wawancara yang digunakan adalah (a) wawancara mendalam, artinya peneliti mengajukan beberapa pertanyaan secara mendalam yang berhubungan 6 7
dengan
fokus
Ibid., 135. Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian, 135.
permasalahan,
sehingga
dengan
11
wawancara mendalam ini data-data bisa terkumpulkan semaksimal mungkin; (b) wawancara terbuka, artinya bahwa dalam penelitian ini para sub-yeknya mengetahui bahwa mereka sedang diwawancarai dan mengetahui pula apa maksud wawancara itu; (c) wawancara tersetruktur, artinya bahwa dalam penelitian ini, peneliti atau pewancara menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan. Dalam penelitian ini orang-orang yang akan diwancarai adalah Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama Desa Sukorejo dan beberapa anggota jama’ah Dzikir Fida’ Desa Sukorejo. Hasil wawancara dari masing-masing informan tersebut ditulis lengkap dengan kode-kode dalam transkip wawancara. Tulisan lengkap dari wawancara ini dinamakan transkip wawancara. 2)
Teknik Observasi Observasi partisipan yaitu suatu observasi dengan orang yang melakukan pengamatan berperan serta ikut ambil bagian dalam kehidupan orang yang diobservasi.8 Atau suatu proses pengamatan yang dilakukan oleh observan dengan ikut ambil bagian dalam kehidupan orang–orang yang diobsevasi. Dalam penelitian ini observasi partisipan dilakukan dengan tujuan untuk mengamati peristiwa yang dialami oleh subyek dan mengembangkan pemahaman
8
Yatim Riyanto, Metodologi Penelitian Pendidikan, Suatu Tinjauan Dasar (Surabaya: Penerbit SIC, 1991), 79.
12
terhadap konteks sosial yang kompleks, serta untuk memperoleh data-data yang berkaitan dengan rumusan masalah tersebut di atas9 Hasil observasi dalam penelitian ini, dicatat dalam Catatan Lapangan (CL), sebab catatan lapangan merupakan alat yang sangat penting dalam penelitian kualitatif. Dalam penelitian kualitatif, peneliti
mengandalkan
pengamatan
dan
wawancara
dalam
pengumpulan data di lapangan. Pada waktu di lapangan dia membuat “catatan”, setelah pulang
ke rumah atau tempat tinggal barulah
menyusun “catatan lapangan”. 10 Dapat dikatakan bahwa
dalam penelitian kualitatif,
jantungnya adalah catatan lapangan. Catatan lapangan pada penelitian ini bersifat deskriptif. Artinya bahwa catatan lapangan ini berisi gambaran tentang latar pengamatan, orang, tindakan dan pembicaraan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan fokus penelitian. Dan bagian deskripitif tersebut berisi beberapa hal, diantaranya adalah gambaran diri fisik, rekonstruksi dialog, deskripsi latar fisik, catatan tantang peristewa khusus, gambaran kegiatan dan perilaku pengamat.11 Format rekaman hasil observasi (pengamatan) catatan lapangan dalam penelitian ini menggunakan format rekaman hasil observasi. 3)
Teknik Dokumentasi
9 Amirul Hadi dan Haryono, Metodologi Penelelitian Pendidikan Untuk IAIN dan PTAIS Semua Fakultas dan Jurusan, Komponen MKK (Bandung: Pustaka Setia, ), 123. 10 Lexy Moleong, Metodologi Penelitian, 153-154. 11 Ibid., 156.
13
Teknik dokumentasi ini digunakan untuk mengumpulkan data dari sumber non insani, sumber ini terdiri dari dokumen dan rekaman. “Rekaman” sebagai setiap tulisan atau pernyataan yang dipersiapkan
oleh atau untuk individual atau organisasi dengan
tujuan membuktikan adanya suatu peristiwa atau memenuhi accounting.12 Sedangkan “dokumen” digunakan untuk mengacu atau bukan selain rekaman, yaitu tidak dipersiapkan secara khusus untuk tujuan tertentu, seperti surat-surat, buku harian, catatan khusus, fotofoto, dan sebagainya. Teknik dokumentasi ini sengaja digunakan dalam penelitian ini, mengingat (1) sumber ini selalu tersedia dan murah terutama ditinjau dari konsumsi waktu; (2) rekaman dan dokumen merupakan sumber
informasi
yang
stabil,
baik
keakuratannya
dalam
merefleksikan situasi yang terjadi dimasa lampau, maupun dapat dan dianalisis kembali tanpa mengalami perubahan; (3) rekaman dan dokumen merupakan sumber informasi yang kaya, secara konstektual relevan dan mendasar dalam konteknya; (4)
sumber ini sering
merupakan
dapat
pernyataan
yang
legal
yang
memenuhi
akuntabilitas. Hasil pengumpulan data melalui cara dokumentasi ini, dicatat dalam format transkip dokumentasi.
12
Sugijono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2006), 329.
14
6. Analisis Data Setelah data terkumpul, maka data yang ada dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Data Reduction (Reduksi Data) Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.13 Berkaitan dengan tema ini, setelah data-data terkumpul yang
berkaitan
dengan
masalah
kegiatan
membaca
shalawat
Wahidiyah bagi santri di pondok pesantren as Syarwani, dipilih yang penting dan difokuskan pada pokok permasalahan. 2. Data Display (Penyajian Data) Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Penyajian data adalah menguraikan data dengan teks yang bersifat naratif. dengan menyajikan data ini tujuanya adalah memudahkan pemahaman terhadap apa yang di teliti dan bisa segera di lanjutkan penelitian ini berdasarkan penyajian yang telah di fahami. Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi. 3. Conclusion Drawing (Verification) Langkah ketiga yaitu mengambil kesimpulan. Kesimpulan dalam penelitian ini mengungkap temuan berupa hasil deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih kurang jelas dan apa
13
Ibid., 29.
15
adanya kemudian di teliti menjadi lebih jelas dan di ambil kesimpulan. Kesimpulan ini untuk menjawab rumusan masalah yang di rumuskan di awal. 7. Pengecekan keabsahan data Keabsahan data mnerupakan konsep penting yang diperbaharui dari konsep kesahihan (validitas) dan keandalan (reliabilitas),14 Derajat kepercayaan keabsahan data (kredebilitas data) dapat diadakan pengecekan dengan teknik (1) pengamatan yang tekun, dan triangulasi. Ketekunan pengamatan yang dimaksud adalah menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari. Ketekunan pengamatan ini dilaksanakan peneliti dengan cara : (a) mengadakan pengamatan dengan teliti dan rinci secara berkesinambungan terhadap kegiatan membaca shalawat Wahidiyah bagi santri di pondok pesantren as Syarwani, kemudian (b) menelaahnya secara rinci sampai pada suatu titik, sehingga pada pemeriksaan tahap awal tampak salah satu atau seluruh faktor yang ditelaah sudah difahami. Teknik triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Ada
empat
macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan: sumber, metode, penyidik, dan teori.15 Dalam penelitian ini,
14
Moleong, Metodologi Penelitian, 171.
15
Ibid., 178.
16
dalam hal ini digunakan teknik triangulasi dengan sumber, berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. Hal itu dapat dicapai peneliti dengan jalan: (a) membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara, (b) membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi, (c) membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu, (d) membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan, (c) membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. 8. Tahapan-tahapan penelitian Tahap-tahap penelitian dalam penelitian ini ada tiga tahapan dan ditambah dengan tahap terakhir dari penelitian yaitu tahap penulisan laporan hasil penelitian. Tahap-tahap penelitian tersebut adalah: 1.
Tahap pra lapangan, yang meliputi : menyusun rancangan penelitian, memilih lapangan penelitian, mengurus perizinan, menjajagi dan menilai keadaan lapangan, memilih dan memanfaatkan informan, menyiapkan perlengkapan penelitian dan yang menyangkut persoalan etika penelitian
17
2.
Tahap pekerjaan lapangan, yang meliputi : memahami latar penelitian dan persiapan diri, memasuki lapangan dan berperanserta sambil mengumpulkan data
3.
Tahap analisis data, yang meliputi : analisis
selama dan setelah
pengumpulan data 4.
Tahap penulisan hasil laporan penelitian Dalam
melakukan
penelitian
tentang dzikir fida’ penulis
melakukan beberapa pendekatan yang berkaitan dengan a.
Penelitian untuk mengetahui seberapa signifikan ritual dzikir fida’ dalam masyarakat desa Sukorejo. Dalam hal ini peneliti mengadakan wawancara kepada beberapa tokoh masyarakat dan elit agama yang ada di Desa Sukorejo denan pengumpulan data yang bisa mendukung utnuk mengetahui alasan dan juga argumen masyarakat yang berkaitan dengan hubungannya dengan dzikir fida’. Serta mengadakan wawancara jama’ah dzikir fida’ yang da di desa Sukorejo kecamatan Sukorejo Kabupaten Ponorogo tentunya dengan mengambil langkah-langkah sebagai berikut: 1) Mengamati berapa volume masyarakat melaksanakan ritual dzikir fida’ selama beberapa waktu. 2) Pengaruh pelaksanaan dzikir fida’ terhadap kelangsungan kehidupan masyarakat di Desa Sukorejo. 3) Makna dzikir fida’ menurut masyarakat Desa Sukorejo.
18
Dari hasil langkah-langkah penelitian di atas dapat diketahui beberapa alasan yang dapat menjelaskan kedudukan dzikir fida’ di masyarakat desa Sukorejo. b.
Penelitian yang berkenaan dengan motif orang melakukan praktek dzikir fida’. Dalam hal ini peneliti mengadakan pendalaman mengenai motif-motif seseorang terhadap suatu pekerjaan dengan mengadakan penelitian dari buku-buku yang mendukung pengumpulan data tersebut. Juga mengadakan wanwancara terhadap masyarakat desa Sukorejo. Serta mengamatai alasan seseorang melakukan ritual dzikir fida’ yang ada di desa Sukorejo. Dalam pengumpulan data di atas peneliti melakukan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Mengadakan wawancara yang berkaitan dengan alasan orang mengikuti praktek dzikir fida’. 2) Tujuan secara khusus yang berpengaruh bagi diri orang yang mengikuti kegiatan dzikir fida’ maupun yang berpengaruh terhadap kelangsungannya di masyarakat.
c.
Penelitian mengenai apa saja dalil yang mendasari seseorang mengadakan dzikir fida’ Dalam hal ini penulis mengadakan penulusuran dari bukubuku tentang dalil-dalil yang membenarkan pelaksanaan dzikir fida’ dan juga mengadakan wawancara terhadap masyarakat mengenai pemahaman terhadap dalil-dalil tersebut serta bentuk realisasinya
19
dalam kehidupan di masyarakat. Tentunya peneliti menggunakan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Mencari dalil yang berkaitan dengan dzikir fida’ 2) Mengadakan wawancara dengan masyarakat desa Sukorejo untuk mengetahui dalil yang mendasari mereka mengikuti kegiatan dzikir fida’ 3) Mengadakan wawancara kepada masyarakat desa Sukorejo untuk mengetahui pemahaman mereka terhadap dalil-dalil yang menganjurkan pelaksanaan kegiatan dzikir fida’.
G. Sistematika Pembahasan Untuk
mempermudah
memahami,
maka
penulis
memberikan
sistematika pembahasan sebagai berikut: Bab I
: Pendahuluan, Bab ini merupakan gambaran secara umum yang mengarah kepada keadaan kerangka atau pokok pikiran penulis yang di dalamnya memuat latar belakang masalah, tujuan penelitian, metode penelitian dan sistematika pembahasan.
Bab II
: Kerangka Teori, bab ini menguraikan tentang konsep dzikir dalam perpekstif al-Qur’an maupun Hadits.
Bab III
: Pemaparan
Data,
bab
ini menguraikan
tentang,
dalil,
pandangan masyarakat desa Sukorejo terhadap dzikir fida’ dan pelaksanaan dzikir fida’ di Desa Sukorejo. Bab IV
: Hasil Penelitian, bab ini menguraikan tentang laporan data
20
umum yang meliputi: pandangan, dalil masyarakat desa Sukorejo terhadap dzikir fida’ dan pelaksanaan dzikir fida’ di desa Sukorejo kemudian mengadakan pendekatan penelitian dari beberapa teori tentang dzikir fida’ menurut perpekstif alQur’an dan hadits. Bab V
: Penutup, Bab ini berisi kesimpulan akhir dari pembahasan sebagai jawaban dengan dilengkapi saran.
21
BAB II PANDANGAN AL-QUR’AN DAN HADITS TERHADAP DIKIR
A.
Konsep Dzikir Dzikir secara bahasa artinya: penyebutan, indikasi, isyarat, peringatan. Sedang dzikir menurut istilah ialah: menyebut Allah dengan membaca tasbih (subhanallah), tahlil (la-ilaha illallahu), tahmid (alhamdulillah), taqdis (quddusun), takbir (Allahu Akbar), membaca hauqalah (la haula wa la quwwata illa billahi), hasbalah (hasbiyallah), dan membaca do’a-do’a yang ma’tsur, yaitu do’a-do’a yang diterima dari Nabi SAW.16 Demikianlah ta’rif dzikir yang sempurna. Dalam pada itu dipandang juga dzikir (mengingat akan Allah dan menyebut-Nya), dengan mengerjakan segala perintah-Nya. Lantaran itu, persidangan-persidangan yang diadakan untuk memperkatakan soal agama, bisa juga dinamai “majlis dzikir”, sebagai yang telah detegaskan oleh ‘Atha, ujarnya: “Majlis-majlis yang dibentuk untuk memberitakan soal halal dan haram, dipandang juga majlis dzikir (majlis menyebut Allah), karena majlismajlis itu, memindahkan kita dari lalai lengah kepada insaf sadar”. Banyak sekali ayat al-Qur’an yang memerintahkan agar manusia selalu mengingat kepada Allah (ber-dzikir). Sepuluh gambaran, yang
16
Teungku M Hasbi Ash-Shiddieqy, Pedoman Dzikir dan Do’a (Semarang: PT Rizky Putra 2002), 36.
21
22
Allah sebutkan dalam Al-Qur'an, dengan kaitannya pada penyebutan dzikir. Kesepuluh hal tersebut adalah sebagai berikut: 1. Sebagai perintah, sebagaimana yang Allah gambarkan dalam surat alAhzab 33; 41-44:
uθèδ . ¸ξ‹Ï¹r&uρ Zοtõ3ç/ çνθßsÎm7y™uρ . #ZÏVx. #[ø.ÏŒ ©!$# (#ρâ÷è0øŒ$# (#θãΖtΒ#u tÏ%©!$# $pκš‰r'‾≈tƒ tβ%Ÿ2uρ 4 Í‘θ–Ψ9$# ’n<Î) ÏM≈yϑè=—à9$# zÏiΒ /ä3y_Ì÷‚ã‹Ï9 …çµçGs3Í×‾≈n=tΒuρ öΝä3ø‹n=tæ ’Ìj?|Áム“Ï%©!$# . $VϑƒÌx. #\ô_r& öΝçλm; £‰tãr&uρ 4 ÖΝ≈n=y™ …çµtΡöθs)ù=tƒ tΠöθtƒ öΝßγçG¨ŠÏtrB . $VϑŠÏmu‘ tÏΖÏΒ÷σßϑø9$$Î/ Artinya: Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang. Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). Dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orangorang yang beriman. Salam penghormatan kepada mereka (orang-orang mu'min itu) pada hari mereka menemui-Nya ialah: "salam"; dan Dia menyediakan pahala yang mulia bagi mereka. 2. Larangan melupakan dzikir; sebagaimana yang Allah gambarkan dalam surat al-A'raf 7; 204:
. tβθçΗxqöè? öΝä3ª=yès9 (#θçFÅÁΡr&uρ …çµs9 (#θãèÏϑtGó™$$sù ãβ#uöà)ø9$# ˜Ìè% #sŒÎ)uρ Artinya: Dan janganlah kamu termasuk golongan mereka-mereka yang melupkan Allah (tidak berdzikir)
Kemudian juga dalam surat Al-Hasyr 59; 19:
23
šχθà)Å¡≈x&ø9$# ãΝèδ šÍ×‾≈s9'ρé& 4 öΝåκ|¦à&Ρr& öΝßγ9|¡Σr'sù ©!$# (#θÝ¡nΣ tÏ%©!$%x. (#θçΡθä3s? Ÿωuρ Artinya: Dan janganlah kamu menjadi termasuk orang-orang yang melupakan Allah, maka Allah pun akan melupakan mereka.
3. Mendapatkan pujian dan surga bagi para pendzikir..Sebagaimana yang Allah firmankan dalam surat al-Ahzab 33; 35:
tÏGÏΖ≈s)ø9$#uρ ÏM≈oΨÏΒ÷σßϑø9$#uρ šÏΖÏΒ÷σßϑø9$#uρ ÏM≈yϑÎ=ó¡ßϑø9$#uρ šÏϑÎ=ó¡ßϑø9$#
¨βÎ)
tÏèϱ≈y‚ø9$#uρ ÏN≡uÉ9≈¢Á9$#uρ tÎÉ9≈¢Á9$#uρ ÏM≈s%ω≈¢Á9$#uρ tÏ%ω≈¢Á9$#uρ ÏM≈tFÏΖ≈s)ø9$#uρ ÏM≈yϑÍ×‾≈¢Á9$#uρ
tÏϑÍ×‾≈¢Á9$#uρ
ÏM≈s%Ïd‰|ÁtFßϑø9$#uρ
tÏ%Ïd‰|ÁtFßϑø9$#uρ
ÏM≈yèϱ≈y‚ø9$#uρ
ÏN≡tÅ2≡©%!$#uρ #ZÏVx. ©!$# šÌÅ2≡©%!$#uρ ÏM≈sàÏ&≈ysø9$#uρ öΝßγy_ρãèù šÏàÏ&≈ptø:$#uρ . $Vϑ‹Ïàtã #ô_r&uρ ZοtÏ&øó¨Β Μçλm; ª!$# £‰tãr& Artinya: Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, lakilaki dan perempuan yang mu'min, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam keta`atannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu`, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar. 4. Memiliki kaitan erat dengan kemenangan. Sebagaimana yang Allah firmankan dalam surat al-Anfal 8; 45:
24
öΝä3‾=yè©9 #ZÏWŸ2 ©!$# (#ρãà2øŒ$#uρ (#θçFç6øO$$sù Zπt⁄Ïù óΟçGŠÉ)s9 #sŒÎ) (#þθãΖtΒ#u šÏ%©!$# $y㕃r'‾≈tƒ . šχθßsÎ=ø&è? Artinya: Hai orang-orang yang beriman. apabila kamu memerangi pasukan (musuh), Maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung. 5. Kerugian orang yang lalai berdzikir. Sebagaimana yang Allah firmankan dalam surat Al-Munafiqun 63; 9:
tΒuρ 4 «!$# Ìò2ÏŒ tã öΝà2߉≈s9÷ρr& Iωuρ öΝä3ä9≡uθøΒr& ö/ä3Îγù=è? Ÿω (#θãΖtΒ#u tÏ%©!$# $pκš‰r'‾≈tƒ . tβρçÅ£≈y‚ø9$# ãΝèδ y7Í×‾≈s9'ρé'sù y7Ï9≡sŒ ö≅yèø&tƒ Artinya: Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anakanakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian Maka mereka Itulah orang-orang yang merugi. 6. Allah menyebut mereka-mereka yang menyebut-Nya. Sebagaimana yang Allah firmankan dalam surat al-Baqarah 2; 152:
. Èβρãà&õ3s? Ÿωuρ ’Í< (#ρãà6ô©$#uρ öΝä.öä.øŒr& þ’ÎΤρãä.øŒ$$sù Artinya: Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya aku ingat (pula) kepadamu. dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku. 7. Dzikir sebagai suatu hal yang teramat besar. Sebagaimana yang Allah firmankan dalamn surat Al-Ankabut 29; 45:
25
Ç∅tã 4‘sS÷Ζs? nο4θn=¢Á9$# āχÎ) ( nο4θn=¢Á9$# ÉΟÏ%r&uρ É=≈tGÅ3ø9$# š∅ÏΒ y7ø‹s9Î) zÇrρé& !$tΒ ã≅ø?$# . tβθãèoΨóÁs? $tΒ ÞΟn=÷ètƒ ª!$#uρ 3 çt9ò2r& «!$# ãø.Ï%s!uρ 3 Ìs3Ζßϑø9$#uρ Ï!$t±ósx&ø9$#
Artinya: Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. 8. Sebagai khatimah setiap amal shaleh. Sebagaimana yang Allah gambarkan sebagai penutup ibadah shalat, al-Jum'ah 62; 10:
©!$# (#ρãä.øŒ$#uρ «!$# È≅ôÒsù ÏΒ (#θäótGö/$#uρ ÇÚö‘F{$# ’Îû (#ρãϱtFΡ$$sù äο4θn=¢Á9$# ÏMuŠÅÒè% #sŒÎ*sù . tβθßsÎ=ø&è? ö/ä3‾=yè©9 #ZÏWx. Artinya: Apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. 9. Hanya orang-orang yang berdzikirlah, yang dapat mengambil faedah ayat-ayat Allah. Sebagaimana yang Allah gambarkan dalam surat Ali Imran 3; 190-191:
’Í<'ρT[{ ;M≈tƒUψ Í‘$pκ¨]9$#uρ È≅øŠ©9$# É#≈n=ÏF÷z$#uρ ÇÚö‘F{$#uρ ÏN≡uθ≈yϑ¡¡9$# È,ù=yz ’Îû āχÎ) ’Îû tβρã¤6x&tGtƒuρ öΝÎγÎ/θãΖã_ 4’n?tãuρ #YŠθãèè%uρ $Vϑ≈uŠÏ% ©!$# tβρãä.õ‹tƒ tÏ%©!$# . É=≈t6ø9F{$# z>#x‹tã $oΨÉ)sù y7oΨ≈ysö6ß™ WξÏÜ≈t/ #x‹≈yδ |Mø)n=yz $tΒ $uΖ−/u‘ ÇÚö‘F{$#uρ ÏN≡uθ≈uΚ¡¡9$# È,ù=yz Í‘$¨Ζ9$#
26
Artinya: Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.
10. Allah menggandengkan dzikir dengan amalan-amalan shaleh lainnya, seperti dengan jihad. Sebagaimana yang Allah gambarkan dalam surat Al-Anfal 8; 45:
öΝä3‾=yè©9 #ZÏWŸ2 ©!$# (#ρãà2øŒ$#uρ (#θçFç6øO$$sù Zπt⁄Ïù óΟçGŠÉ)s9 #sŒÎ) (#þθãΖtΒ#u šÏ%©!$# $y㕃r'‾≈tƒ . šχθßsÎ=ø&è?
Artinya: Hai orang-orang yang beriman. apabila kamu memerangi pasukan (musuh), Maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung. Dari beberapa ayat Al-Qur’an tersebut di atas, sudah jelaslah bahwa Allah SWT memerintahkan kita supaya banyak berdzikir kepadaNya serta menegaskan bahwa dzikir itu adalah suatu rangka dari kesempurnaan iman yang harus dikekalkan oleh hamba-hamba-Nya yang beriman dan dengan berdzikrulah hati menjadi tenang. Dan orang-orang yang lalai dalam mengingat Allah maka dia akan menjadi temannya setan. Walhasil, orang Mu’min yang benar-benar
27
beriman kepada Allah dan ingin memperoleh kesempurnaan imannya, maka dia tidak akan melengahkan untuk selalu ber-dzikrullah.17 Adapun dalil hadits yang menegaskan tentang ber-dzikir antara lain:
ْbc َ َ WَQَfKَ b ِ Iْ ك ِ َرQَSjُ ْbc َ ُ دَا ُو َدI َأQَywَ Y` h َ ٍ Kِ رَاb ُ Iْ Yُ N`
َ jُ Qَywَ Y` h َ dِ _ْ َc َ dُ `W اJ` َ \ Sِ y` Wْ اbc َ . ٍ mَ ْ َأbc َ ٍ mَ َأb ِ Iْ Uِ gْ Iَ \ِI َأb ِ Iْ dِ `W اYِ _ْ Sَ c ُ \ِyKَ Qَ ْ َأوQًjْZَ \ِmUَ ْ َذ َآbjَ ِرQ`yWْ اbjِ ُاUِ ْ َأdُ `Wل ا ُ ُVZَ ل َ QَR َ `O َ َو ٌZِU َ ٌb َh َ ٌZِYh َ ل َهَا َ QَR [ٍjQَVjَ \ِK Artinya : Dari Anas ra dari Nabi saw., beliau bersabda : Allah berfirman : "Keluarkanlah dari neraka orang yang ingat kepadaKu pada suatu hari atau takut kepadaKu pada suatu tempat".18
ْbc َ ٍ WِQَ \ِIْ َأbc َ ِ Nَ c ْ َWْ ْ اbc َ َ Zَ ِوQَGjُ ُI َأQَywَ Y` h َ ٍ Zْ Uَ ُ ُآI َأQَywَ Y` h َ J` َ dِ `Wل ا ُ ُOل َر َ QَR :ل َ QَR ي ْ ِرY ُ Wْ اYٍ _ِGO َ \ِIْ َأbc َ ْ َة َأوUَ Zْ Uَ ِ\ ُهIَأ ب ِ Q`£ْ ُآbc َ Qًf ُ Kُ ض ِ َْرWْ ِ\ اK b َ _h ِ Q`_O َ ً gَ ِ Qَjَ dِ `Wِ ن ` ` َ ِإO َ َوdِ _ْ َc َ dُ `Wا ْgُ £ِ _َ ¨ْ Iُ JَW§ا ِإNُ َدوْا َهQَy¦َ dَ `Wن ا َ ُوUْ ُآZَ QًjَاRْ ُوا َأY َ ذَا َو¥ِKَ س ِ Q`yWا \ْ ٍء َ ي َأJَc َ dُ `Wل ا ُ ُV_َ Kَ Qَ_mْ Y§ W ِء اQَN ` W اJَW ِ¬ْ ِإIِ ن َ §«
ُ _َ Kَ ن َ ُ©_ِª_َ Kَ ¯ َ mَ ُوYª Nَ Zُ ¯ َو َ mَ ُوYNَ
ْ Zَ ْ ُهQَy ْآUَ ¦َ ن َ ُWُV_َ Kَ ن َ ُGyَ ® ْ Zَ دِيQَSc ِ ْ£ُ ْآUَ ¦َ ْWَ q َ _ْ gَ Kَ ل ُ ُV_َ Kَ ل َ QَR QَW ن َ ُWُV_َ Kَ \ِmْْ َرَأو°¬َ Kَ ل ُ ُV_َ Kَ ل َ QَR ¯ َ mَ ُوUْ ُآZَ َو Y` َ ا َوَأYً _ِªNْ ¦َ Y` َ ًا َوَأY_ِN
ْ ¦َ Y` َ ُا َأmQَgWَ ك َ ْْ َرَأوWَ ن َ ُWُV_َ Kَ ل َ QَR \ِmَْرَأو َ y`ª َ Wْ ن ا َ ُSُ± ْ Zَ ن َ ُWُV_َ Kَ ل َ QَR ن َ ُSُ± ْ Zَ \ْ ٍء َ ي § ل َوَأ ُ ُV_َ Kَ ل َ QَR ًاU¯ ِذ ْآ َ Wَ Qَْ َرَأوْهWَ q َ _ْ gَ Kَ ل ُ ُV_َ Kَ ل َ QَR QَW ن َ ُWُV_َ Kَ ل َ QَR Qَْ َرَأوْه°ل َو َه ُ ُV_َ Kَ ل َ QَR ل َ QَR QًْUh ِ Qَ¬_ْ َc َ Y` َ َوَأQًSَT َ Qَ¬Wَ Y` َ ُا َأmQَgWَ Qَْ َرَأوْهWَ ن َ ُWُV_َ Kَ ل َ QَR ل ُ ُV_َ Kَ ل َ QَR ِرQ`yWْ اbjِ ن َ `ذُوGَ £َ Zَ ُاWQَR ن َ `ذُوGَ £َ Zَ \ْ ٍء َ ي ْ َأbNِ Kَ ل ُ ُV_َ Kَ Qَْ َرَأوْهWَ ن َ ُWُV_َ Kَ Qَْ َرَأوْهWَ q َ _ْ gَ Kَ ل ُ ُV_َ Kَ QَW ن َ ُWُV_َ Kَ Qَْ َرَأوْه°َه ل ُ ُV_َ Kَ ل َ QَR §ذًاGَ ¦َ Qَ¬yْ jِ Y` َ َوَأQًKْ َ Qَ¬yْ jِ Y` َ َوَأQًIUَ َهQَ¬yْ jِ Y` َ ُا َأmQَgWَ 17 Perintah-Perintah Dzikir dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits, (online), http:www//nuralmukmin.com, diakses tanggal 10 September 2009. 18 Abi Isa Muhammad bin Saurah, Sunan al-Tirmidzî, Juz III (Beirut: Darul Fikri, 19994), 265.
28
ْWَ َءQ`± َ Wْ اQًmQَKُ ْ¬ِ _ِK ن ` ن ِإ َ ُWُV_َ Kَ ْ¬ُ Wَ ت ُ ْU«َ َ ْYRَ \m ُآْ َأYُ ¬ِ ْ \ ُأm¥ِKَ ٌ_ِ َ ْ¬ُ Wَ JَVa ْ Zَ QَW ْ ُمVَ Wْ ل ُهْ ا ُ ُV_َ Kَ ٍ َ Qَ
Wِ ْ َء ُهQَ QَNm`دْ ُهْ ِإUِ Zُ Artinya Dari Abu Hurairah ra., ia berkata : Ra;uluilah saw bersabda : "Sesungguhnya Allah mempunyai malaikat yang mondar mandir di jalan mencari ahli dzikir. Apabila mereka mendapat kaum yang sedang berdzikir kepada Allah mereka memanggil-manggil : "Marilah kepada keperluanmu". Beliau bersabda : "Malaikat itu mengitari dengan sayap mereka ke langit dunia. Beliau bersabda : Tuhan mereka berfirman pada hal Dia lebih mengetahui tentang mereka : "Apakah yang diucapkan oleh para hambaKu?". Beliau bersabda : Malaikat menjawab : "Mereka sedang me Maha Sucikan Mu, me Maha Besarkan Mu, memujiMu dan me Maha Muliakan Mu". Tuhan berfirman : "Apakah mereka melihat Ku?". Beliau bersabda : "Mereka menjawab : "Tidak, demi Allah mereka tidak melihatMu". Beliau bersabda : "Tuhan berfirman : "Bagaimana seandainya mereka melihatKu?". Beliau bersabda : "Mereka menjawab: "Seandainya mereka melihatMu, niscaya mereka lebih beribadah kepadaMu, lebih memuliakan, lebih memuji dan lebih mensucikanMu". Beliau bersabda : Tuhan berfirman : "Apakah yang mereka pinta kepadaKu?". Beliau bersabda : "Mereka meminta surga kepada Mu". Beliau bersabda : "Mereka menjawab : "Apakah mereka melihatnya?" Beliau bersabda : Malaikat menjawab : "Tidak, demi Allah mereka tidak melihatnya". Tuhan berfirman : "Bagaimanakah seandainya mereka melihatnya ?". Beliau bersabda : "Mereka menjawab : "Seandainya mereka melihatnya, niscaya mereka lebih loba terhadapnya, lebih meminta dan lebih gemar terhadapnya". Tuhan berfirman : "Terhadap apa mereka berlindung ?". Beliau bersabda : Malaikat menjawab : "Dari neraka". Beliau bersabda : Tuhan berfirman: "Apakah mereka melihatnya ?". Beliau bersabda : "Mereka menjawab : "Tidak, demi Allah wahai Tuhan, mereka tidak melihatnya". Beliau bersabda : Tuhan berfirman : "Bagaimanakah seandainya mereka melihatnya ?". Beliau bersabda" : Mereka menjawab : "Seandainya mereka melihatnya, niscaya mereka lebih sangat lari dan sangat takut". Beliau bersabda : "Tuhan berfirman : "Aku persaksikan kepadamu bahwa Aku telah mengampuni mereka". Beliau bersabda : "Salah satu malaikat berkata: "Diantara mereka ada Fulan yang bukan dari golongan mereka. Kedatanganya hanya karena ada keperluan". Tuhan berfirman :
29
"Mereka teman-teman duduk, dimana orang yang duduk bersama mereka tidak celaka".19
b ِ Iْ Yِ WِQَ ْbc َ Uٍ _ِ
Iَ ْbc َ ُ _` Vِ Iَ Qَywَ Y` h َ ل َ QَR ن َ QَN´ْ c ُ b ُ Iْ ُوUNْ c َ QَmUَ Sَ ْ َأ J` َ dِ `Wل ا َ ُOن َر ` َ َأ َ Sَ c َ b ِ Iْ ِوUNْ c َ ْbc َ َةU` jُ b ِ Iْ Uِ _ِ´ْ َآbc َ ن َ َاYGْ jَ ° ` َ `[ َوc َ dُ `W اJَyIَ dِ _ِK dُ `W اUُ ْ َآZُ ًاYª ِ ْ jَ Jyَ Iَ ْbjَ ل َ QَR َ `O َ َوdِ _ْ َc َ dُ `Wا . ِ y`ª َ Wْ ِ\ اK Qً£_ْ Iَ dُ Wَ Artinya: mengkabarkan kepada kami ‘Amru ibn Utsman diceritakan kepada kami Baqiyah dari Bahir dari Khalid dari Ma’dan dari Katsie bin Murrah dari ‘Amr dari ‘Abasah sesungguhnya Rasulullah SAW. bersabda: “barang siapa membangun sebuah masjid yang di dalamnya untuk berdzikir kepada Allah (maka) Allah akan membangunkan baginya rumah di Surga.20 :
ْbc َ dِ `W اYِ Sْ c َ b ِ Iْ Yِ Zْ Uَ Iُ ْbc َ َ jَ QَOُ ُأI َأQَywَ Y` h َ ِءQَGَ Wْ اb ُ Iْ Yُ N`
َ jُ Qَywَ Y` h َ dُ `W اJ` َ \ § Sِ y` Wل ا َ QَR :ل َ QَR dُ yْ c َ dُ `W\ ا َµ ِ َرJَOُj \ِIْ َأbc َ ْ َد َةUIُ \ِIَأ \
َ Wْ ا° ُ ´َ jَ dُ I` َرUُ ْ ُآZَ QَW ِيW` وَاdُ I` َرUُ ْ ُآZَ ِيW` ا° ُ ´َ jَ َ `O َ َوdِ _ْ َc َ .M ِ _Nَ Wْ وَا Artinya: Telah berkata kepada kami Muhammad Ibny al-‘Ala’ telah berkata kepada kami Abu Usamah dari Buraid dari Abdullah dari Abi Burdah dari Abi Musa ra berkata: Rasulaullah SAW. bersabda: “Perumpamaan orang-orang yang dzikir kepada Allah dengan yang tidak, adalah seperti orang yang hidup dengan yang mati”.21 Dzikir itu, ialah: segala lafadz (ucapan) yang disukai para ummat membacanya dan membanyakkan membacanya untuk menghasilkan jalan mengingat dan mengenang akan Allah,22 seperti lafazh-lafazh al-baqiyatu al-shalihatu, yaitu:
19
Abi Isa Muhammad bin Saurah, Sunan al-Tirmidzî, Juz V, 344. Jalaluddin al-Suyuti, Sunan al-Nasaî, Juz II (Beirut: Darul Fikri, 1990), 34. 21 Imam Abi Abdillah Muhammad Ibnu Ismail ibn Ibrahim, Shahîh Bukhâri, Juz 2 (Beirut: Darul Fikri, 1994), 23. 22 Al-Asqolani, Ibnu Hajar, Fathu al-Bârî Syarah Shahih Bukhori (Beirut: Daru Ilmiyah, t.t.), 20
30
.Uُ Sَ َأ ْآr ُ وَاr ُ اs ` ِإdَ Wَ ِإs َ َوr ِ Yُ Nْ
َ Wْ وَاr ِ نا َ Qَ
Sْ O ُ Artinya: saya akui kesucian Allah, segala puji dan sanjung kepunyaanNya. Tak ada Tuhan yang sebenarnya berhak disembah melainkan Allah dan Allah itu Maha Besar. Dan dihubungkan dengan yang demikian ini:
r ِ QِI s ` ` َة ِإRُ s َ َوs َ ْh َ s َ Artinya: Tidak ada daya upaya untuk menolah sesuatu kemelaratan dan mendatangkan sesuatu kemanfa’atan melainkan dengan Allah jua. (Tak ada tempat berlindung melainkan dengan-Nya sendiriNya).
ِ _ْ h ِ U` W اb ِ Nَ h ْ U` W اr ِ ْـ ِ اIِ Artinya: Aku memulai segala usahaku, segala pekerjaan dan perbuatanku dengan nama Allah sendiri-Nya (dengan bukan atau atas namaku), yang maha pemurah dan maha pengasih.
° ُ _ْ َ ِآWْ ْــ َ اGmِ َوr ُ \ا َ Sِ ْh َ Artinya: Allah, tuhan semesta alam cukum bagiku, aku tak perlu kepada yang selain-Nya dan Dialah sebaik-baik penjaga yang menjaga kemaslahatan dan kemanfa’atanku.
َ _ْ · ِ Gَ Wْ اr َ اUُ «ِ ¨ْ £َ O ْ َأ Artinya: Saya memohon ampun kepada Allah yang Maha Besar. Al-Hafizh berkata pula: “juga dinamai dzikir (dipandang berdzikir), mengerjakan segala tugas agama yang diwajibkan Allah dan menjauhi segala larangan yang diperintahkan-Nya hamba supaya menjauhinya. Karena itu membaca al-Qur’an dan al-Hadits, mempelajari
31
ilmu-ilmu agama, melaksanakan shalat tathawu’, dinamakan juga dzikir”.23 Berkata Al-Fahrur Razy tentang dzikir yaitu: “Yang dikehendaki dengan sebutan lidah (berdzikir dengan lidah), ialah, menyebutkan katakata yang menunjukkan kepada tasbih (mensucikan Allah dari segala kekurangan), dan tahmid (memuliakan Allah dan membesarkan-Nya)”. Adapun yang dikehendaki dengan ingatan hati, ialah: memikirkan dalil-dalil ada-Nya Allah, dalil-dalil sifat-Nya, dalil-dalil perintah dan larangan-Nya, untuk dapat diketahui hukum-hukum-Nya dan rahasiarahasia yang terkandung dalam pembentukan alam. Yang
dikehendaki
dengan
sebutan
anggota,
ialah
mempergunakan segala anggota untuk segala rupa tha’at. Lantaran demikian dinamailah sembahyang jum’at dengan dzikir. Berfirman Allah SWT.
(9 :GNªW )ا. r ِ اUِ ِذ ْآـJَWْا ِإGَ O ْ QَK Artinya: Maka bersegeralah kamu kepada dzikir Allah (mengingat, menyebut akan Allah. (al-Jum’ah: 9). Yang dikehendaki dengan dzikir atau menyebut Allah dalam ayat ini, ialah sembahyang jum’at. Ringkasnya, dzikir itu adakalanya mengingat dan mengenangkan nikmat Allah, adakalanya menyebut nama-Nya menurut kaifiat yang disyariatkan. 23
Teungku M Hasbi Ash-Shiddieqy, Pedoman Dzikir dan Do’a, 38.
32
Kemudian yang perlu pula ditegaskan, bahwa menyebut Allah, menghendaki supaya para penyebut itu memperhatikan Tuhan yang disembah (disebut) itu, mengenangi-Nya, merasa takut kepada-Nya, mengharap dan meyakini bahwa manusia seluruhnya adalah dalam genggaman yang Maha berkuasa, serta menurut kehendak-Nya. Dzikir merupakan upaya untuk membersihkan hati dari kotoran dan kelalaian. Pembersihan dari hal tersebut adalah wajib, maka memasuki tarekat, wajib hukumnya. Sedang apabila dzikir itu sekedar untuk amalan saja artinya sekedar untuk menambah ibadah saja, maka hukumnya adalah mustahab (sunnah). Tetapi kalau benar masuk tarekat itu hukumnya mustahab, lalu dari mana hati ini akan mengetahui cara untuk mengagungkan keagungan Allah, kalau di dalamnya terdapat kelalaian. Sesuatu yang sulit tentunya. Karena tingkatan kadar keimanan seseorang itu tergantung pada kadar kebersihan hatinya. Tingkatan kebersihan hatinya tergantung pada kadar kejujurannya. Tingkatan kejujuran tergantung pada kadar keikhlasannya. Dan tingkatan keikhlasan tergantung pada kadar keridlo-annya terhadap apa yang telah diberikan Allah kepadanya.” Demikian keterangan Ra’is ‘Am tentang thoriqoh.24 Yang mencakup dalam kajian dzikir di antaranya adalah: a. Tahlil
24
Dasar Talqin dan Dzikir, (online), http://29Online.com, Khamis, 1 Dzulhijjah 1430 H 19 November 2009. diakses tanggal 10 September 2009.
33
Tahlil ialah: mengakui bahwasannya Allah SWT tidak berhajat kepada yang selain-Nya, suci dari segala kekurangan, sedang segala yang selain-Nya itu, berhajat kepada-Nya.25 Lafazhnya ialah:
.r ُ اs ` ِإdَ Wَ ِإs َ Artinya: Tak ada Tuhan yang sebenarnya berhak disembah melainkan Allah. Tegasnya, makna tahlil, ialah: mengakui ke-Esaan Allah dan kesucian-Nya dari menyerupai barang baharu, dari segala kekurangan, dengan menyebut lafazh “Lâ ilâha illallâh”. Dalil khas yang menegaskan kewajiban para ummat untuk senantiasa bertahlil, ialah: sabda Nabi Muhammad SAW:
.r ُ اs ` ِإdَ Wَ¸ ِإ َ Iِ ْgُ mَ QَNZْ دُوا ِإY َ Artinya: Senantiasalah kamu memperbaharui imanmu dengan ucapan laa ilaha illallah (tak ada Tuhan yang sebenarnya berhak disembah melainkan Allah). b. Tasbih dan taqdis Tasbih ialah: mengakui kesucian Allah dari segala yang tidak layak bagi-Nya dan mengakui kesucian Allah dari segala kekurangan.26 Lafazhnya ialah:
.r ِ نا َ Qَ
Sْ ُـO Artinya: Maha suci Allah (saya akui kesucian Allah).
25 26
Ibid. Ibid.
34
Inilah asal-asalnya yang dimaksudkan dengan perkataan tasbih dengan arti dzikir. Yakni sering juga dipakai perkataan tasbih itu untuk mengganti perkataan dzikir yang banyak macamnya itu. Bahkan sering juga perkataan tasbih, dikehendaki dengan dia sembahyang sunnah dan fardlunya. Dari dinamai “sembahyang tasbih” dengan “sembahyang tasbih”, adalah karena mengingat banyaknya lafazh tasbih yang diucapkan di dalam sembahyang itu. Juga perkataan “tasbih” ada pula diartikan dengan “puji”. Perngertian taqdis ialah: sama dengan pengertian “tasbih”. Yakni mensucikan Allah dari segala yang disifatkan musyrikin dan atau yang dikatakan oleh kaum kafir. Lafazhnya ialah:
.ح ِ ْوU§ W ِ وَاgَ ِ ¸ َ Nَ Wْ ب ا § َرQَyI§ وْسٌ َرY§ Rُ ٌ§حSO ُ Artinya: Maha suci Allah, Maha besar Allah, dari segala kekurangan, Dialah Tuhan kamu, Tuhan segala Malaikat dan Tuhan segala jiwa. Adapun dalil yang menegaskan tentang perintah dan anjuran untuk bertasbih dan bertasdiq ialah:
∩⊆⊄∪ ¸ξ‹Ï¹r&uρ Zοtõ3ç/ çνθßsÎm7y™uρ
Artinya: dan bertasbihlah kepada-Nya diwaktu pagi dan petang. (QS. AlAhzab: 42) c. Takbir
35
Takbir ialah: mengakui kebesaran Allah Tuhan yang menciptakan alam.27 Lafaznya ialah:
.Uُ َـS َأ ْآr ُ ا Artinya: Allah itu paling Besar dari segala yang besar. Adapun dalil yang menjelaskan tentang perintah bertakbir ialah:
ä3tƒ óΟs9uρ Å7ù=ßϑø9$# ’Îû Ô7ƒÎŸ° …ã&©! ä3tƒ óΟs9uρ #V$s!uρ õ‹Ï‚−Gtƒ óΟs9 “Ï%©!$# ¬! ߉ôϑptø:$# È≅è%uρ . #MÎ7õ3s? çν÷Éi9x.uρ ( ÉeΑ—%!$# zÏiΒ @’Í
.b َ _ْ Nِ WَQَGWْ ب ا َرr ِ Yُ Nْ
َ Wْ ا Artinya: Segala puji-pujian hanya bagi Allah, Tuhan yang memelihara alam. Agama menyuruh kita bertahmid, adalah untuk menyatakan kesyukuran kita kepada Allah. Untuk menyatakan yang demikian itu, agama mempergunakan kalimat “Alhamdulillah”. Dengan karena itu,
27
Ibid. Al-Qur’an surat al-Isra’: 111. 29 Dasar Talqin dan Dzikir, (online). 28
36
menjadilah kalimat hamdalah kaimat yang dipergunakan agama untuk melahirkan kesyukuran (kalimat puji dan syukur). Tegasnya, kalimat “alhamdulillah” adalah kalimat yang sudah ditetapkan agama buat menyatakan puji dan syukur kepada Allah. Kita para hamba memang diperintahkan benar menyebut Allah dan mensyukuri-Nya. Adapun dalil yang menegaskan tentang kalimat hamdalah ialah:
. Èβρãà&õ3s? Ÿωuρ ’Í< (#ρãà6ô©$#uρ öΝä.öä.øŒr& þ’ÎΤρãä.øŒ$$sù Artinya: karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya aku ingat (pula) kepadamu[98], dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku. (al-Baqarah: 152) Tidak sedikit jumlah ayat yang menyuruh kita supaya memuji Allah dengan lisan, sebagaimana banyak pula ayat yang memrintahkan kita supaya mensyukuri Allah dengan hati dan anggota. e. Hauqalah Hauqalah ialah: mengakui bahwa tak ada yang dapat memalingkan hamba dari ma’shiyat selain dari Allah sendiri dan tak ada kekuatan bagi hamba untuk melaksanakan tha’at melainkan dengan taufiqk-Nya jua.30 Lafazhnya ialah:
.r ِ QِI s ` ` َة َإRُ s َ َوs َ ْh َ s َ Artinya: Tak ada daya upaya dan tak ada tenaga kekuatan, melainkan dengan Allah.
30
Ibid.
37
Berkata an-Nawawy: “lâ haula wa lâ quwwata illâ billâh”, itulah kalimat yang dipergunakan untuk menyerah diri dan menyatakan bahwa kita tiada mempunyai hak untuk memiliki suatu urusan. Inilah kalimat yang menyatakan bahwa seseorang hamba tiada mempunyai daya upaya untuk menolak sesuatu kejahatan (kemelaratan) dan tiada mempunyai daya kekuatan untuk menghela mandatangkan kebajikan kepada dirinya, melainkan dengan qudrat iradat Allah juga. f. Hasbalah Hasbalah ialah: mengaku bahwa tempat berpegang dan bergantung seseorang hamba, hanya Allah saja. Dan bahwa berpegang kepada Allah itu mencukupi; tidak memerlukan kepada sesuatu pegangan lain.31 Lafazhnya ialah:
.° ُ _ْ َ ِآWْ َ اGْ mِ َوr ُ \ا َ Sِ ْh َ Artinya: Allah tuhan semesta alam cukup bagiku, tak perlu aku kepada selain-Nya, dan Dialah sebaik-baik penjaga yang menjaga segala kemaslahatan dan kamanfa’atan. g. Basmalah Basmalah ialah: mengharap semoga pekerjaan yang akan kita kerjakan itu diberkahi Allah serta memohon supaya pekerjaan kita itu dapat kita laksanakan dan menerangkan bahwa perbuatan itu kita lakukan atas nama Allah. Lafazhnya ialah:
.ِ _ْ h ِ U` W اb ِ Nَ h ْ U` W اr ِ ْـ ِ اIِ
31
Ibid.
38
Artinya: aku memulai amalanku dengan menyebut nama Allah yang pemurah lagi penyayang, bukan dengan namaku. Aku memperoleh tenaga dan inayat dari pada-Nya sendiri. Sekiranya tak ada ‘inayat-Nya, tentulah aku tak dapat berbuat apa-apa. Maka apabila seseorang membaca basmalah, hendaklah dia membacanya pada permulaan setiap macam pekerjaan yang akan dikerjakannya, sambil mengingat dalam hati akan maknaynya.
B.
Manfaat Dzikir Satu kepastian bahwa dzikir dan do’a adalah sebaik-baik amalan yang mendekatkan diri seorang muslim kepada Rabbnya, bahkan ia merupakan kunci semua kebaikan yang diinginkan seorang hamba disunia dan akhirat. Kapan saja yang Alah Ta’ala berikan kunci ini pada seorang hamba maka Allah Ta’ala inginkan ia membukanya dan jika Allah menyesatkannya maka pintu kebaikan tersisa jauh darinya, sehingga hatinya gundah gulana, bingung, pikiran kalut, depresi dan lemah semangat serta segala perbuatannya menjadi tidak teratur. Apabila ia menjaga dzikir dan do’a serta terus berlindung kepada Allah maka hatinya akan tenang. Banyak
manfaat
dzikir
di
antaranya
Ibnu
al-Qoyyim
Rahimahullah mengatakan bahwa dzikir memiliki tujuh puluh tiga manfaat yaitu: 1.
Mengusir setan dan menjadikannya kecewa.
2.
Membuat Allah ridah.
39
3.
Menghilangkan rasa sedih,dan gelisah dari hati manusia.
4.
Membahagiakan dan melapangkan hati.
5.
Menguatkan hati dan badan.
6.
Menyinari wajah dan hati.
7.
Membuka lahan rezeki.
8.
Menghiasi orang yang berdzikir dengan pakaian kewibawaan, disenangi dan dicintai manusia.
9.
Melahirkan kecintaan.
10.
Mengangkat manusia ke maqam ihsan.
11.
Melahirkan inabah, ingin kembali kepada Allah.
12.
Orang yang berdzikir dekat dengan Allah.
13.
Pembuka semua pintu ilmu.
14.
Membantu seseorang merasakan kebesaran Allah.
15.
Menjadikan seorang hamba disebut disisi Allah.
16.
Menghidupkan hati.
17.
Menjadi makanan hati dan ruh.
18.
Membersihkan hati dari kotoran.
19.
Membersihkan dosa.
20.
Membuat jiwa dekat dengan Allah.
21.
Menolong hamba saat kesepian.
22.
Suara orang yang berdzikir dikenal di langit tertinggi.
23.
Penyelamat dari azab Allah.
24.
Menghadirkan ketenangan.
40
25.
Menjaga lidah dari perkataan yang dilarang.
26.
Majlis dzikir adalah majlis malaikat.
27.
Mendapatkan berkah Allah dimana saja.
28.
Tidak akan merugi dan menyesal di hari kiamat.
29.
Berada dibawah naungan Allah dihari kiamat.
30.
Mendapat pemberian yang paling berharga.
31.
Dzikir adalah ibadah yang paling afdhal.
32.
Dzikir adalah bunga dan pohon surga.
33.
Mendapat kebaikan dan anugerah yang tak terhingga.
34.
Tidak akan lalai terhadap diri dan Allah pun tidak melalaikannya.
35.
Dalam dzikir tersimpan kenikmatan surga dunia.
36.
Mendahului seorang hamba dalam segala situasi dan kondisi.
37.
Dzikir adalah cahaya di dunia dan ahirat.
38.
Dzikir sebagai pintu menuju Allah.
39.
Dzikir merupakan sumber kekuatan qalbu dan kemuliaan jiwa.
40.
Dzikir merupakan penyatu hati orang beriman dan pemecah hati musuh Allah.
41.
Mendekatkan kepada ahirat dan menjauhkan dari dunia.
42.
Menjadikan hati selalu terjaga.
43.
Dzikir adalah pohon ma’rifat dan pola hidup orang shalih.
44.
Pahala berdzikir sama dengan berinfak dan berjihad dijalan Allah.
41
45.
Dzikir adalah pangkal kesyukuran.
46.
Mendekatkan jiwa seorang hamba kepada Allah.
47.
Melembutkan hati.
48.
Menjadi obat hati.
49.
Dzikir sebagai modal dasar untuk mencintai Allah.
50.
Mendatangkan nikmat dan menolak bala.
51.
Allah dan Malaikatnya mengucapkan shalawat kepada pedzikir.
52.
Majlis dzikir adalah taman surga.
53.
Allah membanggakan para pedzikir kepada para malaikat.
54.
Orang yang berdzikir masuk surga dalam keadaan tersenyum.
55.
Dzikir adalah tujuan prioritas dari kewajiban beribadah.
56.
Semua kebaikan ada dalam dzikir.
57.
Melanggengkan dzikir dapat mengganti ibadah tathawwu’.
58.
Dzikir menolong untuk berbuat amal ketaatan.
59.
Menghilangkan rasa berat dan mempermudah yang susah.
60.
Menghilangkan rasa takut dan menimbulkan ketenangan jiwa.
61.
Memberikan kekuatan jasad.
62.
Menolak kefakiran.
63.
Pedzikir merupakan orang yang pertama bertemu dengan Allah.
64.
Pedzikir tidak akan dibangkitkan bersama para pendusta.
65.
Dengan dzikir rumah-rumah surga dibangun, dan kebun-kebun surga ditanami tumbuhan dzikir.
42
66.
Penghalang antara hamba dan jahannam.
67.
Malaikat memintakan ampun bagi orang yang berdzikir.
68.
Pegunungan dan hamparan bumi bergembira dengan adanya orang yang berdzikir.
C.
69.
Membersihkan sifat munafik.
70.
Memberikan kenikmatan tak tertandingi.
71.
Wajah pedzikir paling cerah didunia dan bersinar di ahirat.
72.
Dzikir menambah saksi bagi seorang hamba di ahirat.
73.
Memalingkan seseorang dari membincangkan kebathilan.32
Adab berdzikir Adapun 5 (lima ) adab yang harus diperhatikan sebelum berdzikir adalah; 1. Taubat, yang hakekatnya adalah meninggalkan semua perkara yang tidak berfaedah bagi dirinya, baik yang berupa ucapan, perbuatan, atau keinginan. 2. Mandi dan atau wudlu. 3. Diam dan tenang. Hal ini dilakukan agar di dalam dzikir nanti dia dapat memperoleh shidq, artinya hatinya dapat terpusat pada bacaan Allah yang kemudian dibarengi dengan lisannya yang mengucapkan Lailaaha illallah.
32
73 manfaat dzikir bagi manusia, (online), Kamis Legi, 19 November 2009 1 Dzulhijjah 1430H. agissugiana.wordpress.com, di akses 10 Nopember 2009.
43
4. Menyaksikan dengan hatinya ketika sedang melaksanakan dzikir terhadap himmah syaikh atau guru mursyidnya. 5.
Menyakini bahwa dzikir thariqoh yang didapat dari syaikhnya adalah dzikir yang didapat dari Rasulullah Saw, karena syaikhnya adalah naib (pengganti ) dari beliau. Sedangkan 12 (dua belas) adab yang harus diperhatikan
pada saat melakukan dzikir adalah; 1. Duduk di tempat yang suci seperti duduknya di dalam shalat.. 2. Meletakkan kedua telapak tangannya di atas kedua pahanya. 3. Mengharumkan tempatnya untuk berdzikir dengan bau wewangian, demikian pula dengan pakaian di badannya. 4. Memakai pakaian yang halal dan suci. 5. Memilih tempat yang gelap dan sepi jika memungkinkan. 6. Memejamkan kedua mata, karena hal itu akan dapat menutup jalan indra dzahir, karena dengan tertutupnya indra dzahir akan menjadi penyebab terbukanya indra hati/bathin. 7. Membayangkan pribadi guru mursyidnya diantara kedua matanya. Dan ini menurut ulama thariqoh merupakan adab yang sangat penting.
44
8. Jujur dalam berdzikir. Artinya hendaknya seseorang yang berdzikir itu dapat memiliki perasaan yang sama, baik dalam keadaan sepi (sendiri) atau ramai (banyak orang). 9.
Ikhlas, yaitu membersihkan amal dari segala ketercampuran. Dengan kejujuran serta keikhlasan seseorang yang berdzikir akan sampai
derajat
ash-shidiqiyah
dengan
syarat
dia
mau
mengungkapkan segala yang terbesit di dalam hatinya (berupa kebaikan dan keburukan) kepada syaikhnya. Jika dia tidak mau mengungkapkan hal itu, berarti dia berkhianat dan akan terhalang dari fath (keterbukaan bathiniyah). 10. Memilih shighot dzikir bacaan La ilaaha illallah , karena bacaan ini memiliki keistimewaan yang tidak didapati pada bacaan- bacaan dzikir syar’i lainnya. 11. Menghadirkan makna dzikir di dalam hatinya. 12. Mengosongkan hati dari segala apapun selain Allah dengan La ilaaha illallah , agar pengaruh kata “illallah” terhujam di dalam hati dan menjalar ke seluruh anggota tubuh. Dan 3 (tiga) adab setelah berdzikir adalah; 1. Bersikap tenang ketika telah diam (dari dzikirnya), khusyu’ dan menghadirkan hatinya untuk menunggu waridu al-dzkir. Para ulama thariqoh berkata bahwa bisa jadi waridudz-dzikr datang dan
45
sejenak memakmurkan hati itu pengaruhnya lebih besar dari pada apa yang dihasilkan oleh riyadlah dan mujahadah tiga puluh tahun. 2.
Mengulang-ulang pernapasannya berkali-kali. Karena hal ini – menurut ulama thariqoh lebih cepat menyinarkan bashîrah, menyingkapkan hijab-hijab dan memutus bisikan–bisikan hawa nafsu dan syetan.
3. Menahan minum air. Karena dzikir dapat menimbulkan harârah (rasa hangat di hati orang yang melakukannya, yang disebabkan oleh syauq (rindu) dan tahyij (gairah) kepada al-madzkur/Allah SWT. yang merupakan tujuan utama dari dzikir, sedang meminum air setelah berdzikir akan memadamkan rasa tersebut.33
33
Dasar Talqin dan Dzikir, (online), http://29Online.com, Khamis, 1 Dzulhijjah 1430 H 19 November 2009. diakses tanggal 10 September 2009.
46
BAB III MAKNA DZIKIR FIDA’ DAN PANDANDANGAN MASYARAKAT DESA SUKOREJO TERHADAP DZIKIR FIDA’
H. Kondisi Umum Masyarakat Desa Sukorejo i.
Geografis Desa Sukorejo Murapakan salah satu desa dari 18 desa di wilayah Kecamatan Sukorejo Kabupaten Ponorogo, berada pada arah sebelah barat laut ± 10 Km dari kota Ponorogo. Desa Sukorejo memiliki 4 (empat) Dusun/Kamituwan, yaitu: Dusun Krajan, Dusun Dare, Dusun Blimbing dan Dusun Ngasinan. Posisi Desa Sukorejo berada di ibukota Kecamatan Sukorejo, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Golan, sebelah barat berbatasan dengan Desa Bangunrejo, sebelah utara berbatasan dengan Desa Gelanglor dan sebelah timur berbatasan dengan Desa Lengkong.34 Sebagai faktor pendukung sarana dan prasarana mobilitas pembangunan di Desa Sukorejo terdapat beberapa fasilitas umum / Instansi Pemerintahan Tingkat Kecamatan Sukorejo yang berlokasi di Desa Sukorejo adalah: Kantor Camat, Kantor Koramil, Kantor Kepolisian, Kantor KUA, Kantor Cabang Dinas P dan K, Kantor Puskesmas, Kantor KBKS, Kantor Bank Jatim (BPR) dan Kantor Bank Rakyat Indonesia (BRI). Instansi pemerintahan tersebut sesuai fungsi dan tugas pokoknya sebagai pelayan publik yang secara fisik mempunyai makna sebagai 34
Daftar Isian, Data Dasar Profil Desa / Kelurahan Desa Sukorejo Kecamatan Sukorejo Kabupaten Ponorogo, Pemda Kabupaten Ponorogo tahun 2008.
49
47
fasilitas pendukung wajah pembangunan masyarakat Desa Sukorejo, oleh karena keberadaan instansi tersebut sangat diperlukan dalam mendukung semua
aspek
pembangunan,
penyelenggaraan
pemerintahan
dan
pembangunan masyarakat secara luas di wilayah Kecamatan Sukorejo. Terkait dengan fasilitas umum, ada beberapa fasilitas yang belum terjangkau, secara geografis di wilayah Kecamatan Sukorejo belum ada fasilitas trasportasi umum, sehingga pengaruhnya sangat besar terhadap mobilitas pembangunan dan menjadi kerentanan (lamban) terhadap perkembangan dan pertumbuhan tata kehidupan sosial masyarakat. Di samping itu, ditandai pula belum memiliki pasar, belum ada lapangan olah raga yang memadai, belum ada lapangan kerja industri. Dari kondisi umum seperti dimaksud memberikan kesan pembangunan berjalan secara alami dan perubahan pembangunan yang lamban. Dicermati secara umum, bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat di wilayah Kecamatan Sukorejo masih terperangkap oleh fenomena sosial dan proses pembangunan masyarakat menjadi terhimpit oleh segala ketertinggalan dan keterbatasan. Secara makro sesuai dengan tuntutan pembangunan nasional yang berkembang maju, kenyataan di masyarakat menunjukkan populasi permasalahan pembangunan yang harus diangkat melalui kebijakan pembangunan yang berwawasan kesejahteraan sosial. Berdasarkan fakta sosial di atas, dikaji secara sosiologis bahwa kondisi gegografis masyarakat Desa Sukorejo dan umumnya wilayah Kecamatan Sukorejo berada dalam posisi yang terisolasi dan belum
48
memperoleh sentuhan kebijakan pembangunan secara optimal, sehingga proses pembangunan berkesan jalan di tempat, lamban dan terisolasi dari segala keterbatasan sarana dan prasarana umum yang belum didukung oleh sektor pembangunan secara makro, sehingga sulit untuk memajukan kesejahteraan masyarakat di kawasan wilayah Desa Sukorejo. ii.
Pemerintahan Penyelenggaraan pemerintahan Desa Sukorejo didukung oleh tersedianya sarana perkantoran, bangunan Balai Desa dan peralatan kantor relatif sudah cukup memadai. Bangunan Kantor Desa semi permanen, ada ruangan Kepala desa dan ruangan Sekretariat Desa (Sekdesa dan Kepala Urusan / Staf) Desa Sukorejo. Di samping itu didukung pula oleh sarana peralatan kantor, meja kursi, almari, mesin ketik manual dan satu perangkat komputer, sound system. Kondisi bangunan Balai Desa sesuai dengan fungsinya, Balai Desa Sukorejo sering digunakan pertemuan berbagai kepentingan pemerintah dan organisasi kemasyarakatan tingkat Kecamatan Sukorejo.35 Pada saat ini (2009), Desa Sukorejo dipimpin oleh seorang Kepada Desa bernama Supriyanto, berpendidikan SLTA, ber-Agama Islam, usia muda, merupakan hasil penjaringan Pilkadesa tahun 2007 yang dilaksanakan pada tanggal 24 Juni 2007. untuk masa bakti 2007 – 2013. Sedangkan
Sekretaris
Desa
dijabat
oleh
Slamet
Hardjomulyo,
berpendidikan SLTA, ber-Agama Islam, usia lebih tua dibanding dengan
35
Lihat transkrip Observasi :01/O/27-11/2009 dalam lampiran skripsi ini.
49
Kepala Desa (Supriyanto). Slamet Hardjomulyo menjabat sebagai Sekretaris Desa sejak tahun 1976 semapai sekarang (2009).36 iii.
Demografis / Kependudukan (Populasi) Profil Desa Sukorejo tahun 2008 mencatat jumlah penduduk Desa Sukorejo secara keseluruhan ada 4.941 jiwa, terdiri dari laki-laki 1.428 jiwa dan perempuan 2.509 jiwa, terdiri dari 1.428 KK (Kepala Keluarga). Tabel 1 Jumlah penduduk menurut golongan umur dan jenis kelamin Jenis kelamin
Umur (tahun)
36
Ibid.
Jumlah
Laki-laki
Perempuan
0–4
181
190
371
5–9
190
178
368
10 – 14
170
178
348
15 – 19
137
134
271
20 – 24
194
197
391
25 – 29
173
179
352
30 – 34
132
137
269
35 – 39
167
184
351
40 – 44
177
187
364
45 – 49
188
194
374
50 – 54
179
186
365
55 – 59
294
216
510
50
> 60
345
349
694
Jumlah
2.432
2.509
4.941
Sumber Data: Sekretariat Desa Sukorejo Berdasarkan data kependudukan di atas (tabel 1) dapat di analisa sebagai berikut: 1. Terhadap balita, anak, semuanya memerlukan perhatian yang cukup tentang kesejahteraan sosialnya (makan, pakaian, kesejahteraan, pendidikan) sehingga bisa tumbuh berkembang menjadi remaja yang memiliki kualitas sesuai dengan harapan masa depan. 2. Terhadap
usia
remaja
yang
seharusnya
difokuskan
kepada
kelangsungan pendidikan, dapat menamatkan SLTA hingga Perguruan Tinggi dan diperlukan biaya yang cukup besar sehingga tingkat kesejahteraan ekonomi keluarga akan berpengaruh sekali. 3. Terhadap usia dewasa lebih difokuskan kepada tanggung jawab dalam rumah tangga, dan menjadi tulang punggung / pengelola, sehingga dapat mendukung terwujudnya kesejahteraan sosial keluarga. 4. Terhadap usia lanjut (60 tahun) ke atas adalah menurunnya tingkat produktifitas kerja, oleh karena itu secara fisik tenaganya akan semakin berkurang, sehingga berpengaruh terhadap kondisi dan situasi kesejahteraan keluarga. Dari berbagai macam faktor usia, terdapat banyak sekali perbedaan antara masing-masing tingkat usia. Hal ini berpengaruh sekali terhadap kelangsungan kehidupan sehari-hari dalam tiap keluarga. Demikian halnya
51
dengan pengaruh terhadap kelangsungan kemasyarakat yang berkaitan dengan kegiatan kebersamaan dalam masyarakat. Mata pencaharian penduduk Desa Sukorejo secara umum adalah petani (mayoritas). Komposisi penduduk berdasarkan mata pencaharian diklasifikasikan sebagai berikut: Tabel 2 komposisi penduduk berdasarkan mata pencaharian (2008) No 1.
Mata pencaharian
Jumlah
Ket. (%)
- Perangkat Desa
21
1.04 %
- Pegawai Negeri Sipil
64
3.19 %
- ABRI
19
0.94 %
- Guru
42
2.09 %
Jasa pemerintahan
- Dokter
-
- Bidan
1
0.04 %
- Mantri Kesehatan
1
0.04 %
- Pensiunan ABRI / SIPIL
29
1.44 %
2.
Jasa Pegawai Swasta
370
18.46 %
3.
Jasa Pertanian / Petani
1.044
52.09 %
4.
Pekerja Jasa / Perdagangan
141
7.03 %
5.
Jasa Perdagangan - Warung
21
1.04 %
- Kios
92
4.59 %
52
- Toko 6.
7.
11
0.54 %
- Tukang Kayu
74
3.69 %
- Tukang Batu
49
2.44 %
- Tukang Jahit
9
0.44 %
- Tukang Cukur
4
0.19 %
- Persewaan
4
0.19 %
- Lain-lain
8
0.39 %
2.004
100 %
Jasa Ketrampilan
Jasa Lain-lain
Jumlah Sumber Data: Sekretariat Desa Sukorejo iv.
Kondisi Sosiologis Tingkat pendidikan masyarakat usia 10 tahun ke atas (3.044 jiwa) diklasifikasikan mulai dari buta huruf sampai tingkat kesarjanaan, dalam prosentase urutan jenjang pendidikan sebagai berikut: Tabel 3 Jumlah penduduk berdasarkan Tingkat Pendidikan No 1.
Jenjang Pendidikan Usia 10 tahun ke atas yang buta
Jumlah
Ket. (%)
207
6.80 %
419
13.47 %
1.847
60.67 %
344
11.30 %
huruf 2.
Tidak tamat SD sederajat
3.
Tamat SD sederajat
4.
Tamat SLTP sederajat
53
5.
Tamat SLTA sederajat
149
4.89 %
6.
Tamat D1
24
0,78 %
7.
Tamat D2
12
0.39 %
8.
Tamat D3
14
0.45 %
9.
Tamat Sarjana (S1)
19
0.62 %
10.
Tamat Pascasarjana (S2)
4
0.13 %
11.
Tamat Doktor
-
-
12.
Tamat Profesor
-
-
3.004
100 %
Jumlah Sumber Data: Sekretariat Desa Sukorejo
Sedangkan jumlah fasilitas pendidikan, mulai dari Play Group sederajat, TK sederajat, SD sederajat, SLTP sederajat dan SLTA sederajat yang ada di Desa Sukrejo bisa dilihat dalam tabel 4 berserta jumlah dan status dari pada instansi pendidikan tersebut. Sebagaimana tabel berikut: Tabel 4 Fasilitas Pendidikan Formal dan Non Formal Menurut Jenjang Pendidikan No
Jenjang Pendidikan
Jumlah
Status
Keterangan
1.
Play Group
1
Swasta
Aktif
2.
TK
4
Swasta
Aktif
3.
TPA
1
Swasta
Aktif
4.
SDN
3
Negeri
Aktif
5.
SDIT
1
Swasra
Aktif
6.
MTs
1
Swasta
Aktif
54
7.
Madrasah Aliyah
1
Swasta
Aktif
Jumlah
11 / 2
-
-
Sumber Data: Sekretariat Desa Sukorejo v.
Kehidupan Keagamaan Masyarakat Desa Sukorejo mayoritas beragama Islam atau 99.97%. Sedangkan beberapa orang saja yang memluk agama non Islam. Tabel 5 Jumlah Penduduk Berdasarkan Latar Belakang Agama No
Jenjang Pendidikan
Jumlah (orang)
Ket. (%)
4.900
99.97 %
1.
Islam
2.
Protestan
5
0.10 %
3.
Katolik
-
-
4.
Hindu
-
-
5.
Budha
1
0.02 %
4.906
100 %
Jumlah
Sumber Data: Sekretariat Desa Sukorejo Masyarakat Desa Sukorejo mayoritas memeluk Agama Islam dan secara kualitas dapat diklasifikasikan menjadi dua tingkatan, masyarakat beragama yang aktif melakukan ibadah dan masyarakat yang pasif atau tidak bisa melakukan ibadah secara baik. Kelompok yang kedua ini biasa disebut sebgai Islam abangan. Dalam kehidupan sosial untuk kedua versi kelompok Islam tersebut dapat menunjukkan kebersamaan secara baik sesuai dengan tata kehidupan bermasyarakat.
55
Masyarakat beragama (Islam) di Desa Sukorejo didukung oleh sarana / tempat beribadah berupa Masjid / Mushola (langgar) yang menyebar di empat dusun sebagai berikut: Tabel 6 Jumlah Masjid dan Mushala di Desa Sukorejo No
Dusun
Masjid
Mushala
Jumlah
1.
Krajan
4
13
17
2.
Dare
1
5
6
3.
Blimbing
2
10
12
4.
Ngasinan
1
5
6
Jumlah
8
33
41
Sumber Data: KUA Kecamatan Sukorejo Sejumlah delapan Masjid terdiri daru 1 Masjid Jami’ tingkat Kecamatan Sukorejo yang berlokasi di lingkungan Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Sukorejo, sedangkan 7 Masjid yang lainnya milik lingkungan masyarakat umum Desa Sukorejo. Ada beberapa kegiatan sosial keagamaan bagi masyarakat Desa Sukorejo yang dikembangkan pada setiap lingkungan RW/RT adalah sebagai berikut: 1. Kegiatan Yasinan dan Tahlilan Kegiatan Yasinan dan Tahlilan sudah menjadi tradisi dan dibudayakan oleh masyarakat Desa Sukorejo, dilaksanakan melalui Jama’ah Yasin tingkat RW/RT di seluruh Desa Sukorejo, baik
56
kelompok laki-laki maupun perempuan dilaksanakan secara rutin seminggu sekali secara bergiliran di rumah anggota Jama’ah Yasin. Kegiatan Yasinan dan Tahlilan dibentuk oleh warga RW/RT dengan struktur organisasi yang terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara dan anggota / jama’ah. 2. Kegiatan Ta’ziyah (Nglayat) Masyarakat Desa Sukorejo sangat peduli melakukan kegiatan ta’ziyah (nglayat) kepada keluarga yang sedang mengalami sakit atau kematian, terutama kepada tetangga dekat di lingkungan RW/RT. Ta’ziyah kepada keluarga duka, ketika ada kematian bagi tetangga dekat maka bagi tetangga yang lain segera melakukan ta’ziyah / datang dirumah duka menyampaikan ucapan berduka cita dan dukungan mental, membantu perawatan jenazah. Hadir ke rumah duka untuk mendo’akan arwah agar mendapatkan ampunan atas segala dosa dan diterima segala amal kebaikan dengan cara membacakan ayat-ayat suci al-Qur’an, membaca Tahlilan dan Yasinan hingga tujuh hari. Ta’ziyah kepada tetangga ketika ada tetangga yang sakit maka warga datang menjenguk dan mendo’akan untuk kesembuhannya. Kesadaran menjenguk kepada tetangga yang sedang sakit sering dimaknai sebgai perekat penjalin kerukunan sesama tetangga. Apabila ada warga yang membiasakan tidak mau hadir menjenguk kepada tetangga yang sedang sakit maka akan mendapatkan sangsi sosial yaitu
57
menjadi bahan perbincangan dan dinilai sebagai orang yang tidak peduli kepada kepentingan sosial. 3. Kegiatan Berdzikir / Dzikir Fida’ Masyarakat Desa Sukorejo selain kegiatan rutin berupa Tahlilan dan Yasinan yang diadakan secara rutin tiap minggu di setiap RW/RT, juga terdapat bentuk kegiatan keagamaan berupa Dzikir Fida’ yang diadakan setiap 35 hari oleh seluruh jama’ah Dzikir Fida’ di Desa Sukorejo. Dan kegiatan inilah yang nanti akan diteliti oleh peneliti dalam penelitian ini.37
I. Sejarah Berdirinya Dzikir Fida’ di Desa Sukorejo Kegiatan Dzikir Fida’ yang ada di Desa Sukorejo bukan hanya dilaksanakan ketika ada kematian yang selayaknya banyak dilaksanakan di beberapa tempat, namun juga terdapat pelaksanaan Dzikir Fida’ secara rutin (berjama’ah) yang dilaksanakan setiap 35 hari sekali secara bergilir di setiap dusun yang ada di Desa Sukorejo. Adapun pelaksanaannya baik yang berkenaan dengan tempat dan waktu sepenuhnya diserahkan kepada penanggung jawab di setiap dusun yang kebetulan menjadi tuan ruamah dalam pelaksanaan Dzikir Fida’. Dzikir Fida’ yang umumnya dilaksanakan ketika ada salah seorang yang meninggal, dan bagi keluarga yang ditinggal mati berkewajiban untuk mengurus jenazah termasuk di dalamnya mengadakan do’a dan tahlil.
37
Lihat transkrip Wawancara :01/01-W/4- XII/2009 dalam lampiran skripsi ini.
58
Demikian ini bagi masyarakat Desa Sukorejo (sebelum terbentuknya jama’ah Dzikir Fida’) hanya dimaknai dengan tahlilan untuk mendo’akan agar arwah si mayit mendapatkan tempat yang layak di sisi tuhannya, sedang mereka belum memahami kegitan demikian merupakan Dzikir Fida’ bagi si mayit. Munculnya kegiatan Dzikir Fida’ secara berjama’ah dan bergilir ini sangat berkaitan erat dengan kejadian pada tahun 1998 yang berkaitan dengan adanya konflik yang ada di Desa Sukorejo. Masyarakat Desa Sukorejo memiliki penduduk yang mayoritas atau bisa dikatakan semua masyarakat beragama Islam (99.97 %) sedangankan yang beragama non Islam hanyalah beberapa orang saja. Desa Sukorejo pada tahun 1998 dilaksanakan pemilihan Kepala Desa yang diikuti oleh dua orang kandidat Cakades (Ninik Pujawati dan Supriyanto) dan pada akhirnya yang terpilih dan mendapat dukungan suara terbanyak adalah Ninik Pujawati. Dampak dari pada Pilkades di Desa Sukorejo tahun 1998 telah menimbulkan konflik sosial, kerentanan sosial bagi kehidupan masyarakat Desa Sukorejo terjadi berbagai tindakan masyarakat yang dinilai kurang menguntungkan , antara lain dalam bentuk : Perseteruan atau pertengkaran, tidak mau diundang berkenduri / hajatan, pengrusakan dengan pelemparan batu ke rumah penduduk, pembakaran mesin diesel di sawah, melakukan demo kepada Cakades terpilih, sebagian masyarakat bersikap angkuh dan agresif, rumor mengecam, yang semuanya itu menjadi
59
perbincangan masyarakat dan membuat suasana yang menghawatirkan dan menakutkan.38 Situasi dan kondisi sosial seperti tersebut muncul di seluruh kawasan masyarakat Desa Sukorejo sejak awal ditetapkannya Calon Kandidiat Kepala Desa hingga tahapan Pilkades dan Pasca Pilkades. Berbagai kerentanan sosial masyarakat Desa Sukorejo yang ditandai berbagai kasus sosial, perseteruan, pengrusakan, pembakaran ataupun masalah sosial lainnya, jelas-jelas pelakunya sesama Islam masyarakat Desa Sukorejo. Penyimpangan perilaku yang brutal tersebut hanya dipengaruhi oleh kepentingan dalam Pilkades dan bukan sebagai sifat dasar bagi masyarakat sendiri, maka perlu adanya pengembalian perilaku masyarakat yang baik dan benar seperti sebelum terjadinya konflik yang ditimbulkan oleh perbedaan Cakades. Walaupun peran panitia dan pemerintahan dengan melakukan berbagai upaya pengendalian, namun situasi dan kondisi komunitas kehidupan masyarakat terus menunjukkan kerentanan dan menghawatirkan. Melihat permasalahan sosial yang demikian, muncul gagasan dari masyarakat dan tokoh agama serta tokoh masyarakat untuk membuat pemulihan konflik sosial dengan segera melakukan upaya perdamaian dengan mengadakan pertemuan terbatas dari kelompok tokoh masyarakat dan tokoh agama. Pertemuan tersebut berlangsung pada pasca Pilkades di masjid Sumberejo. Pertemuan dapat merumuskan satu kesepakatan dengan membuat satu kegiatan keagamaan yakni mendirikan “Jama’ah Dzikir Fida’”. Difungsikan sebagai
38
Ibid.
60
media dakwah mengembangkan perawatan iman dan taqwa kepada Allah SWT bagi ummat Islam Desa Sukorejo. Kegiatan Jama’ah Dzikir Fida’ difungsikan sebagai wahana pemulihan konflik sosial pasca Pilkades Desa Sukorejo. Dalam kurun waktu yang singkat setelah dibentuknya Jama’ah Dzikir Fida’, maka masyarakat yang mengalami konflik sosial tersedia forum untuk bertemu secata intensif dan saling merenungkan diri kembali untuk menyesali atas perlakuan yang kurang baik. Orang-orang yang tidak mau berjabatan tangan kemudian akan sadar dan bersedia berjabat tangan. Dan kegiatan ini berlangsung hingga saat ini (2009) serta diusahakan akan tetap berlangsung seterusnya. Sejalan dengan berkembangnya waktu, kegiatan Dzikir Fida’ sudah menjadi fenomena yang biasa yang rutin dilaksanakan setiap bulan, sehingga masyarakat kegiatan ini mulai mendapat tanggapan yang sangat baik. Hal ini dipengaruhi oleh adanya kegiatan yang lain setelah prosesi Dzikir Fida’ selesei, yaitu adanya musyawarah yang berkenaan dengan hal-hal yang berkaitan dengan jama’ah serta adanya tausiyah atau semacam pembekalan ruhani bagi jama’ah, termasuk di dalamnya pengertian dan manfaat diadakannya kegiatan Dzikir Fida’. Kemudian kegiatan ini mulai diminta perorangan yang ingin dijadikan rumahnya sebagai tempat dilaksanakannya Dzikir Fida’ dengan tujuan sekaligus mendo’akan leluhur mereka yang sudah meninggal agar diampuni segala dosa-dosa yang telah leluhur mereka perbuat. Selain itu kegiatan ini sudah menempati posisinya, dalam artian ketika ada
61
keluarga mereka yang meninggal, keluarga yang ditinggal tersebut meminta jama’ah agar datang pada malam ke tujuh / ke seribu / di hari yang lain (setelah kematian) untuk melaksanakan Dzikir Fida’ di rumanya. Demikianlah kegiatan ini dilaksanakan baik secara bergiliran maupun di rumah keluarga yang meninggal.
J. Pandangan Masyarakat Desa Sukorejo Terhadap Dzikir Fida’ a. Pengertian dzikir fida’ Sebelum masuk ke dalam pembahansan yang lebih mendalam, terlebih dahulu kita perlu mengetahui makna dari dzikir fida’. Fida’ berasal dari kata
ٌ Zَ ْYKِ ،ًىYKِ
artinya tabusan.39 Sedangkan menurut arti
dari dzikir fida’ ialah: penebusan dosa atau pembebasan dari dosa-dosa.40 Dzikir Fida’ adalah dzikir untuk memohon kepada Alloh SWT. Agar diselamatkan dari api neraka, baik untuk diri sendiri atau diperuntukkan pada orang yang telah meninggal. 41 Para Masyayikh al-'Arifun Billah min Sâdâtinâ wa Habâibinâ alHâdîn al-Muhtadîn RA telah menjelaskan dan mengamalkan dzikir fida' guna
menebus,
membebaskan,
melepaskan,
menyelamatkan
dan
mengamankan diri mereka, lebih-lebih keluarga mereka dari siksa api neraka.
39
Atabik Ali, A. Zuhdi Muhdlor. Kamus kontemporer Arab Indonesia, (Multi Karya Grafika 2003), Hal 1380. 40 Muhammad Chollil, Dasar-dasar Talqin dan Tahlil, (Ponorogo, Pustaka Buletin jum’at, 2003), hal 38. 41 Muhammad Khudhori al-Tsubuty “Dzikir Fida’ dalam perspektif al-Qur’an dan alhadits.” Penjara Suci, (online), edisi jum’at 31 juli 2009. http://altsubuty.blogspot.com, di akses 10 Nopember 2009.
62
Dasar dua metode penebusan diri dari api neraka yang beraneka corak ragamnya itu, kesemuanya telah tersurat dan tersirat dalam nushush (penjelasan) di bawah ini: 1. Firman Allah SWT:
. ÏŠ$t6Ïèø9$$Î/ 8∃ρâu‘ ª!$#uρ 3 «!$# ÉV$|Êó÷s∆ u!$tóÏGö/$# çµ|¡ø&tΡ “Ìô±o„ tΒ Ä¨$¨Ψ9$# š∅ÏΒuρ Artinya: Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya42. Maksud dari ayat di atas ialah: menyerahkan diri kepada Allah dan masuk ke dalam tha’at serta tetap di dalamnya. Dalam dzikir fida’ orang yang sedang berdzikir haruslah berserah sepenuhnya kepada Allah agar apa yang ia inginkan dikabulkan dan Allah akan memberikan santunan kepadanya, demikian juga dengan apa yang ia bacakan untuk seseorang, artinya ia korbankan atau ia berikan apa yang telah ia baca untuk mayyit. 2. Rasulullah SAW bersabda:
dِ `Wن ا َ Qَ
Sْ O ُ َو.ن َ ِ_[َاNWْ اÁ ُ Nْ ¦َ dِ `Wِ Yُ Nْ
َ Wْ ن وَا ِ QَNZِÀ اUُ ± ْ َ ¬ُ ُر± § Wا ض ِ ْرx َ ت وَا ِ َاNَ ` W اb َ _ْ Iَ Qَj - Á ُ Nْ ¦َ ْ َأو- ن ِ ÂْN¦َ dِ `Wِ Yُ Nْ
َ Wْ وَا ٌ ª `h ُ ن ُ lْUVُ Wْ ءٌ وَاQَ_µ ِ Uُ Sْ ® ` Wنٌ وَاQَْهUIُ ُ Rَ Yَ ® ` Wُرٌ وَاm ¸ ُة َ ® ` Wوَا .Qَ¬Vُ Iِ ُj ْ َأوQَ¬Vُ £ِ Gْ Nُ Kَ dُ َ «ْ mَ ٌ ِ QَSKَ ُوY¨ْ Zَ س ِ Q`yW ا° § ¯ ُآ َ _ْ َc َ ْ¯ َأو َ Wَ Artinya: Kesucian itu setengah dari iman (yakni segi bathin), Alhamdulillah itu memenuhi timbangan, Subhanallah Wal Hamdulillah itu dapat memenuhi ruang antara langit dan bumi, shalat adalah cahaya (yang dapat menyinari hati orang mukmin di muka bumi), shadaqah adalah bukti, sabar (dalam beribadah dan meninggalkan maksiat) adalah 42
Al-Qur’an surat al-Baqarah: 207.
63
cahaya yang gilang gumilang (yang dapat menghilangkan segala macam kesempitan). Al-Qur’an adalah pedoman pokok, bermanfaat untukmu atau berbahaya atasmu. Semua manusia pergi di waktu pagi, lalu ada yang menjual, membebaskan atau memusnahkan dirinya.43 Dalam komentarnya, Imam al-Nawawi mengatakan bahwa yang dimaksud dengan sabda Nabi SAW "Semua manusia pergi di waktu pagi, lalu ada yang menjual, membebaskan atau memusnahkan dirinya" adalah setiap manusia berusaha dengan dirinya sendiri, lalu di antara mereka ada yang menjual dirinya kepada Allah SWT dengan ketaatannya, sehingga membebaskannya dari siksa. Dan sebagian yang lain menjual dirinya kepada syaithan dan hawa nafsunya dengan cara patuh kepada keduanya, sehingga mencelakakannya. Sayiduna al-Syaikh Muhammad bin Abu Bakar al-Syili Ba’alawi RA berkata: “Ayahku mengumpulkan jama’ah, mereka membaca tasbih seribu kali, kemudian menghadiahkannya kepada sebagian orang-orang yang telah meninggal, membaca “Lâ Ilâha Illallâh” seribu kali, kemudian menghadiahkannya kepada sebagian orang-orang yang telah meninggal. Penduduk Tarim (Yaman) sangat memperhatikan dan antusias dalam hal ini. Mereka berpesan kepada sebagian yang lain dengan menggunakan harta untuk hal (penebusan) itu. Ayahku adalah orang yang mendorong dan pendiri/pelaksana kegiatan ini. Demikian inilah apa yang dikerjakan oleh kaum sufi dan turun-temurun dari zaman dahulu hingga sekarang. Sebagian dari 43
Ibnu Hajar Al-Asqolani, Fathu al-Bârî Syarah Shahih Bukhori, Juz: III (Beirut: Daru Ilmiyah, t.t.), 23.
64
mereka berpesan agar menjaga dan melestarikannya. Mereka menuturkan bahwa dengan hal itu Allah SWT memerdekakan hamba yang dihadiahi itu sebagaimana tercantum dalam hadits.”44 Al-Imam Abu al-Farj Abdurrahman bin Ahmad bin Rajab alHanbali menuturkan bahwa sekelompok ulama salaf membeli dirinya dari Allah SWT dengan harta mereka. Di antara dari mereka membelinya dengan menyedekahkan semua hartanya, seperti Habib bin Abi Muhammad. Ada yang menyedekahkan dengan timbangan peraknya sebanyak tiga atau empat kali, seperti Khalid bin al-Thahawi. Dan juga ada yang bersungguh-sungguh dalam mengerjakan amal kebaikan dan mengatakan: “Aku hanyalah seorang tawanan yang berusaha untuk bebas.”, seperti ‘Amr bin ‘Uthbah. Sebagian dari mereka membaca tasbih sebanyak dua belas ribu kali setiap hari sesuai dendanya, seolah-olah ia telah membunuh dirinya sendiri, sehingga untuk membebaskan (hukumannya) ia harus membayar dendanya. Syeikh Abu al-Abbas Ahmad al-Qasthalani RA berkata: “Aku mendengar Syaikh Abu Abdillah al-Qarsyi berkata: “Aku mendengar Abu Yazid al-Qurthubi RA berkata dalam sebagian atsar: “Barang siapa yang mengucapkan “Lâ Ilâha Illallâh” tujuh puluh ribu kali, maka hal itu menjadi tebusannya dari api neraka. Maka aku mengamalkan hal itu karena mengharap berkah janji itu. Lalu aku mengerjakannya dan sebagiannya kupersembahkan untuk keluargaku. 44
Muhammad Khudhori al-Tsubuty “Dzikir Fida’ dalam perspektif al-Qur’an dan alhadits.” Penjara Suci, (online), edisi jum’at 31 juli 2009. http://altsubuty.blogspot.com.
65
Aku mengerjakan beberapa amal untuk simpanan diriku sendiri (di hari kiamat). Pada waktu itu ada seorang pemuda yang bermalam bersama kami, pemuda itu dianugerahi ilmu kasyaf, mampu melihat surga dan neraka. Para jamaah memang menilai pemuda itu sebagai orang yang mempunyai keutamaan walaupun usianya masih muda. Di dalam hatiku terbesit sesuatu tentang pemuda itu. Kemudian sebagian ikhwan sepakat untuk mengundang dan mengajak kami ke rumah pemuda itu. Kami menyantap makanan dan pemuda itu bersama kami. Tiba-tiba pemuda itu berteriak yang menimbulkan asumsi tidak baik. Pemuda itu berkata: “Wahai paman, ini adalah ibuku sekarang berada di neraka.” Pemuda itu berteriak dengan teriakan yang sangat keras. Siapapun yang mendengarnya pasti akan mengerti kalau pemuda itu tertimpa masalah yang sangat besar. Setelah aku melihat kepanikan dan kesedihannya, maka aku berkata: “Hari ini aku akan mencoba untuk bersedekah kepadanya. Lalu Allah SWT memberi ilham kepadaku untuk membacakan Lailaaha Illallah sebanyak tujuh puluh ribu kali dan hanya Allah sajalah yang mengetahui hal itu. Aku berkata dalam hatiku: “Atsar ini pasti benar dan orang-orang yang meriwayatkan kepadaku adalah orang-orang yang jujur. Ya Allah, “Lâ Ilâha Illallâh”sebanyak tujuh puluh ribu ini adalah sebagai tebusan bagi ibu pemuda ini.” Belum selesai hatiku berkata seperti itu, tiba-tiba pemuda itu berkata: “Wahai paman, ibuku ini telah dikeluarkan dari neraka.” Segala puji bagi Allah. Dengan peristiwa itu aku memperoleh dua
66
faidah.
Pertama,
menguji
kebenaran
atsar.
Kedua,
dapat
menyelamatkan pemuda itu dan mengetahui kejujurannya.” Syakhul Akbar Muhyiddin bin al-Arabi pernah berwasiat untuk menjaga dan mengerjakan amalan yang dapat membebaskan seorang hamba dari api neraka, yakni dengan membaca “Lâ Ilâha Illallâh” sebanyak tujuh puluh ribu kali. Karena dengan bacaan sebanyak itu sesungguhnya Allah SWT akan membabaskan seorang hamba dari api neraka atau membebaskan orang yang dihadiahi bacaan itu. b. Pandangan Masyarakat Desa Sukorejo Terhadap Dzikir Fida’ Berkenanan dengan amalan Dzikir Fida’ yang dilaksanakan di Desa Sukorejo, banyak sekali pendapat dan motivasi serta pandangan yang berbeda tentang dzikir fida’. Dzikir Fida’ yang ada di Desa Sukorejo ini memang terbagi menjadi dua yang saling berhubungan, pertama Dzikir Fida’ yang diadakan khusus setiap 35 hari sekali yang dilaksanakan secara bergilir tiap dusun, yang kedua Dzikir Fida’ yang diundang oleh warga dalam rangka mendo’akan keluarganya yang telah meninggal. Ada perbedaan yang mencolok tentang pandangan masyarakat Desa Sukorejo terhadap dzikir fida’ sebelum dan sesudah dibentuknya Jama’ah Dzikr Fida’ Desa Sukorejo. Sebelum dibentuknya jama’ah Dzikir Fida’ mereka belum banyak mengetahui tentang dzikir fida’. Yang mereka tahu bahawa tahlilan yang dilaksanakan untuk mengirim kepada arwah keluarga mereka yang sudah meninggal. Sebenarnya sudah dilaksanakan dzikr fida’ untuk mendo’akan keluarga mereka yang sudah meninggal,
67
tetapai dalam pelaksanaannya berbeda dengan pelaksanaan dzikir fida’ setelah dibentuknya jama’ah. Dalam pelaksanaan dzikr fida’ sebelum dibentuknya jama’ah biasanya dilaksanakan pada hari ke 1000 setelah kematian atau pada hari haul atau ulang tahun kematian.45 Dzikir Fida’ rutin yang dilaksanakan oleh jama’ah Dzikir Fida’ Desa Sukorejo dipandang masyarakat sebagai amalan untuk meningkatkan keimanan dan usaha agar dosa mereka diampuni oleh Allah SWT. karena mereka yakin bahwa barang siapa yang sering mengingat Allah maka Allah akan mengingatnya. Sebagian warga tidak mengetahui mengapa mereka ikut kegiatan dzikir fida’. Hal ini dikarenakan minimnya pengetahuan mereka tentang dzikir fida’. Juga faktor usia yang sangat berpengaruh adanya keingintahuan tentang dzikir fida’, kebanyakan dari para orang yang sudah usia 60 tahun lebih, mereka hanya yakin bahwa apa yang mereka kerjakan adalah hal baik dan pasti mendapat balasan / pahala dari Allah SWT. Menurut Bpk. Nurhadi (sekretaris jama’ah Dzikir Fida’ Desa Sukorejo), dzikir fida’ adalah amalan / mengirim do’a kepada orang yang sudah meninggal dengan cara membacakan tahlil “Lâ Ilâha Illallâh” sebanyak 70.000 kali yang pahalanya dihadiyahkan untuk orang yang sudah meninggal supaya dosa yang telah ia perbuat semasa hidupnya di dunia diampuni oleh Allah SWT. dan dijauhkan dari siksa neraka, sesuai dengan apa yang telah diterangkan oleh tokoh agama di Desa Sukorejo.
45
Lihat transkrip Wawancara :05/01-W/11-XII/2009 dalam lampiran skripsi ini.
68
Demikian pula yang banyak terjadi di warga masyarakat Desa Sukorejo, meraka meyakini dengan dibacakannya tahlil / kalimat “Lâ Ilâha Illallâh” sebanyak 70.000 kali orang yang di do’akannya akan dijauhkan dari api neraka. Selain pengetahuan tentang pentingnya dzikir fida’, alasan masyarakat melaksanakan kegiatan ini juga memandang dari segi positif dan keuntungan di balik kegiatan tersebut. Salah satu contoh dari keuntungan diadakannya dzikir fida’ yaitu: menjalin silaturrahim antar warga, meningkatkan ketaqwaan dan keimanan, juga menumbuhkan rasa toleransi antar warga, dalam artian mereka peduli dengan kesedihan keluarga mayyit karena ditinggal mati oleh salah satu keluarga mereka yang meninggal, ini bagi warga yang menghendaki dzikir fida’ setelah beberapa hari kematian. Sedangkan kegiatan dzikir fida’ rutin yang dilaksanakan bergilir tiap dusun oleh Jama’ah Dzikir Fida’ Desa Sukorejo mempunyai banyak keuntungan, antara lain: menjalin kerukunan antar warga, membantu sebagian warga yang kurang mampu yang menghendaki diadakannya dzikir fida’ di rumahnya, karena dzikir fida’ rutin tiap 35 hari sekali tidak memerlukan biaya yang besar, hal ini karena sudah menjadi peraturan dan kesepakatan seluruh jama’ah agar tidak menghidangkan hidangan layaknya dzikir fida’ yang diminta oleh warga, cukup hidangan sederhana serta pelaksanaannya tidak diikuti oleh banyak warga.46 K. Dalil Masyarakat Desa Sukorejo tentang Dzikir Fida’
46
Ibid.
69
Dalam melaksanakan kegiatan Dzikir Fida’, masyarakat Desa Sukorejo sangatlah bersemangat dan mempunyai tanggapan yang positif, tentunya semua ini terlihat dalam jumlah jama’ah dalam yang hadir dalam kegiatan Dzikir Fida’ baik yang dilaksanakan secara perorangan maupun secara rutin tiap 35 hari yang sudah digilir setiap dusunnya. Seperti yang telah dibahas dalam sejarah munculnya kegiatan Dzikir Fida’, bahwa kegiatan ini pertama kali dimunculkan pada tahun 1998. Dengan diadakannya pertemuan pertama hanya bisa menemukan solusi terbaik dalam menangani masalah konflik di Desa Sukorejo. Dan dalam pertemuan berikutnya diterangkanlah tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan Dzikir Fida’ oleh kyai di Desa Sukorejo yaitu Bpk. Kyai Maksum.47 Kyai Maksum selaku imam Masjid Baitul Amin Dusun Ngasinan Desa Sukorejo dan sebagai imam jama’ah dzikir fida’ Desa Sukorejo, memberikan penjelasan tentang amalan Dzikir Fida’. Diawali dengan menunjukkan sebuah kitab berjudul “Irsyâdu al-‘Ibâd Ilâ Sabîli al-Rahmân”, menunjukkan sebuah seruan tentang Dzikir Fida’:
E ِ Gْ Iَ JِK M ُ Gْ Nِ O َ JِIْT ُ ْUVُ Wْ اYٍ Zْ ِ\ َزI^ َأ ِ _ِ a ` W اb ِc َ dِ _ْ Kِ QًfZْ \ َأ َ gِ h ُ َو ِرQ`yW اb َ jِ َا ًءYKِ dُ Wَ ْMmَ Qَ`ا ٍة آUjَ b َ _ْ Gِ Sْ O َ r ُ اs ` ِإdَ Wَ ِإs َ ل َ QَR ْbjَ ن ` ِر َأQَwÅا ( ِدQَSGِ Wْ ُد اQَْب ِار ِ Qَ£ِ\ ِآK) Isi kandungan hadits tersebut dijelaskan secara umum oleh Kyai Maksum, sebagai berikut: Barang siapa (laki-laki ataupun perempuan) yang beriman dan mengamalkan ibadah Dzikir “Lâ Ilâha Illallâh” sebanyak 70.000
47
Lihat transkrip Wawancara :01/01-W/4-12/2009 dalam lampiran skripsi ini.
70
kali maka oleh Allah akan diberikan pahala ampunan sebagai tebusan atas dosanya dan dijauhkan dari api neraka. Hadits tersebut sumbernya dari ulama’ Sufi yang hidup di zaman Rasulullah Muhammad SAW. Bernama Syaih Abi Jaed al-Qurthubi memperoleh keterangan dari seorang sahabat nabi tentang amalan kalimah Dzikir Fida’ “Lâ Ilâha Illâh” selanjutnya diangkat sebagai amalan ibadah yang pahalanya dijanjinkan oleh Allah SWT akan mendapatkan ampunan dosa dan dijauhkan dari api neraka, seperti tafsiran di atas. Amalan bacaan “Lâ Ilâha Illâh” digunakan sebagai amalan ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. dan sebagai upaya memelihara kualitas iman dan taqwa kepa-Nya. Kemudian oleh Syeih Abi Jaed alQurthubi dijadikan dasar / landasan beribadah dengan bentuk amalan Dzikir Fida’ yang selanjutnya juga didakwahkan kepada orang lain pada zamannya. Sedangkan bacaan Dzikir Fida’ adalah membaca kalimah “Lâ Ilâha Illâh” sebanhyak 70.00 kali dan tidak dikurangi. Sedangkan penjelasan dari Kyai Mustajib, BA. Selaku imam Masjid (Kyai) di masjid Baitul Muttaqin Sumberejo, Blimbing, Sukorejo tentang amalan Dzikir Fida’; bahwa Dzikir Fida’ yang ada di Desa Sukorejo ini (sebagaimana paparan beliau) ialah: Diawali dengan menunjukkan sebuah kitab “Nashâihu al-‘Ibâd” bahwa kitab tersebut disusun oleh Sihabuddin Ahmad bin Hajar al-Asqolani, beliau adalah seorang Ulama’ Salaf yang hidup di kota Makkah dan sekitarnya. Pada tahun 258 H – 377 H.
71
Diterangkan oleh Kyai Mustajib bahwa di dalam kitab tersebut diterangkan sebuah Hadits Nabi yang menegaskan:
rل ا َ ْO ُ َرQZَ ° َ _ْ Rِ ،ْgُ mَ QNَ Zْ ُدوا ِإY َ :َ `O َ َوdِ _ْ َc َ r ُ اJ` َ r ِ لا ُ ْO ُ ل َر َ QRَ .r ُ اs ` ِإdَ Wَ ِإs َ ل ِ ْRَ ْbjِ واUُ ´ِ ل َأ ْآ َ QRَ ،Qyَ mَ QNَ Zْ ُد ِإY ª َ jُ b ُ
ْ mَ q َ _ْ َآ Secara garis besar isi kandungan hadits di atas di jelaskan bahwa Nabi Muhammad SAW pada suatu waktu pernah menyerukan kepada seseorang sahabat; “perbaharuilah imanmu semua!”, Sahabat bertanya, “wahai Rasulullah, bagaimana cara memperbaiki iman kami?” jawab Rasulullah “perbanyaklah ucapan “Lâ Ilâha Illallâh”.48 Hadits tersebut menjadi salah satu pegangan / dasar amalan Dzikir Fida’. Dengan mengamalkan bacaan “Lâ Ilâha Illallâh” sesuai janji Allah yaitu akan mendapatkan ampunan pahala dan diselamatkan dari api neraka. Dari hadits di atas Kyai Mustajib juga menjelaskan tentang satu riwayat seorang Ulama’ Salaf bernama Syaikh Jaid al-Kurtubi, memiliki kisah dalam hidupnya sebagai berikut: ……, Pada suatu ketika Kurtubi bersama seorang pamuda (teman) menghadiri
undangan
oleh
teman-temannya
untuk
semacam
silaturrahmi syukuran. Disitu ada jamuan makan-makan sebagai layaknya kita mempunyai keperluan mengundang teman-teman (sahabat). Di tengah-tengah acara pertemuan, pemuda itu spontanitas bersuara keras (berteriak) seraya mengucap, “wahai paman ibu saya di neraka”, mendengar ucapan pemuda tersebut membuat tercengang semua orang dan spontanitas Syeikh Jaid al-Kurthubi terketuk dalam hati untuk berdo’a kepada Allah SWT. untuk memohonkan (memintakan) agar amalan Dzikir Fida’ pada dirinya oleh Allah dapat 48
Lihat transkrip Wawancara :07/01-W/20- XII /2009 dalam lampiran skripsi ini.
72
diberikan kepada ibu dari pemuda tersebut agar dapat diberikan ampunan dan dibebaskan dari neraka. Dari Syeikh Jaid al-Kurthubi, baru ada niatan berdo’a untuk memohonkan pertolongan dimaksud sesaat itu pula pemuda tersebut spontanitas bersikap girang seraya mengatakan “aku melihat ibuku sudah keluar dari neraka”.49 Dengan berpedoman kepada hadits tersebut maka kita (ummat Islam) perlu mengamalkan Dzikir Fida’, boleh disebarluaskan kepada sesama ummat Islam, agar mereka memahami faedah mengamalkan amalan Dzikir Fida’. Amalan Dzikir Fida’ sangat penting bagi ummat Islam karena dengan diterimanya amalan Dzikir Fida’ menjadi sebuat tabungan amal kebaikan di sisi Allah SWT. yang akan kita petik buahnya di kemudian hari. Mengamalkan ibadah dengan mengucapkan kalimat “Lâ Ilaha Illâllâh” bisa sebagai amalan Dzikir Fida’ (tebusan dosa) apabila ada niatan untuk dijadikan amalan dzikir “Lâ Ilâha Illâh” sebanyak 70.000 kali, bisa diamalkan perseorangan maupun minta bantuan kepada saudara sesama Muslimin (berjama’ah). Amalan Dzikir Fida’ seperti tersebut bisa disebut / digolongkan sebagai Dzikr Sugra (kecil). Sedangkan Dzikir fida’ dengan membaca surat al-Ikhlas samapai 100.000 kali degolongkan sebgai Dzikir Kubra (besar). Mengamalkan amalan Dzikir Fida’ Sugra sebanyak 70.000 kali diamalkan dalam suatu waktu tertentu secara pribadi (perseorangan) bisa diangsur dalam beberapa waktu maupun beberapa hari sampai genap bilangannya mencapai 70.000 kali. Sedangkan amalan Dzikr Fida’ Kubra bisa
49
Ibid.
73
juga dilakukan dengan cara diangsur seperti Dzikir Fida’ Sughra namun tidak dibatasi sampai kapan seleseinya.
L. Pelaksanaan Dzikir Fida’ di Desa Sukorejo Tujuan dzikir fida’ adalah sebagai penebusan diri dari api neraka, hal ini telah ada sejak zaman Baginda Habibillah Rasulillah Muhammad SAW dan berkembang corak dan ragamnya. Kendati demikian, metode yang secara khusus diamalkan oleh para Masyayikh al-'Arifun Billah min Saadaatinaa wa Habaa-ibinaa al-Haadiin al-Muhtadiin RA yang telah masyhur dengan istilah dzikir fida'. Dalam pelaksanaan dzikir fida’ sendiri terdapat beberapa cara ataupun bentuk ritual dalam mengerjakannya, akan tetapi secara umum dzikir fida’ terbagi menjadi dua metode: a. 'Ataqot al-Shughra 'Ataqot al-Shughra yaitu membaca "Subhânallah wa Bihamdih" seribu (1.000) kali dan “Lâ Ilâha Illallâh” tujuh puluh ribu (70.000) kali, sebagai tebusan dirinya atau keluarganya dari siksa api neraka.50 Dalam sebuah atsar dikatakan:
dُ َ «ْ mَ dِ Iِ َىU£َ ْ اQً«Wْ َأb َ _ْ Gِ Sْ O َ ًا َوYh َ َ أr اs ` ِإdَ Wَِإs َ ل َ QَR ْbjَ (QًfZْ ) َوَأ QَN¬ُ yْ c َ r ُ \ا َµ ِ ِ َرa َ ِ Qَc َوYٍ _ْ Gِ O َ ْIُ َأÇُ َروَا° ` َ `[ َوc َ r ِ اb َ jِ َد ِةQ`W اYُ yَ ْ jُ ُ Zْ Yِ
َ Wْ َهَا ا° ` Gَ Wَل َو ُ ُ Rَ أÇِ Uِ _ْ ¨َ Wِ Qَ¬َGَ Kَ ْWَ َو َآَا .Uِ ْآW َ_ ِ اNِ ْ ¦َ JِK ِ _َ Kِ ْ® § Wا Artinya: Dan demikian juga Rasulullah SAW bersabda: barang siapa yang mengucapkan (kalimat) “Laa ilaHa Illa Allah” 50
Muhammad Khudhori al-Tsubuty “Dzikir Fida’ dalam perspektif al-Qur’an dan alhadits.” Penjara Suci, (online), edisi jum’at 31 juli 2009. http://altsubuty.blogspot.com.
74
sebanyak 71 kali maka dia telah menebus dirinya dari Allah Aza Wajalla. Diriwayatkan oleh ‘Aisyah ra, dan demikian pula apabila dilakukan untuk orang lain. Demikian saya katakan dan semoga hadits ini bersandar pada para sufi dalam pemaknaan dzikir. Syaikh Muhammad Nawawi bin ‘Amr al-Jawi RA berkata: “Bacaan Lâ Ilâha Illallâh sebanyak ini (tujuh puluh ribu kali) disebut ataqat al-sughra (pembebasan kecil), sebagaimana halnya surat alIkhlash ketika dibaca sampai seratus ribu kali disebut ataqat al-kubra (pembebasab besar), walaupun hal itu dilakukan pada jarak beberapa tahun, karena tidak disyaratkan untuk berturut-turut. b. 'Ataqot al-Kubra 'Ataqot al-Kubra, yaitu membaca surat al-Ikhlas sebanyak seratus ribu kali (100.000 x), sebagai tebusan dirinya atau keluarganya dari siksa api neraka. Dan untuk menunjukkan kesungguhan itu semua, mereka
memberikan
mahar
laksana
kewajiban
mahar
dalam
pernikahan. Bahkan diantara ulama salaf ada yang menebus dirinya dari siksa api neraka dengan seluruh harta yang dimilikinya. Dalam memberikan mahar harus ada kesungguhan, apalah artinya dunia jika dibanding dengan keselamatan dan kebahagiaan di akhirat.
،r ِ اb َ jِ dُ َ «ْ mَ َىU£َ ْ اYِ Vَ Kَ ًةU` jَ q ِ Wْ َ َأ َ Qِj QََأهUَ Rَ ْbjَ ن ` َأ:Qَ¬yْ jِ َو ن ` ِإs َ َأ:dِ µ ِ ْ َأرJِK َوdِ ¦ِ َاNَ O َ JِK JَWQَG¦َ r ِ ا° ِ Sَ Rِ ْbjِ ِدQَyjُ دَىQَmَو ً c َ QَfIِ ° ` َ `[ َوc َ r ِ اb َ jِ dُ َSْ Rَ ن َ Qَْ آbNَ Kَ ،ِr اÈ ُ _ْ £ِ c َ Qًm¸ َ Kُ dِ _ْ َc َ ن َ ْgُ Zَ s َ ْط َأن ِ ْUa َ Iِ ْbgِ Wَ ِرQ`yW اb َ jِ ٌ Rَ Qَ£c َ \ َ ¬ِ Kَ ،Qَْه ُ ْ_َ ْ Kَ .Qَ¬ ِ ْ َأدَاbc َ ٌ[ ِ Qَc َ َو ُهdِ _ْ َc َ ْ¸ َأو ً ْ ِد َأQَSGِ ْ Wِ ٌْقVُ h ُ Artinya: Sebagian dari fadlilahnya (surat Ihlas) yaitu : sesungguhnya orang yang membacanya sebanyak 100.000 kali maka dia
75
telah membeli dirinya sendiri dari Allah dan Malaikat akan mengumumkan dari sisi Allah di langit dan di bumi “ ketahuilah sesungguhnya si fulan adalah hamba yang dimerdekakan oleh Allah, siapa saja yang mempunyai hak yang di tanggung fulan maka mintalah dari Allah “. Maka surat Ihlas tersebut akan memerdekakan dari neraka, tetapi dengan syarat tidak mempunyai tanggungan pada orang lain, atau punya tanggungan tapi tidak mampu membanyarnya. Adapun
kalimat
dzikir
fida’
itu
bermacam-macam
diantaranya:
Membaca kalimat tahlil sebanyak 70.000 / 71.000.
Membaca surat Ikhlas sebanyak 1.000 / 100.000, dan lain sebagainya.
Dzikir Fida’ bisa dilaksanakan untuk sendiri atau orang lain, dan dapat dilaksanakan dalam satu majelis atau dicicil. Lafadz niatnya perlu dibedakan dan dijelaskan. Sebagaimana diterangkan dalam beberapa kitab diantaranya :
dُ yْ c َ r ُ \ا َµ ِ َة َرUَ Zْ Uَ ُهJِI َأ ِ Zْ Yِ h َ ْbjِ Çُ Uُ _ْ َ ِ ُ َو ْ jُ (ج َ Uَ ْ ) َوَأ َ ُwُ ل ُ Yِ Gْ ¦َ ٌYh َ َأr ُ ْ ُه َ ا°Rُ ل َ QَR َ `O َ َ وdِ _ْ َc َ r ُ اJ` َ ْ\ ّ Sِ y`W اb ِc َ JِKن َو ِ QَV¦ْ À ِ اJِK ِ َآَاIَ Qَ
® ` W اb َ jِ ٍ c َ QَN َ ب ِ QَSWْ اJِKن َو ِ lْUVُ Wْ ا ْ َر َةO ُ َأUَ Rَ ْbjَ َ `O َ َوdِ _ْ َc َ r ُ اJ` َ ِrل ا ُ ْO ُ ل َر َ QَR ٍ Zَ ِروَا . ِرQ`yW اJَc َ Çُ Yَ َ َ r ُ َم اU` h َ ص ٍ ¸ َ ْ ¥ِIِ ص ِ ¸ َ ْÀ ِا Artinya: Imam Muslim dan lainnya meriwayatkan dari hadits Abi Hurairah ra, dari Nabi SAW bersabda: katakanlah dia Allah yang maha Esa (surat al-Ikhlas) (maka kamu telah membaca) sepertiga dari al-Qur’an. Dan di dalam sebuah bab dari jama’ah para sahabat dikatakan demikian dan di dalam riwayat yang lain Rosulullah SAW. bersabda : barang siapa membaca surat al-Ikhlas dengan hati yang
76
ikhlas maka Allah mengharamkan jasadnya dari api neraka.51
dَ Wَِإs َ ل َ QَR ْbjَ : َ `O َ َوdِ _ْ َc َ r ُ اJ` َ r ِ لا ُ ْO ُ ل َر َ QَR (QًfZْ ) َوَأ ° ` َ `[ َوc َ r ِ اb َ jِ dُ َ «ْ mَ dِ Iِ َىU£َ ْ اQً«Wْ َ أb َ _ْ Gِ Sْ O َ ًا َوYh َ َأr اs ` ِإ Çِ Uِ _ْ ¨َ Wِ Qَ¬َGَ Kَ ْWَ َو َآَاQَN¬ُ yْ c َ r ُ \ا َµ ِ ِ َرa َ ِ Qَc َوYٍ _ْ Gِ O َ ْIُ َأÇُ َروَا Uِ ْآW َ_ ِ اNِ ْ ¦َ JِK ِ _َ Kِ ْ® § W َد ِة اQ`W اYُ َy ْ jُ ُ Zْ Yِ
َ Wْ َهَا ا° ` Gَ Wَل َو ُ ُ Rَ أ JِI ِم َأQَjÀ ِاb ِc َ Uُ Sَ ْآx َ^ا ُ _ْ a ` W اQَهUِ ُ ِذ ْآZَ Qَgh ِ ¯ َ Wِ َذJِK ْتUَ ¬َ £َ ْ وَا b ِc َ ¸ ً Vْ mَ Jِm¸ َ ± َ ْ Vُ Wْ اUِ Sَ َ Wْ اÇِ ِ ق َه ِ ْY ِ Jَc َ ِ ± ْ Vُ Wْ س ا ِ Q`SGَ Wْ ا .q ِ a ْ gَ Wْ اÈ ِ Zْ Uِ ± َ Iِ ً W` دَاJِgWِQَNWْ ْ_ ِ اIِ U` W اJِI^ َأ ِ _ْ a ` Wا Artinya: Rosulullah SAW. bersabda : “Barangsiapa yang membaca kalimat “Lâ Ilâha Illallâh” sebanyak 71.000 maka dia telah membeli dirinya sendiri dari Allah Azza wa Jalla”. Hadits riwayat Abu Sa’id dan ‘Aisyah r.a. begitu juga kalau dia melakukan untuk orang lain. Hadits ini adalah sebagai sandaran dasar para Ulama’ Shufi untuk menamakan dzikir dengan kalimat tauhid dengan jumlah hitungan tersebut dengan nama ‘Ataqoh Jalaliyyah. Cerita tentang kebenaran dzikir ini sudah sangat masyhur, diantaranya yang ditutur oleh as-Syaikh al-Akbar dari Imam Abi alAbbas al-Qutbi al-Qostholani dari Syaikh Abi Robi’ alMaliki untuk menunjukkan kebenaran hadits ini dengancara mukasyafah.52
JِK M ُ Gْ Nِ O َ ل َ QَR JِST ُ ْUVُ Wْ اYَ Zْ [ِ Zَ \ِI^ َأ ِ _ْ a ` W اb ِc َ dِ _ْ Kِ QًfZْ َاJ َ gِ h ُ َو ْMmَ Qَ ٍة آU` jَ q َ Wْ َاb َ _ْ Gِ Sْ O َ r ُ اs ` ِإdَ Wََ ِاs ل َ QَR ْbjَ ن ` ِر َأQَwَxْ اE ِ Gْ Iَ . ِرQ`yW اb َ jِ ًءlَYKِ dُ Wَ Artinya: Diriwayatkan lagi dari Syaikh Abi Yazid al-Qurtubi berkata : saya mendengar dari sebagian atsar (perkataan Shohabat) “ barangsiapa mengucapkan kalimat Lâ Ilâha Illallâh sebanyak 70.000 kali, maka kalimat tersebut menjadi tebusan baginya dari api neraka.53 51
Muhammad Haqiqi Al-Nazali, Khazinat al-Asrar (Semarang: Percetakan Putra Semarang, t.t), 157. 52 Ibid., 88. 53 Zainuddin abdul Aziz Ibnu Zainuddin Al-Malibari, Irsyâdu al-‘Ibâd Ilâ Sabîli alRasyâd (Semarang: Karya Putra t.t.), 4.
77
JِK Qً_ْ َ M ُ Zْ َرَأJm ِإUِ _ْ Gِ ` W اb َ jِ r ُ اdُ َV£َ c ْ َأUُ _ْ Vِ «َ Wْ ل( ا ُ ْVُ Zَ ) َو q ٍ Wْ َوَاb ِ _ْ £َ َ Qِj َوb َ _ْ £ O ِ َوb ِ _ْ yَ wْ َ اyَ O َ ن َ Qَfjَ َرJِK َا ِمU
َ Wْ اYِ ª ِ ْ Nَ Wْ ا ° ` رًا ُآQَ¬mَ ¸ َو ً _ْ Wَ ِ Zَ `ا ُو ِدYWب ا ِ QَI Yَ yْ c ِ ص ِ ¸ َ ْÀ ِ ْ َر َة اO ُ ُأUَ Vْ Zَ ْ ٍمZَ ° ` ك ُآ َ َأرَاJmي َأ َ s َ ْjَ QَZ ِىY_O َ QَZ ُMْ Vُ Kَ Çُ Yَ Zَ M ُ ْ SVَ Kَ ن َ Qَfjَ َر M ُ Vْ £َ c ْ ل َأ َ QَVKَ Çِ َا ِرUO ْ َوَأÇِ Yِ ِ َاKَ ْbc َ JِmْUSِ ْ ٌ َأYh َ َأr ُ ْ ُه َ ا°Rُ ُأUَ Vْ ¦َ Qَ¬_ْ mِ ْ[ ِ َأM ُ ْ Vُ Kَ dِ Vِ yُ c ُ J َ Wِ اÇِ Yِ _َ Iِ َرQَىْ َوYِ Wَ َوQَZ ِرQ`yW اb َ jِ \ِ£Sَ Rَ َر ْ ُآQ`Z َوِاr ُ \ ا َ yِ Vَ K` َوdِ _ْ Kِ ِ َآUَ Sَ Wْ QِI ْJWِ Qَcْ َو َدJWِ ن َ ْ َوَأ ِذJmِ َزQ َ َKَ ِ Iَ Qَ£gِ W وَاÎ ِّ َ WQِI QََأهUَ Rَ ْbNَ Wِ َز ُةQَs ِ ْ اQَ¬Iِ ٍة َوU` jَ q َ Wْ َاQَ¬£ِ َ َاUVِ Wِ b َ jِ ْ ُآQ`Z َوِاr ُ \ا َ yِ َGَ َ ْgُ _ْ َc َ َوQَy_ْ َc َ َ £َ Kَ ْ َوgُ Wَ َوQَyَW r ُ كا َ َرQَI .ص ِ ¸ َ ْs ِ ْ ِ اjَ ْU
ُ Iِ b َ _ْ ® ِ ِ ْ Nُ Wْا Artinya:
Al-Faqir berkata (semoga Allah memerdekakannya dari neraka Sya’ir) : saya melihat seorang Syaikh di Masjidil Haram pada bulan Romadlon tahun 1.261 sedang membaca surat al-Ikhlas di sebelah pintu Dawudiyyah malam dan siang hari setiap bulan Romadlon. Kemudian aku mengecup tangannya sambil berkata : Wahai Tuanku, aku melihatmu setiap hari membaca surat Ikhlas, berilah tahu padaku tentang faedah dan rahasianya. Kemudian dia menjawab : aku ingin memerdekakan jasadku dari neraka wahai anakku, dan dia mengangkat tangan ke lehernya. Aku berkata : berilah aku ijazah, kemudian beliau mengijazahiku dan memberi izin padaku serta mendo’akan barokah. Semoga Allah memberi pertolongan pada kamu untuk membacanya sebanyak 1.000 kali. Dan ini merupakan ijazah melalui tulisan bagi orang yang mau membacanya. Semoga Allah memberi barokah pada kita dan membukakan rohmatnya. Mudah-mudahan Allah menjadikan kita termasuk golongan orang-orang yang selamat sebab kemuliaan surat al-Ikhlas.54
ِ Vَ Zْ Uِ ± ` Wح ا ِ ْU َ ِ Vَ Zْ Uِ Sَ Wْ اJِK Jِj ِدQَWْ اYِ _ْ Gِ O َ ُI َأQَ¬َVَ mَ ْYRَ َو q َ _ْ Gِ f ` W ا َ Zْ Yِ
َ Wْ ن ا ` َأJَc َ ت ِ QَSwْ s ِ ِة اQَV´W اb َ jِ Çُ Uُ _ْ َ ِ َوZ`Yِ N`
َ Nُ Wْ ا .س ِ Qَ_Vِ ْ Wِ ٌqWِQَjُ َ َو ُهQَN_`O ِs َ ل ِ QَNc ْx َ ِ ا° ِ QَfKَ JِK dِ Iِ ° ُ Nَ Gْ Zُ 54
Khozînatu al-Asrâr, 159.
78
Artinya: Demikian itu juga dikutip oleh Abu Sa’id Al-Khodimi dari parawali itsbat yang terpercaya yang tersebut dalam kitab Al-Bariqoh, Syarah kitab At-Thoriqotul Muhamadiyyah dan lainnya, bahwa hadits dhoif boleh diamalkan dalam hal Fadloilil ‘Amal (keutamaan amal) meskipun tidak sesuai dengan qiyas. Diatas menerangkan tentang pembagian dan kepastian jumlah dzikir fida’ secara umum, dan itupun juga berlaku di Desa Sukorejo. Pelaksanaan dzikir fida’ di Desa Sukorejo terbagi menjadi dua, pertama dzikir fida’ yang dilaksanakan di rumah warga yang meninggal. Kedua dzikir fida’ yang dilaksanakan rutin setiap 35 hari sekali bergilir pada tiap dusun. Pada dasarnya prosesi dzikir fida’ sama halnya dengan dzikir fida’ pada umumnya yang kita jumpai di masyarakat. Sebelum diadakannya dzikir fida’, pengurus jama’ah menyebarkan undangan, biasanya memakai undangan tulisan komputer dan di sampaikan dari rumah ke rumah, tetapi jika dzikir fida’ rutin cukup menyebarkan undangan kepada penanggung jawab tiap dusun. Dalam menyebarkan undangan (dzikir fida’ yang diminta warga), keluarga yang meninggal cukup memberitahukan dan meminta kepada ketua jama’ah,
kemudian ketua jama’ah menyampaikan undangan kepada
jama’ahnya, sedangkan untuk undangan di luar Desa Sukorejo disampaikan sendiri oleh keluarga meninggal. Dalam pelaksanaan dzikir fida’ di Desa Sukorejo secara teknis sebagai berikut:
79
i.
Dzikir Fida’ yang diminta / diundang di rumah warga untuk mendo’akan keluarga mereka yang meninggal. Pelaksanaan dzikir fida’ sama dengan pelaksanaan dzikir fida’ pada umumnya yaitu: 1. Undangan disebarkan kepada warga 2. Pada saat datang di rumah undangan, disambul oleh beberapa orang perwakilan dari ahlu hajah untuk menyalami undangan dan memberikan hidangan ringan. 3. Setelah warga berkumpul, pembawa acara selaku wakil tuan rumah menyampaikan maksud dan tujuan diundangnya warga. 4. Pembawa Acara menyerahkan acara kepada Imam Tahlil; biasanya dalam tiap kegiatan dzikir fida’ sudah ditentukan sebelumnya siapa yang akan memimpin dzikir. 5. Imam dzikir memulai dengan menerangkan beberapa dalil dan manfaat dzikir fida’ kemudian menganjurkan agar dalam pelaksanaan dzikir fida’ dilandasi dengan rasa ihlas ingin mendo’akan mayit serta khusu’ dalam berdzikir agar apa yang menjadi tujuan diadakannya dzikir dikabulkan oleh Allah SWT. kemudian memulai dzikir dengan urutan sebagai berikut: a). Tawassul kepada Nabi Muhammad SAW kemudian membaca surat al-Fatihah sekali. Adapun bacaanya ialah:
وd و أزواO وd_c r اJ YN
j QmY_O ةUfh JWإ dIQ
و أdWl وdام وأهUgW اd£_I ° وأهd¦QZ و ذرÇدsأو
80
r\ اµر وQ®mx و اbZUQ¬NW اbj رYI ° أهQ® ........
¦Q«W ا.¬yc b). Tawassul kepada Nabi-Nabi san Rasul-Rasul kemudian membaca surat al-Fatihah sekali. Adapun bacaanya ialah:
بQ
أ°ل آl وb_OUNWء و اQ_Smx_ اN أرواحJW إw ........
¦Q«W¬ اW .b_
WQ®W اÇدQSc Jc و c). Tawassul kepada Khulafaur Rasyidin kemudian membaca surat alFatihah sekali. Adapun bacaanya ialah:
........
¦Q«W¬ اW r \ءbZYاUWء اQ« أرواحJW إw d). Tawassul kepada Malaikat-Malaikat kemudian membaca surat alFatihah sekali. Adapun bacaanya ialah:
امU
«· وآW اJW و إb_jرQgW اb_IUVNW اg ¸j JW إw _NªW اbj Qy أهÏ«h وQy·«
Z b_آNW¸ك اj وأb_S¦Qgj °_ Qgj و°ZUS g ¸NW رؤس اJW وإb£«Wهال اxا ........
¦Q«W¬ اW r \ء°_K[راc و°_ اUOوإ e). Kemudian kepada para masyayih lalu membaca surat al-fatihah sekali.
\ءJSTUـh Qy _ـQ ®ـQyZQـaj أرواحJـW إw ........
¦Q«W¬ اW r
f). Kemudian kepada para ‘Ulama’ lalu membaca surat al-fatihah sekali. Adapun bacaanya ialah:
اء وY¬aW واb_VZY®Wء و اQNGW_ اN ةUfh JW إw نQ±O JW إQ®h b_IUVNW اg ¸NW_ اN وb_
WQ®Wا
81
¦Q«W ا.¬yc r\ اµ رJm¸_ªWدر اQVW اYSc ^_aWء اQ_Wوxا ........ g). Kemudian kepada ruh ............ lalu membaca surat al-Fatihah sekali. Adapun bacaanya ialah:
KQgW وQy¦Q¬j و أQy QIl وQy¦اY وQmادYة أUfh JW إw Q® تQyjÑNW و اb_yjÑNWت و اQNNW و اb_NNWا ........
¦Q«W ا..... _h رو/ روحJWإ h). Membaca surat al-Ihlas sebanyak 3 kali. Adapun bacaanya ialah:
ô$Î#tƒ öΝs9 . ߉yϑ¢Á9$# ª!$#
YN
W اr وUS أآr و اr اs إdW إs . î‰ymr& ª!$# uθèδ ö≅è% ._hUW اbNhUW اr اI . 7‰ymr& #θà&à2 …ã&©! ä3tƒ öΝs9uρ . ô‰s9θムöΝs9uρ
i). Membaca surat al-Falaq sebanyak 1 kali. Adapun bacaanya ialah:
. t,n=y{ $tΒ ÎhŸ° ÏΒ
YN
W اr وUS أآr و اr اs إdW إs . È,n=x&ø9$# Éb>tÎ/ èŒθããr& ö≅è% ._hUW اbNhUW اr اI
Ìhx© ÏΒuρ . ωs)ãèø9$# †Îû ÏM≈sV≈¤&¨Ζ9$# Ìhx© ÏΒuρ . |=s%uρ #sŒÎ) @,Å™%yñ ÎhŸ° ÏΒuρ . y‰|¡ym #sŒÎ) >‰Å™%tn j). Membaca surat al-Nas sebanyak 1 kali. Adapun bacaanya ialah:
. Ĩ$¨Ψ9$# Å7Î=tΒ
YN
W اr وUS أآr و اr اs إdW إs . Ĩ$¨Ψ9$# Éb>tÎ/ èŒθããr& ö≅è% ._hUW اbNhUW اr اI
Í‘ρ߉߹ †Îû â¨Èθó™uθム“Ï%©!$# . Ĩ$¨Ψsƒø:$# Ĩ#uθó™uθø9$# Ìhx© ÏΒ . Ĩ$¨Ψ9$# ϵ≈s9Î) . Ĩ$¨Ψ9$#uρ Ïπ¨ΨÉfø9$# zÏΒ . ÄZ$¨Ψ9$#
82
k). Membaca surat al-Fatihah sebanyak 1 kali. Adapun bacaanya ialah:
¬! ߉ôϑysø9$#
YN
W اr وUS أآr و اr اs إdW إs . ÉΟŠÏm§9$# Ç≈uΗ÷q§9$# «!$# ÉΟó¡Î0 ._hUW اbNhUW اr اI
x‚$−ƒÎ) . ÉÏe$!$# ÏΘöθtƒ Å7Î=≈tΒ . ÉΟŠÏm§9$# Ç≈uΗ÷q§9$# . šÏϑn=≈yèø9$# Å_Uu‘ tÏ%©!$# xÞ≡uÅÀ . tΛÉ)tGó¡ßϑø9$# xÞ≡uÅ_Ç9$# $tΡω÷δ$# . ÚÏètGó¡nΣ y‚$−ƒÎ)uρ ߉ç7÷ètΡ . tÏj9!$āÒ9$# Ÿωuρ óΟÎγø‹n=tæ ÅUθàÒøóyϑø9$# Îöxî öΝÎγø‹n=tã |Môϑyè÷Ρr&
l). Membaca surat al-Baqarah dari ayat 1 samapai ayat 4 sebanyak 1 kali. Adapun bacaanya ialah:
YN
W اr وUS أآr و اr اs إdW إs ¡ ϵ‹Ïù ¡ |=÷ƒu‘ Ÿω Ü=≈tGÅ6ø9$# y7Ï9≡sŒ . $Ο!9# ._hUW اbNhUW اr اI öΝßγ≈uΖø%y—u‘ $®ÿÊΕuρ nο4θn=¢Á9$# tβθãΚ‹É)ãƒuρ Í=ø‹tóø9$$Î/ tβθãΖÏΒ÷σムtÏ%©!$# . zŠÉ)−Fßϑù=Ïj9 “W‰èδ ö/ãφ ÍοtÅzFψ$$Î/uρ y7Î=ö7s% ÏΒ tΑÌ“Ρé& !$tΒuρ y7ø‹s9Î) tΑÌ“Ρé& !$oÿÏ3 tβθãΖÏΒ÷σムtÏ%©!$#uρ tβθà)Ï&Ζム. tβθãΖÏ%θムm). Membaca Ayat Kursi sebanyak 1 kali. Adapun bacaanya ialah:
Ÿωuρ ×πuΖÅ™ …çνä‹è{ù's? Ÿω 4 ãΠθ•‹s)ø9$# ÷y∏ø9$# uθèδ āωÎ) tµ≈s9Î) Iω
ٌYh ِ وَاdٌ Wَْ ِإgُ ¬ُ Wََو ِإ
āωÎ) ÿ…çνy‰ΨÏã ßìx&ô±o„ “Ï%©!$# #sŒ tΒ 3 ÇÚö‘F{$# ’Îû $tΒuρ ÏN≡uθ≈yϑ¡¡9$# ’Îû $tΒ …絩9 4 ×ΠöθtΡ ôÏiΒ &óy´Î/ tβθäÜŠÅsムŸωuρ ( öΝßγx&ù=yz $tΒuρ óΟÎγƒÏ‰÷ƒr& š÷t/ $tΒ ãΝn=÷ètƒ 4 ϵÏΡøŒÎ*Î/ …çνߊθä↔tƒ Ÿωuρ ( uÚö‘F{$#uρ ÏN≡uθ≈yϑ¡¡9$# 絕‹Å™öä. yìÅ™uρ 4 u!$x© $yϑÎ/ āωÎ) ÿϵÏϑù=Ïã . ÞΟŠÏàyèø9$# ÷’Í?yèø9$# uθèδuρ 4 $uΚßγÝàø&Ïm
83
n). Membaca surat al-Baqarah dari ayat 284 samapai ayat 286 sebanyak 1 kali. Adapun bacaanya ialah:
÷ρr& öΝà6Å¡à&Ρr& þ’Îû $tΒ (#ρ߉ö7è? βÎ)uρ 3 ÇÚö‘F{$# ’Îû $tΒuρ ÏN≡uθ≈yϑ¡¡9$# ’Îû $tΒ °! 4’n?tã ª!$#uρ 3 â!$t±o„ tΒ Ü>Éj‹yèãƒuρ â!$t±o„ yϑÏ9 ãÏ&øóu‹sù ( ª!$# ϵÎ/ Νä3ö7Å™$y⇔ムçνθà&÷‚è? 4 tβθãΖÏΒ÷σßϑø9$#uρ ϵÎn/§‘ ÏΒ Ïµø‹s9Î) tΑÌ“Ρé& !$yϑÎ/ ãΑθß™§9$# ztΒ#u . íƒÏ‰s% &óx« Èe≅à2 ÏiΒ 7‰ymr& š÷t/ ä−Ìhx&çΡ Ÿω Ï&Î#ß™â‘uρ ϵÎ7çFä.uρ ϵÏFs3Í×‾≈n=tΒuρ «!$$Î/ ztΒ#u <≅ä. Ÿω
. çÅÁyϑø9$# šø‹s9Î)uρ $oΨ−/u‘ y7tΡ#tø&äî ( $oΨ÷èsÛr&uρ $uΖ÷èÏϑy™ (#θä9$s%uρ 4 Ï&Î#ß™•‘
Ÿω $oΨ−/u‘ 3 ôMt6|¡tFø.$# $tΒ $pκön=tãuρ ôMt6|¡x. $tΒ $yγs9 4 $yγyèó™ãρ āωÎ) $²¡ø&tΡ ª!$# ß#Ïk=s3ム…çµtFù=yϑym $yϑx. #\ô¹Î) !$uΖøŠn=tã ö≅Ïϑóss? Ÿωuρ $oΨ−/u‘ 4 $tΡù'sÜ÷zr& ÷ρr& !$uΖŠÅ¡®Σ βÎ) !$tΡõ‹Ï{#xσè? ( ϵÎ/ $oΨs9 sπs%$sÛ Ÿω $tΒ $oΨù=Ïdϑysè? Ÿωuρ $uΖ−/u‘ 4 $uΖÎ=ö6s% ÏΒ šÏ%©!$# ’n?tã (7 kali)
4 !$uΖôϑymö‘$#uρ $oΨs9 öÏ&øî$#uρ $¨Ψtã ß#ôã$#uρ
. šÍÏ&≈x6ø9$# ÏΘöθs)ø9$# ’n?tã $tΡöÝÁΡ$$sù $uΖ9s9öθtΒ |MΡr& (7 kali)
b_NhاUW اh أرQZ QyNhار
o). Membaca shalawat nabi sebanyak 7 kali. Adapun bacaanya ialah:
.Y_ªj Y_Nh dm إM_SW ا° أهg_c d¦QآUI وr اNhم( رQj)إ آU¬±_W M_SW ا° أهUW اgyc _هW r اYZUZ Qjو bZW اQ¬ZأQZ ،\SyW اJc ®نZ d£g ¸j وrا إن اU_¬±¦ .QN_¦ اNO وd_c ا اyjl YN
j QmY_O dWl Jc وYN
j QmY_O Jc O و° ¬Wا (7 kali)
p). Membaca Istighfar sebanyak 15 kali. Adapun bacaanya ialah:
84
رm ¯¦QRj YGO أJc ®¸ةW ا°fK أ° ¬Wم( اQj)إ ¯¦QjGj دYc O وdS
وdWl Jc وYN
j QmY_O ىY¬Wا كU ذآbc °« ون وUك ذاآU ذآQN¦¯ آQNاد آYj و .نKQ¨Wا N ¯¦QRj YGO أJc ®¸ةW ا°fK أ° ¬Wا دYc O وdS
وdWl Jc وYN
j QmY_O J
fWا bc °« ون وUك ذاآU ذآQN¦¯ آQNاد آYj ¦¯ وQjGj .نKQ¨Wك اUذآ JYWر اYI ¯¦QRj YGO أJc ®¸ةW ا°fK أ° ¬Wا ادYj ¦¯ وQjGj دYc O وdS
وdWl Jc وYN
j QmY_O نKQ¨Wك اU ذآbc °« ون وUك ذاآU ذآQN¦¯ آQNآ rل اOب رQ
أQy¦دQO bc JWQG¦ r\ اµ ورOو Gm وJWNW اGm °_آW اGm وr اQySh وb_GNأ [N_·GW\ اGW اrQI sة إR s وsh s .U_®yWا (15 kali)
_·GW اr اU«¨£Oأ
q). Membaca Tasbih sebanyak 7 kali. Adapun bacaanya ialah:
_م و أ¦بVW
\ اW ه اs إdW إs ىW اr اU«¨£Oم( أQj)إ sا وUµ ¬«mx نgNZ s و.WQÒ ءJj YSc I¦ d_Wإ لOل رQR .راam s ة وQ_h s وQ¦j نgNZ s وQG«m :O وd_c r ا° rا JWن إQ£S_Sh _[انNW اJK نQ£_Vw نQW اJc نQ£«_« نQ£Nآ .bNhUWا (7 kali)
ÇYN
I وrن اQ
SO _·GW اrن اQ
SO
r). Membaca Tahlil sebanyak 70.000 kali. Adapun bacaanya ialah:
85
bNhUW اr اI ._UWن اQ±_aW اbj rQI ذcم( أQj)إ هr اYyc ÇوYª¦ U_ bj g«mx اjYV¦ Qj و._hUWا MZm ._hUW «ر اr إن اr اU«¨£Oا و اU· أcا وأU_ :dm أcQK UآW ا°fKر أQyW اbj اءYK وr اJW إQIUV¦ اUذآ (dengan di panjangkan bacaan “laa” sebanyak 3 r اs إdW إs kali)
(sebanyak 70.000 kali) r اs إdW إs
86
s). Membaca do’a Adapun bacaan tergantung imam tahlil, yang pasti mendo’akan agar arwah mayit diterima disisi-Nya dan diampuni segala dosa yang telah dia perbuat selama hidup di dunia. Adapun bacaan sebagian bacaan do’anya ialah:
فU أJc ¸مW®¸ة و اW و اb_NWQGW رب اr YN
Wا .b_GN أdS
وdWl وYN
j QmY_O b_OUNWء و اQ_Smxا و¦¸وةdSSI ÇQmUS وآÇQy هQj وQmأUR Qj ابw °G¬ اWا ÇQy هQj وÇQmأUR Qj ابw °G¬ اW ا.dx _·GWن اlUVWا .O وd_c r اJ YN
j J«±®NWوح اUW ZYه لOب وQ
رواح أx و،b_OUNWء اQ_Smx اU QO رواحxو ء وQ_Wوx اbj b_GIQ£W اIQ£W¬ و اGIQ¦ وb_GN أrا وb_NNW اbj رSVW ا°رواح أهx و،b_
WQ®Wاء و اY¬aWا r اJ YN
j j أbj تQyjÑNW و اb_yjÑNWت و اQNNWا وحUW ¯Wاب ذw °´j QIاw و.O وd_c ................... _hوUW / ........................... وQy_c cQ«aWآ و اUSW و اNGyW و اNhUW[ل اm¬ اWا وb_yjÑNW اbj رSVW ا° أهU QO Jc وQ ه/ d_c ت وQرYW¬ اW Kت ارQNNW و اb_NNWت و اQyjÑNWا هQZ و إQyت و ادQ©_W¬ اyc U«ت و آQy
W¬ اW qGµ y©N±NW« اyW اQ¬£ZlQZ تQ¬jxء و اQIÅاد و اYx اj yªWا دى وQSc \K JدQK _µUj _µ¯ راI رJW إJGار JK _KQc وbZYW اJK j¸O ¯Wm Qm¬ إW ا.J£y Jاد °SR I¦ زق وUW اJK آUI وGW اJK دةQZ و زYªWا ¬ هّنW ا،تNW اYGI ةU«¨j ت وNW اYyc Nhت و رNWا Yyc «GWر و اQyW اbj ةQªyWت و اNWة اUg JK Qy_c ءI Qy_c £¦ s وN¦QW اb
I QyW £¬ اW ا.بQ
Wا QyR وyh ةUÅ اJK وyh Q_mYW اJK Qy¦l QyI ر.N¦QWا
87
وdWl Jc وYN
j QmY_O Jc r اJ و.رQyWاب اc .b_NWQGW رب اr YN
W و ا.ّO وdS
Dan sebagian do’a yang khusus dalam dzikir fida’. Adapun bacaanya ialah:
qW أb_GSW اǬI M هJm¬ إW ا._hUW اbNhUW اr اI _hوUW / .............. رحW Q¬I ZY¦¬_ وأه وحUW Q¬I MZU£ اYR Jmك أY¬ و أ.................. ¯yj d£ZYK و،رQyW اbj .................. _hوUW / ........... رQyW اbj Q¬I dV£cK _¬¦ qW أb_GSW اÇ´اب هI رQyW اbj رQyW اbj Q¬I Uر و أQyW اbj Q¬I d®ر وQyW اbj Q¬I dgKو «GW اMm¯ أmار إUIx اj yªW اdر و دQyW اbj Q¬I Çcوأ J ر وQ¬VW اYhاWر اQS
W اZUgWر اQ£W_ اhUWر اQ«¨Wا ر وQ¬Tx اdWl ر وQ£NW اYN
j Qmsj وQmY_O Jc rا YN
W و اb_NWQGW رب اQZ b_jl b_jl b_jl .رQ_x اdIQ
أ .b_NWQGW رب اr t). Kemudian membaca shalawat yang bacaanya ialah:
،d آÈW اU_ ¯S_Sh Jc .اYI أQN داO و° QZsj هالx اbj هل°gW ،d£cQ« JU¦ ىW_ اSªWه ا Qj QyW U« وا،QmYQVj ÔّI J«±®NWQI ربQZ ،
£VNWا 55 .مUgW اO واQZ Jfj
55
Lihat transkrip Observasi :02/O/3-11/2009 dalam lampiran skripsi ini.
88
ii.
Dzikir Fida’ yang dilaksanakan rutin setiap 35 hari sekali Dzikir Fida’ yang dilaksanakan rutin setiap 35 hari sekali. Tepatnya pada setiap hari jum’at kliwon malam sabtu pahing. Dilaksanakan bergiliran tiap dusun di Desa Sukorejo. Dalam empat dusun dibagi menjadi 6 giliran, Dusun Dare, Dusun Ngasinan, Dusun Blimbing (ada dua giliran, Blimbing Selatan dan Blimbing Utara) dan Dusun Krajan (ada dua giliran Krajan Timur dan Krajan Barat). Pelaksanaanya sama dengan pelaksanaan
dzikir fida’ yang
diminta di rumah warga, hanya setelah dilaksanakan dzikir fida’ diadakan musyawarah yang membahas kegiatan keagamaan di Desa Sukorejo.
89
BAB IV PANDANGAN MASYARAKAT DESA SUKOREJO TERHADAP DIKIR FIDA’ DITINJAU DARI AL-QUR’AN DAN HADITS
D. Pandangan Masyarakat Desa Sukorejo Terhadap Dzikir Fida’ Ditinjau dari al-Qur’an dan Hadits Menurut masyarakat Desa Sukorejo dzikir fida’ adalah amalan / mengirim do’a kepada orang yang sudah meninggal dengan cara membacakan tahlil “Lâ Ilâha Illallâh” sebanyak 70.000 kali yang pahalanya dihadiyahkan untuk orang yang sudah meninggal supaya dosa yang telah ia perbuat semasa hidupnya di dunia diampuni oleh Allah SWT. dan dijauhkan dari siksa neraka, sesuai dengan apa yang telah diterangkan oleh tokoh agama di Desa Sukorejo.56 Demikian pula yang banyak terjadi di warga masyarakat Desa Sukorejo, meraka meyakini dengan dibacakannya tahlil / kalimat “Lâ Ilâha Illallâh” sebanyak 70.000 kali orang yang di do’akannya akan dijauhkan dari api neraka. Sebagian masyarakat Desa Sukorejo dalam melakukan kegiatan dzikir fida’/ tahlilan belum tahu persis landasan hukum dari amalan mereka, namun semangat mereka tak berkurang dalam mengamalkannya. Sama dengan kita dalam mengerjakan ibadah shalat, meskipun sebagian ummat Islam tidak mengetahui mana dalil takbiratul ihram itu rukun, do’a iftitah itu sunnah, salam pertama adalah rukun, salam kedua adalah sunnah dan sebagainya.
56
Lihat transkrip: 02/O/3-11/2009 dalam lampiran skripsi ini.
92
90
Akan tetapi seorang akan lebih mantap dan puas bila ia mengamalkan sesuatu dengan memahami landasan dalilnya. Lebih-lebih pada masa sekarang ini, sering kali orang yang sedang tekun dan mantap mengerjakan suatu amalan, tiba-tiba diusik orang lain, ditanya mana dalilnya atau duvonis bahwa amalannya itu sesat dan akan menjebloskan mereka ke dalam api neraka. Tidaklah demikian Allah begitu mudah menjebloskan seorang hambanya, Dia Dzat yang Maha Pengampun dan Penyayang terhadap orang-orang mukmin. Demikian juga yang terjadi di masyarakat Desa Sukorejo yang kebanyakan dari mereka belum mengetahui secara pasti dasar amalan dzikir fida’ yang mereka kerjakan. Mereka hanya menerima dan patuh terhadap kyai dan tokoh agama di lingkungan mereka. Mereka tak perlu pusing-pusing memikirkan dalil apa yang melandasi amalan baik yang mereka kerjakan, akan tetapi mereka yakin bahwa apa yang dianjurkan oleh Kyai ataupun Tokoh Agama di lingkungan mereka adalah sesuatu yang benar, karena sudah pastilah para kyai dan tokoh agama itu sudah mengetahui bahwa amalan yang dianjurkan kepada warganya adalah amalan baik dan tentunya dilandasi oleh dalil yang benar. Seperti halnya kegiatan dzikir fida’ yang dilaksanakan masyarakat Desa Sukorejo. Dzikir Fida’ adalah dzikir untuk memohon kepada Alloh SWT. Agar diselamatkan dari api neraka, baik untuk diri sendiri atau diperuntukkan pada orang yang telah meninggal. 57 Dzikir fida’ dilaksanakan secara berjama’ah di tempat tertentu. Demikian juga yang terjadi di Desa Sukorejo, kegiatan 57
Muhammad Khudhori al-Tsubuty “Dzikir Fida’ dalam perspektif al-Qur’an dan alhadits.” Penjara Suci, (online), edisi jum’at 31 juli 2009. http://altsubuty.blogspot.com, di akses 10 Nopember 2009.
91
tersebut dilaksanakan di rumah orang yang sudah meninggal (jika diminta salah satu warga untuk mendoakan salah satu keluarganya yang sudah meninggal). Dan juga dilakukan di masjid maupun mushala. Pelaksanaan ini juga dilakukan rutin setiap 35 hari secara bergiliran di tiap Dusun yang ada di Desa Sukorejo. Warga berkumpul dan membaca kalimah thoyyibah, hal in sesuai dengan konsep dzikir, yang secara bahasa artinya: penyebutan, indikasi, isyarat, peringatan. Sedang dzikir menurut istilah ialah: menyebut Allah dengan membaca tasbih (subhânallâh), tahlil (lâilâha illallâh), tahmid (al-hamdulillâh), taqdis (quddûsun), takbir (Allâhu Akbar), membaca hauqalah (lâ haulâ wa lâ quwwata illâ billâhi), hasbalah (hasbiyallâh), dan membaca do’a-do’a yang ma’tsur, yaitu do’a-do’a yang diterima dari Nabi SAW.58 Demikian juga keutamaan berkumpul, bermusyawarah, bersarasehan dan segala macam pertemuan lain yang bertujuan menggerakkan orang untuk mengerjakan kebaikan, baik itu berupa sedekah, amar ma’ruf, mengokohkan persatuan dan kesatuan, maupun upaya menciptakan kehidupan yang damai, semuanya itu termasuk amalan-amalan yang dijamin mendapatkan pahala yang besar, tentu saja bila dilandasi keikhlasan karena mencari ridho Allah SWT. sesuai dengan surat An-Nisa’ 4; 114 yang berbunyi:
š÷t/ £x≈n=ô¹Î) ÷ρr& >∃ρã÷ètΒ ÷ρr& >πs%y‰|ÁÎ/ ttΒr& ôtΒ āωÎ) öΝßγ1uθôf‾Ρ ÏiΒ 9ÏVŸ2 ’Îû uöyz āω . $\Κ‹Ïàtã #ô_r& ϵŠÏ?÷σçΡ t∃öθ|¡sù «!$# ÏN$|Êó÷s∆ u!$tóÏFö/$# šÏ9≡sŒ ö≅yèø&tƒ tΒuρ 4 Ĩ$¨Ψ9$# 58
Teungku M Hasbi Ash-Shiddieqy, Pedoman Dzikir dan Do’a, Semarang: PT Rizky Putra 2002, 36.
92
Artinya: Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma'ruf, atau Mengadakan perdamaian di antara manusia. dan Barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keredhaan Allah, Maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar. Demikian juga terdapat hadits yang menerangkan keutaman berdzikir dan pahala yang diperoleh bagi jama’ah dzikir:
ٌ¸ن َ Kُ ْ¬ِ _ْ Kِ :ِ gَ ِ ¸ َ Nَ Wْ اb َ jِ ٌ¯َjَ ل ُ ْVُ Zَ .ْ¬ُ Wَ ت ُ ْU«َ َ Jm ُآْ َأYُ ¬ِ ْ ُKَ :ل ُ ْVُ _َ Kَ .ْ¬ُ ُ _ْ ِ َ JَVa ْ Zَ s َ ُءQََª ُ Wْ ُه ُ ا:ل َ QَR ،ٍ َ Qَ
Wِ َءQَ QَNm` ُ¬ْ ِإyْ jِ َ _ْ Wَ Artinya: Maka berfirmanlah Allah: “Aku persaksikan kepadamu, wahai para Malaikat, bahwa aku mengampuni semua orang yang berada dalam majlis zikir itu.” Lalu, ada satu Malaikat di antara Malikatmalaikat itu yang berkata: “Wahai Tuhan, di kalangan majlis zikir itu ada seseorang yang tidak termasuk kelompok dzikir. Ia datang ke majlis itu untuk suatu keperluan yang lain.” Allah berfirman: “Kelompok ahli dzikir itu adalah jama’ah yang membuat orang lain yang berada di dekatnya tidak sengsara.”59 Dari hadits di atas jelas disebutkan pahala bagi siapa saja yang mengikuti jama’ah dzikir. Tentunya pelaksanaan dzikir fida’ di Desa Sukorejo selain ingin mendoakan mayit mereka juga menginginkan pahala dzikir bagi diri mereka sendiri, yaitu dengan mengucapkan kalimah thoyyibah yang bisa mengalirkan pahala dari setiap bacaan yang mereka baca. Demikian juga dalam konsep dzikir dengan lidah yaitu: Berkata AlFahrur Razy tentang dzikir yaitu: “Yang dikehendaki dengan sebutan lidah (berdzikir dengan lidah), ialah, menyebutkan kata-kata yang menunjukkan kepada tasbih (mensucikan Allah dari segala kekurangan), dan tahmid (memuliakan Allah dan membesarkan-Nya)” termasuk di dalamnya tahlil 59
Ibnu Hajar al-‘Asqolani, Fathu al-Bârî Syarah Shahih Bukhari, Juz VII (Beirut: Darul Ilmiyah.t.t), 213.
93
(membaca kalimat lâ ilâha illallâh). Adapun yang dikehendaki dengan ingatan hati, ialah: memikirkan dalil-dalil ada-Nya Allah, dalil-dalil sifat-Nya, dalil-dalil perintah dan larangan-Nya, untuk dapat diketahui hukum-hukumNya dan rahasia-rahasia yang terkandung dalam pembentukan alam. Masyarakat Desa Sukorejo yakin apa yang mereka kerjakan merupakan amal shaleh yang akan dibalas oleh Allah SWT. disebutkan:
y]≈n=èOuρ 4‘oΨ÷V¨Β 7πysÏΖô_r& þ’Í<'ρé& ¸ξߙ①Ïπs3Í×‾≈n=yϑø9$# È≅Ïã%y` ÇÚö‘F{$#uρ ÏN≡uθ≈yϑ¡¡9$# ÌÏÛ$sù ¬! ߉ôϑptø:$# . փωs% &óx« Èe≅ä. 4’n?tã ©!$# ¨βÎ) 4 â!$t±o„ $tΒ È,ù=sƒø:$# ’Îû ߉ƒÌ“tƒ 4 yì≈t/â‘uρ Artinya: Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, yang menjadikan Malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap, masing-masing (ada yang) dua, tiga dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.60 E. Dalil yang Mendasari Masyarakat Desa Sukorejo Dalam Melaksanakan Dzikir Fida’ Ditinjau dari al-Qur’an dan Hadits. Dalil yang dijadikan sumber oleh Kyai Desa Sukorejo ialah :
E ِ Gْ Iَ JِK M ُ Gْ Nِ O َ JِIْT ُ ْUVُ Wْ اYٍ Zْ ِ\ َزI^ َأ ِ _ِ a ` W اb ِc َ dِ _ْ Kِ QًfZْ \ َأ َ gِ h ُ َو ِرQ`yW اb َ jِ ا ًءYَ Kِ dُ Wَ ْMmَ Qَ`ا ٍة آUjَ b َ _ْ Gِ Sْ O َ r ُ اs ` ِإdَ Wَِ إs َ ل َ QَR ْbjَ ن ` ِر َأQَwÅا ( ِدQَSGِ Wْ ُد اQَْب ِار ِ Qَ£ِ\ ِآK) Isi kandungan hadits maksudnya, Barang siapa (laki-laki ataupun perempuan) yang beriman dan mengamalkan ibadah Dzikir “Lâ Ilâha Illallâh”
60
al-Qur’an surat Fathir, 7.
94
sebanyak 70.000 kali maka oleh Allah akan diberikan pahala ampunan sebagai tebusan atas dosanya dan dijauhkan dari api neraka. Dalil tersebut sumbernya dari ulama’ Sufi yang hidup di zaman Rasulullah Muhammad SAW. Bernama Syaih Abi Jaed al-Qurthubi memperoleh keterangan dari seorang sahabat nabi tentang amalan kalimah Dzikir Fida’ “Lâ Ilâha Illallâh” selanjutnya diangkat sebagai amalan ibadah yang pahalanya dijanjinkan oleh Allah SWT akan mendapatkan ampunan dosa dan dijauhkan dari api neraka. Para Masyayikh al-'Arifun Billah min Sâdâtinâ wa Habâibinâ alHâdîn al-Muhtadîn RA telah menjelaskan dan mengamalkan dzikir fida' guna menebus, membebaskan, melepaskan, menyelamatkan dan mengamankan diri mereka, lebih-lebih keluarga mereka dari siksa api neraka. Dasar dua metode penebusan diri dari api neraka yang beraneka corak ragamnya itu, menurut masyarakat Desa Sukorejo, kesemuanya telah tersurat dan tersirat dalam nushush (penjelasan) di bawah ini: 3. Firman Allah SWT:
. ÏŠ$t6Ïèø9$$Î/ 8∃ρâu‘ ª!$#uρ 3 «!$# ÉV$|Êó÷s∆ u!$tóÏGö/$# çµ|¡ø&tΡ “Ìô±o„ tΒ Ä¨$¨Ψ9$# š∅ÏΒuρ
(207/ةUVSW)ا Artinya: Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya.61 Maksud dari ayat di atas ialah: menyerahkan diri kepada Allah dan masuk ke dalam tha’at serta tetap di dalamnya. Dalam dzikir fida’
61
Al-Qur’an surat al-Baqarah 3; 207.
95
orang yang sedang berdzikir haruslah berserah sepenuhnya kepada Allah agar apa yang ia inginkan dikabulkan dan Allah akan memberikan santunan kepadanya, demikian juga dengan apa yang ia bacakan untuk seseorang, artinya ia korbankan atau ia berikan apa yang telah ia baca untuk mayyit. 4. Rasulullah SAW bersabda:
dِ `Wن ا َ Qَ
Sْ O ُ َو.ن َ ِ_[َاNWْ اÁ ُ Nْ ¦َ dِ `Wِ Yُ Nْ
َ Wْ ن وَا ِ QَNZِÀ اUُ ± ْ َ ¬ُ ُر± § Wا ¸ ُة َ ® ` Wض وَا ِ ْرx َ ت وَا ِ َاNَ ` W اb َ _ْ Iَ Qَj - Á ُ Nْ ¦َ ْ َأو- ن ِ ÂْN¦َ dِ `Wِ Yُ Nْ
َ Wْ وَا ¯ َ _ْ َc َ ْ¯ َأو َ Wَ ٌ ª `h ُ ن ُ lْUVُ Wْ ءٌ وَاQَ_µ ِ Uُ Sْ ® ` Wنٌ وَاQَْهUIُ ُ Rَ Yَ ® ` Wُرٌ وَاm .Qَ¬Vُ Iِ ُj ْ َأوQَ¬Vُ £ِ Gْ Nُ Kَ dُ َ «ْ mَ ٌ ِ QَSKَ ُوY¨ْ Zَ س ِ Q`yW ا° § ُآ Artinya: Kesucian itu setengah dari iman (yakni segi bathin), Alhamdulillah itu memenuhi timbangan, Subhanallah Wal Hamdulillah itu dapat memenuhi ruang antara langit dan bumi, shalat adalah cahaya (yang dapat menyinari hati orang mukmin di muka bumi), shadaqah adalah bukti, sabar (dalam beribadah dan meninggalkan maksiat) adalah cahaya yang gilang gumilang (yang dapat menghilangkan segala macam kesempitan). Al-Qur’an adalah pedoman pokok, bermanfaat untukmu atau berbahaya atasmu. Semua manusia pergi di waktu pagi, lalu ada yang menjual, membebaskan atau memusnahkan dirinya. Dzikir Fida’ yang dilaksanakan di Desa Sukorejo sebagai penebusan dosa kepada seseorang yang telah meninggal, in merupakan bentuk hadiah pahala bagi mayit berupa amal shaleg yang tidak bisa dilakukan karena ia telah meninggal, sehingga bagi keluarga yang masih hidup dapat mengerjakan amal shaleh dan diberikan pahalanya kepada mayit dengan tujuan agar Allah mengampuni dosa yang telah ia lakukan semasa hidupnya. Dalam komentarnya, Imam al-Nawawi mengatakan bahwa yang dimaksud dengan sabda Nabi SAW "Semua manusia pergi di waktu pagi, lalu
96
ada yang menjual, membebaskan atau memusnahkan dirinya" adalah setiap manusia berusaha dengan dirinya sendiri, lalu di antara mereka ada yang menjual dirinya kepada Allah SWT dengan ketaatannya, sehingga membebaskannya dari siksa. Dan sebagian yang lain menjual dirinya kepada syaithan dan hawa nafsunya dengan cara patuh kepada keduanya, sehingga mencelakakannya. Dalam Shahih Bukhari, dari shahabat Abu Huraiarah RA, beliau berkata: “Rasulullah SAW berdiri ketika Allah SWT menurunkan ayat “Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat. (Q.S. al-Syu’ara: 214)”, beliau bersabda: “Wahai orang-orang Quraisy, belilah (selamatkanlah) diri kalian (dari siksa), aku tidak kuasa memberi jaminan apapun kepada kalian terhadap Allah SWT. Wahai Bani Manaf, aku tidak kuasa memberi jaminan apapun kepada kalian terhadap Allah SWT. Wahai Abbas bin Abdul Muthalib, aku tidak kuasa memberi jaminan apapun kepadamu terhadap Allah SWT. Wahai Shafiyah bibi utusan Allah, aku tidak kuasa memberi jaminan apapun kepadamu terhadap Allah SWT. Wahai Fathimah putri Muhammad SAW, mintalah apa saja yang engkau inginkan dari hartaku, aku tidak kuasa memberi jaminan apapun kepadamu terhadap Allah SWT.” [H.R. Bukhari] Demikian juga terdapat dalam Shahih Muslim, sahabat Abu Hurairah mengisahkan bahwa ketika turun ayat “Dan berilah peringatan kepada kerabatkerabatmu yang terdekat. (Q.S. al-Syu’ara: 214)”, Rasulullah SAW memanggil orang-orang Quraisy, lalu mereka berkumpul. Kemudian Rasulullah SAW menyampaikan sabda secara umum dan secara khusus,
97
beliau bersabda: “Wahai Bani Ka’ab bin Lu’ai, selamatkanlah diri kalian dari api neraka. Wahai Bani Murrah bin Ka’ab, selamatkanlah diri kalian dari api neraka. Wahai Bani Abdi Syams, selamatkanlah diri kalian dari api neraka. Wahai Bani Abdi Manaf, selamatkanlah diri kalian dari api neraka. Wahai Bani Hasyim, selamtkanlah diri kalian dari api neraka. Wahai Bani Abdil Muthalib, selamatkanlah diri kalian dari api neraka. Wahai Fathimah, selamatkanlah dirimu dari api neraka. Karena sesungguhnya aku tidak kuasa menjamin apapun kepada Allah untuk kalian. Hanya saja kalian mempunyai hubungan kerabat, dan aku selalu melestarikannya dengan menyambung dan mempererat (tali silaturrahim dan memuliakan).” Yang dimaksud dengan sabda Nabi SAW “Sesungguhnya aku tidak berkuasa menjamin apapun kepada Allah untuk kalian” adalah janganlah kalian mengandalkanku karena kalian mempunyai hubungan kerabat denganku, sesungguhnya aku tidak berkuasa untuk menolak kemadlaratan yang dikehendaki oleh Allah SWT kepada kalian. Diriwayatkan dari Sayidina Abdullah bin Abbas RA, beliau berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa yang tiap pagi membaca “Subhanallahi wabihamdihi” seribu kali, maka sungguh ia telah membeli dirinya dari Allah SWT dan ia di akhir hidupnya menjadi orang yang dimerdekakan oleh Allah SWT.” (H.R. al-Thabrani dalam kitabnya Mu’jam al-Ausâth) Sayiduna al-Syaikh Muhammad bin Abu Bakar al-Syili Ba’alawi RA berkata: “Ayahku mengumpulkan jama’ah, mereka membaca tasbih seribu
98
kali, kemudian menghadiahkannya kepada sebagian orang-orang yang telah meninggal,
membaca
“Lâ
Ilâha
Illallâh”
seribu
kali,
kemudian
menghadiahkannya kepada sebagian orang-orang yang telah meninggal. Penduduk Tarim (Yaman) sangat memperhatikan dan antusias dalam hal ini. Mereka berpesan kepada sebagian yang lain dengan menggunakan harta untuk hal
(penebusan)
itu.
Ayahku
adalah
orang
yang
mendorong
dan
pendiri/pelaksana kegiatan ini. Demikian inilah apa yang dikerjakan oleh kaum sufi dan turun-temurun dari zaman dahulu hingga sekarang. Sebagian dari mereka berpesan agar menjaga dan melestarikannya. Mereka menuturkan bahwa dengan hal itu Allah SWT memerdekakan hamba yang dihadiahi itu sebagaimana tercantum dalam hadits.” Al-Imam Abu al-Farj Abdurrahman bin Ahmad bin Rajab al-Hanbali menuturkan bahwa sekelompok ulama salaf membeli dirinya dari Allah SWT dengan harta mereka. Di antara dari mereka membelinya dengan menyedekahkan semua hartanya, seperti Habib bin Abi Muhammad. Ada yang menyedekahkan dengan timbangan peraknya sebanyak tiga atau empat kali, seperti Khalid bin al-Thahawi. Dan juga ada yang bersungguh-sungguh dalam mengerjakan amal kebaikan dan mengatakan: “Aku hanyalah seorang tawanan yang berusaha untuk bebas.”, seperti ‘Amr bin ‘Uthbah. Sebagian dari mereka membaca tasbih sebanyak dua belas ribu kali setiap hari sesuai dendanya, seolah-olah ia telah membunuh dirinya sendiri, sehingga untuk membebaskan (hukumannya) ia harus membayar dendanya.
99
Syeikh Abu al-Abbas Ahmad al-Qasthalani RA berkata: “Aku mendengar Syaikh Abu Abdillah al-Qarsyi berkata: “Aku mendengar Abu Yazid al-Qurthubi RA berkata dalam sebagian atsar: “Barang siapa yang mengucapkan “Lâ Ilâha Illallâh” tujuh puluh ribu kali, maka hal itu menjadi tebusannya dari api neraka. Maka aku mengamalkan hal itu karena mengharap berkah janji itu. Lalu aku mengerjakannya dan sebagiannya kupersembahkan untuk keluargaku. Aku mengerjakan beberapa amal untuk simpanan diriku sendiri (di hari kiamat). Pada waktu itu ada seorang pemuda yang bermalam bersama kami, pemuda itu dianugerahi ilmu kasyaf, mampu melihat surga dan neraka. Para jamaah memang menilai pemuda itu sebagai orang yang mempunyai keutamaan walaupun usianya masih muda. Di dalam hatiku terbesit sesuatu tentang pemuda itu. Kemudian sebagian ikhwan sepakat untuk mengundang dan mengajak kami ke rumah pemuda itu. Kami menyantap makanan dan pemuda itu bersama kami. Tiba-tiba pemuda itu berteriak yang menimbulkan asumsi tidak baik. Pemuda itu berkata: “Wahai paman, ini adalah ibuku sekarang berada di neraka.” Pemuda itu berteriak dengan teriakan yang sangat keras. Siapapun yang mendengarnya pasti akan mengerti kalau pemuda itu tertimpa masalah yang sangat besar. Setelah aku melihat kepanikan dan kesedihannya, maka aku berkata: “Hari ini aku akan mencoba untuk bersedekah kepadanya. Lalu Allah SWT memberi ilham kepadaku untuk membacakan “Lâ Ilâha Illallâh” sebanyak tujuh puluh ribu kali dan hanya Allah sajalah yang mengetahui hal itu. Aku berkata dalam hatiku: “Atsar ini pasti benar dan orang-orang yang meriwayatkan kepadaku adalah
100
orang-orang yang jujur. Ya Allah, “Lâ Ilâha Illallâh”sebanyak tujuh puluh ribu ini adalah sebagai tebusan bagi ibu pemuda ini.” Belum selesai hatiku berkata seperti itu, tiba-tiba pemuda itu berkata: “Wahai paman, ibuku ini telah dikeluarkan dari neraka.” Segala puji bagi Allah. Dengan peristiwa itu aku memperoleh dua faidah. Pertama, menguji kebenaran atsar. Kedua, dapat menyelamatkan pemuda itu dan mengetahui kejujurannya.” Syakhul Akbar Muhyiddin bin al-Arabi pernah berwasiat untuk menjaga dan mengerjakan amalan yang dapat membebaskan seorang hamba dari api neraka, yakni dengan membaca “Lâ Ilâha Illallâh” sebanyak tujuh puluh ribu kali. Karena dengan bacaan sebanyak itu sesungguhnya Allah SWT akan membabaskan seorang hamba dari api neraka atau membebaskan orang yang dihadiahi bacaan itu. Syaikh Muhammad Nawawi bin ‘Amr al-Jawi RA berkata: “Bacaan “Lâ Ilâha Illallâh” sebanyak ini (tujuh puluh ribu kali) disebut ataqat al-sughra (pembebasan kecil), sebagaimana halnya surat al-Ikhlash ketika dibaca sampai seratus ribu kali disebut ataqat al-kubra (pembebasab besar), walaupun hal itu dilakukan pada jarak beberapa tahun, karena tidak disyaratkan untuk berturutturut. Tentang hadiah pahala, ada beberapa dalil yang menerangkannya. Orang yang mengerjakan suatu perbuatan atau amal, pasti akan menerima balasannya. Jika amal itu baik, balasannya pahala, dan jika amal itu buruk, balasannya siksa. Firman Allah:
101
. …çνttƒ #\ø‹yz >六sŒ tΑ$s)÷WÏΒ ö≅yϑ÷ètƒ yϑsù . öΝßγn=≈yϑôãr& (#÷ρuãÏj9 $Y?$tGô©r& â¨$¨Ψ9$# â‘߉óÁtƒ 7‹Í≥tΒöθtƒ . …çνttƒ #vx© ;六sŒ tΑ$s)÷WÏΒ ö≅yϑ÷ètƒ tΒuρ Artinya: pada hari itu manusia ke luar dari kuburnya dalam Keadaan bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka. Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya. Dan Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya pula.62 Telah disebutkan di atas bahwa setiap orang hanya akan menerima hasil amalnya sendiri. Meskipun demikian, seseorang juga bisa memperoleh manfaat perbuatan baik orang lain. Adakalanya, perbuatan baik tersebut sama sekali tidak diniatkan untuk kemanfaatan orang lain itu, dan adakalanya memang dimaksudkan untuknya. Pertama, tentang orang yang memperoleh manfaat dari orang lain, walau orang yang beramal itu tidak meniatkan amlanya untuk orang lain. Tentang jenis amal yang pertama ini, terdapat sebuah hadits panjang yang menerangkannya, sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan juga Imam Muslim tentang keutamaan majlis dzikir, yang di dalamnya antara lain desebutkan:
ٌ¸ن َ Kُ ْ¬ِ _ْ Kِ :ِ gَ ِ ¸ َ Nَ Wْ اb َ jِ ٌ¯َjَ ل ُ ْVُ Zَ .ْ¬ُ Wَ ت ُ ْU«َ َ Jm ُآْ َأYُ ¬ِ ْ ُKَ :ل ُ ْVُ _َ Kَ .ْ¬ُ ُ _ْ ِ َ JَVa ْ Zَ s َ ُءQََª ُ Wْ ُه ُ ا:ل َ QَR ،ٍ َ Qَ
Wِ َءQَ QَNm` ُ¬ْ ِإyْ jِ َ _ْ Wَ Artinya: Maka berfirmanlah Allah: “Aku persaksikan kepadamu, wahai para Malaikat, bahwa aku mengampuni semua orang yang berada dalam majlis zikir itu.” Lalu, ada satu Malaikat di antara Malikat-malaikat itu yang berkata: “Wahai Tuhan, di kalangan majlis zikir itu ada 62
Al-Qur’an surat l-Zalzalah 99; 6-8.
102
seseorang yang tidak termasuk kelompok dzikir. Ia datang ke majlis itu untuk suatu keperluan yang lain.” Allah berfirman: “Kelompok ahli dzikir itu adalah jama’ah yang membuat orang lain yang berada di dekatnya tidak sengsara.”63 Imam Ibnu Hajar al-Asqolani menjelaskan pengertian hadits qudsi di atas. Dia berkomentar sebagai berikut: “Hadits ini menjelaskan keutamaan berkumpul dalam majlis dzikir. Orang yang tergabung dalam majlis itu, walau ia sama sekali tidak ikut berdzikir, ikut terhitung bersama mereka dalam hal menerima semua keutamaan dan kemuliaan yang diberikan oleh Allah kepada ahli majlis tersebut”. Hadits di atas merupakan salah satu contoh tentang orang yang mendapatkan manfaat dari amalan orang lain walaupun amalan tersebut tidak diniatkan untuknya. Kedua, tentang memperoleh pahala / manfaat dari amalan orang lain yang memang diniatkan, atau ditujukan kepada kita. Macam yang kedua ini lebih nyata dan lebih banyak jenisnya. Dan karena perbuatan baik yang dikerjakan itu diniatkan agar pahalanya diperuntukkan arwah orang tertentu, maka pernyataan niat yang merupakan do’a itu dapat dijatuhkan sebelum melakukan perbuatan. Sayyid Sabiq dalam kitabnya, Fiqhu al-Sunnah, menulis: “ Mengerjakan perbuatan baik untuk orang yang sudah meninggal harus ada niatnya.” Ibnu Aqil berkata: “Apabila suatu amal kebaikan yang berupa shalat, puasa, dan bacaan al-Qur’an dihadiahkan kepada orang Islam yang sudah meninggal, maka pahala amal tersebut akan sampai kepadanya dan bermanfaat baginya. Suaratnya hendaklah didahului niat menghadiahkan amalan itu dan disertakannya.” Pendapat Ibnu Aqil ini dikuatkan oleh Ibnu Qoyyim.”64 63
Ibnu Hajar al-‘Asqolani, Fathu al-Bârî Syarah Shahih Bukhari, Juz VII (Beirut: Darul Ilmiyah.t.t), 213. 64 Sayyid Sabiq, Fiqhu al-Sunnah, Juz I (Beirut: Darul Fikri, 1977), 481.
103
Jika amalan itu mengganti / meng-qadha’-kan amalan si mayit – misalnya, si mayit dulu punya utang puasa atau haji – maka cukup memulai amalan itu dengan pernyataan niat biasa, seperti: “Aku berpuasa untuk menggantikan / meng-qadha’-kan / melunaskan kewajiban puasa Ramadhan ayahku, si Fulan, karea Allah.” Akan tetapi, jika amalan itu bukan merupakan utang si mayit bahkan hanya semata-mata amalan yang dihadiahkan, maka pernyataan niat itu hendaknya disertai do’a. Do’a itu boleh dikerjakan ketika memulainya, atau setelah selesei mengerjakannya. Jika yang dihadiahkan itu pahala bacaan, baik al-Qur’an maupun dzikir, maka bunyi do’a itu, di antaranya adalah apa yang diungkapkan oleh Dr. asy-Syurbashi dalam kitabnya Yas’alûnaka fi al-Din wa al-Hayâh, jilid VI, hlm. 235:
... ن ٍ¸ َ «ُ Wِ dُ ¦ُ ْأUَ Rَ Qَj ب َ َاwَ ْ°Gَ ْ ` ُ¬ ` اWَا Artinya: “Ya Allah, jadikanlah pahala dari yang aku baca ini untuk fulan…” Atau seperti yang terdapat dalam Do’a Khatmi al-Qur’an, yang berbunyi:
...JَW ِإÇُ QَmْأUَ Rَ Qَj ب َ َاwَ ْÔIَ ` ¬ُ `Wَا Artinya: “Ya Allah, sampaikanlah pahala dari yang aku baca ini kepada arwah…” Atau dalam singkat, do’a tersebut dapat kita wujudkan dalam ucapan: “Ya Allah, jadikanlah/sampaikanlah pahala dari amalan yang aku kerjakan berupa … ini kepada arwah …”
104
Perbuatan menghadiahkan pahala ini, menurut Imam Ahmad bin Hanbal (pendiri Madzhab Hanbali) termasuk perbuatan yang sudah berjalan secara merata semenjak dahulu bahkan sudah menjadi ijma’ segenap Ulama’. Dr. Ahmad asy-Syurbashi menjelaskan bahwa Imam Ahmad bin Hanbal berkata: “Semua jenis kebaikan, pahalanya bisa sampai kepada mayit, berdasarkan nash-nash al-Qur’an dan hadits yang memutuskan hal itu. Dan sesungguhnya, kaum muslimin di mana-mana, di kota-kota besar pusat keislaman, mereka suka berkumpul membaca al-Qur’an dan menghadiahkan pahalanya kepada orang-orang Islam yang telah meninggal. Tak ada seorang pun yang menyangkal terbuatan itu. Berarti, telah terjadi ijma’ tentang hal tersebut.”65 Ibnu Taimiyah, seorang Ulama’ yang dikenal sangat radikal dalam pendapatnya, yang juga mermadzhab Hanbali, menyatakan: “Sesungguhnya orang yang sudah meninggal itu dapat memperoleh manfaat dari semua jenis ibadah badaniah, seperti shalat, puasa, dan bacaan al-Qur’an. Juga dapat memperoleh manfaat dari ibadahibadah yang berkaitan dengan harta benda, seperti sedekah. Juga dapat memperoleh manfaat dari do’a dan istighfar.”66 Tidak hanya itu, bahkan – sebagaimana dikutip dalam Tafsir Jamal ketika menafsirkan ayat 38-39 surat an-Najm – Ibnu Taimiyah memaparkan 20 buah alasan tentang manfaatnya amal seorang mukminin kepada orang lain. Sayyid Sabiq dlam Fiqh as-Sunnah menyebutkan amalan-amalan yang bermanfaat bagi orang yang sudah meninggal, yang dikerjakan oleh orang lain dan diperuntukkan kepada si mayit. Amalan-amalan tersebut yaitu: 1. Do’a dan Istighfar 2. Sedekah
413.
65
Ahmad Asy-Syurbashi, Yas’alûnaka fî ad-Din wa al-hayât (Beirut: Darul Fikri, 1984),
66
Ibid, Juz IV, 110.
105
3. Puasa 4. Haji 5. Shalat 6. Membaca al-Qur’an.67 Beberapa amalan tersebut dilakukan oleh masyarakat Desa Sukorejo dalam pelaksanaan dzikir fida’ yang akan dibahas dalam pembahasan selanjutnya. F. Pelaksanaan Dzikir Fida’ Secara umum, dalam pelaksanaa dzikir fida’ di Desa Sukorejo relatif sama dengan dzikir fida’ yang sering kita jumpai di tempat-tempat lain, hanya saja teknis pelaksanaan terbagi menjadi dua: 1. Dzikir fiada’ yang dilaksanakan secara rutin dan bergilir tiap dusun oleh Jama’ah Dzikir Fida’ Desa Sukorejo. 2. Dzikir fida’ yang diminta dirumah warga untuk mendo’akan anggota keluarga mereka yang sudah meninggal. Dalam amalan dzikir memang sangat dianjurkan, sudah banyak sekali perintah supaya manusia memperbanyak berdzikir dengan kalimat thayyibah atau dengan bacaan-bacaan al-Qur’an. Anjuran untuk selalu mengingat Allah dan menyebut asma Allah terdapat dalam berbagai ayat dan hadits, di antaranya:
∩⊆⊇∪ #ZÏVx. #[ø.ÏŒ ©!$# (#ρâ÷è0øŒ$# (#θãΖtΒ#u tÏ%©!$# $pκš‰r'‾≈tƒ
67
H.M. Madchan Anies, Tahlil dan Kenduri (Tradisi Santri dan kyai) (Yogyakarta: PT LKiS Printing Cemerlang), 62.
106
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya.” (QS. Al-Ahzab: 41)
$Vϑ‹Ïàtã #ô_r&uρ ZοtÏ&øó¨Β Μçλm; ª!$# £‰tãr& ÏN≡tÅ2≡©%!$#uρ #ZÏVx. ©!$# šÌÅ2≡©%!$#uρ … Artinya: “laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.” (QS. al-Ahzab: 35) Yang dimaksud dengan Muslim di sini ialah orang-orang yang mengikuti perintah dan larangan pada lahirnya, sedang yang dimaksud dengan orang-orang mukmin di sini ialah orang yang membenarkan apa yang harus dibenarkan dengan hatinya. Selain itu, dzikir fida’ yang dilaksanakan masyarakat Desa Sukorejo secara rutin mempunyai banyak keuntungan (yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya). Dari pandangan al-Qur’an juga dijelaskan:
š÷t/ £x≈n=ô¹Î) ÷ρr& >∃ρã÷ètΒ ÷ρr& >πs%y‰|ÁÎ/ ttΒr& ôtΒ āωÎ) öΝßγ1uθôf‾Ρ ÏiΒ 9ÏVŸ2 ’Îû uöyz āω ∩⊇⊇⊆∪ $\Κ‹Ïàtã #ô_r& ϵŠÏ?÷σçΡ t∃öθ|¡sù «!$# ÏN$|Êó÷s∆ u!$tóÏFö/$# šÏ9≡sŒ ö≅yèø&tƒ tΒuρ 4 Ĩ$¨Ψ9$# Artinya: Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma'ruf, atau Mengadakan perdamaian di antara manusia. dan Barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keredhaan Allah, Maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar. (QS. an-Nisa’: 114) Dari
ayat
di
atas,
dapat
kita
pahami
bahwa
berkumpul,
bermusyawarah, bersarasehan dan segala macam pertemuan lain yang bertujuan menggerakkan orang untuk mengerjakan kebaikan, baik itu berupa
107
sedekah, amar ma’ruf, mengokohkan persatuan dan kesatuan, maupun mengupayakan kehidupan yang damai, semuanya itu termasuk amalan-amalan yang dijamin mendapat pahala yang besar, tentu saja bila dilandasi keihlasan karena mencari ridho Allah semata. Dalam pelaksanaan dzikir
fida’ yang ada di Desa Sukorejo, tuan
rumah menghidangkan makanan. Hal ini bertujuan untuk bersedekah mengharap agar pahala dari sedekah tersebut diberikan kepada arwah keluarga mereka yang meninggal. Bersedekah sendiri adalah amal shaleh yang sudah barang tentu mendapatkan pahala dari Allah SWT, sesuai dengan firman-Nya:
öΝçλm; |=ÏGà2 āωÎ) $ºƒÏŠ#uρ šχθãèsÜø)tƒ Ÿωuρ ZοuÎ7Ÿ2 Ÿωuρ ZοuÉó|¹ Zπs)x&tΡ šχθà)Ï&ΨムŸωuρ . tβθè=yϑ÷ètƒ (#θçΡ$Ÿ2 $tΒ z|¡ômr& ª!$# ÞΟßγtƒÌ“ôfu‹Ï9 Artinya: Dan mereka tiada menafkahkan suatu nafkah yang kecil dan tidak (pula) yang besar dan tidak melintasi suatu lembah, melainkan dituliskan bagi mereka (amal saleh pula) karena Allah akan memberi Balasan kepada mereka yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.68 Sedangkan maksud sedekah yang diberikan oleh tuan rumah atau keluarga kematian semata-mata hanya untuk mendapatkan pahala. Hal ini sesuai dengan hadits Nabi:
ق َ Y` ® َ £َ mَ Qm` ِإr ِ لا َ ْO ُ َرQZَ :َ `O َ َوdِ _ْ َc َ r ُ اJ` َ \ ` Sِ y` Wل ا َ َO َ ¸ ً ِ QO َ ن ` َأ ،ْGَ mَ :ل َ QَR ْ_ ِ¬ْ؟Wَ¯ ِإ َ Wِ َذ° ُ® ِ Zَ ْ° َه،ْ¬ُ Wَ ُcْYَm ُ¬ْ َوyْ c َ Ø §
ُ mَ َوQmَ Q¦َ ْjَ ْbc َ ي َ Yِ ِإذَا ُا ْهÈ ِ Sْ ± § WQِI ْ ُآYُ h َ ح َأ ُ Uَ «ْ Zَ QَNَ آdِ Iِ ن َ ْh ُ Uَ «ْ _َ Wَ ْ¬ُ m` ْ_ ِ¬ْ َوِإWَ ِإ° ُ® ِ _َ Wَ dُ m` ِإ .dِ _ْ Wَِإ 68
Al-Qur’an surat: al-Taubah, 121.
108
Artinya: Ada seorang sahabat bertanya kepada Nabi SAW. “Wahai Rasulallah, kami biasa bersedekah untuk orang-orang yang meninggal di antara kami, kami juga menghajikan mereka dan mendoakan mereka. Apakah pahala dari semua yang kami kerjakan itu bisa sampai kepada mereka?” jawab Nabi: “ya, pahala sampai kepada mereka, mereka gembira dengan pahala itu sebagaimana gembiranya orang yang masih hidup menerima bingkisan hadiah dari seseorang” Dari hadits di atas sudah barang tentu sedekah yang diberikan oleh keluarga mayit akan sampai kepada arwah keluarga mereka yang sudah meninggal. Maka sudah wajar apabila dari keluarga kematian memperbanyak sedekah mereka selagi mampu, karena dengan memperbesar sedekah dengan cara menghidangkan kepada jama’ah dzikir yang mereka undang, akan semakin besar juga pahala yang mereka kirim untuk keluarga mereka yang meninggal. Sedangkan bacaan dalam dzikir fida’ masing-masing mempunyai arti, dan jika dipandang dari teori al-Qur’an dan Hadits ada beberapa alasan dan pandangan sebagai berikut (berdasarkan urutan bacaan69): 1.
Tawassul kepada Nabi Muhammad SAW kemudian membaca surat alfatihah
2.
Tawassul kepada Nabi-Nabi san Rasul-Rasul kemudian membaca surat al-fatihah
3.
Tawassul kepada Khulafaur Rasyidin kemudian membaca surat alfatihah
69
Urutan/rangkaian bacaan dalam dzikir fida’ bukanlah hal mutlak, karena itu hanya malaha teknis demi memudahkan para pemula saja. Karena tidak ada satupun yang membahas dan membatasi urutan dalam dzikir.
109
4.
Tawassul kepada Malaikat-Malaikat kemudian membaca surat alfatihah
5.
Kemudian kepada para masyayih lalu membaca surat al-fatihah sekali
6.
Kemudian kepada para Ulama’ lalu membaca surat al-fatihah sekali
7.
Kemudian kepada ruh (nama mayit yang dimaksud) lalu membaca surat al-Fatihah sekali Dalam tawasul ini biasanya menggunakan kalimat hadhrah (bacaan ilâ hadhrati) sebagaimana pernyataan niat kepada siapa pahala bacaan tersebut dihadiahkan/dikirim. Hadhrah ini dinyatakan dengan bacaan al-fatihah. Lafadz hadhrah bisa bermacam-macam, namun intinya adalah mengelatkan pahala bacaan dzikir kepada para arwah yang hendak dihadiahi/dikirimi, mulai dari Nabi Muhammad SAW, keluarga dia, para sahabat, arwah kaum muslimin dan muslimat seluruhnya, dan khususnya arwah yang dimaksudkan oleh si pembaca. Kemudian bacaat tersebut dilanjutkan dengan membaca al-fatihah. Hadhrah merupakan ikrar atau pernyataan niat, kepada siapa pahala itu dialamatkan. Rasulullah SAW. menegaskan :
(\NZYW اÇ`_ ٍ )رواyِ Iِ s ` ِإ° َ Nَ c َ s َ ٍ َوSَ ْh ُ ْbc َ Uَ ْ َأs َ Artinya: Tidak ada pahala dari suatu amal, kecuali dengan danya dorongan hati untuk memperolehnya. Dan tidak sah suatu amal, kecuali dengan adanya niat. (H.R. Imam ad-Dailani dari sahabat Abu Dzarr).70
70
Abdul Rauf al-Manawi, Faidh al-Qadîr Syarah al-jamî’ ash-Shagîr, Juz VI (Beirut: Darul Fikri t.t.), 380.
110
8.
Membaca surat al-Ihlas sebanyak 3 kali Dalam rangkaian dzikir fida’ terdapat surat al-Ihlas, karena: Pertama, karena ada keistimewaan pada ayat tersebut, terutama berkaitan dengan besarnya pahala bagi pembacanya. Sabda Nabi SAW:
.ن ِ lْUVُ Wْ ا َ ُwُ َأUَ Rَ QNَ m` َgَ Kَ ٌYh َ َأr ُ ْ ُه َ ا°Rُ َأUَ Rَ ْbjَ Artinya: Barang siapa membaca surat qul huwallâhu ahad maka seakan-akan dia membaca sepertiga al-Qur.an. (H.R. Imam Ahmad, an-Nasai dan adh-Dhiya’ dari sahabat Ubai bin Ka’ab)71 Kedua, karena adanya hadits-hadits yang menyatakan keterkaitan
langsung
antara
surat
al-Ihlas
dengan
pengiriman/penghadiahan pahalanya bagi orang-orang yang sudah meningga. Sanda Nabi SAW:
َ ` َو َهwُ ًةU` jَ َةUَ a ْc َ َىYh ْ ٌ ِإYh َ َأr ُ ْ ُه َ ا°Rُ َأUَ Vَ Kَ ْ َرSُ Vُ Wْ ا° َ َ ْ َدbjَ .َاتjْ x َ ِد اYَ Gَ Iِ Uِ ْx َ b َ jِ \ َ± ِc ْ ت ُأ ِ َاjْ Á َ Wِ Qَ¬Iَ َاwَ Artinya: Barang siapa masuk kuburan lalu membaca surat qul huwallâhu ahad kemudian menghadiahkan pahalanya kepada para penghuni kubur itu, maka ia akan diberi oleh Allah pahala sebanyak orang yang mati di kuburan tersebut. (H.R. Imam ad-Daruqutni)72 9.
Membaca surat al-Falaq sebanyak 1 kali
10. Membaca surat al-Nas sebanyak 1 kali
71 72
Ibid, VI/20. Al-Mundziri, at-Targhiîb wa at-Tarhîb, Juz II (t.t), 385.
111
Dalam bacaan surat al-Falaq dan an-Nas disebut dengan alMu’awidzatain. Ada beberapa hadits yang menyatakan keutamaan alMu’awidzatain, antara lain sabda Rasulullah SAW.:
ب Uَ Iِ ْ ُذc ُ ْ َأ°Rُ Î § َR b ` ¬ُ ُ´ْ jِ Uَ Zُ ْWَ َ َ_ْ `W\ ا ` َc َ ْMWَ[ِ mْ ت ُأ ٍ QZَ l Uَ ¦َ ْWََأ J QyW داود و اI و اj Çس )روا ِ Q`yWب ا Uَ Iِ ْ ُذc ُ ْ َأ°Rُ َوÈ ِ َ«َ Wْ ا .UjQc bI SVc bc Artinya: Tidakkah engkau tahu ayat-ayat yang diturunkan kepadaku tadi malam? Sungguh, ayat-ayat itu tidak memiliki bandingannya sama sekali. Dua surat itu yaitu Qul a’ûdzu birabbi al-falaqi dan surat Qul a’ûdzu birabbi an-nas.(H.R. Muslim dan Abu Dawud dan an-Nasai dari sahabat ‘Uqbah bin ‘Amir)73 11. Membaca surat al-Fatihah sebanyak 1 kali Di depan, yakni pada pembahasan hadhrah, sudah disebutkan keutamaan surat al-Fatihah. Akan tetapi pada pembahasan di depan baru disebutkan khaisat al-Fatihah yang berkaitan dengan pernyataan niat agar mudah terkabulnya maksud, mengingat pada pembahasan tersebut adalah pembahasan mengenai niat. Sedangkan di sini berkaitan dengan kedudukan surat al-Fatihah dalam rangkaian bacaan dzikir. Jadi di sini akan ditinjau dari segi kutamaan pahalanya. Imam Bukhari meriwayatkan sabda Nabi SAW.:
\ َ ن َو ِه ِ lْUVُ Wْ ُأ م ا° َ ´ْ jِ ° ِ _ْ ª ِ mْ À ِ اJِK s َ َْرَا ِة و£`W اJِK r ُ لا َ [َ mْ َأQَj bI JI أbc آQ
W و اJ QyW_ى و اjU£W اÇِ\ )رواmQَ´Nَ Wْ ُ اSْ O َ (Gآ
73
Muhammad Haqqi an-Nazili, Khazînât al-Asrâr (Semarang: Percetakan Putra Semarang), 177.
112
Artinya: Allah tidak menurunkan kalam suci-Nya di dalam Taurat maupun Injil yang kemuliannya menyamai Ummul Qur’an (surat al-Fatihah). Ia adalah surat yang terdiri dari tujuh ayat yang senantiasa dibaca berulang-ulang. (H.R. Imam atTurmudzi, an-Nasa’i dan al-Hakim dari sahabat Ubai)74 12. Membaca surat al-Baqarah dari ayat 1 samapai ayat 4 sebanyak 1 kali Tentang permulaan surat al-Baqarah salam satu Hadits disebutkan:
ن ` ¥ِKَ ِةUَ Vَ Sَ Wْ ْ َر َة اO ُ اNُ `Gَ ¦َ :َ `O َ َوdِ _ْ َc َ r ُ اJ` َ r ِ لا ُ ْO ُ ل َر َ QَR YNh أÇَ ُ )روا± َ Sَ Wْ اQَ¬Gُ _ْ ± ِ £َ ْ ¦َ s َ ةٌ َوUَ َh َ Q¬َ ْ ُآU¦َ َآ ٌ َوUَ Iَ Q َ َه َ َأ (ÇYZ UI bc Artinya: Pelajarilah surat al-Baqarah. Sebab, mengambil manfaat dari surat al-Baqarah adalah berkah, sedang meninggalkannya adalah suatu penyesalan. Dan para tukang sihir tidak akan dapat melawannya. (H.R. Muslim dan at-Turmudzi)75 13. Membaca Ayat Kursi sebanyak 1 kali Adapun keutamaan Ayat Kursi di antaranya dalam Hadits:
dِ _ْ Kِ َوM ٍ _ْ Iَ \Kِ ُأUَ Vْ ¦ُ s َ ،ن ِ lْUVُ Wْ ي ا ِ l ُةYَ _O َ ٌ Zَ l Q¬َ _ْ Kِ ِةUَ Vَ Sَ Wْ ْ َر ُة اO ُ JI اbc آQ
W اÇ\ )روا O ِ ْUgُ Wْ ُ اZَ l :dَ yْ jِ ج َ Uَ َ s ` نٌ ِإQ± َ _ْ َ (ةUZUه Artinya: Di dalam surat al-Baqarah terdapat ayat yang merupakan penghulu semua ayat-ayat al-Qur’an. Ayat itu jika dibaca di dalam rumah yang dihuni setan, pasti setan itu keluar. Itulah Ayat Kursi. (H.R. al-Hakim dari Abi Hurairah)76 14. Membaca surat al-Baqarah dari ayat 284 samapai ayat 286 sebanyak 1 kali
74
As-Suyuthi, al-Itqan fi Ulûm al-Qurân, Juz II (Libanon: at-Tijaroyatul Kubra, t.t.), 153. Ibid. 76 Al-Mundziri, at-Targhîb wa at-Tarhîb, Juz II, 375. 75
113
Banyak Hadits yang menerangkan keutamaan tiga ayat terakhir dari surat al-Baqarah tersebut. Dari ketiganya, dua ayat terakhir mempunyai kekhususan yang lebih banyak. Tentang keutamaan tiga ayat tersebut secara umum Rasulullah SAW. bersabda:
b ` ¬ُ ± َ Gْ Zُ ْWَ ش ِ ْUGَ Wْ اM َ
ْ ¦َ [ٍ yْ ْ َآbjِ ِةUَ Vَ Sَ Wْ ْ َر ِة اO ُ َ ¦ِ َا َ M ُ _ْ ± ِc ْ ُأ ( ذرJI اbc YNh أÇِ\ْ )رواSْ Rَ \ Û Sْ mَ Artinya: Aku diberi Allah ayat-ayat penutup surat al-Baqarah dari perbendaharaan di bawah Arasy, sesuatu pemberian yang tak pernah diberikan kepada seorang nabi pun sebelum aku. (H.R. Ahmad dari sahabat Abu Dzar)77 Masih ada beberapa hadits yang menerangkan keutamaan tiga ayat terakhir dari surat al-Bawarah, tetapi tidak disebutkan secara detail dalam pembahasan ini. 15. Membaca Tarhim sebanyak 7 kali dan Tabarruq dengan surat Hud: 73, al-Ahzab: 33 Tarhim pada dasarnya adalah do’a permohonan kepada Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Pemurah agar kita diberi rahmat-Nya. Memang Allah memerintahkan agar kita memohon ampunan dan rahmat-Nya, sebagaimana yang diajarkan kepada Nabi Muhammad SAW. Firman Allah dalam surat al-Mukminun: 118:
. tÏΗ¿q≡§9$# çöyz |MΡr&uρ óΟymö‘$#uρ öÏ&øî$# Éb>§‘ ≅è%uρ Artinya: Ya Tuhanku berilah ampun dan berilah rahmat, dan Engkau adalah pemberi rahmat yang paling baik.
77
Ibnu Katsir, Tafsîr al-Qur’ân al-‘Adzîm Tafsîr Ibnu Katsîr, Juz I (Damaskus: Darul Fiha’ t.t.), 341.
114
Menurut Syaikh Nawawi Banten dalam kitab tafsirnya, alMunir, maksud dari ayat tersebut adalah: Katakanlah, wahai semuliamulia Rasul: “Ya Allah Tuhanku, ampunilah aku dan ummatku. Dan rahnatilah ummatku, jangan Engkau menyiksanya. Engkau adalah Dzat yang Paling Pengasih di antara semua yang pengasih.”78 Dalam surat Hud ayat 73, sekalipun ayat tersebut berkaitan dengan keluarga Nabi Ibrahim yang diberkahi dan dirahmati Allah, tapi al-Qur’an bersifat umum, artinya kandungan ayat tersebut dijadikan
tafaul
dan
Tabarruq
oleh
keluarga
yang
punya
hajat/penyelenggara dzikir fida’. Tafaul artinya mengharapkan kebaikan kepada Allah, seperti kebaikan yang diberikan-Nya kepada seseorang. Tabarruq artinya mengharapkan berkah Allah, yaitu selalu bertambanya kebaikan. Bacaan Tafaul ialah:
Ó‰‹Åg¤Χ Ó‰ŠÏΗxq …çµ‾ΡÎ) 4 ÏMøt7ø9$# Ÿ≅÷δr& ö/ä3ø‹n=tæ …çµçF≈x.tt/uρ «!$# àMuΗ÷qu‘ Artinya: rahmat Allah dan keberkatan-Nya, dicurahkan atas kamu, Hai ahlulbait! Sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah." Sedangkan bacaan Tabarruq ialah:
#ZÎγôÜs? ö/ä.tÎdγsÜãƒuρ ÏMøt7ø9$# Ÿ≅÷δr& }§ô_Íh9$# ãΝà6Ζtã |=Ïδõ‹ã‹Ï9 ª!$# ߉ƒÌム$yϑ‾ΡÎ) Artinya: Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, Hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersihbersihnya. 78
Nawawi bin Umar al-Banteni al-Jawi, Tafsîr al-Munîr/Marâh Labîd, Juz II (Surabaya: Syirkah Maktabah Ahmad bin Nabhan t.t.), 73.
115
Jadi, inti pokok dibacanya atar tersebut di dalam dzikir fida’ adalah mengharap berkah dan rahmat Allah diberkahi kepada keluarga (Ahli Bait) yang mengadakan acara dzikir fida’ itu, sebagaimana Allah telah memberikannya kepada keluarga (Ahli Bait) Nabi Ibrahim as. 16. Membaca Shalawat Nabi sebanyak 7 kali Kutamaan membaca Shalawat Nabi, banyak sekali hadits yang mengungkapkannya, di antaranya ialah:
Yٍ h ُ ُأ° ُ ´ْ jِ ط ُ َاU_ْ Vِ Wْ وَا،QًTَاU_ْ Rِ dُ Wَ r ُ َ ا£َ ¸ ًة َآ َ َ \ ` َc َ J` َ ْbjَ (\ ّ c bc زاقUW اYSc Ç)روا Artinya: Barang siapa bershalawat kepadaku satu shalawat, maka Allah menetepkan baginya pahala satu qirat, satu qirat adalah sebesar Gunung Uhud (H.R. Abdur Razzaq dari sahabat Ali bin Abi Thalib)79 17. Membaca Istighfar sebanyak 15 kali Tentang membaca istighfar telah jelas disebutkan dalam alQur’an surat Muhammad ayat 19:
ª!$#uρ 3 ÏM≈oΨÏΒ÷σßϑø9$#uρ tÏΖÏΒ÷σßϑù=Ï9uρ šÎ7/Ρs%Î! öÏ&øótGó™$#uρ ª!$# āωÎ) tµ≈s9Î) Iω …çµ‾Ρr& óΟn=÷æ$$sù ö/ä31uθ÷WtΒuρ öΝä3t7‾=s)tGãΒ ãΝn=÷ètƒ Artinya: Maka ketahuilah, bahwa Sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, Tuhan) selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal. 18. Membaca Tasbih sebanyak 7 kali
79
As-Suyuti Fath al-Kaîr, Juz II (Mesir: Darul Kutubil Arobiyyatil Kubra t.t.), 207.
116
Keutaman Tasbih pun telah terdapat dalam al-Qur’an surat alMukmin ayat 55:
ÄcÅ´yèø9$$Î/ y7În/u‘ ωôϑpt¿2 ôxÎm7y™uρ šÎ7/Ρs%Î! öÏ&øótGó™$#uρ A,ym «!$# y‰ôãuρ āχÎ) ÷É9ô¹$$sù Ì≈x6ö/M}$#uρ Artinya: Maka bersabarlah kamu, karena Sesungguhnya janji Allah itu benar, dan mohonlah ampunan untuk dosamu dan bertasbihlah seraya memuji Tuhanmu pada waktu petang dan pagi. 19. Membaca Tahlil sebanyak 70.000 kali. Dalam bab sebelumnya telah banyak menerangkan tentang manfaat dari bacaan tahlil, dan salah satu haditsnya ialah:
q َ _ْ َو َآ:° َ _ْ Rِ ،ْgُ mَ QَNZْ دُوا ِإY َ :َ `Oَ َوdِ _ْ َc َ r ُ اJ` َ r ِ لا ُ ْO ُ ل َر َ QَR YNh أÇ )رو.r ُ وَاr ُ اs ` ِإdَ Wَ ِإs َ ل ِ ْRَ ْbjِ ُواU´ِ ؟ َأ ْآQَymَ QَNZْ ُد ِإY ª َ mُ (ةUZU هJI اbc JmاUS±Wوا Artinya: Rasullullah SAW. Bersabda: “Perbaharuilah keimanan kamu”. Ada seorang sahabat yang bertanya. “Bagaimana cara kami memperbaharui keimanan kami ya Rasulallah?” jawab dia: “Senantiasalah kamu memperbaharui imanmu dengan ucapan lâ ilâha illallâh (H.R. Imam ath-Thabrani dari sahabat Abu Hurairah).80
20. Membaca do’a Inti do’a dalam acara tahlil adalah memohon kepada Allah agar pahala dari bacaan al-Qur’an dan dzikir-dzikir pilihan itu disampaikan kepada para arwah yang dimaksudkan khusunya, dan 80
Al-Mundziri, at-Targhîb wa at-Tarhîb, Juz II, 415.
117
kepada mukminin dan mukminat umumnya, serta memohon kepadaNya agar berkenan mengampuni dosa-dosa mereka. Pahala bacaan kalimah-kalimah suci dalam acara tahlil sudah diniatkan sebagai hadiah kepada arwah tertentu. Oleh karena itu, sebagai penutup tahlil, dibacalah do’a tahlil yang selain berisi permohonan kepada Allah agar semua dzikir pilihan yang telah dibaca itu diterima oleh Allah dan dibalas dengan pahala yang besar – seperti dinyatakan dalam nash-nash al-Qur’an dan hadits Rasulullah SAW. – juga berisi permohonan agar pahala tersebut dapat diserahkan kepada arwah yang telah diniatkan secara khusus, juga kepada arwah kaum Muslimin dan Muslimat secara umum. Kita berdo’a memohon ampunan dari dosa-dosa kita sendiri, dosa orang tua kuta, juga dosa-dosa arwah kaum Muslimin, Muslimat, Mukmin dan Mukminat. Dalam do’a tahlil, kita juga memohonkan agar mereka yang sudah berada di dalam barzakh diselamatkan dari siksa kubur, diberi rahmat serta nikamat kubur, dan dimudahkan semua urusan yang dihadapinya; lalu kita memohonkan agar kelak mereka dimasukkan surga. Demikianlah do’a penutup tahlil. Do’a penutup tahlil dipimpin oleh seorang imam, sedangkan yang lain mengamini, sesuai dengan hadits Nabi:
r ُ ُ¬ ُ اIَ Qَ َأs ` ُ¬ْ ِإf ُ Gْ Iَ b ُ j Ñَ Zُ ُ¬ْ َوf َ ْGIَ ُcْY_َ Kَ ٌÁَـj ُ Nِ £َ ª ْ Zَ s َ (آQ
W اÇ)روا
118
Artinya: “Tidaklah berkumpul orang banyak, lalu sebagiannya berdo’a dan sebagian lagi mengamini do’a itu, melainkan Allah akan mengabulkannya.” (HR. Hakim) Maksudnya, jika orang banyak berkumpul, kemudian seseorang di antara mereka berdo’a dan yang lain mengamini, maka pada saat demikian, Allah akan mengebulkan do’a mereka. Tentang diterimanya amalan acara tahlil oleh ahli kubur, ada baiaknya kita ingat sabda Rasulullah SAW. sebagai berikut:
s َ Qَُ ِرهSRُ ْbjِ ج ُ Uُ ْ ¦َ َوQَ¬Iِ ْmُ ُ Iِ Qَْ َرهSُ Rُ ° ُ ُ ْY¦َ ٌ jَ ْh ُ ْUjَ ٌ j` ِ\ ُأ£j` ُأ .Qَ¬Wَ b َ _ْ yِ jِ ْÑNُ Wْ ِر اQَ«¨ْ £ِ O ْ QِI Qَ¬yْ c َ Ü ُ ` Nَ ¦ُ Qَ¬_ْ َc َ ب َ ْmُ ُذ Artinya: Ummatku adalah ummat yang dirahmati Allah. Mereka masuk kubur dengan dosa-dosanya, namun kelak, mereka keluar dari kubur dalam keadaan bersih dari dosa-dosa itu karena permohonan ampunan (istighfar) orang-orang Mukmin untuk mereka. (Hadits marfu’ dari Shahabat Anas)81
81
1994).128.
As-Suyuti. Syarh ash-Shudûr bi syarhi Hal al-Mautâ (Mesir: Darul Kitabil Arabi,
119
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari penelitian yang kami laksanakan di Desa Sukorejo dari awal sampai akhir, maka dapat ditarik kesimpulan secara keseluruhan dari pembahasan skripsi ini sebagai berikut: 1. Makna Dzikir fida’ menurut masyarakat Desa Sukorejo 1.
Dzikir fida’ adalah amalan mengirim do’a kepada orang yang sudah meninggal dengan cara membacakan tahlil “Lâ Ilâha Illallâh” sebanyak 70.000 kali.
2.
Dzikif fida’ di Desa Sukorejo mempunyai beberapa keuntungan, antara lain: menjalin kerukunan antar warga, membantu sebagian warga kurang mampu yang menghendaki diadakannya dzikir fida’ di rumahnya, tidak memerlukan biaya yang besar.
2. Dalil yang mendasari Masyarakat Desa Sukorejo melaksanakan 1.
Dzikir fida’ di Desa Sukorejo di dasarkan pada sebuah atsar yang tentang bacaan tahlil sebanyak 70.000 kali
2.
Anjuran serta penjelasan dari Kyai tantang memperbaharui iman dengan kalimat “Lâ Ilâha Illallâh”.
3.
Atsar dari Syeikh Abu al-Abbas Ahmad al-Qasthalani.
3. Pelaksanaan dzikir fida’ di Desa Sukorejo 1.
Dzikir fiada’ yang dilaksanakan secara rutin dan bergilir tiap dusun oleh Jama’ah Dzikir Fida’ Desa Sukorejo.
118
120
2.
Dzikir fida’ yang diminta dirumah warga untuk mendo’akan anggota keluarga mereka yang sudah meninggal. Meskipun begitu secara teknis pelaksaan dan bacaan yang
dilafalkan sama (membaca beberapa tawasul, surat-surat pilihan, tahlil, dan doa). Hanya setelah acara dzikir ada perbedaan kegiatan selanjutnya.
B. Saran-saran 1. Masyarakat Desa Sukorejo setidaknya memahami alasan mereka melaksanakan dzikir fida’, bukan hanya dijadikan sebagai kewajiban demi terhindarnya dari keterasingan sosial. 2. Umat Islam hendaknya harus benar-benar memahami sumber-sumber ajaran Islam dengan sungguh-sungguh sehingga memahami ajarannya dan tidak menimbulkan perpecahan. 3. Kerukunan antar Umat Islam agar selalu dijaga, demikian juga dalam melaksanakan ibadah, serta menjalankannya dengan penuh keyakinan.
121
DAFTAR PUSTAKA
Al-Asqolani, Ibnu Hajar, Fathu al-Bârî Syarah Shahih Bukhori, Beirut: Daru Ilmiyah, t.t. Al-Banteni, al-Jawi, Nawawi bin Umar, Tafsir al-Munîr/Marâh Labîd, Surabaya: Syirkah Maktabah Ahmad bin Nabhan, t.t. Ali, Atabik dan Muhdlor, A Zuhdi, Kamus Kontemporer Arab Indonesia, Krapyak: Multi Karya Grafika, 2003. Al-Manawi, Rauf, Abdul, Faidh al-Qadîr Syarah al-Jamî’ ash-Shagîr, Beirut: Darul Fikri,t.t. Al-Malibari, Ibnu Zainuddin, Abdul Aziz, Zainuddin, Irsyâdu al-‘Ibâd Ilâ Sabîli al-Rasyâd, Semarang: Karya Putra t.t. Al-Mudziri, at-Targhîb wa at-Tarhîb, t.p t.t. Al-Nazali, Haqiqi, Muhammad, Khazinat al-Asrar, Semarang: Percetakan Putra Semarang, t.t. Al-Shiedqy, M. Hasbi, Teungku, Pedoman Dzikir dan Do’a, Semarang: PT. Rizky Putra, 2002. Al-Suyuti, a-Itqân fi ‘Ŭlûm al-Qurân, Libanon: at-Tijaroyatul Kubro, t.t. ________, Fath al-Khaîr, Mesir: Darul Kutubil Arobiyyatu Kubra, t.t. ________, Syarh al-Shudûr, Mesir: Darul Kutubil Arabi, 1994. Al-Syurbashi, Ahmad, Yasalûnaka fi ad-Dîn wa al-Hayât, Beirut: Darul Fikri, 1984. Anies, H.M. Machdan, Tahlil dan Kenduri (Tradisi Santri dan Kyai), Yogyakarta: PT. LKiS Printing Cemerlang, 2009. Cholil, Muhammad, Dasar-Dasar Talqin dan Tahlil, Ponorogo: Pustaka Buletin Jum’at, 2003. Faisal, Sanapiah, Format-Format Penelitian Sosial, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001. Hadi, Amirul dan Haryono, Metodologi Penelitian Pendidikan Untuk IAIN dan PTAIS Semua Fakultas dan Jurusan, Komponen MKK, Bandung: Pustaka Setia, t.t.
122
Katsir, Ibnu, Tafsir Ibnu Katsîr, Damskus: Darul Fiha’, t.t. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997. Moleong, Lexi J, Metodologi Penelitian Kualitatif. Terj, Jakarta: PT. Remaja Rosda Karya, 2000. Ponorogo, Pemda Kabupaten, Data Dasar Profil Desa/Kelurahan Desa Sukorejo Kecamatan Sukorejo Kabupaten Ponorogo, Ponorogo: Pemda Kabupaten Ponorogo, 2008. Ritzer, George – Goodman, Douglas J, Teori Sosiologi Modern. Terj, Yogyakarta, 1990. Riyanto, Yatim, Metodologi Penelitian Pendidikan, Suatu Tinjauan Dasar, Surabaya: Penerbit SIC, 1991. Sabiq, Sayyid, Fiqhu as-Sunnah, Beirut: Darul Fikri, 1977. Schraf, Betty R, Kajian Sosiologi Agama. Terj, Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya, 1995. Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2006.