2
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah penuaan kini telah mendapat perhatian khusus di ilmu Kedokteran. Konsep Anti Aging Medicine yang dicetuskan pada tahun 1993, mengganggap dan memperlakukan penuaan seperti penyakit sehingga dapat dicegah, dihindari dan diobati agar dapat kembali ke keadaan semula. Kata anti penuaan bukan berarti menghentikan penuaan, tapi memperlambat penuaan dan mencegah penyakitpenyakit yang ditimbulkan karena penuaan untuk mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik. Faktor – faktor yang menyebabkan penuaan dapat dikelompokan menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Beberapa faktor internal adalah radikal bebas, berkurangnya hormon, glikosilasi, metilasi, apoptosis, sistem kekebalan yang menurun dan gen. Faktor eksternal yang utama adalah gaya hidup tidak sehat kebiasaan yang salah, polusi lingkungan, stress dan kemiskinan (Pangkahila, 2011). Faktor eksternal yang menyebabkan penuaan pada kulit selain kebiasaan merokok, konsumsi alkohol yang berlebihan dan nutrisi buruk salah satunya adalah paparan sinar ultraviolet (UV) berulang, yang dapat menyebabkan terjadinya photoaging. Photoaging lebih sering mengenai daerah wajah, dada dan daerah ekstensor lengan. Gambaran klinis yang dijumpai antara lain adalah kulit yang kasar,
4
kerutan, lesi pigmentasi dan keganasan (Baumann dan Saghari, 2009). Sinar UV berasal dari sinar matahari. Terdapat beberapa macam sinar UV yaitu sinar UVA yang memiliki panjang gelombang 320 – 400 nm, sinar UVB yang memiliki panjang gelombang 280 – 320 nm dan sinar UVC dengan panjang gelombang 100 – 280 nm. Dari berbagai macam sinar UV yang ada, sinar UVB yang memiliki daya rusak sampai menembus lapisan dermis kulit dan merusak serat – serat kolagen yang ada di dalamnya (Krutmann, 2011). Penuaan ekstrinsik yang paling utama disebabkan oleh paparan sinar UV atau disebut photoaging. Pada photoaging, kolagen akan mengalami kerusakan dimana kolagen akan mengalami glikasi, yaitu reaksi non enzimatik yang melibatkan penambahan gula pereduksi molekul matriks ekstraseluler kolagen dan protein. Kolagen yang mengalami glikasi akan kehilangan kelenturannya dan tidak dapat mengalami remodeling. Kolagen yang terpapar berulang oleh sinar UVB akan mengalami degradasi dan penghambatan pertumbuhan prokolagen. Degradasi kolagen menjadi tidak lengkap dan terjadi akumulasi fragmentasi kolagen yang mengurangi integritas struktural dermis (Baumann dan Saghari, 2009; Yaar dan Gilchrest, 2007). Kolagen adalah salah satu protein yang paling banyak pada tubuh manusia. Fungsi kolagen adalah sebagai jaringan yang dapat diregangkan dan menjadikan kulit sebagai pelindung dari trauma luar. Jenis kolagen yang ditemukan pada kulit adalah kolagen tipe I, tipe III, tipe IV, tipe V, tipe VII dan tipe XVII (Baumann dan Saghari, 2009).
5
Salah satu jenis perawatan yang dikatakan dapat merangsang kolagen adalah ‘tanam benang’. Tanam mendapatkan
efek
benang adalah
pengencangan
kulit
perawatan yang digunakan untuk dengan
cara
memasukkan
benang
polydioxanone (PDO) monofilamen yang sangat tipis dan bisa diserap lagi ke lapisan kulit setelah 180-240 hari. Dengan tingkat keamanan yang tinggi, waktu penyembuhan yang singkat (1-3 hari) dan hasil yang dapat dilihat segera setelah prosedur selesai, metode ini dianggap baik untuk memperbaiki kulit yang kendur (Shimizu dan Terase, 2013). Prosedur tanam benang menggunakan benang polydioxanone (PDO) yang akan diserap kembali oleh tubuh dan menghasilkan peremajaan sel kulit. Benang PDO adalah material yang telah digunakan di dunia kedokteran selama bertahuntahun. Selama ini, benang PDO digunakan di berbagai prosedur operasi. Di tahun 2008, seorang dokter Korea melakukan penelitian dengan menggabungkan metode akupunktur dan benang PDO untuk meralaksasikan otot dan tendon. Setelah dua tahun penelitian, metode ini banyak digunakan oleh para dokter di bidang estetika di seluruh dunia. Berdasarkan observasi klinis, ternyata benang PDO dapat merangsang proses neokolagenesis jaringan, yang merangsang pembentukan kolagen baru. Sebagai tambahan, aktivasi fibroblast juga menghasilkan stimulasi terhadap sintesis elastin. Juga didapatkan hasil benang PDO dapat menyebabkan sintesis dari asam hyaluronat (Mercik, 2013).
6
1.2
RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat dibuat rumusan masalah seperti
berikut : Apakah implantasi benang PDO di lapisan dermis dapat menghambat penurunan jumlah kolagen pada kulit tikus Wistar yang dipapar sinar ultraviolet B? 1.3
TUJUAN PENELITIAN Membuktikan implantasi benang PDO di lapisan dermis dapat menghambat penurunan jumlah kolagen pada kulit tikus Wistar yang dipapar sinar UVB.
1.4
MANFAAT PENELITIAN
1.4.1. Manfaat Keilmuan Memberi informasi ilmiah tentang efek metode implantasi benang PDO di lapisan dermis untuk menghambat penurunan kolagen dermis akibat paparan sinar UVB. 1.4.2. Manfaat Praktis Memberi informasi pada masyarakat tentang efek metode implantasi benang PDO yang dapat memberikan perlindungan pada kulit dari pengaruh kerusakan oleh sinar UVB.