1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Media dakwah dalam era globalisasi yang terus berkembang sampai saat ini sangat diperlukan, karena dengan adanya suatu media menjadikan proses suatu dakwah akan sampai kepada sasaran dakwah. Media ini merupakan salah satu unsur penting dalam suatu proses dakwah. Adapun bentuk media dapat berupa media cetak ataupun media elektronik, dapat juga berbentuk seni budaya baik berupa lisan, tulisan ataupun perbuatan. Salah satu media dakwah yang hingga kini dan masa yang akan datang masih perlu dikembangkan adalah media elektronik. Dari berbagai bentuk media elektronik inilah dapat dihasilkan radio, televisi, film dan sebagainya. Melalui media ini, pesan dakwah dapat disampaikan secara langsung atau melalui rekaman baik video, visual atau audio visual. Agar tujuan tersebut dapat tercapai secara efektif dan efisien maka aparat
dakwah harus mengorganisasikan segala
komponen tersebut antara lain adalah unsur medianya (Asmuni Syukir, 1983: 176). Sudah sepatutnya para pelaku dakwah mengembangkan dari formula dakwah yang sudah lazim dilakukan. Seperti halnya dakwah bil lisan, kegiatan dakwah ini yang notabenya marak di masyarakat
2
bukan berarti dinilai tidak baik. Jika dilihat efektifitas penerapan informasi akan menjadikan kegiatan dakwah lebih dapat berkembang melalui media tersebut. Oleh karena itu menjadi keharusan adanya strategi baru dalam pelaksanaan suatu kegiatan dakwah. Agar mencapai tujuan dakwah Islam yang efektif dan efisien, diperlukan pemanfaatan media dakwah yang terorganisir secara baik, dan strategi dakwah yang tepat. Hal ini sejalan dengan firman Allah SWT dalam surat An-Nahl ayat 125:
Artinya : “Serulah manusia kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhan-mu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat di jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk” (Depag, RI, 1982: 421). Esensi dari ayat di atas, ditegaskan kegiatan dakwah harus dilakukan dengan cara yang hikmah dan pelajaran yang baik guna mencapai dakwah yang diharapkan. Untuk mencapai tujuan dakwah yang diharapkan dibutuhkan alat bantu berupa media dakwah. Menurut Asmuni Syukir media dakwah adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan dakwah. Menurut Sukriadi Sambas media dakwah dapat diibaratkan sebagai sebuah mobil yang dipergunakan sebagai alat transportasi untuk membawa
3
penumpang agar sampai tujuan; sedangkan pengemudi dan mesin mobil itu sendiri adalah metode dakwahnya (Alfandi, 2007: 221). Komunikasi massa pada dasarnya mempunyai proses yang melibatkan beberapa komponen. Dua komponen yang berinteraksi (“sumber” dan “penerima”) terlibat: pesan yang diberi kode oleh sumber (encoded), disalurkan melalui sebuah saluran, dan diberi kode oleh penerima (decoded); tanggapan yang diamati penerima: umpan balik yang memungkinkan interaksi berlanjut antara sumber dan penerima. Tetapi, terdapat beberapa ciri khusus dari komunikasi massa yang membedakannya dengan komunikasi interpersonal (Heru Puji, 2005, 18). Media audio visual gerak dapat berupa; film bersuara atau gambar hidup dan televisi. Film sebagai media audio visual adalah film yang bersuara (Basyiruddin Usman, 2002, 95). Film disadari atau tidak disadari dapat mengubah pola kehidupan seseorang. Film menampilkan sebuah unsur audio visual, sehingga film memudahkan orang untuk memahami pesan yang ingin disampaikan, contohnya adanya konflik dan dramatisasi kondisi dalam sebuah film, maka emosi penonton mudah terbawa dan pesan yang disampaikan tertanam kuat dalam hati penonton (Alex Sobur, 2004, 127). Film dapat berfungsi sebagai komunikasi, selain itu film juga dapat dijadikan sebagai media dakwah yaitu untuk mengajak kebenaran dan kembali di jalan Alah SWT, tentunya di sini film
4
sebagai media dakwah. Film mempunyai kelebihan tersendiri dibandingkan dengan media yang lainnya. Dengan kelebihan itulah film dapat dikatakan sebagai media dakwah yang efektif, di mana pesannya dapat disampaikan kepada penonton secara langsung dan tidak disengaja menekat dalam hati penonton tanpa mereka sadari. Hal inilah yang menjadi kesamaan dengan ajaran Allah SWT bahwa untuk menyaipaikan sesuatu ataupun pesan, hendaknya dilakukan secara benar, menyentuh dan melekat dihati. Seiring dengan kemajuan teknologi film, baik film dalam negeri maupun film luar negeri dan kebebasan berkomunikasi banyak muncul film yang isinya tidak bisa dijadikan pedoman, yang mana di dalamnya berisikan tentang kriminal, kekerasan dan seks. Bahkan film-film tersebut ditonton oleh anak-anak dan remaja yang justru akan memberikan dampak yang negatif bagi generasi muda dan moral anak bangsa. Namun tidak semua film memberikan dampak yang negatif, ada pula film yang berdampak positif dan cederung menuju kearah perbaikan moral. Salah satunya adalah film “?” (Tanda Tanya). Sebagaimana
media
massa
lainnya,
film
juga
punya
kemampuan untuk mengungkap, mengomentari dan menghadapi permasalahan
sosial
aktual
secara
langsung.
Tidak
lewat
perumpamaan, tidak lewat dongeng atau perantara lain. Peran yang sangat jarang dilakukan dalam perfilman Indonesia ini yang dilakukan
5
oleh
sutradara Hanung
Bramantyo dan
penulis
skenario Titien
Wattimena dalam film terbaru mereka berjudul “?” (Tanda Tanya). Film ini memungut peristiwa-peristiwa aktual dalam lima sampai
sepuluh
tahun
terakhir
(pemboman
gereja,
penghakiman/perusakan milik orang lain yang dianggap melanggar kaidah,
keresahan
atau
kerusuhan
antar
etnis
dll)
dan
mencampurkannya dengan fiksi permasalahan pribadi tokoh-tokohnya. Kata fiksi mungkin tidak terlalu tepat, karena yang disuguhkan sebetulnya
permasalahan
umum
yang
dialami
masyarakat.
Permasalahan ini diangkat menjadi lebih umum, hingga terasa sebagai fakta. Pendeknya beda fiksi dan fakta dalam film ini berhasil dibuat menjadi tipis. Film ini dimulai dari latar setting suasana Masjid, Gereja, dan Klenteng masing-masing umatnya beribadah. Diceritakan Tan Kat Sun (Hengky Sulaeman) memiliki warung makanan Canton Chineese Food tapi tetap menjual babi, makanan haram untuk umat muslim, namun dia positif dan sangat toleran terhadap agama lain salah satunya memisahkan alat masaknya untuk babi dengan daging halal lainnya. Dia
mempekerjakan
seorang
muslim
shalehah
berjilbab Menuk (Revalina S. Temat) yang memiliki seorang suami saleh yang bernama Soleh (Reza Rahadian) namun tak memiliki pekerjaan. Menuk juga memiliki seorang sahabat dari Menuk, Rika (Endhita) seorang janda baru pindah agama, namun dipertentangkan
6
oleh orang sekitarnya termasuk anaknya Abi (Baim). Namun Rika tetap menghormati dan mengajarkan hal-hal Islam kepada anaknya yang memilih Islam sebagai agamanya. Peneliti memilih film “?” (Tanda Tanya) sebagai objek penelitian berdasarkan berbagai pertimbangan, diantaranya adalah jalan cerita dalam film “?” (Tanda Tanya) yang mana dapat memberikan motivasi terhadap umat beragama untuk dapat menghargai antara agama satu dengan agama lain. Berangkat dari situlah peneliti ingin menghayati kandungan model toleransi beragama yang disampaikan dalam film “?” (Tanda Tanya). Disini menceritakan seorang suami yang penganguran, keras kepala, dan kuat pendiriannya. Sebagai bukti kecintaanya kepada keluarga ia berusaha mencari pekerjaan dengan cara yang begitu sulitnya karena mungkin belum ada yang mau menerimanya. Pada suatu saat terdegar suara adzan subuh dan ada banyak orang berpakaian layaknya tentara. Maka timbullah pikiran untuk ikut bergabung disatuan Banser NU. Disini membuktikan bahwa kalau seorang yang berusaha keras demi kecintaan keluarganya pasti kelak akan mendapatkan jalan yang begitu indah. Film ini juga syarat nilai, religius maupun sosial yang diwarnai drama yang berkisah tentang ketulusan hati dan perjuangan keras untuk mencapai hal yang menjadikan keluarganya maupun orang di sekitarnya bangga dengan pencapaian yang telah dilakukan. Dengan dasar itulah peneliti menilai film “?” (Tanda Tanya) layak untuk dijadikan objek penelitian.
7
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas penulis tertarik untuk meneliti film dengan judul: “Model Toleransi Beragama Dalam Film “?” (Tanda Tanya) Karya Hanung Bramantyo” dalam bentuk skripsi
1.2. Perumusan Masalah Dengan memperhatikan latar belakang peneliti di atas, maka penulis merumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah: Bagaimana model toleransi beragama yang dikembangkan pada film “?” (Tanda Tanya) sebagai bagian dari strategi dakwah ?
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui isi model toleransi beragama dalam film “?” (Tanda Tanya) karya Hanung Bramantyo. Adapun tujuan pragmatisnya adalah memenuhi syarat akademik memperoleh gelar Strata 1 pada Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang. 1.3.2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis 1. Peneliti ini bertujuan memperkaya khasanah ilmu pengetahuan
komunikasi
pada
umumnya,
komunikasi Islam dan dakwah pada khususnya.
serta
8
2. Memperkuat dan memperkaya keilmuan komunikasi Islam dalam penelitian film melalui pendekatan semiotik. b. Manfaat Praktis 1. Menumbuhkan pemahaman bahwa makna di balik pesan dalam sebuah film mampu menembus dimensi keagamaan. 2. Menambah pemahaman wacana kepada publik tentang makna di balik model toleransi dalam film “?” (Tanda Tanya). 3. Menumbuhakan pemahaman tentang arti penting dari sebuah film tidak hanya pada pesannya saja, melainkan makna yang tersirat dibalik tanda pesan film.
1.4. Tinjauan Pustaka Penelitian Fathurrohman (2009) dengan judul: Pesan Dakwah Dalam film “Get Merried”. Berdasarkan data yang telah diteliti maka dapat diambil
kesimpulan bahwa dalam film “Get Merried”
terkandung pesan moral didalamnya. Hal itu terlihat dalam tiga bidang kategori yaitu kepada keluarga, sesama, dan diri sendiri. 1.
Kepada keluarga adalah mengasihi dan menyayangi dalam keluarga, saling menunaikan kewajiban untuk memperoleh hak satu sama lainnya.
9
2.
Kepada sesame adalah memuliakan tamu, tertegur sapa ketika bertemu, saling tolong-menolong, dan saling member.
3.
Moral kepada diri sendiri antara lain adalah memelihara kesucian diri, jujur dalam perbuatan, perbuatan, iklas dan syukur. Film merupakan alat komunikasi yang efektif bila digunakan
sebagai media penyampaian pesan, karena dalam film tertuang idealism dalam setiap persoalan. Keunggulan film sebagai media mempunyai pesan adalah karena bersifat audio visual sehingga bisa dinikmati
dengan
serius.
Keunggulan
film
berperan
dalam
pengembangan dakwah Islam yang lebih modern. Di zaman sekarang ini masyarakat lebih pintar dan kurang suka dengan model dakwah tradisional. Film akan mempengaruhi penonton tergantung pada pesan yang disampaikan dalam ide cerita dan aktor dalam setiap aktion tokoh yang diperankan. Dalam film “Get Merried” penonton dibuat tertawa, menangis, sedih dan haru manakala menyaksikan adegan film ini. Ini berarti penonton sangat sensitif sehingga pesan yang disampaikan yang disampaikan mengena bukan hanya dalam benak tapi sudah mengena dalam hati. Penelitian Ismail (2010) dengan judul: Pesan Dakwah Dalam Film “Laskar Pelangi”. Dalam film “Laskar Pelangi” tergambar adanya tiga pesan dakwah yaitu pertama, pesan akidah ada pada secuene kedua dan secuene kelima; kedua, pesan tentang sabar ada pada secuene
10
kelima; dan ketiga, pesan tentang tawakal ada dalam secuene kesatu, keenam dan ketujuh. Pesan akidah dapat ditangkap dari ungkapan para siswa SDN Muhammadiyah ketika mereka mendiskusikan masalah kepercayaan pada dukun. Pesan yang tampak yaitu bahwa setiap orang yang percaya dengan ramalan-ramalan dukun maka hal itu sudah termasuk syirik, dan syirik sebagai dosa besar. Pesan tentang sabar, tergambar dari pidato Pak Hasan yang menyatakan bahwa Ibu Muslimah sebagai seorang guru harus sabar dalam memperjuangkan kemajuan pendidikan. Seorang guru harus sabar dalam mendidik para muridnya berbagai cobaan yang menimpa sekolah ini harus disikapi dengan sabar. Adapun pesan tentang tawakal dapat disimak dalam penuturan Bu Muslimah ketika menerangkan para muridnya. Menurut Bu Muslimah, seorang yang tawakal, hatinya menjadi tentram, karena yakin keadilan dan rahmat Allah SWT. Film sebagai media dakwah memiliki relevansi yang erat karena media dakwah meliputi di dalamnya adalah media film. Berdasarkan hal itu, maka relevansi film “Laskar Pelangi” dengan dakwah Islamiyah ini antara lain: bahwa pesan dakwah tentang sabar dan tawakal jika dikaitkan dengan dakwah Islamiyah mempunyai kaitan yang erat dengan dakwah Islamiyah sekarang. Berbicara sabar dan tawakal tidak dapat dipisahkan dengan dakwah. Karena masih banyak orang yang sabar dan tawakal bukan hanya berserah diri melainkan ia perlu usaha dahulu secara maksimal baru kemudian sabar dan tawakal. Kenyataan menunjukkan bahwa
11
masih terdapat kesenjangan antara teori sabar dengan tawakal yang mengharuskan usaha ikhtiar dengan realita yang ada di masyakat yaitu sabar dan tawakal tanpa usaha. Dengan adanya dakwah maka kekeliruan dalam memaknai tawakal dapat terkurangi. Penelitian M. Mansyur Syariffudin (2011) dengan judul: Pesan Moral Dalam Film “Emak Ingin Naik Haji” Karya Aditya Gumay. Yang dapat diambil dari visualalisasi film “Emak Ingin Naik Haji” adalah usaha Emak dalam upaya Emak naik haji yaitu: visualisasi usaha Emak dalam upaya naik haji pada film Emak Ingin Naik Haji berangkat dari usaha Emak mencari nafkah dengan dengan berjualan kue yang hasilnya Ia tabung. Peneliti melihat sutradara lebih menekankan keinginan Emak untuk naik haji dari pada menekankan usaha usaha sungguh-sunguh Emak untuk mewujudkan harapan naik haji. Peneliti melihat sutradara kurang jeli memberikan penjelasan pada beberapa adegan, diantaranya adegan Emak yang tiba-tiba memiliki uang lima juta rupiah, lalu ending film pada adegan Emak duduk pada acara tasyakuran aqiqah yang tiba-tiba berganti adegan Emak dan Zein sedang melakukan ibadah haji. Padahal pada cerita tersebut tangan dan kaki Zein sedang mengalami patah tulang. Peneliti melihat sutradara terlalu tergesa-gesa mengambil ending akhir, sehingga menyebabkan penonton merasa tidak puas. Adapun hasil dari penelitian film ini isi dari pesan moralnya antara lain:
12
1. Pesan moral tentang kecintaan seorang hamba terhadap Tuhannya dibuktikan dengan ketaatan dalam ibadah yang endingnya membentuk pribadi manusia bermoral baik. 2. Pesan moral tentang kewajiban individu seorang manusia terhadap Tuhannya yaitu melakukan ibadah secara teratur dan kontinyu di mana ibadah kepada Tuhan adalah start awal pembentukan moral dasar manusia. 3. Pesan moral tentang seorang ibu kepada anaknya dibuktikan dengan bentuk kasih sayang yang diberikan, pengorbanan, keiklasan, dan kesabaran. 4. Pesan moral tentang tata cara bertamu yang baik yaitu dengan mengucap salam dan mengetuk pintu. 5. Pesan moral agar tidak salah niat dalam ibadah ataupun salah niat dalam bentuk baik terhadap orang lain dengan tujuan tertentu. Dampak dari perilaku tersebut menjadikan seseorang memiliki pribadi yang sombong, bersikap ria dan memandang rendah orang lain
yang endingnya
menjadikan pribadi yang dipandang
berkualitas moral rendah dimata masyarakat. 6. Pesan moral dalam merosotnya citra moral bangsa dibuktikan beberapa hal, diantaranya adanya tujuan komersil dalam ritual ibadah haji yang dikonsep dengan rapi oleh pemerintah demi adanya pemasukan kas Negara yaitu dengan disediakannya fasilitas ONH Plus yang tanpa disadari memunculnya efek bisnis bagi para
13
pengusaha yang memiliki modal untuk mendirikan biro perjalanan haji. Selain itu, merosotnya moral bangsa diperkuat dengan banyaknya wakil rakyat selaku pelaku politik melakukan cara-cara yang salah demi tujuan menduduki jabatan di dunia pemerintahan yang dampaknya pada kualitas moral pemimpin yang rendah. 7. Pesan moral tentang anjuran untuk tidak membuka aib keluarga pada orang lain ataupun membicarakan hubungan intim kepada orang lain karena selain tabu, perbuatan tersebut juga dilarang dalam agama karena merugikan diri sendiri dan keluarga. 8. Pesan moral tentang pengorbanan harta atau sesuatu yang dicita citakan demi menyelamatkan nyawa orang lain. Ditunjukan dengan sikap Emak yang merelakan uang tabungan hajinya digunakan utuk biaya operasi Aqsa. 9. Pesan moral tentang cara bertetangga yang baik dan anjuran untuk saling memberi kepada orang lain yang membutuhkan bantuan. Ditunjukan oleh Emak dalam adegan Emak memberi makan kepada tetangganya Aisyah dan Salma yang mengalami kesulitan ekonomi yang kemudian dilanjutkan dengan memberi uang kepada Aisyah dan Salma untuk biaya berobat bapak mereka. 10. Pesan moral tentang larangan memakan daging bangkai karena berbahaya bagi kesehatan dan juga dilarang dalam agama.
14
11. Pesan moral tentang memberikan nasehat kepada orang lain dengan cara yang baik dan bijaksana agar nasehat yang diberikan dapat dilaksakan dengan baik. 12. Pesan moral tentang anjuran berkata jujur dan memegang amanah. 13. Pesan moral tentang berani bertanggung jawab atas kesalahan yang telah diperbuat. 14. Pesan moral tentang balasan yang lebih bagi orang yang menanam kebaikan selama bergaul dengan masyarakat. Ditunjukan dengan Emak dan Zein diberangkatkan haji oleh Alifa dan Haji Saun. Dari tiga peneliti tersebut, dapat diketahui bahwa variabel dakwah dan film dengan menggunakan analisis semiotik telah menjadi tema peneliti terdahulu. Ada beberapa perbedaan pada penelitian yang peneliti lakukan, diantaranya objek penelitiannya yaitu film “?” (Tanda Tanya) serta target penelitian yaitu model toleransi beragama dalam film “?” (Tanda Tanya) yang dikaji dengan menggunakan pendekatan semiotik yaitu ilmu tanda (sing) dengan analisis semiotik Roland Barthes mengembangkan semiotika menjadi 2 tingkatan pertandaan, yaitu tingkat denotasi dan konotasi untuk menjawab rumusan masalah. Denotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan penanda dan petanda pada realitas, menghasilkan makna eksplisit, langsung, dan pasti. Konotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan penanda dan petanda yang di dalamnya beroperasi makna yang tidak eksplisit, tidak langsung, dan tidak pasti
15
(Yusita Kusumarini, 2006). Pada penelitian ini, peneliti juga menganalisis aplikasi toleransi antar umat beragama dalam kehidupan beragama dalam film “?” (Tanda Tanya).
1.5. Metodologi Penelitian 1.5.1. Jenis Pendekatan dan Spesifikasi Penelitian Film merupakan bidang kajian yang amat relevan dengan analisis semiotik. Karena film dibangun dengan tanda semata-mata. Tanda-tanda itu termasuk sebagai sistem tanda yang bekerja sama dengan baik untuk mencapai efek yang diharapkan. Berbeda dengan fotografi statis, rangkaian gambar dalam film menciptakan imaji dan sistem penandaan. Menurut Van Zoest, bersamaan dengan tanda-tanda arsitektur, terutama indeksikal, pada film terutama digunakan tanda-tanda ikonis, yakni tanda-tanda yang menggambarkan sesuatu. Yang paling penting dalam film adalah suara dan gambar: kata yang diucapkan dan musik film. Sistem semiotika yang lebih paling lagi dalam film adalah digunakannya tanda-tanda ikonis, seperti suara yang langsung mengelilingi gambar dan musik yang mengirinya (Alex Sobur, 2004: 128). Penggunakan pendekatan semiotik ini tidak bisa lepas dengan jenis penelitian kualitatif. Karena penelitaan kualitatif merupakan
metode-metode
untuk
mengeksplorasi
dan
16
memahami makna sejumlah individu atau sekelompok orang yang dianggap berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan. Proses penelitian kualitatif ini melibatkan upaya-upaya penting, seperti
halnya
mengajukan
pertanyaan-pertanyaan
dan
prosedur-prosedur, mengumpulkan data yang spesifik dari para partisipan, menganalisis data secara induktif mulai dari tema tema yang khusus ke tema-tema umum, dan menafsirkan makna data. Laporan penelitian akhir untuk penelitian ini memiliki stuktur atau kerangka yang fleksibel (John Creswell, 2010, 4). Spesifikasi penelitian ini adalah dengan meneliti adegan (sequence) film “?” (Tanda Tanya) karya Hanung Bramantyo. Adegan yang akan diambil adalah adegan yang memiliki makna sebagai model toleransi umat beragama. Adegan film ini akan dicermati sikap dan tutur kata yang menunjukan adanya toleransi. 1.5.2. Definisi Konseptual Toleransi merupakaan kata yang diserap dari bahasa Inggris Tolerance yang berarti sabar dan kelapangan dada, adapun kata kerja transitifnya adalah Tolerate yang berarti sabar menghadapi atau melihat dan tahan terhadap sesuatu, sementara kata sifatnya adalah Tolerant yang berarti bersikap
17
toleran, sabar terhadap sesuatu (English-Indonesian Dictinary hal. 595). Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, Toleransi yang berasal dari kata “toleran” itu sendiri berarti bersifat atau bersikap
menenggang
(menghargai,
membiarkan,
membolehkan), pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, dan sebagainya) yang berbeda dan atau yang bertentangan dengan pendiriannya. Toleransi juga berarti batas ukur untuk penambahan atau pengurangan yang masih diperbolehkan. Dalam bahasa Arab, toleransi biasa disebut “ikhtimal, tasamuh” yang artinya sikap membiarkan, lapang dada (samuha-yasmuhu-samhan, wasimaahan, wasamaahatan) artinya: murah hati, suka berderma (kamus Al Muna-wir hal. 702). Jadi, toleransi (tasamuh) beragama adalah menghargai dengan sabar, menghormati keyakinan atau kepercayaan seseorang atau kelompok lain. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud toleransi beragama dalam tema skripsi ini adalah sikap menghormati dan menghargai antara umat seagama dan umat yang lain agama. 1.5.3. Sumber dan Jenis Data 1.
Data Primer Data
primer
merupakan
informasi
yang
dikumpulkan peneliti langsung dari sumbernya (Hermawan
18
Warsito, 1996, 69). Sumber data primer yang dimaksud di sini adalah sumber data yang yang dikumpulkan langsung dari VCD/CD film “?” (Tanda Tanya) karya Hanung Bramantyo. 2.
Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada. Data ini, biasanya diperoleh dari perpustakaan atau dari laporan-laporan peneliti terdahulu (Iqbal Hasan, 2002: 82). Untuk data sekunder yang digunakan pada penelitian ini berupa laporan penelitian terdahulu, refrensi buku yang menunjang penelitian, serta data dari internet.
1.5.4. Teknik Pengumpulan Data Setelah peneliti menonton film “?” (Tanda Tanya) secara
keseluruhan,
setelah
itu
mengulanginya
dengan
menonton film tersebut maka peneliti menemukan sebuah model toleransi dalam film “?” (Tanda Tamya) dengan memperhatikan setiap adegan dan beberapa scene dalam film tersebut. Hal yang peneliti lakuakn ini tidak lain untuk memperoleh data dengan cara menonton film “?” (Tanda Tanya) secara berulang kali sehingga peneliti dapat secara maksimal memperoleh suatu data. Bukan hanya itu saja yang
19
peneliti lakukan, sambil memperhatikan film tersebut peneliti juga mencatat hal yang dianggap menjadi sebuah fokus objek dalam penelitian film ini. 1.5.5. Teknik Analisis Data Sumber data dalam penelitian ini adalah film, yang berarti data yang terdokumentasikan maka teknik yang perlu dijalankan adalah teknik dokumentasi. Teknik dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya (Suharsimi Arikunto, 2010, 274). Beberapa
permasalahan
yang
dikemukakan
pada
rumusan masalah akan dipecahkan dengan menggunakan pendekatan analisis semiotik dari teori Roland Barthes. Roland Barthes
mencetuskan
sebuah
model
sistematis
dalam
menganalisis makna dari tanda-tanda melalui analisis semiotik ini. Di samping kita mengetahui bagaimana isi pesan yang hendak disampaikan, kita juga mengetahui bagaimana pesan tersebut dibuat, simbol-simbol apa yang digunakan untuk mewakili pesan-pesan melalui film saat ditanyangkan atau disampaikan kepada khalayak. Roland Barthes adalah penerus pemikiran Saussure. Saussure tertarik pada cara kompleks pembentukan kalimat dan
20
cara bentuk-bentuk kalimat menentukan makna, tetapi kurang tertarik pada kenyataan bahwa kalimat yang sama bisa saja menyampaikan makna yang berbeda pada orang yang berbeda situasinya. Teori Roland Barthes mengembangkan semiotika menjadi dua tingkatan pertandaan, yaitu tingkat denotasi dan konotasi. Denotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan penanda dan petanda pada realitas, menghasilkan makna eksplisit, langsung, dan pasti. Konotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan penanda dan petanda yang di dalamnya beroperasi makna yang tidak eksplisit, tidak langsung, dan tidak pasti (Yusita Kusumarini, 2006). Adapun cara kerja atau langkah-langkah model semiotik Roland Barthes dalam menganalisis makna sebagai berikut: 1. Signifier
2. Signified
(penanda)
(petanda)
3. Denotative sign (tanda denotatif) 4. CONNOTATIVE
5. CONNOTATIVE
SIGNIFIER
SIGNIFIED
(PENANDAAN
(PETANDA
KONOTATIF)
KONOTATIF)
6.
CONNOTATIVE SIGN (TANDA KONOTATIF)
21
Dari peta Roland Barthes di atas terlihat bahwa tanda denotative (3) terdiri atas penanda (1) dan petanda (2). Akan tetapi, pada saat bersamaan, tanda denotative adalah juga penanda konotatif (4) (Alex Subur, 2004, 69). Tanda konotatif tidak
sekedar
memiliki
makna
tambahan
namun
juga
mengandung kedua bagian tanda denotative yang melandasi keberadaannya.
1.6. Sistematika Penulisan Dalam memaparkan hasil penelitan yang akan dituangkan dalam pembahasan skripsi ini, maka penulis membagi menjadi 3 bagian yaitu bagian formalitas atau bagian muka, bagian inti serta pelengkap, sedangkan pada bagian inti penelitian ini terdiri dari 5 bab. Adapun sistematikanya sebagai berikut: Bab pertama, bab ini berisikan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teoritik, metodologi penelitian (meliputi: jenis pendekatan dan spesifikasi penelitian, devinisi konseptual, sumber dan jenis data, teknik pengumpulan data), dan sistematika penulisan skripsi. Bab kedua, bab ini secara umum menerangkan tentang film (pengertian film, sejarah film, unsur-unsur film, tujuan dan pengaruh film). Toleransi beragama (pengertian toleransi beragama, toleransi
22
beragama di Indonesia, dan dasar toleransi beragama pada masa Rasulullah dan Khulafa al-Rasyidin). Bab ketiga, bab ini secara umum memaparkan fokus penelitian skripsi ini yaitu film “?” (Tanda Tanya). Deskripsi disini meliputi latar belakang sosial di seputar munculnya film “?” (Tanda Tanya), profil film “?” (Tanda Tanya), sinopsis film “?” (Tanda Tanya), dan isi model toleransi dalam film “?” (Tanda Tanya). Bab keempat, bab ini menganalisis terhadap data yang dikumpulkan, meliputi aplikasi toleransi antar umat beragama dalam film “?” (Tanda Tanya). Bab kelima, bab ini berisikan kesimpulan hasil dari penelitian, saran-saran, dan kata penutup.