1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Penyusunan anggaran adalah masalah teknis. Kata-kata seperti keuangan, angka-angka, target dan estimasi akan langsung muncul dipikiran kita saat seseorang berbicara tentang anggaran. Namun, dibalik semua gambaran teknis yang terdapat dalam anggaran, sebenarnya ada faktor yang tidak dapat kita abaikan dari anggaran itu sendiri yaitu faktor “manusia”, karena manusia atau sumber daya manusia yang dimiliki organisasilah yang “hidup” dengan anggaran, mereka terlibat dalam pembuatan anggaran dan menjadi pelaksana atas anggaran tersebut. Anggaran juga memiliki pengaruh langsung terhadap perilaku manajer. Anggaran memberitahukan manajer mengenai apa yang diharapkan dari mereka dan kapan hal tersebut harus diwujudkan. Anggaran memberikan batasan kepada manajer tentang apa yang harus mereka beli, berapa banyak dana yang harus mereka gunakan dalam aktivitas operasi serta menjadi alasan utama untuk mengukur kinerja mereka dengan membandingkan antara target yang harus mereka capai dengan standar yang telah ditetapkan dalam anggaran. Hal ini menunjukkan kepada kita bahwa saat kita membahas tentang anggaran sebenarnya kita sedang membahas tentang perilaku manajerial yang dihasilkan dari penggunaan anggaran tersebut. Penjelasan di atas, memberikan gambaran kepada kita bahwa anggaran digunakan sebagai alat perencanaan dan pengendalian aktivitas organisasi (Siegel,
2
1986). Lebih jauh lagi, Kennis (1979) menyatakan bahwa selain sebagai alat perencanaan dan pengendalian aktivitas organisasi, anggaran juga berfungsi untuk koordinasi, komunikasi, evaluasi kinerja serta penumbuh motivasi bagi karyawan. Untuk dapat mencapai tujuan ini dengan baik, maka proses penyusunan anggaran seharusnya juga dilakukan dengan mekanisme yang baik pula. Ditengarai bahwa mekanisme yang baik yang mampu menjadikan manajer memandang dengan penuh antusiasme dan semangat semua angka, estimasi dan target-target yang tercantum dalam anggaran tersebut adalah proses penyusunan anggaran partisipatif. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa ketika suatu tujuan atau standar yang dirancang secara partisipatif disetujui, maka manajer akan menginternalisasikan tujuan dan standar yang ditetapkan, dan manajer juga akan memiliki komitmen dan rasa tanggung jawab pribadi yang lebih besar untuk mencapai cita-cita anggaran tersebut karena mereka ikutserta dilibatkan dalam penyusunannya dan memiliki pengaruh atas anggaran tersebut (Govindrajan, 2009). Hal ini juga terbukti secara empiris dengan adanya hasil penelitian yang menunjukkan hubungan yang positif antara partisipasi penyusunan anggaran dengan kinerja manajer (Leach-Lopez dkk., 2007; Leach-Lopez dkk., 2009; Supriyono, 2004; Supriyono, 2005; Frucot & White, 2006). Organisasi tentunya juga mengharapkan bahwa dengan adanya kebijakan yang mengijinkan karyawan untuk ikut serta berpartisipasi dalam penyusunan anggaran akan memberikan dampak positif seperti peningkatan kinerja dan kepuasan
kerja
bagi
karyawan.
Namun
ternyata, hasil-hasil
penelitian
menunjukkan bahwa belum terdapat satu conclusion utuh tentang hal ini.
3
Ketidakkonsistenan hasil – hasil penelitian ini umumnya dikarenakan karena peneliti menggunakan perspectives yang berbeda dalam mengembangkan teori mengenai hubungan antara partisipasi anggaran dengan kinerja (Covaleski dkk., 2003). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan perspektif psikologi dengan “psychological capital” sebagai variabel intervening / pemediasi dalam menjelaskan hubungan antara partisipasi penyusunan anggaran dengan kinerja. Psychological Capital atau yang biasa disingkat dengan Psycap merupakan
istilah
yang dikenalkan oleh
Luthans
dkk.,
(2007)
untuk
menggambarkan potensi dan kapasitas psikologis positif yang dimiliki seseorang. Luthans dkk., (2007) mendefinisikan PsyCap sebagai keadaan perkembangan psikologis positif individu yang dicirikan dengan: 1) memiliki kepercayaan diri (self efficacy) untuk mengambil dan melakukan suatu usaha yang diperlukan untuk keberhasilan tugas yang sedang dihadapi, 2) memberikan tanggapan positif (optimism) terhadap keberhasilan sekarang dan masa mendatang, 3) tekun dan gigih terhadap tujuan dan jika diperlukan, mengatur upaya mencapai tujuan (hope) dalam rangka mencapai keberhasilan dan 4) jika menghadapi masalah dan kegagalan, tetap bertahan dan bangkit kembali, dan bahkan lebih kuat dari sebelumnya (resiliency) untuk mencapai kesuksesan. Pada dasarnya, Psycap ini lebih berfokus kepada pembangunan dan pengembangan kekuatan dan hal – hal positif yang dimiliki oleh individu dan bukannya berfokus kepada hal – hal negatif atau kelemahan individu.
4
Penelitian tentang Psycap memiliki keunggulan, khususnya di bidang perilaku organisasi dengan menyediakan bukti bahwa Psycap adalah konstruk utama yang dapat digunakan untuk memprediksi kinerja dengan lebih baik daripada hanya menggunakan salah satu dari kekuatan individu yang membentuk Psycap itu sendiri (Luthans dkk., 2008). Dalam konteks penelitian ini, diharapkan saat manajer diikutsertakan dalam proses penyusunan anggaran, maka akan terbangun sikap mental positif atau tingkat Psycap yang lebih tinggi dalam diri manajer tersebut dan diharapkan dengan adanya tingkat Psycap yang lebih tinggi ini maka akan dihasilkan kinerja yang lebih baik. Penelitian ini merupakan penelitian replikasi dari penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Venkastesh dan Blaskovich (2012) yang meneliti mengenai pengaruh mediasi Psycap terhadap hubungan antara partisipasi penyusunan anggaran dan kinerja. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa partisipasi penyusunan anggaran mempunyai hubungan yang positif dan signifikan terhadap tingkat Psycap karyawan dan bahwa Psycap juga terbukti memediasi hubungan antara partisipasi anggaran dengan kinerja. Peneliti tertarik untuk kembali melakukan penelitian yang sama dengan penelitian sebelumnya, didorong oleh mindset baru yang peneliti temukan dalam memahami dan memaknai Psycap, bahwa seharusnya mindset kita harus lebih menekankan dan berfokus kepada kapasitas positif, kekuatan dan kebaikan yang dimiliki oleh setiap individu, dan bukannya berfokus kepada hal – hal negatif, kelemahan ataupun dysfunctional behavior seseorang. Hal ini jugalah yang peneliti harapkan ada dalam mindset organisasi, bahwa organisasi diharapkan untuk lebih berfokus pada hal-hal positif
5
yang akan tercipta dengan keikutsertaan manajer dalam penyusunan anggaran dan bukannya berfokus pada hal – hal negatif dan dysfunctional behavior yang akan timbul dari partisipasi anggaran tersebut. Tidak dipungkiri bahwa partisipasi anggaran juga memilki dampak negatif seperti slack, partisipasi semu dan lainlain. Namun saat organisasi lebih berfokus kepada hal-hal positif dan hal baik yang akan diperoleh dari partisipasi penyusunan anggaran oleh manajer maka diharapkan sikap mental yang positif dan kapasitas psikologi positif yang dimiliki manajer juga akan terbentuk untuk menatap dan mencapai cita-cita anggaran dengan penuh komitmen, karena memang empat kapasitas psikologi positif dalam Psycap (self efficacy, hope, optimism, dan resilience) adalah sesuatu yang state like, yang berarti dapat diukur, terbuka untuk dikembangkan dan dapat dikelola untuk meningkatkan kinerja (Luthans, Youssef & Avolio, 2007).
Penelitian ini sendiri akan dilakukan di PT. ASKES (Persero) Divisi Regional I, yang mana PT ASKES pada 1 Januari 2014 juga akan bertransformasi menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) untuk menjalankan tugas dan amanah yang lebih besar dari negara yaitu untuk meng-cover jaminan kesehatan seluruh rakyat Indonesia seperti tertuang dalam UU BPJS Nomor 24 tahun 2011. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu sumber masukan yang berguna bagi organisasi dalam memandang manfaat yang akan diperoleh dari partisipasi penyusunan anggaran untuk meningkatkan Psycap dalam diri karyawan dalam pencapaian kinerja yang lebih baik, yang diduga hal ini masih belum berjalan secara optimal pada PT ASKES.
6
1.2. Perumusan Masalah PT.Askes (Persero) sebagai Badan Usaha Milik Negara, setiap tahun wajib menyampaikan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP), yang tertuang pada
Keputusan
Menteri
Badan
Usaha
Milik
Negara
Nomor
KEP-
101/MBU/2002. RKAP merupakan pedoman bagi perusahaan dalam menjalankan seluruh kegiatannya untuk mencapai target kinerja perusahaan yang
telah
disetujui dan ditetapkan. Diduga bahwa dalam penyusunan RKAP ini, tingkat partisipasi dan keterlibatan dari manajer level bawah dan menengah PT. Askes masih rendah dan belum optimal. Govindrajan (2009) menyatakan bahwa salah satu mekanisme yang baik yang dapat digunakan perusahaan dalam proses penyusunan anggaran adalah proses penyusunan anggaran partisipatif. pemikiran bahwa
Hal ini didasarkan pada
ketika suatu tujuan atau standar yang dirancang secara
partisipatif disetujui, maka manajer akan menginternalisasikan tujuan dan standar yang
ditetapkan sebagai tujuan pribadinya, sehingga manajer akan memiliki
komitmen dan rasa tanggung jawab pribadi yang lebih besar untuk mencapai citacita
anggaran
tersebut
dikarenakan
mereka
ikutserta
dilibatkan
dalam
penyusunannya dan memiliki pengaruh atas anggaran tersebut. Dengan adanya kebijakan dari perusahaan untuk memberikan ruang yang lebih banyak bagi manajer dalam penyusunan anggaran, diasumsikan bahwa kebijakan ini akan dapat meningkatkan tingkat psychological capital dari manajer. Luthans dkk., (2007) mendefinisikan Psycap sebagai keadaan perkembangan positif individu yang dicirikan dengan adanya self efficacy, hope, optimism dan resiliency dalam
7
diri manajer. Dengan tingkat psycap yang lebih tinggi dari manajer, maka diharapkan manajer akan lebih bersemangat dan termotivasi untuk melakukan usaha-usaha terbaik dalam mencapai cita-cita anggaran dan berkinerja dengan lebih baik lagi dalam pencapaian tujuan-tujuan perusahaan. Berdasarkan penjelasan diatas, maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh terhadap kinerja manajer pada PT ASKES (Persero) Divisi Regional I. 2. Apakah Psychological Capital (Psycap) berfungsi sebagai intervening variable atau variabel pemediasi dalam menjelaskan hubungan antara partisipasi penyusunan anggaran dengan kinerja manajer pada PT ASKES (Persero) Divisi Regional I.
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk menguji pengaruh dari partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja manajer pada PT ASKES (Persero) Divisi Regional I. 2. Untuk menguji apakah Psychological Capital (Psycap) berfungsi sebagai intervening variable atau variabel pemediasi dalam menjelaskan hubungan antara partisipasi penyusunan anggaran dengan kinerja manajer pada PT ASKES (Persero) Divisi Regional I.
8
1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan manfaat, antara lain: 1.
Bagi PT ASKES ( Persero) Divisi regional I
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi PT ASKES yang disertai dengan bukti empiris yang ada tentang manfaat yang akan diperoleh dari partisipasi dalam penyusunan anggaran untuk meningkatkan kinerja manajer.
Memberikan wacana baru bagi PT ASKES tentang Psycap karyawan sebagai suatu konstruk yang dapat diukur, terbuka untuk dapat dikembangkan dan dapat meningkatkan kinerja, yang hal ini dapat ditingkatkan melalui suatu kondisi partisipatif yang berjalan di perusahaan.
2. Bagi Akademisi Penelitian ini diharapkan dapat menambah kajian literatur di bidang akuntansi, terutama dalam konteks penyusunan anggaran partisipatif dan pengenalan konstruk baru psychological capital yang masih sangat potensial untuk terus dikembangkan dan diteliti lebih lanjut dalam konteks-konteks lain diluar partisipasi anggaran. 3. Bagi peneliti berikutnya Penelitian ini dapat menjadi referensi bagi penelitian berikutnya dalam melakukan penelitian lanjutan dalam konteks akuntansi keprilakuan dan akuntansi manajemen.