BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Penuaan adalah suatu proses yang terjadi dalam kehidupan manusia. Kita
berharap dapat melewati penuaan dalam kondisi sehat dan tanpa keluhan penyakit. Penuaan sebenarnya dapat dicegah dan atau dihambat sehingga meskipun usia bertambah tetapi tetap dapat menjalani kehidupan dengan baik. Melalui konsep Anti Aging Medicine, masalah-masalah penuaan dapat diatasi sehingga kualitas hidup tetap terjaga dengan baik. Penuaan terjadi oleh karena ada faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi penumpukan radikal bebas, hormon yang berkurang, glikosilasi, metilasi, apoptosis, imunitas yang menurun dan genetik. Faktor eksternal meliputi gaya hidup yang tidak sehat, kebiasaan yang salah, polusi lingkungan, stres dan kemiskinan. Faktor-faktor di atas berasal dari berbagai teori penuaan yang diajukan oleh para ahli. Teori radikal bebas adalah salah satu yang berkembang luas dan digunakan untuk menjelaskan proses penuaan (Pangkahila, 2007). Kulit merupakan salah satu jaringan tubuh yang secara langsung memperlihatkan terjadinya proses menua. Proses penuaan kulit yang lebih cepat dari seharusnya disebut premature aging (penuaan dini). (Cunningham, 2003; Soepardiman, 2003). Photoaging merupakan proses penuaan dini pada kulit yang disebabkan paparan sinar ultraviolet secara terus menerus dalam waktu
1
2
yang lama. (Fisher et al., 2001; Rabe et al., 2006). Diperkirakan bahwa sekitar 50% kerusakan yang disebabkan oleh UV terjadi karena pembentukan radikal bebas, sedangkan kerusakan seluler langsung dan mekanisme lainnya merupakan penyebab untuk sisanya (Rabe et al., 2006). Kerusakan kulit pada photoaging dapat terjadi pada komponen epidermis, dermis maupun jaringan appendages kulit. Tanda – tanda klinis yang tampak pada kulit yang mengalami photoaging yaitu kulit kering, kasar, bersisik, kusam, kendor, adanya kerutan lebih dalam dan nyata, bintik – bintik hitam, pelebaran pembuluh darah, hingga timbulnya kanker kulit (Jusuf, 2005; Helfrich et al., 2008, Barel et al., 2009). Kulit yang kering, kasar dan bersisik disebabkan oleh karena aktivitas metabolik yang menurun pada kulit yang menua, sebagai defisiensi fungsional dari stratum korneum. Secara histologis tampak adanya penebalan stratum korneum yang disebabkan karena hiperkeratinisasi dan deskuamasi stratum korneum yang lebih lambat (Tagami, 2008; Wiraguna , 2015). Perubahan tinggi papila dermis disebabkan karena dermal-epidermal junction (DEJ) yang mendatar. Pendataran DEJ juga disebabkan karena MMP yang diinduksi sinar UV akan mendegradasi kolagen kulit dan merusak struktur dermis. Pertukaran nutrisi dan oksigen serta pembuangan produk-produk yang tidak diperlukan antara epidermis dan dermis menjadi terganggu dikarenakan luas permukaan antara epidermis dan dermis menurun karena pendataran DEJ. Secara klinis kulit menjadi rentan terhadap trauma oleh gesekan, kemampuan untuk penyembuhan luka menurun dan kulit menjadi kendor (Farage et al, 2013).
3
Radikal bebas mempunyai peranan yang besar dalam mekanisme kerusakan kulit akibat paparan sinar UV. Ada 4 cara untuk mengurangi kerusakan kulit dari radikal bebas akibat paparan sinar UV, yaitu 1) menghindari paparan sinar matahari yang berlebihan, 2) memakai pakaian pelindung sinar matahari, 3) menggunakan tabir surya krim atau lotion yang mengandung antioksidan, 4) menggunakan antioksian baik secara sistemik maupun topikal (Wiraguna, 2015). Untuk itu, kulit membutuhkan antioksidan sebagai perlindungan tambahan dari kerusakan kulit, menghambat penuaan, dan memperbaiki penampilan kulit (Palmer dan Kitchin, 2010). Pemanfaatan efek antioksidan pada sediaan yang digunakan untuk kulit wajah lebih baik bila diformulasikan dalam bentuk sediaan kosmetika topikal dibandingkan oral karena mampu memberikan efek lokal pada kulit (Draelos dan Thaman, 2006; Pouillot et al., 2011). Manggis diketahui memiliki aktivitas antioksidan yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan tomat, anggur, stroberi, jeruk, dan apel berdasarkan nilai Oxygen Radical Absorbance Capacity/ ORAC (Haytowitz dan Bhagwat, 2010). Penelitian melaporkan bahwa ekstrak kulit buah manggis berpotensi sebagai antioksidan (Moongkarndi et al., 2004). Kandungan kimia yang terdapat dalam ekstrak kulit buah manggis diantaranya senyawa golongan alkaloida, flavonoida, glikosida, saponin, tanin, steroid/ triterpenoid, xanthone, fenol, antosianin, vitamin B1 20,66 mg, vitamin B2 1,79 mg, vitamin B6 0,948 mg, dan vitamin C 17,92 mg (Zhou et al., 2011; Pasaribu et al., 2012). Kosmetika wajah yang umumnya digunakan secara topikal tersedia dalam
4
berbagai bentuk sediaan, salah satunya dalam bentuk masker wajah peel off (Shai et al., 2009). Ekstrak kulit buah manggis diolah menjadi masker gel peel off dan telah dilakukan formulasi dan evaluasi fisika dan kimia dan didapatkan hasil telah memenuhi persyaratan sediaan yang baik (Iswari, 2011; Sukmawati, 2013). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh ekstrak kulit buah manggis dalam bentuk masker gel peel off pada penuaan kulit tikus secara histopatologi.
1.2
Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang, dapat dibuat rumusan masalah penelitian
sebagai berikut : 1.
Apakah masker ekstrak kulit buah manggis menghambat peningkatan tebal stratum korneum tikus wistar yang dipapar sinar ultraviolet B?
2.
Apakah masker ekstrak kulit buah manggis menghambat penurunan tinggi papila dermis tikus wistar yang dipapar sinar ultraviolet B?
1.3
Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah dengan pemberian ekstrak kulit buah manggis dapat menghambat photoaging pada kulit tikus wistar yang dipapar sinar ultraviolet B
5
1.3.2 Tujuan Khusus Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa : 1.
Masker ekstrak kulit buah manggis menghambat peningkatan tebal stratum korneum tikus wistar yang dipapar sinar ultraviolet B.
2.
Masker ekstrak kulit buah manggis menghambat penurunan tinggi papila dermis tikus wistar yang dipapar sinar ultraviolet B.
1.4 1.
Manfaat Penelitian Memberi informasi ilmiah tentang peranan ekstrak kulit buah manggis sebagai antioksidan yang memberikan efek protektif pada kulit akibat paparan UV-B, sehingga diharapkan dapat dipakai sebagai pencegahan pada proses photoaging.
2.
Sebagai dasar untuk digunakan sebagai penelitian lebih lanjut pada manusia