BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang Apabila berbicara tentang Jepang, kita pasti langsung terbayang akan
anime, manga, style orang-orang Jepang dan budaya Jepang yang lainnya. Jepang adalah sebuah negara yang kental akan adat dan budayanya. Jepang sangat pandai menjaga adat dan budayanya sehingga pada saat ini budaya Jepang cukup dikenal di seluruh dunia, dan Jepang juga memiliki banyak sejarah yang sampai saat ini masih terjaga dan cukup diketahui oleh masyarakat Jepang sendiri maupun orangorang asing. Dari sekian banyak sejarah yang dimiliki Jepang, ada satu sejarah besar yang tidak begitu diketahui oleh banyak orang yaitu, sejarah perkembangan agama Islam. Jepang adalah negara dengan jumlah penduduk atheis (tidak memiliki agama) terbanyak ke dua di dunia1, padahal Jepang memiliki sejarah perkembangan agama Islam. Agama Islam adalah agama yang berasal dari semenanjung Arab Saudi dan mayoritas penduduk muslim dunia ada di negara-negara timur tengah. Islam mulai menyebar di Asia tenggara pada abad 7 sedangkan agama Islam baru masuk
1
Saefullah, Saad, 3 Negara Atheis Terbesar di Dunia, 4 Agustus 2014
1
2
negara Jepang pada akhir abad 19 2 . Perkembangan agama Islam di Jepang tergolong lambat karena negara Jepang menutup diri dari negara–negara lain. Pada sebuah artikel yang berjudul Nihon no Isuramu Rekishi yang ditulis oleh Prof. Dr. Salih Mahdi Al-Samarai pada tahun 2009, dibahas tentang sejarah perkembangan Islam di Jepang sejak sebelum tahun 1900 sampai tahun 2009. Artikel tersebut membagi periode perkembangan agama Islam di Jepang menjadi 9 bagian yaitu: periode sebelum tahun 1900, periode tahun 1900-1920, periode tahun 1920-1930, periode tahun 1930-1940, periode tahun 1940-1950, periode tahun 1950-1960, periode tahun 1960-1970, tahun 1970-an : periode tahun 19701980, dan periode tahun 1980-2009. Prof. Dr. Salih Mahdi Al-Samarai adalah ketua dari Islamic Center Japan yang berasal dari Arab. Dia datang ke Jepang pada awal tahun 1960-an, pada saat itu dia adalah seorang pelajar. Prof. Dr. Salih Mahdi Al-Samarai beserta saudarasaudara muslim lainnya sangat beperan penting dalam perkembangan agama Islam di Jepang. Sebagai contoh dari hasil kerja keras mereka ialah keberhasilan mendirikan Islamic Center Jepang. Islamic Center Jepang dibangun pada tahun 1965 di Tokushima Shikoku, kemudian Islamic Center Jepang pindah ke Tokyo3. Pembangunan Islamic Center Jepang mengalami banyak hambatan salah satu contohnya, Islamic Center Jepang pada saat itu hanya berjalan selama 1 tahun saja dan terpaksa berhenti karena kekurangan bantuan. Untuk selengkapnya sejarah
2
Nihon no Isuramu Rekishi. Tahun 2009.
3
mengenai tokoh-tokoh muslim maupun Islamic Center dan lain-lainnya dibahas dalam artikel ini. Penulis akan menerjemahkan bagian isi artikel yang menjelaskan perkembangan islam pada tahun 1960-2009. Pada bagian artikel tersebut dibahas tentang masuknya orang-orang dari negara muslim ke Jepang, lahirnya organisasi Islam pertama di Jepang, negara-negara timur tengah yang berperan penting bagi perkembangan Islam di Jepang, sejarah berdirinya Islamic Center di Jepang, pembangunan masjid-masjid yang ada di Jepang, orang–orang Jepang yang masuk Islam (muallaf) dan komunitas muslim yang ada di Jepang, serta kegiatankegiatan yang dilakukan oleh para muslim yang ada di Jepang. Penulis tertarik untuk menerjemahkan artikel tersebut untuk memberikan informasi tentang sejarah perkembangan agama Islam di Jepang, karena belum banyak orang yang mengetahui tentang sejarah perkembangan agama Islam di Jepang. Metode terjemahan yang digunakan penulis adalah terjemahan komunikatif (communicative translation) yaitu terjemahan yang berusaha menyampaikan makna kontekstual dari bahasa sumber yang dapat diterima dan dipahami oleh pembaca.
1.2
Pokok bahasan Pokok bahasan dalam tugas akhir ini adalah terjemahan artikel yang berjudul
Nihon no Isuramu Rekishi (1960-2009) dari bahasa Jepang ke bahasa Indonesia.
4
1.3
Tujuan Penulisan Tujuan penulisan Tugas Akhir ini adalah menerjemahkan artikel Nihon no
Isuramu Rekishi yang ditulis oleh Prof. Dr. Salih Mahdi Al-Samarai pada tahun 2009 yang dimuat dalam jurnal online http://islamcenter.or.jp mulai dari tahun 1960 sampai tahun 2009 ke dalam Bahasa Indonesia sehingga mudah dipahami oleh pembaca. 1.4
Metode Terjemahan
Menurut Newmark (via Hartono, 2003:82-84) metode terjemahan dapat dititik beratkan pada dua penekanan, yaitu bahasa sumber (bahasa yang diterjemahkan) dan bahasa sasaran (bahasa hasil terjemahan). Penekanan pada bahasa sumber menghasilkan empat metode penerjemahan: 1. Metode Terjemahan Kata Demi Kata Dalam metode terjemahan ini, urutan kata-kata bahasa sumber dipertahankan dan kosa katanya diterjemahkan apa adanya dengan makna yang paling umum (biasanya diambil dari makna kamus) dan terlepas dari konteksnya. Kegunaan utama terjemahan kata demi kata adalah untuk memahami sistem dan struktur bahasa sumber atau menganalisis teks yang sulit sebagai suatu proses awal terjemahan. 2. Metode Terjemahan Literal Dengan metode ini struktur bahasa sumber diubah ke dalam struktur bahasa sasaran tetapi kata-kata leksikal masih tetap diterjemahkan apa adanya, terlepas dari konteksnya. Sebagaimana proses penerjemahan awal,
5
terjemahan literal ini dapat membantu melihat masalah yang perlu diatasi ketika dalam proses penyusunan terjemahan ke dalam bahasa sasaran. 3. Metode Terjemahan Setia Metode terjemahan setia berusaha mereproduksi makna kontekstual yang tepat dari bahasa sumber dalam batas-batas struktur tata bahasa sasaran. Metode ini “menerjemahkan” kata-kata budaya dan mempertahankan tingkat “keabnormalan” tata bahasa dan leksikan (yang menyimpang dari kaidah-kaidah bahasa sumber) dalam terjemahan. Terjemahan ini benar benar setia pada tujuan dan realisasi teks bahasa sumber. 4. Metode Terjemahan Semantik Terjemahan semantik berbeda dengan “terjemahan setia” semata-mata dalam hal nilai keindahannya (bunyi yang indah dan alami) dalam bahasa sumbernya. Selanjutnya, metode terjemahan ini menerjemahkan kata-kata budaya yang kurang penting dengan istilah-istilah yang secara budaya netral tetapi tidak menggunakan ekuivalensi budayanya. Perbedaan antara terjemahan setia dengan terjemahan semantik ialah bahwa terjemahan setia bersifat tidak komprois dan dogmatis, sedangkan terjemahan semantik lebih fleksibel. Selanjutnya penekanan pada bahasa sasaran melahirkan empat jenis metode terjemahan, yaitu: 1. Metode Terjemahan Saduran Terjemahan saduran merupakan bentuk terjemahan yang “paling bebas”. Metode terjemahan ini utamanya digunakan untuk menerjemahkan drama
6
dan puisi. Dalam metode ini tema cerita, karakter, dan alur cerita pada umumnya diperthankan, sedangkan budaya bahasa sumber diubah (ditransfer) ke dalam budaya bahas sasaran dan teks ditulis ulang. 2. Metode Terjemahan Bebas Terjemahan bebas mereproduksi isi pesan tanpa mengindahkan cara penyampaian isi pesan, atau mereproduksi isi teks tanpa mempedulikan bentuk bahasa sumbernya. Biasanya terjemahan ini berupa parafrase (penceritaan kembali) yang lebih banyak daripada bahas sumbernya. Hal ini dimaksudkan agar pesan dalam teks sumber lebih jelas diterima oleh pengguna bahasa sasaran. Metode terjemahan ini biasa disebut dengan terjemahan intralingual. 3. Metode Terjemahan Idiomatik Terjemahan idiomatik mereproduksi “pesan” bahasa sumber tetapi cenderung menyelewengkan (mendistorsi) nuansa-nuansa maknanya dengan cara memilih penggunaan jargon-jargon dan idiom-idiom bahasa sasaran karena tidak ada dalam bahasa sumbernya. 4. Metode Terjemahan Komunikatif Terjemahan komunikatif berusaha mempertahankan makna kontekstual yang tepat dari bahasa sumber sedemikian rupa sehingga baik isi maupun bahasanya langsung dapat diterima dan dipahami oleh pembaca hasil terjemahan. Dari berbagai macam metode terjemahan tersebut di atas, penulis menggunakan metode terjemahan komunikatif. Alasan penulis menggunakan
7
metode terjemahan komunikatif adalah karena metode ini memperhatikan prinsipprinsip komunikasi dengan lebih menekankan penyampaian pesan ke dalam bahasa sasaran sehingga hasil terjemahan artikel Nihon no Isuramu Rekishi mudah dipahami dan dapat diterima oleh pembaca.
1.5
Sistematika Penulisan Tugas akhir ini terdiri dari tiga bab. Bab I yaitu pendahuluan, berisi tentang
latar belakang, pokok bahasan, tujuan, metode terjemahan, dan sistematika penulisan. Bab II berisi teks terjemahan per kalimat dan teks terjemahan utuh. Kemudian yang terakhir bab III yaitu penutup.