BAB I PENDAHULUAN
I. Latar Belakang Globalisasi adalah proses di mana manusia akan bersatu dan menjadi satu masyarakat tunggal dunia, masyarakat global (Albrow, 1990: 9). Globalisasi telah membawa perubahan masyarakat dengan ruang pergaulan yang sempit atau lokal ke dalam masyarakat dengan ruang lingkup pergaulan yang mendunia. Di zaman globalisasi ini, teknologi dan informasi mengalami perkembangan yang sangat pesat, dan memudahkan kita dalam berbagai macam bidang. Perkembangan teknologi menyebabkan interaksi antar warga dunia menjadi lebih mudah dan mengakibatkan batas-batas negara seolah menyempit. Seakan-akan sudah tidak ada lagi batasan-batasan, karena kita dapat dengan mudah dan cepat memperoleh berbagai hal baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Berbagai kemudahan untuk mendapatkan berbagai hal, menyebabkan adanya perubahan ekonomi besar-besaran terutama menyangkut "pasar". Barangbarang material, objek jasa, menjadi berlimpah ruah di pasar. Pasar seolah-olah menjadi penentu segala macam aturan, termasuk gaya hidup (Evers, 1997: 79). Bahkan saat ini pasar juga bisa terjadi hanya dengan menghadap sebuah layar, misalnya layar televisi. Iklan-iklan melalui media elektronik merupakan satu jenis pasar yang berusaha menawarkan produknya terhadap masyarakar. Belanja bukan lagi untuk memenuhi kebutuhan saja, namun juga menjadi kegiatan untuk mengisi waktu luang. Keputusan untuk melakukan pembelian merupakan bagian dari
1
2
sebuah kebutuhan dan sebagian lagi merupakan "gaya hidup" bahkan mengarah ke perilaku konsumtif. Menurut Hasibuan via Sukari (2013: 13), perilaku konsumtif adalah perilaku individu yang ditunjukkan untuk mengonsumsi secara berlebihan dan tidak terencana terhadap jasa dan barang yang kurang atau bahkan tidak diperlukan. Berkembangnya budaya konsumtif dalam masyarakat ditandai dengan berkembangnya gaya hidup. Dalam dunia modern, gaya hidup membantu mendefiniskan sikap, nilainilai dan menunjukkan kekayaan serta posisi sosial seseorang. Berkembangnya gaya hidup masyarakat tersebut di satu sisi bisa menjadi pertanda positif, yaitu meningkatnya kesejahteraan hidup masyarakat yang mana peningkatan kegiatan konsumsi dipandang sebagai naiknya penghasilan dan taraf hidup masyarakat. Namun di sisi lain, fenomena tersebut juga bisa dikatakan sebagai pertanda kemunduran rasionalitas masyarakat, yang mana konsumsi dianggap sebagai penyakit yang menggerogoti jiwa dan pikiran masyarakat. Konsumsi menjadi orientasi hidup bagi sebagian masyarakat, sehingga semua aktivitas yang dilakukannya didasari karena kebutuhan berkonsumsi. Konsumsi yang ada justru bukan karena prioritas kebutuhan, melainkan karena faktor gengsi sehingga konsumsi terus dilakukan oleh masyarakat seiring dengan perkembangan zaman modern. Konsumsi masyarakat modern bukan hanya berupa barang namun juga jasa manusia dan hubungan antar manusia. Segala hal bisa menjadi objek konsumsi, termasuk salah satunya adalah kebudayaan.
3
Di zaman modern yang penuh dengan kemudahan ini, kebudayaan suatu negara menjadi mudah tersebar ke negara lainnya. Salah satu negara yang tengah mempengaruhi berbagai negara dengan kebudayaannya yang berupa kebudayaan populer, adalah Jepang. Indonesia juga mengalami dampak dari penyebaran budaya ini. Budaya populer Jepang yang tersebar dan terkenal di Indonesia, misalnya adalah anime (animasi Jepang), manga (komik Jepang), J-Pop, dan masih banyak lagi. Akan tetapi, selain contoh budaya populer yang telah disebutkan tadi, ada juga kebudayaan populer Jepang lain yang perlahan tapi pasti mulai menyebarkan pengaruhnya di Indonesia. Kebudayaan populer tersebut adalah pengisi suara. Menurut kamus Jepang Kokugo Jiten yang ditulis oleh Kenji Morioka (1993), pengisi suara adalah seorang aktor yang berperan hanya melalui suaranya dalam penyulihan film luar negeri, drama radio, dan lain-lain, tanpa menunjukkan sosoknya. Kelihaian seorang pengisi suara untuk mengisi suara, tidak diragukan lagi merupakan salah satu poin penting untuk menciptakan karya yang bagus. Pengisi suara tidak hanya ada di Jepang, namun juga ada di negara-negara lain. Sebagaimana pengisi suara-pengisi suara di negara lain, pengisi suara Jepang pada awalnya hanya bekerja di balik layar. Akan tetapi, kepopuleran pengisi suara Jepang perlahan-lahan meningkat sehingga mereka mulai menunjukkan sosoknya dan mengembangkan sayap ke berbagai bidang lainnya,. Pada umumnya, pengisi suara di negara selain Jepang tidak terlalu populer. Akan tetapi, pengisi suara Jepang berbeda dengan pengisi suara dari negara lainnya.
4
Dibandingkan dengan pengisi suara dari negara lain, pengisi suara Jepang memiliki popularitas yang sangat besar, dan telah menjelma menjadi seorang idola. Fenomena pengidolaan pengisi suara Jepang tidak terlepas dari kajian budaya populer. Konsumsi atas suatu budaya populer akan selalu memunculkan adanya penggemar. Begitu juga dengan budaya populer Jepang yang berupa pengisi suara. Kepopuleran pengisi suara tidak hanya terbatas di Jepang saja, akan tetapi juga tersebar ke seluruh penjuru dunia, termasuk Indonesia. Generasi muda yang merupakan bagian dari masyarakat Indonesia, juga turut terkena pengaruh dari budaya populer Jepang ini. Ketertarikan terhadap pengisi suara Jepang ini pun semakin meningkat terutama di kalangan generasi muda Indonesia. Seperti halnya dengan kota-kota lainnya di Indonesia, Yogyakarta juga terkena pengaruh dari budaya populer ini. Para penggemar dari pengisi suara Jepang mulai bermunculan di Yogyakarta. Penggemar pengisi suara Jepang di Yogyakarta awalnya tidak banyak. Akan tetapi seiring berjalannya waktu, penggemar pengisi suara Jepang di Yogyakarta semakin meningkat. Para penggemar pengisi suara Jepang ini terdiri dari berbagai tingkat pendidikan dengan latar belakang kehidupan yang beragam pula. Pergaulan di antara mereka tentu saja membawa pengaruh di antara satu dengan lainnya, yang akan membawa pada gaya hidup. Lubis via Sumartono (2002: 117) mengatakan perilaku konsumtif adalah perilaku yang tidak lagi berdasarkan pada pertimbangan yang rasional, melainkan karena adanya keinginan yang sudah mencapai taraf yang sudah tidak rasional lagi. Masyarakat
5
konsumtif mengonsumsi produk yang dipasarkan walau sesungguhnya dia tidak membutuhkannya. Pengisi suara merupakan kebudayaan populer Jepang yang relatif baru bagi masyarakat di Yogyakarta. Para penggemar budaya populer Jepang yang telah lebih dulu terkenal di Yogyakarta seperti misalnya anime (animasi Jepang), manga (komik Jepang), J-Pop (music pop Jepang), dapat menikmati budaya yang digemarinya dengan relatif mudah. Contohnya adalah dengan cara membeli DVD anime di toko musik, membeli manga di toko buku, membeli CD J-Pop di toko musik, dan lain sebagainya. Akan tetapi, hal yang sedikit berbeda terjadi pada penggemar pengisi suara Jepang, karena hal-hal yang berhubungan dengan pengisi suara masih cukup sulit dijumpai di Yogyakarta. Barang-barang yang berhubungan dengan pengisi suara, sampai saat ini penjualannya masih terbatas di Jepang. Hal itu menyebabkan mereka harus melakukan usaha ekstra dengan cara mengeluarkan uang lebih dibandingkan dengan penggemar budaya populer Jepang lainnya yang telah terlebih dahulu terkenal di Yogyakarta. Perilaku para penggemar yang rela mengeluarkan uang ekstra ini menimbulkan pertanyaan mengenai alasan para generasi muda di Yogyakarta untuk menggemari pengisi suara Jepang meskipun hal yang berhubungan dengan pengisi suara Jepang masih cukup sulit untuk dijumpai di Yogyakarta. Penggemar merupakan seorang konsumen, yang dalam konteks penelitian ini merupakan konsumen dari budaya populer berupa pengisi suara. Menurut A.Z. Nasution (2002: 3), istilah konsumen berasal dari bahasa consumer (InggrisAmerika) atau consument (Belanda). Secara harafiah arti kata consumer adalah
6
lawan dari produsen, setiap orang yang menggunakan barang. Schiffman dan Kanuk (2008: 6) mengemukakan bahwa untuk memahami perilaku konsumen, diperlukan adanya studi perilaku konsumen. Studi ini terpusat pada cara individu mengambil keputusan untuk memanfaatkan sumber daya mereka yang tersedia (waktu, uang, usaha) guna membeli barang-barang yang berhubungan dengan konsumsi. Hal ini mencakup apa yang mereka beli, mengapa mereka membeli, kapan mereka membeli, di mana mereka membeli, seberapa sering mereka membeli, dan seberapa sering mereka menggunakannya. Kotler menjelaskan beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku para konsumen. Menurut Kotler (2005: 203-218), perilaku konsumsi para konsumen dipengaruhi oleh faktor budaya, sosial, pribadi, dan psikologis. Studi perilaku konsumen ini juga dapat diaplikasikan untuk memahami perilaku para generasi muda penggemar pengisi suara Jepang yang mengarah ke perilaku konsumtif. Segala bentuk perilaku generasi muda, merupakan cerminan bagi modal utama menuju kehidupan masyarakat di masa depan. Segala hal dan perilaku yang mewarnai kehidupan mereka menjadi sangat menarik untuk diteliti. Penelitian mengenai perilaku para konsumen ini menjadikan lima mahasiswa Universitas Gadjah Mada (selanjutnya disebut UGM) Yogyakarta sebagai objek. Alasan pemilihan para informan ini berdasarkan pertimbangan bahwa mereka merupakan bagian dari generasi muda dan terlibat langsung dalam aktivitas menggemari pengisi suara Jepang. Mereka berkecukupan dari segi ekonomi, sehingga mempunyai potensi untuk melakukan berbagai macam aktivitas konsumsi.
7
Mereka juga pernah ke Jepang dan menemui pengisi suara Jepang yang digemari secara langsung. Alasan pemilihan UGM sebagai tempat penelitian karena universitas ini terletak di Yogyakarta yang merupakan kota pelajar. Yogyakarta merupakan tempat berkumpulnya mahasiswa di seluruh Indonesia, sehingga menyebabkan mahasiswanya bersifat heterogen. Berdasarkan hal-hal yang telah disebutkan di atas, penulis memutuskan untuk meneliti mahasiswa UGM penggemar pengisi suara Jepang, berkaitan dengan alasan mereka menggemari pengisi suara Jepang, wujud konsumsi mereka dalam menikmati pengisi suara Jepang, serta faktor yang mempengaruhi perilaku konsumsi mereka dalam menggemari pengisi suara Jepang. Alasan penulis memilih pengisi suara Jepang sebagai objek penelitian ini adalah karena pengisi suara merupakan budaya populer Jepang yang relatif baru bagi masyarakat Indonesia, dan belum ada penelitian sebelumnya di UGM yang membahas tentang pengisi suara Jepang.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan penjelasan dari latar belakang sebelumnya, berikut ini adalah rumusan masalah yang akan dibahas, yaitu: 1. Apa alasan para informan menggemari pengisi suara Jepang? 2. Bagaimana wujud perilaku konsumtif para informan dalam menggemari pengisi suara Jepang?
8
3. Faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku konsumtif para informan dalam menggemari pengisi suara Jepang?
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dari Rumusan Masalah, yaitu: 1. Menjelaskan alasan para informan menggemari pengisi suara Jepang. 2. Mengetahui wujud perilaku konsumtif para informan dalam menggemari pengisi suara Jepang. 3. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumtif para informan dalam menggemari pengisi suara Jepang.
1.4 Teknik Pengumpulan Data dan Metode Analisis Suharsmi Arikunto (2006: 129) mengemukakan bahwa sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data primer dan sekunder. 1. Data Primer Merupakan data yang diperoleh secara langsung dari objek yang diteliti baik dari pribadi (responden) maupun dari suatu perusahaan yang mengolah data untuk keperluan penelitian, seperti dengan cara melakukan wawancara secara langsung dengan pihak-pihak yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan. Dalam penentuan informan untuk penelitian ini, digunakan teknik purposive sampling di mana informan dipilih dengan pertimbangan dan tujuan tertentu, dalam hal ini
9
yang dipilih adalah lima mahasiswa UGM yang merupakan penggemar pengisi suara Jepang. Alasan pemilihan para informan ini berdasarkan pertimbangan bahwa mereka terlibat langsung dalam aktivitas menggemari pengisi suara Jepang, dengan ditunjang kemampuan mereka dari segi ekonomi sehingga mempunyai potensi untuk melakukan berbagai aktivitas konsumsi. Kelima mahasiswa UGM ini juga pernah ke Jepang dan menjumpai pengisi suara Jepang yang digemarinya secara langsung. Alasan pemilihan UGM sebagai tempat penelitian karena universitas ini terletak di Yogyakarta yang merupakan kota pelajar. Yogyakarta merupakan tempat berkumpulnya mahasiswa di seluruh Indonesia, sehingga menyebabkan mahasiswanya bersifat heterogen. Penulis berharap fakta-fakta yang mereka sampaikan bisa mewakili fakta dari penggemar lainnya, sehingga bisa mewakili data-data yang dibutuhkan untuk penelitian. 2. Data Sekunder Merupakan data yang berfungsi sebagai pelengkap data primer. Data sekunder diperoleh dengan cara membaca, mempelajari dan memahami melalui media lain.
1.4.1 Teknik Pengumpulan Data Data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui berbagai tahap, berikut ini merupakan penjelasannya:
10
1. Library Research (penelitian kepustakaan) Pengumpulan data-data diambil dari literatur, sumber-sumber lain yang berhubungan dengan masalah, membaca, dan mempelajari buku-buku untuk memperoleh data-data yang berkaitan. 2. Interview (wawancara) Metode wawancara adalah teknik memperoleh informasi secara langsung melalui permintaan-permintaan keterangan-keterangan kepada pihak pertama yang dipandang dapat memberikan keterangan atau jawaban terhadap pertanyaan yang diajukan. Wujud dari metode wawancara ini yakni dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan atau mengambil data yang berkaitan dengan tema penelitian skripsi ini kepada lima mahasiswa UGM yang merupakan penggemar dari pengisi suara Jepang.
1.4.2 Metode Analisis Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif yaitu hasil penelitian beserta analisanya diuraikan dalam suatu tulisan ilmiah yang berbentuk narasi, kemudian dari analisis yang telah dilakukan diambil suatu kesimpulan. Metode ini disebut kualitatif karena sifat data yang dikumpulkan bersifat kualitatif dan tidak menggunakan alat pengukuran. Sumber data yang utama (primer) dalam penelitian ini adalah kata-kata atau tindakan, yang didapat dari wawancara terhadap para informan, sedangkan sumber data sekunder diperoleh dari sumber tertulis. Data yang sesuai tema
11
penelitian dipilah dan ditulis kembali dalam bentuk paragraf narasi di bab analisis. Lalu, kesimpulan dari hasil wawancara akan dituliskan di bab kesimpulan.
1.5 Tinjauan Pustaka Berikut ini adalah beberapa penelitian terdahulu yang juga membahas tentang budaya populer. Pertama, skripsi dari mahasiswi jurusan Sastra Jepang Universitas Gadjah Mada yang bernama Syefitri Yandikasari, berjudul "Wujud Apresiasi Remaja di Jakarta terhadap Sister Group AKB4 di Indonesia: Studi Kasus Idol Group JKT48". Skripsi ini berisi tentang apresiasi remaja di Indonesia terhadap sister group AKB48 di Indonesia. Dalam skripsi ini dijelaskan bagaimana awal mula munculnya serta perkembangan fenomena idol group di Jepang dan bagaimana sejarah munculnya idol group JKT48 di Indonesia yang merupakan sister group dari idol group AKB48 di Jepang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui alasan dan wujud apresiasi masyarakat khususnya kalangan remaja di Jakarta dalam menggemari idol group tersebut. Kedua, skripsi yang ditulis oleh Sri Wulaningsih seorang mahasiswi jurusan Sastra Jepang Universitas Gadjah Mada yang berjudul "Fenomena Kemunculan Band Lokal Bernuansa Jepang di Indonesia". Penelitian ini menjelaskan faktorfaktor yang melatarbelakangi kemunculan band-band lokal bernuansa Jepang, perjalanan sejarah kemunculan band-band lokal bernuansa Jepang, dampak yang ditimbulkannya, serta apresiasi remaja kota Indonesia terhadap kemunculan bandband lokal bernuansa Jepang.
12
Ketiga, skripsi dari Dian Novita Sari, mahasiswi jurusan Sastra Jepang Universitas Gadjah Mada. Skripsi yang berjudul "Fenomena Mode Lolita dalam Budaya Populer Jepang dan Alasan Anak Muda Jepang Memakainya" ini menjelaskan tentang alasan anak muda Jepang memakai baju yang bergaya Lolita (suatu gaya berbusana yang menampilkan warna hitam dan putih yang menjadi tren mode di Jepang). Selain itu skripsi ini juga menjelaskan mengenai faktorfaktor yang mengindikasikan Lolita adalah budaya populer Jepang, serta menyebutkan produk-produk budaya populer Jepang yang terpengaruh oleh mode Lolita. Beberapa penelitian terdahulu yang telah disebutkan di atas juga membahas tentang budaya populer Jepang. Akan tetapi skripsi ini yang berjudul “Perilaku Konsumtif Lima Orang Mahasiswa Universitas Gadjah Mada Penggemar Pengisi Suara Jepang” berbeda dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Skripsi ini menjelaskan alasan lima mahasiswa UGM menggemari pengisi suara Jepang, wujud perilaku konsumtif mereka, serta faktor yang mempengaruhi perilaku konsumtif mereka dalam menggemari pengisi suara Jepang.
1.6 Sistematika Penulisan Skripsi ini terdiri dari 5 bab. Bab I berisi penjelasan secara umum mengenai penelitian ini secara garis besar. Bab ini terdiri atas latar belakang penelitian, rumusan permasalahan, tujuan penelitian, teknik pengumpulan data dan metode analisis, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.
13
Bab II berisi kerangka konseptual yang digunakan dalam penelitian ini. Bab ini terdiri dari berbagai definisi berbagai istilah dan berbagai definisi teori yang dipakai dalam penelitian ini, meliputi definisi penggemar, pengisi suara, serta penjelasan mengenai budaya populer dan perilaku konsumtif. Bab III berisi penjelasan mengenai awal mula munculnya munculnya pengisi suara di Jepang dan perkembangannya. Bab IV berisi hasil wawancara dan analisis untuk mengungkapkan dan menjawab
pertanyaan-pertanyaan
yang
telah
diajukan
dalam
rumusan
permasalahan. Bab V berisi kesimpulan terhadap analisis yang dilakukan pada bab sebelumnya.