BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Konsep diri didefinisikan sebagai multi-dimensi, rasa hirarki persepsi diri dan
berhubungan dengan identitas, perasaan, pikiran, perilaku, penampilan, dan karakteristik pribadi (McConkie-Rosell et al, 2008). Konsep diri secara umum adalah istilah yang digunakan untuk merujuk kepada cara kita berpikir tentang dan mengevaluasi diri kita sendiri. Konsep diri sangat penting bagi orang tua karena dapat mempengaruhi seluruh aktivitas kehidupan sehari-hari mereka (Zainab & Ibrahim, 2012). Konsep diri merupakan hasil dari aktivitas pengeksplorasian dan pengalamanya dengan tubuhnya sendiri, konsep diri dipelajari melalui pengalaman pribadi setiap individu, hubungan dengan orang lain dan interaksi dengan dunia luar dirinya (Suliswati, 2005). Kesimpulan dari beberapa pendapat tersebut maka dapat diartikan bahwa konsep diri adalah cara berpikir seseorang dalam memandang pribadinya meliputi identitas, pikiran, perasaan, perilaku, penampilan, dan karakteristik pribadi yang mempengaruhi seseorang dalam berinteraksi dengan orang lain dan lingkungannya. Perubahan konsep diri pada lansia terutama disebabkan oleh kesadaran subjektif yang terjadi seiring dengan bertambahnya usia. Lansia akan mengalami perubahan penampilan fisik, kemampuan, dan fungsi tubuh yang akan mengakibatkan tidak stabilnya konsep diri. Lansia yang memiliki konsep diri rendah tidak menghargai perawatan dan cenderung tidak akan mencari bantuan untuk kesehatan fisik atau emosional. Lansia juga memiliki gambaran diri yang berubah terhadap dirinya sendiri dan
1
2
perubahan pada konsep dirinya. Konsep diri terdiri dari beberapa komponen yaitu : identitas, citra tubuh, harga diri, ideal diri dan peran. Perubahan dalam penampilan, struktur atau fungsi bagian tubuh akan membutuhkan perubahan dalam gambaran diri (citra tubuh). Persepsi seseorang tentang perubahan tubuh dapat dipengaruhi oleh perubahan tersebut (Potter & Perry, 2005). Proses menua merupakan proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun luar tubuh. Pada masa ini sedikit demi sedikit seseorang akan mengalami kemunduran fisiologis, psikologis, dan sosial, dimana perubahan ini akan berpengaruh terhadap seluruh aspek kehidupannya termasuk kesehatannya (Pratikwo, 2006). Lansia akan mengalami penurunan fungsi fisik yang akan memberikan kontribusi terhadap kemandirian seorang lansia. Perilaku kemandirian dinyatakan dengan adanya kemampuan untuk mengambil inisiatif, kemampuan mengatasi masalah, penuh ketekunan, memperoleh kepuasan dari usahanya serta berkeinginan mengerjakan sesuatu tanpa bantuan orang lain (Darmojo & Martono, 2004). Menurunnya kondisi dalam diri seorang lansia secara otomatis akan menimbulkan kemunduran fisik. Salah satu penyebab menurunnya kesehatan fisik ditandai dengan penurunan fungsi psikomotorik dan fungsi kognitif (Suhartini, 2006). Penurunan fungsi psikomotorik meliputi hal-hal yang berhubungan dengan dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan, koordinasi yang berakibat kurang cekatan. Penurunan fungsi kognitif, meliputi proses belajar, persepsi pemahaman, pengertian, perhatian, dan lain-lain yang menyebabkan reaksi dan perilaku lansia menjadi semakin lambat. Fungsi kognitif adalah kemampuan seseorang untuk menerima, mengolah, menyimpan, menggunakan kembali
3
semua masukan sensorik secara baik. Fungsi kognitif terdiri atas unsur perhatian (attention), mengingat (memory), bahasa (communication), bergerak (motorik), dan fungsi eksekutif. Interaksi yang dihasilkan sistem sensori dengan sistem perceptual sebagai penentu keberhasilan dalam performa aktivitas sehari-hari. Fungsi eksekutif adalah serangkaian proses kognitif yang mendukung perencanaan, inisiatif dan pelaksanaan perilaku tujuan. Dampak dari fungsi eksekutif diperlukan untuk melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari (Activity of Daily Living atau ADL) (Chan-Weiner et al, 2007). Aktivitas kehidupan sehari-hari atau ADL (Activity of Daily Living) yaitu kemampuan seseorang untuk mengurus dirinya sendiri, dimulai dari bangun tidur, mandi, berpakaian dan seterusnya (Mubarak, dkk, 2006). Kemampuan individu untuk melakukan aktivitas sehari–harinya akan dapat mempertahankan martabat dan konsep dirinya. Menurut teori Orem, individu yang mampu melakukan perawatan terhadap dirinya sendiri (mampu memenuhi kebutuhannya secara mandiri) akan dapat meningkatkan harga diri seseorang dan dapat mempengaruhi perubahan konsep diri individu tersebut (Hidayat, 2008). Jumlah penduduk lansia di Indonesia pada tahun 2012 mencapai 28 juta jiwa atau sekitar 8% dari jumlah penduduk Indonesia. Pada tahun 2025 diperkirakan jumlah lansia membengkak menjadi 40 jutaan dan pada tahun 2050 diperkirakan akan melonjak hingga mencapai 71,6 juta jiwa (Badan Pusat Statistik, 2012). Hasil data Susenas tahun 2012 menunjukan bahwa angka rasio ketergantungan penduduk lansia tahun 2012 adalah sebesar 11,90. Angka rasio sebesar 11,90 menunjukkan bahwa setiap 100 orang penduduk usia produktif harus menanggung sekitar 12 orang penduduk lansia. Namun bila dibandingkan per jenis kelamin, angka rasio ketergantungan penduduk lansia
4
perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk lansia laki-laki (12,95 berbanding 10,86) (Depkes RI, 2013). Studi yang dilakukan oleh Mollaoglu et al. (2010) telah diperkenalkan bahwa mobilitas orang tua dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin dan penyakit kronis. Misalnya, penyakit kronis meningkatkan tingkat ketergantungan dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-harinya. Sebuah studi yang dilakukan oleh Hacihasanoglu et al. (2011) telah menyelidiki bahwa faktor-faktor lain yang berbeda yang memiliki hubungan statistik antara penuaan dan ADL. Misalnya, orang yang sudah tua, wanita dan individu yang memiliki penyakit kronis dapat meningkatkan tingkat ketergantungan dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-harinya. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di Posyandu Lansia Desa Sepanjang tanggal 7 januari 2015 terdapat 152 lansia yang terdaftar dan terbagi ke 3 posyandu dengan rincian : Posyandu Anggrek berjumlah 50 orang, Posyandu Cempaka berjumlah 47 orang dan Posyandu Mawar berjumlah 55 orang. Peneliti juga menanyakan tingkat ketergantungan lansia kepada Ibu Simpen selaku Kepala Posyandu Lansia Desa Sepanjang, beliau mengatakan ada 15 orang yang sering hadir ke posyandu yang memerlukan bantuan dalam berjalan dikarenakan kondisi fisiknya yang mulai menurun. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti di posyandu cempaka didapatkan data bahwa dari 8 lansia yang diwawancarai 3 orang lansia mengatakan mereka senang dengan kehidupannya sekarang, 2 orang lansia mengatakan merasa sedih hidup sendiri karena sudah ditinggalkan suaminya dan takut tidak ada yang mengurusnya lagi karena anaknya sudah tidak tinggal bersamanya, sedangkan 3 orang lansia mengatakan terjadinya perubahan fisik yang dialami seperti kondisi fisik yang mulai menurun, penglihatan yang
5
mulai kurang jelas menyebabkan tidak mampu melakukan aktivitas seperti masa muda. Hal ini secara tidak langsung dapat berpengaruh pada konsep diri lansia khususnya pada gambaran dirinya yang secara fisik telah mengalami perubahan. Berdasarkan fenomena diatas, peneliti tertarik untuk meneliti apakah ada hubungan konsep diri terhadap tingkat kemandirian lansia dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari di Posyandu lansia Desa Sepanjang Kecamatan Gondanglegi.
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah pada penelitian
adalah adakah hubungan konsep diri terhadap tingkat kemandirian lansia dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari (ADL) di Posyandu lansia Desa Sepanjang Kecamatan Gondanglegi ?
1.3
Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan antara konsep diri terhadap tingkat kemandirian lansia dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari (ADL) di Posyandu lansia Desa Sepanjang Kecamatan Gondanglegi. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengidentifikasi karakteristik lansia di Posyandu lansia Desa Sepanjang Kecamatan Gondanglegi.
6
2. Mengidentifikasi gambaran konsep diri lansia di Posyandu lansia Desa Sepanjang Kecamatan Gondanglegi. 3. Mengidentifikasi tingkat kemandirian pada lansia dalam melakukan aktivitas kehidupan
sehari-hari
di
Posyandu
lansia
Desa
Sepanjang
Kecamatan
Gondanglegi. 4. Menganalisa hubungan konsep diri terhadap tingkat kemandirian lansia dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari di Posyandu lansia Desa Sepanjang Kecamatan Gondanglegi.
1.4
Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Lansia Untuk meningkatkan pengetahuan, menambah wawasan lansia mengenai hubungan konsep diri terhadap tingkat kemandirian lansia dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari. 1.4.2 Bagi Profesi Keperawatan Untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan kemampuan perawat dalam memberikan informasi tentang keperawatan gerontik yang berkaitan dengan konsep diri terhadap tingkat kemandirian lansia dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari. 1.4.3 Bagi Posyandu Lansia Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman petugas posyandu tentang pentingnya konsep diri pada lansia, serta diharapkan dapat meningkatkan konsep diri pada lansia sehingga lansia dapat mandiri dalam menjalankan aktivitas kehidupan sehari-hari.
7
1.4.4 Bagi Peneliti Selanjutnya Dapat dijadikan dasar untuk melakukan penelitian selanjutnya, terutama tentang konsep diri terhadap tingkat kemandirian lansia dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari.
1.5
Keaslian Penelitian Menurut penelitian Shalindra Husain (2013) tentang Hubungan Dukungan Keluarga
dengan Kemandirian Lansia dalam Pemenuhan Aktivitas Kehidupan Sehari-hari didapatkan hasil bahwa ada hubungan dukungan keluarga dengan kemandirian pada lansia. Shalindra Husain menerapkan dukungan keluarga sebagai variabel independen sedangkan peneliti menerapkan konsep diri sebagai variabel independen. Menurut penelitian Reni Zulfitri (2011) tentang Konsep Diri dan Gaya Hidup Lansia yang Mengalami Penyakit Kronis didapatkan hasil bahwa status konsep diri lansia mempengaruhi pembentukan gaya hidup sehat lansia terutama pada lansia dengan penyakit kronis. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Reni Zulfitri adalah penelitian ini menggunakan kemandirian lansia sebagai variabel dependen sedangkan Reni Zulfitri menggunakan gaya hidup lansia sebagai variabel dependen. Menurut penelitian Puji Yani (2013) tentang Hubungan Tingkat Stress dengan Kemandirian pada Lanjut Usia dalam Pemenuhan Aktivitas Dasar Kehidupan Sehari-hari didapatkan hasil bahwa ada hubungan tingkat stress dengan kemandirian pada lanjut usia dalam pemenuhan aktivitas dasar kehidupan sehari-hari. Perbedaan dengan penelitian ini adalah Puji Yani menggunakan tingkat stress sebagai variabel independen sedangkan peneliti menggunakan konsep diri sebagai variabel independen.
8
Menurut penelitian Lilis Murtutik (2012) tentang Hubungan Tingkat Depresi dengan Tingkat Kemampuan dalam Melakukan Aktivitas Dasar Sehari-hari pada Lansia diperoleh hasil bahwa ada hubungan yang kuat dan signifikan serta berlawanan arah antara tingkat depresi dengan tingkat kemampuan dalam melakukan aktivitas dasar sehari-hari pada lansia yang tinggal di Panti Werdha Asih Kwarasan Sukoharjo. Perbedaan dengan penelitian ini adalah pada variabel independen, peneliti menggunakan konsep diri sedangkan Lilis Murtutik menggunakan tingkat depresi. Menurut penelitian Luthfi Rahma Diana (2013) tentang Hubungan antara Karakteristik Demografi dengan Kemandirian dalam Aktivitas Sehari-hari pada lansia dengan Arthritis Gout diperoleh hasil bahwa ada hubungan antara pendidikan dengan kemandirian aktivitas sehari pada lansia dengan Arthritis Gout. Tidak ada hubungan antara usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dengan kemandirian aktivitas sehari pada lansia dengan Arthritis Gout. Perbedaan dengan penelitian ini adalah pada variabel independen, peneliti menggunakan konsep diri sedangkan Luthfi Rahma Diana menggunakan karakteristik demografi.